Anda di halaman 1dari 4

CDK-191/ vol. 39 no. 3, th.

2012
184
TINJAUAN PUSTAKA
SINONIM
Alice in Wonderland Syndrome (AIWS), Alice in
Wonderland syndrome, el sndrome de Alicia
en el Pas de las Maravillas, Lilliputian Sight, Lil-
liputian hallucinations, a rare migraine variant.
Beberapa literatur menyebut AIWS sebagai
pediatric migraine atau childrens migraine.
1-3
Dalam uraian berikut, digunakan istilah AIWS.
DEFINISI
Suatu kesatuan gejala yang melibatkan pe-
rubahan persepsi, seperti: penyimpangan
kesan tubuh (distortion of body image), pe-
rubahan bentuk (metamorphopsia) objek atau
orang yang tampak lebih kecil (micropsia) atau
lebih besar (macropsia) dari normal, perasaan
perjalanan waktu (sense of passage of time),
dan membesarnya lingkungan (zooming of
the environment).
4
Defnisi lain AIWS adalah penyimpangan ke-
san atau gambaran tubuh yang disadari pen-
deritanya. AIWS merupakan keanekaragaman
pengalaman pribadi tentang gangguan image
tubuh yang dapat terjadi bersamaan dengan
depersonalisasi, derealisasi, metamorphopsia,
dan distorsi persepsi waktu.
5
SEJARAH

Istilah Alice in Wonderland syndrome diper-
kenalkan oleh Todd pada tahun 1955 untuk
menggambarkan perubahan persepsi ben-
tuk tubuh, yang pertama kali dideskripsikan
oleh Lippman pada tujuh penderita migren di
tahun 1952.
6
Dahulu istilah ini dipakai untuk menyebut ha-
lusinasi yang spesifk pada penderita migren
(migraine).
7
Salah satu tokoh yang diduga menderita
AIWS adalah Kthe Schmidt Kollwitz, seorang
pemahat, pelukis Jerman. Di buku hariannya,
Kollwitz mendeskripsikan gejala-gejala AIWS
yaitu berbagai objek berkembang menjadi
lebih besar atau lebih kecil serta merasa uku-
ran dirinya berkurang atau mengecil.
8

EPIDEMIOLOGI
AIWS dapat diderita oleh segala usia, 7% pen-
derita berusia 20 tahun dan 10% penderita
berusia 10 tahun. Prevalensi dan insidensi di
setiap negara berbeda-beda; angka kejadian
di Indonesia belum diketahui.
9,10
ETIOLOGI
Gangguan AIWS berkaitan erat dengan (pedia-
tric) migraine, kejang parsial kompleks, epilep-
si, infectious mononucleosis, cerebral vasculitis,
psikosis, dan infeksi virus Epstein-Barr (penye-
bab umum infectious mononucleosis), varicel-
la, Coxsackievirus B1.
11
Dilaporkan 1-10% kasus
AIWS disertai komplikasi neurologis akibat
infeksi virus Epstein-Barr. Insiden keterlibatan
sistem saraf pusat pada kasus infectious mono-
nucleosis bervariasi antara 0,7 - 20%.
12
Sekitar
20% AIWS disertai abnormalitas EEG yang me-
nunjukkan bukti kuat keterlibatan sistem saraf
pusat. AIWS berhubungan dengan abdominal
migraine, serangan kolik perut yang dialami
sekitar 20% anak-anak penderita migren.
13
Beberapa obat psikotropik, efek samping atau
intoksikasi obat yang berat, berperan pula da-
lam AIWS. Seorang dewasa menderita AIWS
setelah meminum sirup obat batuk yang
mengandung dihydrocodein phosphate dan
dl-methylephedrine hydrochloride secara tera-
tur selama lebih dari tiga tahun. Typhoid en-
cephalopathy menyebabkan AIWS melalui ja-
lur korteks temporo-parietooccipital di otak.
