Anda di halaman 1dari 14

I

Pendahuluan Istilah Neurogenic bladder tidak mengacu pada suatu diagnosis spesifik ataupun menunjukkan etiologinya, melainkan lebih menunjukkan suatu gangguan fungsi urologi akibat kelainan neurologis. Fungsi kandung kemih normal memerlukan aktivitas yang terintegrasi antara sistem saraf otonomi dan somatik. Jaras neural yang terdiri dari berbagai refleks fungsi destrusor dan sfingter meluas dari lobus frontalis ke medula spinalis bagian sakral, sehingga penyebab neurogenik dari gangguan vesica urinaria dapat diakibatkan oleh lesi pada berbagai derajat. Banyak penyebab yang mendasari timbulnya Neurogenic bladder sehingga perlu dilakukan pemeriksaan yang teliti sebelum diagnosis ditegakkan.

II Anatomi dan Fisiologi A. Struktur otot detrusor dan sfingter Fai! and "offat, #$$%& Snell, #$$'& (a)man, #$*$+ Susunan sebagian besar otot polos vesica urinaria apabila berkontraksi akan menyebabkan pengosongan pada vesica urinaria. ,engaturan serabut detrusor pada daerah leher vesica urinaria berbeda antara pria dan -anita dimana pria mempunyai distribusi yang sirkuler dan serabut.serabut tersebut membentuk suatu sfingter leher vesica urinaria yang efektif untuk mencegah terjadinya ejakulasi retrograd sfingter interna yang ekivalen. Sfingter uretra rhabdosfingter+ terdiri dari serabut otot lurik berbentuk sirkuler. ,ada pria, rhabdosfingter terletak tepat di distal dari prostat sementara pada -anita mengelilingi hampir seluruh uretra. /habdosfingter secara anatomis berbeda dari otot.otot yang membentuk dasar pelvis. ,ada pemeriksaan elektromiografi otot ini menunjukkan suatu discharge tonik konstan yang akan menurun bila terjadi relaksasi sfingter pada a-al proses miksi. B. ,ersyarafan dari vesica urinaria dan sfingter Fai! and "offat, #$$%& Snell, #$$'& (a)man, #$*$+ *. ,ersyarafan parasimpatis 0.pelvikus+ ,engaturan fungsi motorik dari otot detrusor utama berasal dari serabut preganglion parasimpatis dengan badan sel terletak pada kolumna intermediolateral medula spinalis antara S# dan S%. Serabut preganglioner keluar dari medula spinalis bersama radiks spinal anterior dan mengirim akson melalui 0.pelvikus ke pleksus parasimpatis di pelvis. Serabut postganglioner pendek berjalan dari pleksus untuk

menginervasi organ.organ pelvis. 1idak terdapat perbedaan khusus postjunctional antara serabut postganglioner dan otot polos musculus detrusor. Sebaliknya, serabut postganglioner mempunyai jaringan difus sepanjang serabutnya yang mengandung vesikel dimana asetilkolin dilepaskan. "eskipun pada beberapa spesies transmitter nonkolinergik.nonadrenergik juga ditemukan, namun keberadaannya pada manusia diragukan. #. ,ersyarafan simpatis 0.hipogastrik dan rantai simpatis sakral+ 2esica urinaria menerima inervasi simpatis dari rantai simpatis thorakolumbal melalui n.hipogastrik. 3eher vesica urinaria menerima persarafan yang banyak dari sistem saraf simpatis dan pada kucing dapat dilihat pengaturan parasimpatis oleh simpatis, sedangkan peran sistim simpatis pada proses miksi manusia tidak jelas. Simpatektomi lumbal saja tidak berpengaruh pada miksi meskipun pada umumnya akan menimbulkan ejakulasi retrograd. 3eher vesica urinaria pria banyak mengandung transmitter noradrenergik dan aktivitas simpatis selama ejakulasi menyebabkan penutupan dari leher vesica urinaria untuk mencegah ejakulasi retrograde 4. ,ersyarafan somantik 0.pudendus+ 5tot lurik dari sfingter uretra merupakan satu.satunya bagian dari traktus urinarius yang mendapat persarafan somatik. 5nufro-ic! menggambarkan suatu nukleus pada kornu ventralis medula spinalis pada S#, S4, dan S%. 0ukleus ini yang umumnya dikenal sebagai nukleus 5nuf, mengandung badan sel dari motor neuron yang menginnervasi baik sfingter anal dan uretra. 0ukleus ini mempunyai diameter yang lebih kecil daripada sel kornu anterior lain, tetapi suatu penelitian mengenai sinaps motor neuron ini pada kucing menunjukkan bah-a lebih bersifat skeletomotor dibandingkan persarafan perineal parasimpatis preganglionik. Serabut motorik dari sel.sel ini berjalan dari radiks S#, S4 dan S% ke dalam n.pudendus dimana ketika mele-ati pelvis memberi percabangan ke sfingter anal dan cabang perineal ke otot lurik sfingter uretra. Secara elektromiografi, motor unit dari otot lurik sfingter sama dengan serabut lurik otot tapi mempunyai amplitudo yang sedikit lebih rendah. %. ,ersyarafan sensorik traktus urinarius bagian ba-ah

