Anda di halaman 1dari 56

Disusun Oleh:

Shitrai Eunice (0718011085)


Mutia Agustina Maharani (0818011033)

Pembimbing: Dr. NINA MARLINA, Sp.P

Nama : Tn. M
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 70 tahun
Alamat : Jalan Dusun Jepang RT 01
Kerawang Sai, Bandar Lampung
Pekerjaan : Buruh
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
MRS : 04 Oktober 2013
Tanggal pemeriksaan : 08 Oktober 2013


Keluhan utama
Sesak napas sejak 3 hari SMRS

Pasien datang dengan keluhan sesak nafas yang telah diderita
sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, sesak nafas dirasa
memberat terutama setelah beraktivitas, akan sedikit
berkurang bila pasien beristirahat. dan pasien sering
terbangun pada malam hari karena sesak. Pasien tidur lebih
nyaman dengan 3 bantal. Sesak nafas diikuti dengan keluhan
batuk dengan dahak yang sulit dikeluarkan, dan jika keluar
dahak berwarna kuning, pasien juga mengeluh mual dan
muntah, muntah berisi makanan. penurunan berat badan
disangkal , nafsu makan baik, keringat malam (-), nyeri dada
(+) saat batuk. BAK dan BAB tidak ada kelainan. Dalam 1
bulan ini, sesak dirasakan oleh pasien sudah 3x kumat.
Namun, sekarang sesak nafas penderita mulai berkurang,
penderita sudah bisa bicara perkalimat, tidak seperti pada
awal masuk, yang terengah engah ketika berbicara. Batuk
juga sudah berkurang. Sebelumnya, pasien sulit bernafas jika
tidak dibantu oleh oksigen.


Riwayat darah tinggi disangkal
Riwayat kencing manis disangkal
Riwayat penyakit asma disangkal
Riwayat minum obat selama 6 bulan
disangkal
Riwayat PPOK (+) sejak 1,5 tahun yang lalu
dan sudah pernah dirawat di RS
Riwayat OAT (-)
Riwayat keringat malam (-)
Riwayat alergi (-)


Riwayat merokok selama 40 tahun sebanyak 2
bungkus/hari. Pasien mengaku sudah berhenti
merokok sejak 10 tahun yang lalu

Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit di keluarga dengan keluhan
yang sama disangkal

Riwayat sosio ekonomi
Penderita adalah suami dari 1 istri dan ayah dari
3 anak, bekerja sebagai buruh bangunan dan
menjadi tulang punggung keluarga. Pasien
berobat dengan menggunakan Jamkesmas

Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Gizi : cukup
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 80 x/ menit
Pernapasan : 28x/ menit
Suhu : 36,7C
BB : 57 kg
TB : 159 cm


Kulit
Warna sawo matang, turgor kembali cepat,
ikterus pada kulit (-), sianosis (-), scar (-),
keringat umum (-), keringat setempat (-),
pucat pada telapak tangan dan kaki,
pertumbuhan rambut normal.

KGB
Tidak ada pembesaran KGB pada daerah axilla, leher,
inguinal dan submandibula serta tidak ada nyeri
penekanan.

Kepala
Bentuk oval, simetris, deformasi (-)

Mata
Eksoftalmus (-), endoftalmus (-), edema palpebra (-),
konjungtiva palpebra pucat (-), sklera ikterik (-),
pupil isokor, refleks cahaya normal, pergerakan mata
ke segala arah baik.
Hidung
Bagian luar tidak ada kelainan, septum dan tulang-tulang
dalam perabaan baik, tidak ditemukan penyumbatan
maupun pendarahan, pernapasan cuping hidung (-).

Telinga
Serumen (-), nyeri tekan prosesus mastoideus (-),
pendengaran baik.

Mulut
Tonsil tidak ada pembesaran, pucat pada lidah (-), atrofi
papil (-), gusi berdarah (-), bau pernapasan khas (-),
faring tidak ada kelainan, pursed lips breathing (+)

Telinga
Serumen (-), nyeri tekan prosesus mastoideus (-),
pendengaran baik.