14
Hal menarik lainnya, manifestasi AIWS dapat
disebabkan oleh gangguan fungsi otak di ba-
gian medial temporal, hippocampal, temporo-
occipital atau temporo-parieto-occipital. Se-
mentara ahli berpendapat disfungsi kortikal
tidak spesifk pada penderita AIWS merupa-
kan hasil dari beberapa penyebab: penurunan
perfusi serebral, berbagai aktivitas epileptik,
atau ensefalitis. Selain itu, depresi juga meru-
pakan faktor penyebab.
15
PATOFISIOLOGI
Studi eksperimental menggunakan visual
evoked potentials (VEP) disertai scan otak
SPECT (single-photon emission computed to-
mography) mendukung bukti bahwa penu-
runan perfusi serebral sementara merupakan
penyebab gejala kompleks AIWS.
16
SPECT otak
menunjukkan penurunan perfusi serebral di
lobus temporal penderita AIWS.
17
Pada fase
akut, VEP abnormal, kembali normal beberapa
minggu setelah gejala AIWS menghilang.
18
Pada AIWS dijumpai hipersensitivitas dopa-
minergik karena penurunan kadar neurotran-
smiter atau neuromodulator atau perubahan
fungsi reseptor dopaminergik. Proses penting
lainnya yang juga terjadi, misalnya: cortical
spreading depression, aktivasi sistem trigemi-
novaskular (TGVS), sensitisasi area otak sentral
dan perifer, keterlibatan calcitonin gene-related
peptide (CGRP).
19
AIWS juga merepresentasikan spektrum mi-
gren dengan aura. Kandidat gen yang ber-
peran adalah gen pengkode reseptor D2 yang
telah dibuktikan dengan studi genotyping
menggunakan PCR amplifcation dan analisis
statistik menggunakan transmission disequilib-
rium test (TDT).
20
Aura visual tidak khas, dapat termasuk: ilusi
visual yang bizarre dan distorsi spatial yang
mendahului nyeri kepala. Penderita AIWS
mengalami persepsi visual yang terdistorsi,
seperti: micropsia, macropsia, metamorphop-
sia, teleopsia, dan macrosomatognopsia atau
microsomatognopsia. Gejala-gejala visual da-
pat menunjukkan cortical spreading depression
(CSD) dan oligemia yang melibatkan daerah
parieto-occipital. Adapun metamorphopsia di-
sebabkan oleh migrainous ischemia terutama
di bagian lobus parietal posterior, hemisfer
non-dominan. Migrainous ischemia dan iritabi-
litas di area ini memproduksi distorsi tubuh.
21
STUDI/LAPORAN KASUS
2,4,22
Kasus 1
Seorang anak laki-laki 9 tahun yang sebelum-
nya sehat tiba-tiba merasakan sensasi aneh.
Ia melihat ukuran dan bentuk papan tulis di
ruang kelasnya mengecil (micropsia dan di-
stortion), warna kapur dan pakaian menghi-
lang, ukuran kepala dan lengan atas kirinya
mengecil. Ia merasa tubuhnya menjadi san-
gat tinggi atau menyusut, lalu tangan kirinya
membesar. Suara terdengar keras, diikuti nyeri
kepala berdenyut. Saat kejadian, ia sadar, na-
Sindrom Alice in Wonderland
Dito Anurogo
Rumah Sakit Keluarga Sehat
Pati, Jawa Tengah, Indonesia
CDK-191_vol39_no3_th2012.indd 184 4/3/2012 11:47:43 AM
185
CDK-191/ vol. 39 no. 3, th. 2012
TINJAUAN PUSTAKA
mun disorientasi tempat (di mana saya?). Hal
ini berlangsung sekitar 15 menit dan terjadi 2
x seminggu selama sebulan. Hasil CT scan nor-
mal. Hasil EEG rekaman pertama normal, re-
kaman kedua setelah lima hari menunjukkan
right temporo-parietal epileptogenic discharge.