Sebagian besar saraf aferen adalah tidak bermyelin dan berakhir pada pleksus suburotelial dimana tidak terdapat ujung sensorik khusus. 6arena banyak dari serabut ini mengandung substansi ,, A1, atau calcitonin gene.related peptide dan pelepasannya dapat mengubah eksitabilitas otot, serabut pleksus ini dapat digolongkan sebagai saraf sensorik motorik daripada sensorik murni. 6etiga pasang saraf perifer simpatis torakolumbal, parasimpatis sacral dan pudendus+ mengandung serabut saraf aferen. Serabut aferen yang berjalan dalam n.pelvikus dan memba-a sensasi dari distensi vesica urinaria tampaknya merupakan hal yang terpenting pada fungsi vesica urinaria yang normal. Akson aferen terdiri dari # tipe, serabut 7 yang tidak bermyelin dan serabut A8 bermyelin kecil. ,eran aferen hipogastrik tidak jelas tetapi serabut ini menyampaikan beberapa sensasi dari distensi vesica urinaria dan nyeri. Aferen somatik pudendal menyalurkan sensasi dari aliran urine, nyeri dan suhu dari uretra dan memproyeksikan ke daerah yang serupa dalam medula spinalis sakral sebagai aferen vesica urinaria. 9al ini menggambarkan kemungkinan dari daerah. daerah penting pada medulla spinalis sakral untuk intergrasi viserosomatik. 0athan dan Smith *:;*+ pada penelitian pasien yang telah mengalami kordotomi anterolateral, menyimpulkan bah-a jaras ascending dari vesica urinaria dan uretra berjalan di dalam traktus sphinothalamikus. Serabut spinobulber pada kolumna dorsalis juga berperan pada transmisi dari informasi aferen.
Persyarafan Vesica Urinaria

Benevento and Sipski, #$$#+ 7. 9ubungan dengan susunan saraf pusat Fai! and "offat, #$$%& Snell, #$$'+ *. ,usat "iksi ,ons ,ons merupakan pusat yng mengatur miksi melalui refleks spinal.bulbospinal atau long loop refleks. <emyelinisasi =roat *::$+ menyatakan bah-a pusat miksi pons merupakan titik pengaturan s-itch point+ dimana refleks transpinal.bulber diatur sedemikian rupa baik untuk pengaturan pengisian atau pengosongan vesica urinaria. ,usat miksi pons berperan sebagai pusat pengaturan yang mengatur refleks spinal dan menerima input dari daerah lain di otak. #. <aerah kortikal yang mempengaruhi pusat miksi pons Beberapa penelitian menunjukkan bah-a lesi pada bagian anteromedial dari lobus frontal dapat menimbulkan gangguan miksi berupa urgensi, inkontinens, hilangnya sensibilitas kandung kemih atau retensi urine. ,emeriksaan urodinamis menunjukkan adanya vesica urinaria yang hiperrefleksi. <. Fisiologi pengaturan fungsi sfingter vesica urinaria =uyton, #$$>& Sher-ood, #$$*+ *. ,engisian urine ,ada pengisian vesica urinaria, distensi yang timbul ditandai dengan adanya aktivitas sensor regang pada dinding vesica urinaria. ,ada vesica urinaria normal, tekanan intravesikal tidak meningkat selama pengisian sebab terdapat inhibisi dari