Mulut
Tonsil tidak ada pembesaran, pucat pada lidah (-),
atrofi papil (-), gusi berdarah (-), bau pernapasan
khas (-), faring tidak ada kelainan, pursed lips
breathing (+)

Leher
Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran
kelenjar tiroid (-)

Leher
Pembesaran kelenjar getah bening (-),
pembesaran kelenjar tiroid (-)

Dada
Dada simetris pada kondisi statis, bentuk
barrel chest (-), pada kondisi dinamis dada
kanan dan kiri tidak ada yang tertinggal,
retraksi suprasternal (+), nyeri tekan (-), nyeri
ketok di dada (-), krepitasi (-).

Paru-paru
I: Gerakan pernafasan simetris kiri dan kanan
P: Taktil fremitus kanan = kiri
P: Sonor pada kedua lapang paru
A: Vesikuler (+/+) melemah pada kedua lapangan
paru, Rhonki Basah halus (+/+), wheezing (-/-)

Jantung
I: Ictus cordis tidak terlihat
P: Ictus cordis teraba
P: batas jantung kesan dalam batas normal
A: bunyi jantung I-II normal, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
I: Datar, tidak terdapat jejas
P: Hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan
epigastrium (-)
P: thympani, nyeri ketok (-)
A: BU (+) Normal

Alat kelamin
Tidak diperiksa

Ekstremitas atas
Eutoni, eutrofi, gerakan bebas, kekuatan +5,
nyeri sendi (-), edema (-), jaringan parut (-),
pigmentasi normal, jari tabuh (-), akral
hangat, turgor kembali cepat.

Ektremitas bawah
Eutoni, eutrofi, gerakan bebas, kekuatan +5,
nyeri sendi (-), edema pretibial (-), jaringan
parut (-), pigmentasi normal, jari tabuh (-),
akral hangat, turgor kembali cepat.
Alat kelamin
Tidak diperiksa

Ekstremitas atas
Eutoni, eutrofi, gerakan bebas, kekuatan +5, nyeri
sendi (-), edema (-), jaringan parut (-), pigmentasi
normal, jari tabuh (-), akral hangat, turgor kembali
cepat.

Ektremitas bawah
Eutoni, eutrofi, gerakan bebas, kekuatan +5, nyeri
sendi (-), edema pretibial (-), jaringan parut (-),
pigmentasi normal, jari tabuh (-), akral hangat,
turgor kembali cepat.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM (20 Mei 2013)
Hasil Pemeriksaan Hematologi:
Hasil Pemeriksaan Kimia Klinik:

Pemeriksaan Hasil Normal
Ureum 44 mg/dl 10-40 mg/dl
Creatinin 1,0 mg dl L 0,7-1,3 mg/dl, P 0,9-1,5 mg/dl
SGOT 30 U/I L 6-30 U/L, P 6-25 U/L
SGPT 33 U/I L 6-45 U/L, P 6-35 U/L
Gula darah sewaktu 93 mg/dl 70-200 mg/dl
Pasien datang dengan keluhan sesak nafas yang telah diderita
sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, sesak nafas dirasa
memberat terutama setelah beraktivitas, akan sedikit berkurang
bila pasien beristirahat. dan pasien sering terbangun pada
malam hari karena sesak. Pasien tidur lebih nyaman dengan 3
bantal. Sesak nafas diikuti dengan keluhan batuk dengan dahak
yang sulit dikeluarkan, dan jika keluar dahak berwarna kuning,
penurunan berat badan disangkal , nafsu makan baik, keringat
malam (-), nyeri dada (+) saat batuk. Pasien juga mengeluh mual
dan muntah. Muntah berisi makanan. BAK dan BAB tidak ada
kelainan. Dalam 1 bulan ini, sesak dirasakan oleh pasien sudah
3x kumat. Namun, sekarang sesak nafas penderita mulai
berkurang, penderita sudah bisa bicara perkalimat, tidak seperti
pada awal masuk, yang terengah engah ketika berbicara. Batuk
juga sudah berkurang. Sebelumnya, pasien sulit bernafas jika
tidak dibantu oleh oksigen.

Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan
umum pasien tampak sakit sedang, keadaan
compos mentis. Tekanan darah pasien 130/70
mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 28 x/menit,
didapatkan juga pursed lips breathing, pada
pemeriksaan paru didapatkan Vesikuler (+/+)
melemah, Rhonki Basah halus (+/+), wheezing (-
/-). Pada pemeriksaan jantung dalam batas
normal, abdomen dalam batas normal.
Dari pemeriksaan laboratorium ditemukan LED :
45 mm/jam, hitung jenis : 0/0/0/84/10/6,
leukosit : 8.100/ul.

Foto Thorak
PPOK eksaserbasi akut

Penatalaksanaan :
Istirahat
O2 2-3 L/m
IVFD RL gtt X/menit
Ceftriaxone 1 g/12
jam
Ventolin nebu /8
jam
Ranitidin 2x1 amp
Antasyd syrup 3x1
Salbutamol 1 mg
Gliseril Guaicolat tab
1
Theophilin 80 mg
Cetirizin tab
Metilprednisolon 2
mg
Ambroxol syrup 3x1
cth
Aminofilin drip 1
amp/flabot
Quo ad vitam : Dubia ad Malam
Quo ad Functionam : Dubia ad Malam
Quo ad Sanationam : Dubia ad Malam

Pasien datang dengan keluhan sesak nafas yang telah diderita
sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, sesak nafas dirasa
memberat terutama setelah beraktivitas, akan sedikit berkurang
bila pasien beristirahat. dan pasien sering terbangun pada
malam hari karena sesak. Pasien tidur lebih nyaman dengan 3
bantal. Sesak nafas diikuti dengan keluhan batuk dengan dahak
yang sulit dikeluarkan, dan jika keluar dahak berwarna kuning,
penurunan berat badan disangkal , nafsu makan baik, keringat
malam (-), nyeri dada (+) saat batuk. Pasien juga mengeluh mual
dan muntah. Muntah berisi makanan. BAK dan BAB tidak ada
kelainan. Dalam 1 bulan ini, sesak dirasakan oleh pasien sudah
3x kumat. Namun, sekarang sesak nafas penderita mulai
berkurang, penderita sudah bisa bicara perkalimat, tidak seperti
pada awal masuk, yang terengah engah ketika berbicara. Batuk
juga sudah berkurang. Sebelumnya, pasien sulit bernafas jika
tidak dibantu oleh oksigen.

Dari anamnesa yang berhubungan dengan keluhan utama
ditanyakan gejala sesak napas akibat penyakit respirasi dan
sesak akibat penyakit jantung. Pada kasus didapatkan gejala
sesak napas akibat penyakit respirasi. Selanjutnya didapatkan
gejala batuk sejak 3hari SMRS, dahak (+) namun sulit
dikeluarkan, darah(-), penurunan BB(-) os mengaku memiliki BB
57 kg, keringat malam(-), dan riwayat konsumsi OAT(-) maka
diagnosa ke arah penyakit TB dapat disingkirkan. Selanjutnya
gejala yang menunjang diagnosa adalah adanya riwayat merokok
sejak 40 tahun yang dikonsumsi sebanyak 2 bungkus perhari,
riwayat PPOK (+), selain itu ditunjang dengan pemeriksaan fisik
bunyi pernapasan bronkial serta bunyi tambahan berupa rhonki
pada auskultasi. Maka berdasarkan gejala klinis berupa adanya
sesak, batuk, riwayat merokok, riwayat PPOK (+), serta
pemeriksaan fisis dapat disimpulkan bahwa pasien ini
merupakan pasien dengan penyakit paru obstruktif kronis
eksaserbasi akut.
Namun untuk menegakkan diagnosa perlu dilakukan
tes faal paru (spirometri), selain itu juga dilakukan
pemeriksaan sputum BTA 3x,gram,jamur untuk
menyingkirkan diagnosa TB.

Penyakit paru obstruksi adalah penyakit atau
gangguan paru yang memberikan kelainan ventilasi
berupa gangguan obstruksi saluran napas. Penyakit
dengan kelainan tersebut antara lain adalah asma
bronkial, penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) dan
sindrom obstruksi pasca Tb (SOPT). Meskipun
semuanya memberikan kelainan berupa obstruksi
saluran napas, tetapi mekanisme terjadinya kelainan
itu berbeda pada masing-masing penyakit.