Kasus 2
Seorang anak laki-laki 6 tahun yang sebelum-
nya sehat tiba-tiba merasakan sensasi berpin-
dah-bergerak terlalu cepat, menjelma sangat
tinggi, benda-benda tampak/terlihat jauh, su-
ara terdengar kecil. Orientasi ruang dan waktu
terganggu. Ia kelelahan, sakit tenggorokan,
dan sakit kepala berdenyut hebat. Saat keja-
dian, ia sadar, disorientasi waktu dan tempat,
dan tampak ketakutan. Hal ini berlangsung
sekitar 30 menit dan terjadi tiga hari pertama
berturut-turut sebelum suhu tubuh mening-
kat, setelah itu 2-3x setiap hari. Pemeriksaan
fsik menunjukkan bradikardi relatif, limfa-
denopati servikal, limpa membesar, dan nyeri
tekan fossa iliaka kanan. Tes Widal positif, titer
meningkat 4x lipat setelah seminggu. USG pe-
rut normal kecuali limpa membesar. EEG dan
CT scan otak normal. Pada MRI tampak edema
di bagian temporo-oksipital kanan.
Kasus 3
Seorang gadis berusia 11 tahun dievaluasi
untuk episode perilaku abnormal, terkadang
dicetuskan oleh demam. Di beberapa kesem-
patan, ia mendiktekan pengalamannya kepa-
da ibunya, berikut ini kutipan langsungnya:
Aku terbangun dari tidur lalu beranjak ke kamar
mandi. Saat aku keluar dari kamar mandi, aku
merasa seolah-olah aku berjalan sangat cepat.
Aku ingat saat terakhir aku sakit dan berha-
lusinasi sehingga lampu dan TV kunyalakan.
Namun aku masih saja merasa tidak nyaman
seolah aku bermimpi buruk. Saat aku memasuki
kamar mama, pintu yang kupegang tebalnya te-
rasa sekitar 1 kaki ( 30 cm). Saat melintasi hall,
seolah aku berlalu begitu cepat (seperti saat ke-
tika kamu ingin berhenti namun energi di dalam
tubuhmu menghebat. Seakan-akan kamu akan
meletus dan matamu melotot, seperti akan me-
ledak). Semua berlalu begitu cepat. Kumerasa
tanganku seperti terbuat dari ranting kecil yang
berlumuran bubur daging di luarnya. Kumerasa
seperti menggenggam sesuatu di tanganku.
Aku tertidur di samping Mamaku di ranjangnya.
Aku terbangun dan tidak tahu di mana. Saat ku-
genggam jari Mama, kutahu jika terbangun dari
tidur, tangan-tanganku terasa mengecil lagi se-
hingga kujaga agar jari-jari Mama tetap mekar.
Lalu, untuk membuktikan kepada diriku sendiri
tanganku berukuran normal, kugenggam erat
seluruh tangan Mama.
Tiada yang kusut. Kuamati sekitar ruang. Tam-
pak semuanya seolah telah disetrika. Dinding-
dinding dan tempat tidur terlihat halus dan rata.
Kucoba membuat sprei menjadi kusut, namun
tetap saja tak bisa kusut.
Bayangan-bayangan orang memasuki kamarku
saat aku masih kecil. Anak-anak berlarian den-
gan krayon di wajah mereka. Tak seorangpun
peduli. Seorang wanita angkuh mengendarai
mobil besar berwarna putih.
Saat lain ketika aku muda dan cantik, aku mi-
lik keluarga lainnya. Kita pergi camping. Pepo-
honan putih tampak di mana-mana. Semua
bentuk terukir di pepohonan itu. Kita duduk di
bangku di daerah berawa. Tiba-tiba saja ada
sesuatu yang melotot di dalam bangku. Sesosok
tubuh muncul, tergantung dalam posisi terbalik
berlumuran darah - dan kemudian kembali.