aktivitas detrusor dan active compliance dari vesica urinaria. Inhibisi dari aktivitas motorik detrusor memerlukan jaras yang utuh antara pusat miksi pons dengan medulla spinalis bagian sakral. "ekanisme active compliance vesica urinaria kurang diketahui namun proses ini juga memerlukan inervasi yang utuh Selain akomodasi vesica urinaria, kontinens selama pengisian memerlukan fasilitasi aktifitas otot lurik dari sfingter uretra, sehingga tekanan uretra lebih tinggi dibandingkan tekanan intravesikal dan urinetidak mengalir keluar #. ,engaliran urine ,ada orang de-asa yang normal, rangsangan untuk miksi timbul dari distensi vesica urinaria yang sinyalnya diperoleh dari aferen yang bersifat sensitif terhadap regangan. "ekanisme normal dari miksi volunteer tidak diketahui dengan jelas tetapi diperoleh dari relaksasi oto lurik dari sfingter uretra dan lantai pelvis yang diikuti dengan kontraksi vesica urinaria. Inhibisi tonus simpatis pada leher vesica urinaria juga ditemukan sehingga tekanan intravesikal diatas?melebihi tekanan intra uretral dan urine akan keluar. ,engosongan kandung kemih yang lengkap tergantung adri refleks yang menghambat aktifitas sfingter dan mempertahankan kontraksi detrusor selama miksi. III Definisi Neurogenic bladder Neurogenic bladder adalah suatu disfungsi kandung kemih akibat kerusakan sistem saraf pusat atau saraf tepi yang terlibat dalam pengendalian berkemih. 6eadaan ini bisa berupa kandung kemih tidak mampu berkontraksi dengan baik untuk miksi underactive bladder+ maupun kandung kemih terlalu aktif dan melakukan pengosongan kandung kemih berdasar refleks yang tak terkendali overactive bladder+ /ackley, #$$:& (a)man, #$*$+ IV Etiologi /opper and Bro-n, #$$;+ A. 6elainan pada sistem saraf pusat @ *. Al!heimerAs disease #. "eningomielocele 4. 1umor otak atau medulla spinalis %. "ultiple sclerosis

;. ,arkinson disease '. 7edera medulla spinalis >. ,emulihan stroke B. 6elainan pada sistem saraf tepi @ *. 0europati alkoholik #. <iabetes neuropati 4. 6erusakan saraf akibat operasi pelvis %. 6erusakan saraf dari herniasi diskus ;. <efisiensi vitamin B*# V Patologi Fo-ler, *::4& 3indsay, *::>& Snell, #$$'& (a)man, #$*$+ =angguan vesica urinaria dapat terjadi pada bagian tingkatan lesi. 1ergantung jaras yang terkena, secara garis besar terdapat tiga jenis utama gangguan @ A. 3esi supra pons ,usat miksi pons merupakan pusat pengaturan refleks.refleks miksi dan seluruh aktivitasnya diatur kebanyakan oleh input inhibisi dari lobus frontal bagian medial, ganglia basalis dan tempat lain. 6erusakan pada umumnya akan berakibat hilangnya inhibisi dan menimbulkan keadaan hiperrefleksi. ,ada kerusakan lobus depan, tumor, demyelinisasi periventrikuler, dilatasi kornu anterior ventrikel lateral pada hidrosefalus atau kelainan ganglia basalis, dapat menimbulkan kontraksi kandung kemih yang hiperrefleksi. /etensi urine dapat ditemukan secara jarang yaitu bila terdapat kegagalan dalam memulai proses miksi secara volunteer. B. 3esi antara pusat miksi pons dan sakral medula spinalis 3esi medula spinalis yang terletak antara pusat miksi pons dan bagian sacral medula spinalis akan mengganggu jaras yang menginhibisi kontraksi detrusor dan pengaturan fungsi sfingter detrusor. Beberapa keadaan yang mungkin terjadi antara lain adalah@ *. 2esica urinaria yang hiperrefleksi Seperti halnya lesi supra pons, hilangnya mekanisme inhibisi normal akan menimbulkan suatu keadaan vesica urinaria yang hiperrefleksi yang akan