Pada terapi diberikan O2 2-3 L/menit hal ini bertujuan
untuk perbaikan psikis, koordinasi otot, toleransi beban
kerja dan pola tidur karen hipoksemi dapat
mencetuskan dekompensatio kordis pada penderita
PPOK terutama pada saat adanya infeksi saluran napas.

Selanjutnya diberikan Nebulizer Ventolin yang berisi
Salbutamol sulfat yang bertujuan sebagai bronkodilator
utama pada PPOK, karena pada PPOK obstruksi saluran
napas yang terjadi lebih dominan disebabkan oleh
komponen vagal. Ambroxol juga diberikan untuk
mengobati gejala batuk disertai lendir. Ceftriaxone
merupakan antibiotik yang juga diberikan pada pasien
karena infeksi sangat berperan pada perjalanan
penyakit paru obstruksi, terutama pada keadaan
eksaserbasi. Infeksi virus paling sering menimbulkan
eksaserbasi diikuti oleh infeksi bakteri. Karena Apabila
infeksi berlanjut maka perjalanan penyakit akan makin
memburuk.

Definisi PPOK
Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) adalah suatu
penyakit yang dikarakteristikkan oleh adanya
hambatan aliran udara secara kronis dan
perubahan-perubahan patologi pada paru, dimana
hambatan aliran udara saluran nafas bersifat
progresif dan tidak sepenuhnya reversibel dan
berhubungan dengan respon inflamasi yang
abnormal dari paru-paru terhadap gas atau
partikel yang berbahaya. (GOLD)
Kelainan saluran napas yang ditandai oleh
batuk kronik berdahak minimal 3 bulan
dalam setahun, sekurang-kurangnya dua
tahun berturut - turut, tidak disebabkan
penyakit lainnya.



Suatu kelainan anatomis paru yang ditandai
oleh pelebaran rongga udara distal
bronkiolus terminal,disertai kerusakan
dinding alveoli
Pembagian emfisema berdasarkan anatomis:
- Emfisema sentriasinar
- Emfisema panasinar (panlobuler)
- Emfisema asinar distal (paraseptal)
Keradangan kronis pd sal. napas,
parenkim paru, sistem vaskuler paru
pe makrofag, limfosit T (CD8+), netrofil
release mediator LB4, IL8, TNF -
Imbalance proteinase anti proteinase
Stres oksidatif
Ketiga faktor diatas akan merusak struktur
paru.
Patogenesa -
PPOK
Partikel / Gas Beracun
Inflamasi Paru
PPOK
Stress Oksidatif
Protease
Antioksidan
Antiprotease
Perbaikan
Pajanan
-Kebiasaan merokok merupakan
penyebab kausal yang terpenting
-riwayat terpajan polusi udara di
lingkungan dan tempat kerja
-hiperaktivitas bronkus
-riwayat infeksi saluran nafas berulang
-defisiensi antitripsin alfa-1
Anamnesis :
a. Ada faktor risiko:usia (biasanya usia
pertengahan /diatas 40 th),riwayat
pajanan,Kebiasaan. Penentuan derajat
berat merokok dengan Indeks Brinkman
(IB), yaitu perkalian jumlah rata-rata
batang rokok dihisap sehari dikalikan
lama merokok dalam tahun. Interpretasi
hasilnya adalah derajat ringan (0-200),
sedang (200-600), dan berat ( >600).


b. Gejala klinis
Batuk kronik adalah batuk hilang timbul
selama 3 bulan yang tidak hilang dengan
pengobatan yang diberikan
Sesak napas terutama pada saat melakukan
aktivitas
Inspeksi
- Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu)
- Barrel chest (diameter antero - posterior dan transversal sebanding)
- Penggunaan otot bantu napas
- Hipertropi otot bantu napas
- Pelebaran sela iga
- Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis leher dan edema
tungkai
- Penampilan pink puffer atau blue bloater

Palpasi
Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar

Perkusi
Pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil, letak diafragma rendah, hepar
terdorong ke bawah

Auskultasi
- suara napas vesikuler normal, atau melemah
- terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa
- ekspirasi memanjang
- bunyi jantung terdengar jauh


- Frekwensi & intensitas batuk
bertambah
- Produksi sputum bertambah
banyak
- Sputum berubah warna (kuning/
hijau )
- Sesak napas bertambah berat
- Keterbatasan aktifitas bertambah
- Gagal napas akut
- Penurunan kesadaran