Kau (Mama) bergegas ke bak mandi meren-
damku untuk mendinginkan tubuhku, suaranya
seperti ombak yang memukul-mukul pantai
sungguh, sangat keras. Papa juga tampak sep-
erti orang lain, serupa orang jahat. Meskipun
kutahu ia benar-benar ayahku, dan aku sedang
berhalusinasi, aku merasa takut.
Gadis itu sadar selama episode ini dan orienta-
sinya bagus. Ia dapat mengingat kembali den-
gan jelas dan sangat detail, serta menemukan
kedua orangtuanya benar-benar ketakutan.
Pasien ini memiliki sakit kepala berulang tan-
pa aura atau gejala saluran pencernaan, bebas
dari manifestasi kompleks. Ibunya menderita
nyeri kepala berat yang berhubungan dengan
scintillating scotoma dan penyempitan lapang
pandang. Saudara lelaki anak itu menderita
nyeri kepala berat berulang. Tidak ada kelu-
arga yang menderita kejang.Tidak ada bukti
gangguan jiwa. Pemeriksaan neurologis dan
elektroensefalogram normal. Tidak ada terapi
spesifk yang diberikan dokter.
Kasus 4
Seorang pria Mesir 20 tahun mengalami seran-
gan kolik perut berulang dan memanjang se-
jak usia 10 tahun. Di usia 17 tahun, ia mengala-
mi distorsi bentuk, ukuran, posisi objek-subjek
selama lebih dari 7 hari. Tiba-tiba saja, objek
tampak kecil dan jauh (teleopsia) atau besar
dan dekat (paliopsia). Aku merasa memendek
dan mengecil dan juga ukuran orang-orang
tak lebih panjang dari ibu jariku (a lilliputian
proportion). Terkadang aku melihat tunanetra
secara samar di jendela atau di TV naik-turun,
atau kaki-tanganku berayun-ayun. Aku dapat
mendengar suara orang begitu keras (bising)
dan dekat atau sayup-sayup (redup) dan jauh.
Adakalanya aku mengalami serangan migren
yang berkaitan dengan mata merah, kilatan
cahaya, dan merasa berputar (pening). Aku
selalu sadar terhadap perubahan-perubahan
tak nyata di dalam diriku sendiri dan lingkun-
ganku. Riwayat keluarga ada yang menderita
recurrent hemicranial headaches yang ber-
hubungan dengan mata merah, cemas, mual,
dan muntah (yang berlangsung beberapa jam
sampai tiga hari, terkadang membaik dengan
NSAID). Pemeriksaan klinis, MRI otak, dan EEG
normal. Pemeriksaan transcranial magnetic
stimulation dan evoked potentials menunjuk-
kan enhanced cortical excitability di berbagai
area otak. Terapi dengan valproat menghasil-
kan perbaikan klinis dan neurofsiologis.
POTRET KLINIS
AIWS merupakan kesatuan klinis yang berciri-
kan penyimpangan kesan tubuh (body-image
distortion) dan gangguan persepsi jarak, uku-
ran, bentuk, dan ruang di antara objek. Dapat
juga terjadi fenomena micro- atau macroso-
matognosia, yaitu: berubahnya persepsi im-
age tubuh. AIWS bisa terjadi selama infeksi
virus spesifk, berhubungan dengan episode
migren atau sebagai gejala penyalahgunaan
obat-obat / substansi halusinogenik [LSD,
mescaline, agonis serotonin kuat (5HT
2
), GABA].
Migren yang diiringi sensasi perubahan ben-
tuk badan (somesthetic migrainous auras) juga
dialami penderita AIWS.
23
Potret klinis AIWS meliputi: benda-benda ter-
lihat berukuran amat kecil (micropsia) atau
berukuran amat besar (macropsia), objek
tampak sangat jauh (teleopsia), orang terlihat
begitu kecil (lilliputianism), berulang atau me-
netapnya kesan visual (palinopsia), persepsi
tentang multiple images (cerebral polyopia),
penyimpangan/distorsi bentuk-bentuk objek
(metamorphopsia), halusinasi visual yang ber-
kenaan dengan objek yang kompleks seperti
manusia dan binatang (zoopsia), tidak me-
miliki persepsi warna (achromatopsia), tidak
mampu mengenali wajah (prosopagnosia), ti-
dak mampu mengenali objek (visual agnosia),
kehilangan kemampuan merasakan gerakan
CDK-191_vol39_no3_th2012.indd 185 4/3/2012 11:47:44 AM
CDK-191/ vol. 39 no. 3, th. 2012
186
TINJAUAN PUSTAKA
visual (akinetopsia), dan perubahan kesada-
ran. Umumnya penderita AIWS mengalami
setiap episode sekitar 10 detik, namun kurang
dari 10 menit. Penderita tidak mengalami se-
mua gejala di atas; umumnya hanya beberapa
kombinasi episode.
24,25
Untuk kepentingan riset, diagnosis AIWS dite-
gakkan bila memenuhi kriteria berikut
2
:
1. Metamorphopsia dengan atau tanpa ha-
lusinasi atau mispersepsi lainnya,
2. Epilepsi partial dieksklusi dengan pen-
catatan EEG saat bangun dan tidur,
3. Ensefalitis dieksklusi dengan punksi lum-
bal (lumbar puncture) dan EEG,
4. Screening obat dilakukan untuk mengek-
sklusi intoksikasi.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan sesuai indikasi seperti pemerik-
saan neurologis, oftalmologis, evaluasi psikiatris.
Laboratorium: darah lengkap, tes Widal, enzim
hati, urea dan kreatinin. Pemeriksaan lainnya,
seperti: abdominal sonography. EEG berman-
faat untuk membedakan AIWS, migraine, dan
epilepsi. SPECT brain scan atau minimal CT scan
otak. MRI dilakukan bila perlu.
26
Untuk keperluan riset, dapat dilakukan pe-
meriksaan: sensory evoked potentials (SEPs),
visual evoked potentials (VEPs), brainstem audi-
tory (BAEP) dan somatosensory (SSEP) evoked
potentials, transcranial magnetic stimulation
(TMS) sebanyak lima kali, yakni: sebelum mu-
lai terapi, hari ke-15, 30, 60, dan 90 setelah
terapi.
2
PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan AIWS jangka panjang
meliputi
27
:
1. Perbaikan kualitas hidup dan edukasi
penderita.
2. Mengurangi frekuensi, keparahan, durasi,
ketidakmampuan atau ketidakberfung-
sian (disability) organ tubuh atau pan-
caindera akibat nyeri kepala atau gejala
lain.
3. Mengurangi farmakoterapi.
4. Mengurangi gejala psikologis dan distres
yang berkaitan erat dengan nyeri kepala
atau gejala lain.
5. Menghindari peningkatan medikasi nyeri
kepala akut.
Target farmakologis AIWS, yaitu pada berba-
gai reseptor: 5-HT (5-HT
17
), adrenergic (1, 2,
and ), calcitonin gene-related peptide (CGRP1
dan CGRP2), adenosine (A1, A2, dan A3), glu-
tamate (NMDA, AMPA, kainate, dan metabo-
tropic), dopamine, endothelin, serta hormon
estrogen dan progesteron. Antagonis CGRP
(calcitonin gene-related peptide) yaitu: olcege-
pant dan telcagepant efektif mengatasi seran-
gan AIWS.
28
Farmakoterapi lain diberikan sesuai indikasi
dan etiologi, seperti: amoksisilin, prednisolon,
obat antiepilepsi lini pertama. Triptan me-
nyempitkan pembuluh darah dan mengham-
bat infamasi pembuluh darah.
29

Berbagai terapi biobehavioral direkomendasi-
kan untuk AIWS: akupunktur, akar Butterbur,
akar Valerian, aromatherapy, autogenic train-
ing, biobehavioral, biofeedback, electroenceph-
alography, electromyographic biofeedback, fe-
verfew (Tanacetum parthenium), galvanic skin
resistance feedback, ginkgo, guided imagery,
herbal, identifkasi pemicu migren, kewajaran
konsumsi kafein, kontrol kognitif, magnesium,
meditasi, avoidance diets, mineral, diet ter-
tentu, relaksasi otot progresif, relaksasi pasif,
ribofavin, self-hypnosis, terapi kognitif (stress
management), terapi relaksasi, thermal hand
warming, vitamin.
9
Pada anak, diatasi dengan parasetamol atau
antiinfamasi seperti ibuprofen. Hal lain yang
dapat dilakukan adalah membuat buku har-
ian AIWS (AIWS diary) untuk mengidentifkasi
berbagai pencetus AIWS. Solusi lain: istirahat,
tidur, yoga, terapi musik. Berbagai solusi ini
masih memerlukan riset lanjutan untuk me-
nentukan efektivitasnya dalam mengatasi
AIWS.
2
DIAGNOSIS BANDING
AIWS perlu dibedakan dengan
30,31
:
1. migraine tanpa aura,
2. migraine dengan aura,
3. somesthetic migrainous auras,
4. epilepsi dengan simple partial seizures,
5. epilepsi dengan complex partial seizures,
6. epilepsi lobus frontal,
7. drug ingestion (misalnya triazolam),
8. gangguan psikiatris (ilusi, halusinasi visu-
al, dsb),
9. gangguan oftalmologis (kelainan refraksi,
dsb),
10. sindrom Cotard.
Metamorfopsia pada AIWS juga dijumpai
pada kondisi berikut
2,32
:
1. Migren
2. Epilepsi
3. Kondisi yang diinduksi halusinogen (Hal-
lucinogen-induced states)
Prosopagnosia pada AIWS perlu dibedakan
dari gejala kondisi berikut
23-25
:
1. Cerebrovascular disease
2. Epilepsi (paroxysmal prosopagnosia), kar-
ena bilateral foci atau penyebaran dari
satu fokus oksipital menuju hemisfer
kontralateral
3. Hemianopia
4. Herpes simplex encephalitis biasanya se-
bagai bagian dari suatu extensive amnesic
syndrome
5. Left superior quadrantanopia
6. Right temporal lobe atrophy
7. Tumor (misalnya: glioma, yang meluas
dari satu hemisphere ke bagian lain mela-
lui splenium)
8. Visual feld defect
KOMORBIDITAS

AIWS dapat menyertai sejumlah keadaan dan
gangguan, misalnya
13, 23, 24, 30, 33
:
1. Migren
2. Epilepsi
3. Lesi serebral
4. Major depressive disorder
5. Intoksikasi dengan medikasi halusinoge-
nik
6. Febrile states
7. Kondisi hipnagogik
8. Schizophrenia
Adanya faktor komorbiditas ini sering kali
membuat kalangan medis sulit mengenali
AIWS di dalam praktik sehari-hari.
PENCEGAHAN
Obat-obat antiepilepsi (valproat, topiramat,
gabapentin) dapat mencegah penyebaran
CSD dengan mengurangi hipereksitabilitas
neuron kortikal. Penghambat saluran kalsium
seperti: funarizin, pizotifen sangat bermanfaat
sebagai proflaksis migren karena memodifka-
si aktivitas calcium channels di meninges dan
korteks, sehingga mencegah perkembangan
CSD. Beberapa obat prevensi konvensional
antara lain: amitriptilin (antidepresan trisiklik)
dan propranolol (beta-adrenergic blocker) di-
pakai juga sebagai prevensi AIWS.
34
Medikasi lain yang juga bermanfaat untuk pro-
flaktik AIWS misalnya: divalproex sodium (250
mg 2x sehari, 500-1500 mg/hari) yang menin-
gkatkan kadar GABA atau meningkatkan aksi
CDK-191_vol39_no3_th2012.indd 186 4/3/2012 11:47:44 AM
187
CDK-191/ vol. 39 no. 3, th. 2012
TINJAUAN PUSTAKA
GABA, topiramat (25 mg 1 x sehari saat tidur,
50-200 mg/hari), botulinum toxin tipe A (100
U), ribofavin (400 mg 1 x sehari), butterbur (50
mg 2x sehari, 100-150 mg/hari).