menyebabkan kenaikan tekanan pada penambahan yang kecil dari volume vesica urinaria. #. <isinergia detrusor.sfingter <<S+ ,ada keadaan normal, relaksasi sfingter akan mendahului kontraksi detrusor. ,ada keadaan <<S, terdapat kontraksi sfingter dan otot detrusor secara bersamaan. 6egagalan sfingter untuk berelaksasi akan menghambat miksi sehingga dapat terjadi tekanan intravesikal yang tinggi yang kadang.kadang menyebabkan dilatasi saluran kencing bagian atas.Brine dapat keluar dari vesica urinaria hanya bila kontraksi detrusor berlangsung lebih lama dari kontraksi sfingter sehingga aliran urine terputus. putus. 4. 6ontraksi detrusor yang lemah 6ontraksi hiperrefleksi yang timbul seringkali lemah sehingga pengosongan vesica urinaria yang terjadi tidak sempurna. 6eadaan ini bila dikombinasikan dengan disinergia akan menimbulkan peningkatan volume residu pasca miksi. %. ,eningkatan volume residu paska miksi 2olume residu paska miksi yang banyak pada keadaan vesica urinaria yang hiperrefleksi menyebabkan diperlukannya sedikit volume tambahan untuk terjadinya kontraksi vesica urinaria. ,enderita mengeluh mengenai seringnya miksi dalam jumlah yang sedikit. 7. 3esi 3o-er "otor 0euron 3"0+ 6erusakan pada radiks S#.S% baik dalam canalis spinalis maupun ekstradural akan menimbulkan gangguan 3"0 dari fungsi vesica urinaria dan hilangnya sensibilitas vesica urinaria. ,roses pendahuluan miksi secara volunteer hilang dan karena mekanisme untuk menimbulkan kontraksi detrusor hilang, vesica urinaria menjadi atonik atau hipotonik bila kerusakan denervasinya adalah parsial. 7ompliance vesica urinaria juga hilang karena hal ini merupakan suatu proses aktif yang tergantung pada utuhnya persyarafan. Sensibilitas dari peregangan vesica urinaria terganggu namun sensasi nyeri masih didapatkan karena informasi aferen yang diba-a oleh sistim saraf simpatis melalui n.hipogastrikus ke daerah thorakolumbal. <enervasi otot sfingter mengganggu mekanisme penutupan namun jaringan elastik dari leher vesica urinaria memungkinkan terjadinya miksi. "ekanisme untuk

mempertahankan miksi selama kenaikan tekanan intra abdominal yang mendadak hilang, sehingga stress inkontinens sering timbul pada batuk atau bersin. VI Gejala =ejala.gejala disfungsi Neurogenik bladder terdiri dari urgensi, frekuensi, retensi dan inkontinens. 9iperrefleksi detrusor merupakan keadaan yang mendasari timbulnya frekuensi, urgensi dan inkontinens sehingga kurang dapat menilai lokasi kerusakan localising value+ karena hiperrefleksia detrusor dapat timbul baik akibat kerusakan jaras dari suprapons maupun suprasakral. /etensi urine dapat timbul sebagai akibat berbagai keadaan patologis. ,ada pria adalah penting untuk menyingkirkan kemungkinan kelainan urologis seperti hipertrofi prostat atau striktur. ,ada penderita dengan lesi neurologis antara pons dan medulla spinalis bagian sakral, <<S dapat menimbulkan berbagai derajat retensi meskipun pada umumnya hiperrefleksia detrusor yang lebih sering timbul. /etensi dapat juga timbul akibat gangguan kontraksi detrusor seperti pada lesi 3"0. /etensi juga dapat timbul akibat kegagalan untuk memulai refleks niksi seperti pada lesi susunan saraf pusat. "eskipun hanya sedikit kasus dari lesi frontal dapat menimbulkan retensi, lesi pada pons juga dapat menimbulkan gejala serupa. Inkontenensia urine dapat timbul akibat hiperrefleksia detrusor pada lesi suprapons dan suprasakral. Ini sering dihubungkan dengan frekuensi dan bila jaras sensorik masih utuh, akan timbul sensasi urgensi. 3esi 3"0 dihubungkan dengan kelemahan sfingter yang dapat bermanifestasi sebagai stress inkontinens dan ketidakmampuan dari kontraksi detrusor yang mengakibatkan retensi kronik dengan overflo- /opper and Bro-n, #$$;& /ackley, #$$:& =reenfield, *::>+ VII Evaluasi dan Penatalaksanaan Brunicardi, #$$'& /opper and Bro-n, #$$;& /ackley, #$$:& =reenfield, *::>& (a)man, #$*$+ A. Cvaluasi ,endekatan sistematis untuk mengetahui masalah gangguan miksi selama rehabilitasi pasien dengan cedera medula spinalis merupakan hal yang penting karena penatalaksanaan yang baik sejak a-al akan mencegah komplikasi urologis dan kerusakan ginjal permanen. ,emeriksaan meliputi penilaian saluran kencing bagian atas, penilaian pengosongan vesica urinaria dan deteksi hiperrefleksia detrusor.