Pemeriksaan Penunjang

a. Spirometri (VEP1, VEP1 prediksi, KVP,
VEP1/KVP)
b. Radiologi (foto toraks)
c. Laboratorium darah rutin
d. Analisa gas darah
e. Mikrobiologi sputum
Tujuan penatalaksanaan PPOK :
Mengurangi gejala
Mencegah progesivitas penyakit
Meningkatkan toleransi latihan
Meningkatkan kualitas hidup penderita
Mencegah dan mengobati komplikasi
Mencegah dan mengobati eksaserbasi
berulang
Menurunkan angka kematian

Definisi eksaserbasi akut pada PPOK adalah
kejadian akut dalam perjalanan alami
penyakit dengan karakteristik adanya
perubahan basal sesak napas, batuk,
dan/atau sputum yang diluar batas normal
dalam variasi hari ke hari
Batuk makin sering/ hebat
Produksi sputum bertambah banyak
Sputum berubah warna
Sesak napas bertambah
Keterbatasan aktivitas bertambah
Terdapat gagal napas akut pada gagal napas
kronik
Kesadaran menurun

Optimalisasi penggunaan obat-obatan
Bronkodilator
Agonis
2
kerja singkat kombinasi dengan antikolinergik melalui inhalasi
(nebuliser) (bukti A)
Xantin intravena (bolus dan drip) (bukti B)
Kortikosteroid sistemik (bukti A)
Antibiotik
Golongan makrolid baru (Azitromisin, Roksitromisin, Klaritromisin)
Golongan kuinolon respirasi
Sefalosporin generasi III/IV
Mukolitik
Ekspektoran
Terapi oksigen
Terapi nutrisi
Rehabilitasi fisis dan respirasi
Evaluasi progresifiti penyakit
Edukasi

Peningkatan gejala (sesak, batuk) saat tidak
beraktivitas
PPOK dengan derajat berat
Terdapat tanda-tanda sianosis dan atau edema
Disertai penyakit komorbid lain
Sering eksaserbasi
Didapatkan aritmia
Diagnosyik yang belum jelas
Usia lanjut
Infeksi saluran nafas berta
Gagal nafas akut pada gagal nafas kronik

Sesak berta setelah penanganan adekuat di
ruang gawat darurat atau ruang rawat
Kesadaran menurun, letargi atau kelemahan
otot-otot respirasi
Setelah pemberian oksigen tetapi terjadi
hipoksemia atau perburukan PaO2 < 50
mmHg atau PaCO
2
> 50 mmHg memerlukan
ventilasi mekanis (invasive atau non invasif)
Memerlukan penggunaan ventilasi mekanis
invasive
Ketidakstabilan hemodinamik

Macam Obat Preparat Dosis / kali

2
agonis
Kerja cepat
Salbutamol

Terbutalin

Tablet
Inhalasi
Tablet
Inhalasi
4 4 mg
200 mcg
2,5 5 mg
250 500
mcg

2
agon /lambat Salmeterol Inhalasi 50 100 mcg
Anticholinergik Ipatopropium Inhalasi 40 80 mcg
Methylxantine Theophillin
Aminophillin
Tablet
Tablet
125 mg
200 mg
Kortikosteroid Beclomethason Inhalasi 100 800
mcg
gagal napas kronik
gagal napas akut pada gagal napas kronik
infeksi berulang
kor pulmonale.
DAFTAR PUSTAKA

1. GOLD Inc. Pocket Guide to COPD Diagnosis, Management, and
Prevention. [diakses 4 November 2011]. Di unduh dari URL:
http://www.goldcopd.com/Guidelineitem.asp?l1=2&l2=1&intId=989

2. Mangunnegoro H, dkk. PPOK, Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan di Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia:
2003. hal 1-56

3. Mathers CD, Loncar D (November 2006). "Projections of Global
Mortality and Burden of Disease from 2002 to 2030". PLoS Med. 3 (11):
e442:10.1371/journal.pmed.0030442

4. Elizabeth G. Nabel, M.D 2007 NHLBI Morbidity and Mortality Chart
Book" (PDF). Retrieved 2008-06-06.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai