Anda di halaman 1dari 4

ILTEK,Volume 7, Nomor 13, April 2012

PERANCANGAN MESIN PENGGILING TEPUNG IKAN PADA NELAYAN DI KABUPATEN JENEPONTO


Saripuddin Muddin, A. Haslindah, Jamaluddin Dosen Program Studi Teknik Mesin Universitas Islam Makassar

ABSTRAK Tepung ikan merupakan salah satu komponen makanan ternak yang penting. Permintaan tepung ikan terus meningkat dengan cepat sebagai respon dari meningkatnya kebutuhan daging dan produk peternakan lainnya, terutama produsen ternak unggas. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk merancang mesin giling menjadi tepung ikan, Manfaat utamanya adalah dengan adanya mesin penggiling tepung ikan dapat membantu masyarakat oleh para Kabupaten Jeneponto adalah produksi ikan basah dan ikan kering yang tidak layak dikonsumsi oleh manusia, sudah tidak mempunyai nilai jual lagi dapat dimanfaatkan, memberikan keterampilan masyarakat/nelayan dalam mengolah ikan yang tidak layak konsumsi. Dalam penelitian ini dilakukan pada perancangan mesin penggiling ikan di Kabupaten Jeneponto. Dan objek penelitian pada perancangan mesin tepung ikan. Dilakukan dua tahap tahap I, dilakukan pengukuran benda kerja dan pengujian rantai rol dan sproket, puli, poros, pasak, bantalan, sambungan las, mur dan baut. Pengujian konstruksi. Dan tahap II, dilakukan menganalisa pengujian mesin, serta analisa waktu yang dibutuhkan daproses pengerjaan. Kata Kunci: perancangan, konstruksi.

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Taraf hidup dalam biasanya berkaitan dengan pola makan, gizi dan nutrisi yang dikomsumsi oleh masyarakat setiap harinya. Misalnya yang dulu hanya memakan sayur, maka sekarang memakan ikan, daging dan makanan instant lainnya. Hal ini berarti akan meningkatkan kebutuhan akan daging, ikan dipasaran. Dengan meningkatnya kebutuhan tersebut maka para nelayan juga harus bersiap agar jangan sampai pangsa pasar itu sampai terlepas. Yang dipersiapkan petani adalah bagaimana mutu dan kualitas dari hewan ternaknya atau ikan yang dipanennya. Dalam hal penjagaan kualitas, maka tidak terlepas dari makanan yang diberikan setiap harinya pada ternak atau ikan tambak. Selain dedak para petani juga biasanya memberikan makanan tambahan berupa tepung ikan yang mempunyai gizi tinggi. Kelurahan Pabbiringan, Kecamatan Binamu, Kabupaten Jeneponto adalah wilayah pesisir yang potensial sumber daya alam yaitu salah satunya ikan laut yang melimpah, sehingga ikan yang tidak terjual dan sudah tidak layak dikomsumsi oleh manusia biasanya para nelayan atau penjual ikan membuang begitu saja. Olehnya itu maka perlu ada alat penggiling ikan. Saat ini sudah ada alat penggiling tepung ikan, namun pada alat penggiling tepung ikan ini masih semi mekanis pada bagian utama alat tersebut, yakni pada piringan penggiling yang masih menggunakan tenaga manusia melalui pedal yang diteruskan dengan sproket dan rantai sedangkan sebagai kerangka alat digunakan 950

kerangka sepeda. Namun alat ini memiliki kelemahan yakni kapasitas produksinya rendah karena disebabkan masih menggunakan tenaga manusia. Dengan penggeraknya menggunakan motor listrik sebagai motor penggerak. Maka kapasitas produksi akan meningkat sehingga hasil dari tepung ikan juga akan meningkat. Dengan adanya mesin penggiling ikan ini diharapkan apabila jumlah ikan melimpah, sehingga tidak habis dikomsumsi secara lansung maka ikan tersebut dapat dijadikan tepung ikan. Selain itu dapat juga bertujuan mengikutsertakan nelayan dalam produksi tepung ikan sehingga tarap hidup nelayan juga meningkat. Produksi tepung ikan, diperlukan suatu masukan teknologi pengolahan tepung ikan yang secara ekonomis dan teknis dapat diterima oleh para nelayan dan petani tambak. Dengan memberikan beban produksi tepung ikan tidak hanya pada pabrik pengolahan yang besar, diharapkan sasaran swadaya tepung ikan akan lebih cepat tercapai. Sehingga dibutuhkan sentuhan teknologi untuk mengatasi masalah yang ada. Tepung ikan merupakan salah satu komponen makanan ternak yang penting. Permintaan tepung ikan terus meningkat dengan cepat sebagai respon dari meningkatnya kebutuhan daging dan produk peternakan lainnya, terutama produsen ternak unggas.

1.2 Rumusan Masalah Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka rumusan masalah dalam penulisan ini adalah:

ILTEK,Volume 7, Nomor 13, April 2012 1. Bagaimana merancang mesin penggiling tepung ikan. 2. Bagaimana kapasitas mesin penggiling ikan. 1.3 Tujuan Penelitian Dalam tujuan penelitian ini akan dibahas merancang mesin tepung ikan. Dengan memperhatikan uraian dalam latar belakang, penelitian ini bertujuan untuk : 1. Untuk merancang mesin penggiling tepung ikan 2. Untuk mengatahui kapasitas mesin tepung ikan 1.4 Manfaat Penelitian Kabupaten Jeneponto adalah wilayah pesisir yang potensial salah satunya ikan laut yang melimpah, sehingga produksi ikan biasanya dipasarkan keluar Kabupaten sekitar Kab. Jeneponto. Seperti ikan segar dan ikan kering, Namun ikan hasil tangkapan para nelayan tidak semuanya terjual habis dan ikan yang sisa sudah tidak layak dikomsumsi oleh manusia, maka ikan tersebut dibuang begitu saja. Manfaat utamanya adalah dengan adanya mesin penggiling tepung ikan dapat membantu masyarakat oleh para Kabupaten Jeneponto adalah: 1. Produksi ikan basah dan ikan kering yang tidak layak dikonsumsi oleh manusia, sudah tidak mempunyai nilai jual lagi dapat dimanfaatkan 2. Memberikan keterampilan masyarakat/nelayan dalam mengolah ikan yang tidak layak konsumsi. METODE PENELITIAN 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian selama kurang lebih 6 bulan pada Kabupaten Jeneponto. 2.2 Teknik Pengumpulan Data Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Metode Observasi Yaitu metode yang dilakukan dengan melihat secara langsung objek yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas. 2. Metode Interview Yaitu metode yang dilakukan dengan mengadakan tanya jawab langsung kepada karyawan dan pihakpihak yang terkait mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pengolahan air minum. 3. Study Literatur Yaitu dilakukan dengan menggunakan beberapa buku yang berhubungan dengan masalah yang dibahas. 2.3 Langkah-langkah penelitian Penelitian dilaksanakan dalam 2 tahun, yaitu: Tahun I : Pengukuran benda kerja Tahap I. Pengambilan data awal Pengujian rantai rol dan spoket, puli yang digunakan, poros, pasak, bantalan, sambungan las dan mur dan baut. Tahap II. Perancangan 951 F tot Vc Dimana : D = Diameter Puli 150 mm = 0,15 m = = 5,88 m/s Maka daya motor yang digunakan adalah : P = F tot x Vc = 81,42 x 5,88 = 479,36 W = 0,479 kW Daya rencana dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : Pd Dimana : Pd P Fc Maka, Pd = P . fc = 4,02 . 1,2 = Daya rencana ( kW ) = Daya motor ( W ) = Faktor koreksi 0,8 1,2 =PxF Berdasarkan hasil pengujian bahan dan material akan terbentuk konstruksi. Tahun II : Pengujian Mesin Pada penelitian tahun II, dilakukan serangkaian uji: Tahap I. Pengujian penggunaan mesin Mengetahui kenerja mesin. Tahap II. Perancangan Mesin Menganalisa waktu standar, analisa keluhankeluhan yang terjadi pada mesin. PEMBAHASAN 3.1 Perencanaan Daya Motor Parameter yang kami jadikan acuan dalam daya motor adalah putaran poros. Adapun putaran poros yang kami rencanakan yaitu : 2600 Rpm dengan diameter pully 150 mm. Jadi besarnya daya motor dapat dihitungdengan mmenggunakan persamaan : P Dimana : P F tot Vc Ftot Dimana : M tot g mtot = Massa Total ( Kg ) = Gravitasi = Massa Poros, massa pemberat ( ditimbang ) = 7,5 + 0,8 = 8,3 Kg = 8,3 x 9,81 = 81,42 N = = Daya Motor ( W ) = Gaya Total ( N ) = Kecepatan Linier Poros ( m/s ) = mtot x g = Ftot x Vc

ILTEK,Volume 7, Nomor 13, April 2012 = 2,83 Kw atau 2,47 Hp Pemilihan motor disesuaikan dengan motor yang ada dipasaran, dalam perencangan ini digunakan motor dengan daya 3 Hp. 3.2 Perencanaan Puli Puli yang digunakan dalam perencanaan ini adalah puli dengan bahan alumunium dengan massa jenis bahan tersebut adalah p 0,,0027 kg/cm3. Data yang diketahui dalam perancanaan puli ini adalah : d1 = diameter puli motor 15 cm d2 = diameter puli sabuk I 20 cm = 150 mm = 200 mm = 20 cm = = 1728 mm Dengan berdasarkan pada lampiran pemilihan panjang sabuk (lampiran 2), maka untuk lamanya digunakan panjang sabuk : LI = 1554 mm = 155,4 cm = 61 inch LII = 1728 mm = 172,8 cm = 68 inch 3.4 Perencanaan Poros Pada perencanaan bahan poros yang digunakan adalah St 42,dimana tegangan tariknya adalah 420 N/mm2. Pada poros ini beban yang dialami adalah beban puntir. 3.5 Sambungan Las Pada pengelasan ini bahan elektroda adalah AWS 60xx dengan 1 Psi = 6.894757 N/ , kekuatan tarik elektroda 427,27 N/ . Tebal pengelasan T = 3 mm dan L = 40 mm, dan factor keamanan N = 3. Pengelesan yang kritis terjadi pada komponen pelat poros : . = = 71,25 kg/ tg = 0,5. = 0,5. 71,25 = 35,625 kg/ Dimana : tg = F = 2. T. L. g = 2. 3. 40. 35,625 = 8550 kg tg 35,625 35,625 t 71,62 Jadi t 2,01 mm Karena tebal pengelesan yang digunakan 3 mm, Maka pengelesan aman. PENUTUP 4.1 Kesimpulan Pemilihan motor disesuaikan dengan motor yang ada dipasaran, dalam perencangan ini digunakan motor dengan daya 3 Hp, diameter puli 20 cm serta perencanaan bahan poros yang digunakan adalah St 42,dimana tegangan tariknya adalah 420 N/mm2. Pada poros ini beban yang dialami adalah beban puntir. Dan Pada pengelasan ini bahan elektroda adalah AWS 60xx dengan 1 Psi = 6.894757 N/ , kekuatan tarik elektroda 427,27 N/ . Tebal pengelasan T = 3 mm dan L = 40 mm, dan factor keamanan N = 3. Pengelesan yang kritis terjadi pada komponen pelat porosketebalan pengelasan yang digunakan 3 mm, = (100+100). 3,14 + 2 . 550 + =

d3 = diameter puli sabuk II = 200 mm n2 = putaran poros transmisi n3 = putaran poros pemberat

n1 = putaran motor direncanakan = 750 rpm = 456 rpm = 456 rpm

Dengan menggunakan data-data tersebut diatas, maka diameter puli untuk pemberat yang digunakan adalah :

3.3 Perencanaan Sabuk Dalam perencanaan sabuk ini, sabuk yang akan digunakan ada dua, yaitu sabuk yang menghubungkan poros transmisi ke motor penggerak (sabuk I) dan sabuk yang menghubungkan poros transmisi ke poros pemberat (sabuk II) Perhitungan Panjang Sabuk ( L ) + 2. Dimana, = jari-jari puli motor = 75 mm = jari-jari sabuk I = 100 mm = jarak sumbu poros tramsmisi ke sumbu motor = 500 mm Sehingga panjang sabuk I yang diperlukan adalah

Panjang sabuk II yang diperlukan adalah + 2. Dimana, = 100 mm = jari-jari puli poros pemberat = 100 mm = jarak sumbu poros transmisi ke sumbu poros pemberat = 550 mm

952

ILTEK,Volume 7, Nomor 13, April 2012 4.2 Saran 1. Untuk mendapatkan kinerja mesin yang kontinue, perlu diperhatikan proses pemasukan ikan kedalam blower. 2. Perawatan senantiasa dilakukan setelah melakukan proses perontokan yaitu berupa pembersihan komponen dan melumasi komponen yang perlu dilumasi untuk menghindari terjadinya kerusakan.

DAFTAR PUSTAKA Bueche, J. Fredrick. 1985. Fisika. Jakarta : Erlangga. Creamer,Robert H.,1984.Machine Design. Amerika: Adisa Wesley Publishing Company Inc.United states. Khurmi dan Gupta,1982.A Text Book of Machine Design.New Delhi: Eurasia Publishing Hause (PVT),Ram Nagar. Shigley dan mitchall,1986.Perancangan Mesin,Jilid I.Surabaya ;Erlangga. teknik

Gambar 2. Hasil Rancangan Tampak dari depan

Sularso,1983.Dasar Perancangan dan Pemilihan Elemen Mesin.Jakarta:Pradya Paramita Indiro Purwanto. Mesin Perontok Padi: Dasar Penggunaan dan Karakteristik . Yogyakarta : Pnerbit Kanisius, 1992. Sri Hardjoko Wirjomartono. Mesin Perkakas Bengkel, Penerbit. Jakarta.2008. Sularso dan Suga, Kiyokatsu. 1994. Dasar Dasar Peracangan dan Pemilihan Elemen Mesin. Jakarta: PT. Pradya Paramitha. Suryanto, 1995. Elemen Mesin. Bandung: Pusat Pengembangan Pendidikan Politelnik Karl T. Ulrich, Steven D. Eppinger (2001), Perancangan dan Pengembangan Produk, Mc Graw Hill

Gambar 3. Hasil Rancangan Tampak dari samping kanan

Gambar 1. Hasil Rancangan Tampak dari samping kiri 953

Anda mungkin juga menyukai