3
Guideline lain memberikan pilihan proflaksis.
Lini pertama: amitriptilin, propranolol, nadolol.
Lini ke dua: topiramat, gabapentin, venlafaksin,
kandesartan, lisinopril, magnesium, butterbur,
koenzim Q10, ribofavin. Lini ketiga: funarizin,
pizotifen, divalproex sodium.
20
Penderita agar berhati-hati meminum sirup
obat batuk, tidak membeli obat tanpa resep
dokter, segera ke dokter terdekat bila menga-
lami salah satu episode AIWS dan/atau migren.
Menghindari makanan dan minuman seperti:
alkohol, makanan mengandung nitrat, aspar-
tam (pemanis buatan), tiramin (biasa dijumpai
pada: daging yang sudah lama, diawetkan,
diasap, difermentasi, diasinkan; sebagian besar
produk/olahan daging babi, coklat, yoghurt,
kecap, shrimp paste, saus teriyaki, tofu, tempe,
alpukat, pisang, nanas, terung, ara, plum me-
rah, raspberries, kacang tanah, kacang Brazil,
kelapa, ragi), produk susu, keju, MSG (monoso-
dium glutamate) yang dijumpai dalam daging
yang diproses dan makanan China, kafein (di-
jumpai pada kopi, soda, teh).
28
Dianjurkan menghindari dan berhati-hati
pada semua kondisi pemicu AIWS baik fsiolo-
DAFTAR PUSTAKA
1. Giannotti AM. Sndrome de Alicia en el Pas de las Maravillas e infeccin por virus de Epstein Barr. Arch. Argent. Pediatr. 2003; 101(1): 4 1-43.
2. Weidenfeld A, Borusiak P. Alice-in-Wonderland syndrome: a case-based update and long-term outcome in nine children. Childs Nerv Syst 2011;27:893896.
3. Lewis DW. Pediatric Migraine. Neurol Clin 2009;27:481501.
4. Evans RW, Rolak LA. The Alice in Wonderland Syndrome. Headache 2004;44:1-2.
5. Kitchener N. Alice in Wonderland Syndrome. Int. J. Ch. Neuropsychiatry. 2004;1(1): 107-112.
6. Todd J. The syndrome of Alice in Wonderland. Can Med Assoc J 1955;73:701704.
7. Lippman CW. Certain hallucinations peculiar to migraine. J Nerv Ment Dis 1952;116: 34651.
8. Drysdale GR. Kaethe Kollwitz (18671945): the artist who may have sufered from Alice in Wonderland Syndrome. J Med Biogr 2009;17:106-110.
9. Jrgens TP, Ihle K, Stork J-H, May A. Alice in Wonderland syndrome associated with topiramate for migraine prevention. J Neurol Neurosurg Psychiatry 2011;82:228-229.
10. Brna P, Dooley J, Gordon K, Dewan T. The Prognosis of Childhood Headache: A 20-Year Follow-up. Arch Pediatr Adolesc Med. 2005;159:1157-1160.
11. Copperman SM. Alice in Wonderland Syndrome as a Presenting Symptom of Infectious Mononucleosis in Children: A Description of Three Afected Young People. Clin Pediatr
1977;16(2):143-146.
12. Evans RW, Rolak LA. The Alice in Wonderland Syndrome. Headache 2004;44:1-2.
13. Hamed SA. A migraine variant with abdominal colic and Alice in wonderland syndrome: a case report and review. BMC Neurology.2010;10:2.
14. Kitchener N. Alice in Wonderland Syndrome. Int. J. Ch. Neuropsychiatry. 2004;1(1): 107-112.
15. Tfelt-Hansen P, Le H. Calcitonin gene-related peptide in blood: is it increased in the external jugular vein during migraine and cluster headache? A review. J Headache Pain (2009)
10:137143.