*. ,enilaian saluran kencing bagian atas "eskipun jarang didapatkan masalah pada saluran kencing bagian atas, gangguan ginjal merupakan hal yang potensial mengancam penderita. ,enilaian ditujukan untuk menilai fungsi ginjal dandeteksi hidronefrosis. ,emeriksaan radiologis harus meliputi urografi intravena dan voiding cystourethrogram untuk menilai saluran bagian atas dan menyingkirkan kemungkinan adanya refluks vesikoureteral. #. ,enilaian pengosongan vesica urinaria ,enilaian sisa urine dapat dilakukan dengan katerisasi pada saat pertama pemeriksaan meupun dengan menggunakan BS=. /esidu urine lebih dari *$$ ml dikatakan bermakna. 4. <eteksi hiperrefleksia detrusor ,emeriksaan 7"= dan C"= dari sfingter uretral eksterna akan membantu menentukan disfungsi neurogenik dan adanya suatu <<S yang signifikan. 6ontraksi abnormal dari otot detrusor dapat dideteksi dengan baik denganmenggunakan filling cystometrogram 7"=+. ,ada orang normal, kandung kencing dapat mengakomodasi pengisian vesica urinaria bahkan pada kecepatan pengisian yang tinggi sedangkan pada penderita dengan hiperrefleksia vesica urinaria, terjadi peningkatan tekanan yang spontan pada pengisian. %. ,emeriksaan neurologis ,emeriksaan neurologis harus meliputi pemeriksaan sensibilitas perianal untuk mengetahui ada tidaknya sacral sparing. Adanya tonus anal, refle) anal dan refleks bulbokavernosus hanya menandakan utuhnya konus danlengkung refleks lokal. <idapatkannya kontraksi volunter sfingter anal menunjukkan uthunya kontrol volunter dan pada kasus kuadriplegia, ini menandakan lesi medula spinalis yang inkomplit. ,ada lesi medulla spinalis, dalam hari pertama sampai 4 atau % minggu berikutnya seluruh refleks dalam pada tingkat di ba-ah lesi akan hilang. 9al ini biasanya dihubungkan dengan fase syok spinal. <alam periode ini, vesica urinaria bersifat arefleksi danmemerlukan drainase periodik atau kontinu yang cermat dan tes provokatif dengan menggunakan % o! air dingin steril suhu %o7 tidak akan menimbulkan aktifitas refleks vesica urinaria. 1es air es dikatakan positif bila

pengisian dengan air dingin segera diikuti dengan pengeluaran air kateter dari vesica urinaria. <rainase vesica urinaria yang adekuat selama fase syok spinal akan dapat mencegah timbulnya distensi yang berlebih dan atoni dari vesica urinaria yang arefleksi. B. ,enatalaksanaan <asar dari penatalaksanaan dari disfungsi kandung kemih adalah untuk mempertahankan fungsi gunjal dan mengurangi gejala. *. ,enatalaksanaan gangguan pengosongan kandung kemih dapat dilakukan dengan cara @ Stimulasi kontraksi detrusor, suprapubic tapping atau stimulasi perianal 6ompresi eksternal dan penekanan abdomen, credeAs manoeuvre 7lean intermittent self.catheterisation Ind-elling urethral catheter

#. ,enatalaksanaan hiperrefleksia detrusor Bladder training bladder drill+ ,engobatan oral, ,ropantheline, imipramine, o)ybutinin 1indakan operatif berguna pada penderita usia muda dengan kelainan neurologis kongenital atau cedera medula spinalis. VIII Bladder training ,erkash, *::$& 3indsay, *::>& Brunicardi, #$$'& /ackley, #$$:+ Adalah salah satu upaya untuk mengembalikan fungsi vesica urinaria yang mengalami gangguan ke keadaan normal atau ke fungsi optimal neurogenik B"0 atau 3"0+, dapat dilakukan dengan pemeriksaan refleks.refleks@ A. /efleks otomatik /efleks melalui saraf parasimpatis S#.4 dansimpatis 1*#.3*,#, yang bergabung menjadi n.pelvikus. 1es untuk mengetahui refleks ini adalah tes air es ice -ater test+. 1est positif menunjukkan tipe B"0 sedangkan bila negatif arefleksia+ berarti tipe 3"0. B. /efleks somatic

4. ,enatalaksanaa operatif

/efleks melalui n.pudendalis S#.%. 1esnya berupa tes sfingter ani eksternus dan tes refleks bulbokarvernosus. Jika tes.tes tersebut positif berarti tipe B"0, sedangkan bila negatif berarti 3"0 atau tipe B"0 fase syok spinal 3angkah.langkah Bladder 1raining @ *. 1entukan dahulu tipe vesica urinaria neurogeniknya apakah B"0 atau 3"0 #. /angsangan setiap -aktu miksi 4. 6ateterisasi @ a. ,emasangan ind-elling cathether I<7+Ddauer cathether I<7 dapat dipasang dengan sistem kontinu ataupun penutupan berkala clamping+. <engan pemakaian kateter menetap ini, banyak terjadi infeksi atau sepsis. 6arena itu kateterisasi untuk bladder training adalah kateterisasi berkala. Bila dipilh I<7, maka yang dipilih adalah penutupan berkala oleh karena I<7 yang kontinu tidal fisiologis dimana vesica urinaria yang selalu kosong akan mengakibatkan kehilangan potensi sensasi miksi serta terjadinya atrofi serta penurunan tonus otot kk b. 6ateterisasi berkala 6euntungan kateterisasi berkala antara lain @ "encegah terjadinya tekanan intravesikal yang tinggi?overdistensi yang mengakibatkan aliran darah ke mukosa vesica urinaria dipertahankan seoptimal mungkin. 2esica urinaria dapat terisi dan dikosongkan secara berkala seakan.akan berfungsi normal. Bila dilakukan secara dini pada penderita cedera medula spinalis, maka penderita dapat mele-ati masa syok spinal secara fisiologis sehingga fedback ke medula spinalis tetap terpelihara. 1eknik yang mudah dan penderita tidak terganggu kegiatan sehariharinya

%. ,enatalaksanaan gangguan fungsi miksi pada lesi medulla a. 3esi kauda Ckuina ,enatalaksanaan pada pasien dengan lesi kauda ekuina memerlukan perhatian khusus. ,ada umumnya ditemukan vesica urinaria yang arefleksi nonkontraktil+ dan miksi dilakukan dengan bantuan manipulasi 7rede atau 2alsava. 3esi umumnya inkomplit atau tipe campuran dan berpotensi untuk mengalami penyembuhan.

