Quiz
Pria, 28 thn, post op Laparatomy Explorasi + damage control surgery e.c. ruptur Hepar segmen 5,6,7,8 AAST IV + splenectomy a.i. ruptur Lien grade V
1. 2. 3. 4. 5.
Masalah utama? Komplikasi yang dapat terjadi? Monitoring? Penatalaksanaan pasca bedah? Bagaimana merujuk penderita?
Trauma
TRAUMA : Emergency Management Asumsi Dasar: 1. Pasien bisa mendapatkan lebih dari 1 injury (jejas) 2. Jejas yang nampak jelas bukan berarti yang paling penting
Trauma
150,000 kematian
per tahun 50% karena KLL Mayoritas: trauma tumpul abdomen Trauma hepar mortalitas paling sering Kecelakaan paling sering terjadi: motorcycle
Mechanism of Injury
ABCDE
A Airway & cervical spine control B Breathing & ventilation support C Circulation & hemorrhage control D Disability / Neurologic Assessment E Exposure for Complete Examination &
hypothermia prevention
Primary Survey
ABCDE Jika tidak ditangani SEGERA Trauma abdomen
C (Circulation) problem
Anatomi
Abdomen Luar
Abdomen depan Batas abdomen adalah pada bagian superior oleh garis antar papila mammae, inferior oleh ligamentum inguinalis dan simfisis pubis dan lateral oleh garis aksilaris anterior. Pinggang (flank) Berada di antara garis aksilaris anterior dan posterior, dari ruang interkostal ke-6 di superior sampai krista iliaka di inferior. Berbeda dengan dinding abdomen depan, otot-otot di daerah pinggang lebih tebal dan dapat menjadi perintang dari luka tembus/tusuk. Punggung Berada di belakang garis aksilaris posterior dari ujung skapula sampai krista iliaka. Otot-otot di daerah ini pun cukup tebal sebagai penghalang dari luka tembus/tusuk.
Anatomi
Abdomen Dalam Rongga Peritoneum Dibagi menjadi bagian atas dan bawah. Bagian atas (thoracoabdominal) meliputi diafragma, hati, limpa, lambung, dan colon transversum. Bagian bawah berisi usus halus dan colon sigmoid. Rongga Pelvis Dikelilingi tulang pelvis, berada di bagian bawah rongga retroperitoneum, berisi rektum, kandung kemih, pembuluh darah iliaka, dan genitalia interna pada wanita. Pemeriksaan untuk mengetahui cedera pada struktur pelvis dipersulit oleh tulangtulang di atasnya. Ruang retroperitoneum Meliputi aorta abdominalis, vena cava inferior, sebagian besar duodenum, pancreas, ginjal, ureter, kolon ascendens, dan kolon descendens. Cedera di daerah ini sulit diketahui baik oleh pemeriksaan fisik maupun DPL (diagnostic peritoneal lavage).
Trauma Abdomen
Tumpul Tajam/ tembus
Normal P.E.
The key to saving lives in abdominal trauma is NOT to make an accurate diagnosis, but rather to RECOGNIZE that there is an abdominal injury
di abdomen Jika peritoneum parietale rusak trauma tembus (penetrating) Pisau, kayu/bambu, obeng, peluru, dll KHUSUS:
Impalement injury Evisceration
Impalement Injury
Evisceration
Indikasi Bedah EMG -Vital Sign tidak stabil - evisceration - impalement - Peritonitis - tanda2 perdarahan
STAB WOUND
Eksplorasi luka
Tembus peritoneum?
Ya
meragukan
Tidak
Observasi
+ DPL
- DPL
(equivocal) Cepat, sangat sensitif (97-98%) Tidak diperlukan training khusus Dapat dilakukan pada lokasi yang berbeda2 Hasil: kuantitatif, objektif, operator independent Hati2: FALSE POSITIF jika dilakukan tidak benar
Positive DPL
Darah bebas tampak jelas Analisis cairan lavage :
RBC > 100,000 cells/mm3 Bile, bacteria, vegetable fibers, fecal material Amylase, alkaline phosphatase
hemodinamik (CIRCULATION) perdarahan yang tidak nampak HATI-HATI !! PRIMARY SURVEY Kematian Organ yang cedera : terbanyak pada tubuh manusia (lien, hepar, pancreas, gaster, usus, ginjal, ureter, VU, uterus, dll..)
Foto polos Abdomen x-ray: tidak terlalu diandalkan Chest x-ray : mandatory Laboratorium Serial Hb/Hct untuk monitoring perdarahan : tidak sensitif / perlu waktu
rapid hemorrhage - false negative crystalloid hemodilution - false positive
Chest x-ray
Mandatory procedure Dapat menemukan
DPL
Invasive (<1% complication rate) Not very specific May miss retroperitoneal & diaphragm injuries Highly sensitive increases incidence of non-
therapeutic laparotomy Still useful in intra-op evaluation of trauma patient undergoing emergency surgery at a site remote from the abdomen (eg. Craniotomy)
Abdominal CT Scan
Very specific (95-100%) Good sensitivity (85-99%) Can evaluate the retroperitoneum Allows staging of blunt organ injuries Most major injuries are operator (reader) independent
(+)
equivocal
(-)
Stabil
USG ulang
CT
OR
(-)
(-)
Observasi
dengan hemodinamik tidak stabil. Hemodinamik tidak stabil berulang walaupun telah diresusitasi cairan, tanpa adanya perdarahan eksterna/ di tempat lain Luka tembus/ penetrans Eviscerasi organ abdomen Peritonitis dini atau menyusul Adanya udara bebas (free air), udara retroperitoneum, atau ruptur diafragma CT kontras yang memperlihatkan ruptur trakturs gastrointestinal atau cedera organ solid
Manajemen Perioperatif
Observasi pre-op
Bukan hanya tanda vital (TNRS) saja USG FAST, CT-Scan, urine, GCS, laboratorium, dapat digunakan untuk OBSERVASI Tidak hanya beberapa kali saja Kontinu dan, jika mungkin, oleh orang yang sama Pasien STABIL tidak harus selalu BAIK/NORMAL Pasien STABIL juga harus OBSERVASI periodik Pasien TIDAK STABIL harus OBSERVASI KETAT jika perlu, setiap saat
Manajemen Perioperatif
Observasi Pasca Operasi
Keadaan umum (kesadaran, Tanda Vital) Cairan (balance, intake, output)
Intake: infus, NGT, oral Output: urine, feces, NGT, drain, IWL (insensible water loss)
Post-op bleeding (drain, incision site) Luka operasi (bleeding, pus) Nutrisi (oral, enteral, parenteral) Obat-obatan
Tanda Vital
Tekanan Darah (mmHg) : extremitas atas/bawah Nadi : frekuensi, isi, regularitas Respirasi : spontan, ventilator-support Temperatur : core temp (anorectal, esofageal), axilla, mulut
Output:
Post-op bleeding
Perdarahan postop komplikasi segera
(immediate) yang paling sering terjadi keluar dari luka incisi dan drain intraperitoneal Sumber: pembuluh darah subcutis, ruptur hepar/ organ solid lain, jahitan p.darah yang terlepas, perdarahan retroperitoneal, ATAU gangguan pembekuan darah (DIC, hemofilia) Harus dibedakan: SURGICAL dan MEDICAL SURGICAL BLEEDING : atasi segera (relaparotomy/ ligasi) MEDICAL BLEEDING : atasi/ cegah DIC (disseminated intravascular coagulopathy)
Luka Operasi
Perawatan luka operasi umum Pada DAMAGE CONTROL SURGERY
jahitan kulit saja {sering masih ada keluar darah dari luka operasi} Pada Staged laparotomy
BOGOTA BAG Di Indonesia: sering digunakan URINE BAG
Staged Laparatomy
Operasi BERTAHAP pada trauma abdomen: umumnya karena
operasi tidak boleh dilakukan terlalu lama (batas waktu operasi: 1 jam) TAHAP AWAL : damage control Primary survery laparotomy (atasi perdarahan) Tunda DEFINITIVE SURGERY setelah px stabil RE-OPERASI 24-48 jam kemudian jika px stabil monitoring di ICU
Nutrisi
Nutrisi postop pada trauma abdomen:
Dimulai jika FASE KATABOLIK sudah terlewati (px stabil, tidak ada tanda2 gangguan hemodinamik atau metabolik) Jika usus tidak ada trauma EARLY FEEDING (bertahap) Jangan puasakan pasien terlalu lama pilih akses nutrisi (oral-enteral-parenteral) WHEN GUT WORKS, USE IT Staged laparotomy TPN
Obat-obatan
Pain management:
NSAID hati-hati pada perdarahan abdominal Opioid/opiate terpilih, untuk mengatasi neurogenic shock
numerical/ faces
Kardiovaskular
Hipotensi Aritmia Phlebitis Thrombosis
Disfungsi renal
oliguria/ ARF
Disfungsi hepar
Monitoring
Kardiovascular:
Pulse, pulse oxymeter, CVP, arterial blood pressure, PA catheter, ECG, cardiac enzymes
Respirasi:
Analisa Gas Darah, Ventilator (Vt, RR, PAP, FiO2, MV, PEEP, dll),
Neurologis:
EEG, jugular venous catheter, ICP monitor
Renal:
Ureum, kreatinin, creatinine clearance, urine output, osmolaritas
Hepatic:
LFT, clotting time, INR
Hematologis:
Hitung jenis, trombosit, CRP
Metabolik:
Ca, Phospate, Mg, GD
Monitoring ICU
yang ab-normal
Hal-hal khusus
Hati-hati :
RUJUKAN
cepat dan benar WAKTU merupakan hal yang sangat esensial
dalam menentukan prognosis penderita Semakin lama waktu terbuang untuk melakukan hal-hal atau pemeriksaanpemeriksaan yang tidak perlu, semakin buruk keadaan penderita
perfusi jaringan (pemberian cairan, O2). Menentukan kemungkinan cedera organ yang terjadi dengan mengevaluasi secara cepat jejas yang ada pada penderita, sambil melakukan pemeriksaan fisik yang teliti. Menentukan tempat/fasilitas rujukan yang sesuai, yang diperlukan untuk menyelamatkan penderita (tersedianya fasilitas bedah, ICU, dll). Menyiapkan sarana transportasi yang adekuat bagi penderita agar dapat sampai ke tempat rujukan dengan hemodinamik yang masih baik. Melakukan komunikasi dengan petugas medis/dokter di tempat di mana penderita akan dirujuk dengan memberikan data/keterangan secara lengkap mengenai status penderita