16. Chakravarty A. How triggers trigger acute migraine attacks: A hypothesis. Medical Hypotheses 2010;74:750753.
17. Chand PK, Murthy P. Understanding a Strange Phenomenon: Lilliputian Hallucinations. German J Psychiatry 2007;10:21-24.
18. Farah MJ. Visual agnosia: disorders of object recognition and what they tell us about normal vision. Cambridge: MIT Press, 1995.
19. Galletti, F., et al., Pathophysiological basis of migraine prophylaxis. Prog. Neurobiol.(2009);89(2):176-192.
20. Kazemi H, Gorji A. Migraine in Children and Adolescent. Iran J Child Neurology 2010;4(4):1-6.
21. Palmas MA, Cherci A, Stochino E, Congiu D, Zompo MD. Dopamine genes and migraine. J Headache Pain 2000;1:S153-S156.
22. Kitchener N. Alice in Wonderland Syndrome. Int. J. Ch. Neuropsychiatry. 2004;1(1): 107-112.
23. Evans JJ, Heggs AJ, Antoun N, Hodges JR. Progressive prosopagnosia associated with selective right temporal lobe atrophy. A new syndrome? Brain 1995; 118: 1-13.
24. Kew J,Wright A, Halligan PW. Somesthetic aura: the experience of Alice in Wonderland. Lancet 1998;351:1934.
25. Kovnar EH. Migraine Variants and Mimics. In: Current Management in Child Neurology, Bernard L. Maria, Third Edition, BC Decker Inc. 2005, Chapter 8:46.
26. Larner A. The Neurology of Alice. ACNR. Jan/Feb. 2005;4(6):35-36.
27. Mehrotra S, Gupta S, Chan KY, Villaln CM, Centurin D, Saxena PR, et.al. Current and prospective pharmacological targets in relation to antimigraine action. Naunyn-Schmiedebergs Arch
Pharmacol (2008) 378:371394.
28. Silberstein SD. Practice parameter: evidence-based guidelines for migraine headache (an evidence-based review). Neurology 2000;55:75462.
29. Snow V, Weiss K, Wall EM, Mottur-Pilson C, AAFP, ACP-ASIM. Pharmacologic Management of Acute Attacks of Migraine and Prevention of Migraine Headache. Ann Intern Med. 2002;137:840-
849.
30. Haut S. Diferentiating Migraine from Epilepsy. Adv Stud Med 2005;5(6E):S658-S665.
31. Lapkin ML, Golden GS: Basilar artery migraine: A review of 30 cases. Am I Dis Child. 1978;132:278.
32. Nunn JA, Postma P, Pearson R. Developmental prosopagnosia: should it be taken at face value? Neurocase 2001; 7: 15-27.
33. Golden GS. The Alice in Wonderland Syndrome in Juvenile Migraine. Pediatrics 1979;63;517-519.
34. Pringsheim T, Davenport J, Becker WJ. Prophylaxis of migraine headache. CMAJ 2010;182(7):E269-E276.
gis dan perilaku, seperti: terlalu banyak atau
terlalu sedikit tidur, terlambat makan atau
tidak sarapan pagi, stres, kelelahan, menstru-
asi, aktivitas fsik yang berat/berlebihan. Faktor
lingkungan yang perlu diperhatikan adalah
polusi suara (suara bising, berisik, nyaring), pe-
rubahan cuaca, ketinggian, uap, asap, parfum,
kerlip lampu, cahaya yang menyilaukan.
29
PROGNOSIS
Umumnya anak dan remaja dengan AIWS
dalam kondisi sehat. Pada sebagian besar
penderita, berbagai gejala akan berhenti atau
menghilang setelah beberapa minggu. Hanya
sedikit yang gejalanya berulang atau muncul
sesaat setelah 1 3 tahun.
2,9,10
CDK-191_vol39_no3_th2012.indd 187 4/3/2012 11:47:45 AM

Anda mungkin juga menyukai