,emeriksaan urodinamik mungkin menunjukkan sfingter uretral eksternal yang utuh danps demikian dengan lesi suprakonus mungkin mengalami kesulitan dalam miksi kecuali bila terdapat tekanan intravesikal yang penuh yang dapat mengakibatkan refluksi vesikoureteral. ,ada pasien ini didapatkan kerusakan pada persarafan parasimpatis dengan persarafan simpatis yang utuh atau mengalami reinervasi dimana leher vesica urinaria mungkin tidak dapat membuka dengan baik pada -aktu miksi. b. Sindroma "edula Spinalis Sentral 0eurogenic bladder akibat lesi inkomplit seperti lesi medula spinalis sentral dapat diperbaiki pada lebih dari ;$E pasien. <isamping disfungsi neurologis yang berat dalam minggu.minggu pertama, pemulihan fungsi vesica urinaria dapat terjadi terutama karena serabut vesica urinaria terletak perifer pada medula spinalis. ,enatalaksanaan biasanya dgnkateterisasi intermiten danobat.obatan. 6eadaan inkontinens dapat ditimbulkan dengan reseksi sfingter transuretral dini. <<S yang menetap, spastisitas yang berat dan hidronefrosis merupakan indikasi untuk tindakan sfingtertomi transuretral setalh mencoba penggunaan penghambat alfa, antikolinergik dan pelemas otot skelet seperti baclofen. ,enatalaksanaan neurogenic bladder pada pasien -anita dengan lesi medula spinalis B"0+ adalah sulit, namun penatalaksanaan lesi konus dankauda 3"0+ adalah mudah dengan menggunakan maneuver 7rede?2alsava. 6ateterisasi intermiten dimulai setiap % sampai ' jam dan dengan restriksi cairan sampai *,; liter perhari pada umunya memerlukan kateterisasi 4 kali perhari . ,ada lesi suprakonus dengan vesica urinaria hiperrefleks, untuk mengurangi inkontinens antara kateterisasi, dapat diberikan antikolinergik seperti o)ybutinin *.# kali ; mg perhari. Iritabilitas vesica urinaria meningkat dengan adanya infeksi sehingga pengobatan infeksi adalah penting. ,rofilaksis jangka panjang untuk infeksi saluran kencing sangat direkomendasikan. ,asien dilatih untuk mengosongkan vesica urinaria dengan menggunakan suprapubic tapping dan manuver 2alsava secara periodik. 6egagalan dalam kateterisasi berkala biasanya memerlukan tindakan ind-elling cathether jangka panjang. 1indakan bedah saraf seperti blok radis sakral dapat diindikasikan untuk mengubah keadaan refle) contractile+ bladder menjadi keadaan arefle)ic bladder yang penatalaksanaannya lebih mudah dengan tindakan

7rede?2alsava. Implant radi) sakral untuk merangsang miksi baru dicoba pada pasien paraplegi dengan contactile bladder.

Daftar Pustaka Benevento B.1. and "arca 3. Sipski. #$$#.Neurogenic Bladder, Nuerogenic Bowel, and Sexual Dysfunction in People With Spinal Cord n!ury. Phys "her. F# '+@ '$*.'*#. Fai! and "offat. #$$%. #t a $lance #N#"%& . Jakarta @ Crlangga Fo-ler 7J. *::4. Neurogenic bladder dysfunction and its 'anage'ent, n $reenwood ( et al) Neurological rehabilitation. 0e- 1ork @ 7hurchil 3ivingstone =uyton and 9all. #$$>. Buku #!ar *isiologi +edokteran ,disi --. Jakarta @ C=7 =reenfield, et al) *::>. ,ssentials of Surgery . Scientific Principles and Practice / nd ,dition) "c=ra-.9ill 7ompanies, Inc 6ottke FJ. *::$. +rusen0s handbook of physical 'edicine and rehabilitaion) %th ed. ,hiladelphia@ (B Sounders 3indsay 6(. *::>. Neurology and neurosurgery illustrated. 4rd ed. 0e- Gork@ 7hurcill 3ivingstone ,erkash I. "anagement of neurogenic bladder dysfunction of the bladder and bo-el, In /ackley /. #$$:. Neurogenic Bladder. "edscape reference. In http@??emedicine.medscape.com?article?%;4;4:.overvie-Ha> <iakses 4 April #$**+ @

/opper, Allan 9 and Bro-n /obert 9. #$$;. #da's and 1ictor0s Principles of Neurology ,ighth ,dition) "c=ra-.9ill 7ompanies, Inc. Sheer-ood, 3. #$$*. *isiologi &anusia dari Sel ke Siste' ,disi /. Jakarta @ C=7

Snell, /S. #$$'. Neuroanato'i +linik untuk &ahasiswa +edokteran ,disi 2. Jakarta @ C=7

(a)man, Stephan =. #$*$. # 3ange &edical Book Clinical Neuroanato'i "wenty4Sixth ,dition) "c=ra-.9ill 7ompanies, Inc.

Anda mungkin juga menyukai