Anda di halaman 1dari 19

SEDIAAN PARENTERAL

Definisi/type
Suatu sediaan parenteral adalah suatu produk yang diberikan pada tubuh dengan
cara disuntikan. Ketika suatu injeksi telah melewati mekanisme pertahanan tubuh normal,
adalah penting produk tersebut disiapkan dengan perhatian dan perlakuan lebih tinggi
dibandingkan dengan sediaan oral dan produk topikal rutin lainnya. Produk akhir harus
bebas dari mikroorganisme (steril), bebas dari bakteri endotoksin dan pyrogen
(nonpyrogenic) dan bebas dari senyawa-senyawa luar yang tidak larut. Karena sifat alaminya
yang rentan, produk steril harus disiapkan pada kondisi lingkungan yang terkontrol.
Campurannya steril, non pyrogenic, dan terutama lagi kebebasannya dari kemungkinan
perubahan campurannya.
Untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya serta khasiat yang sebesar-besarnya
diperlukan pemikiran yang mendalam. Menurut Gstirner pembuatan obat suntik didasarkan
pada tiga macam pertimbangan: kimiawi, teknis, dan fisiologis (farmakologis).
Pertimbangan kimia meliputi persoalan tercamput tidaknya bahan obat dengan zat
pembantu. Pertimbangan teknis yang meliputi teknis pembuatan yang sebaiknya yang akan
menghasilkan suatu produk yang terbaik, pertimbangan farmakologis meninjau apakah
produk yang dihasilkan akan menghasilkan absorbsi dan khasiat yang sesuai dengan yang
dikehendaki.

Type larutan parenteral
Ada 2 type sediaan parenteral, yaitu:
1. Sediaan yang dimasukkan dalam jumlah relatif kecil untuk terapeutik dan tujuan
deagnosa
2. Sediaan yang dimasukkan dalam jumlah volume yang relatif banyak untuk
mengembalikan keseimbangan kalori dan elektrolit tubuh.
Dimana masing-masing type dari sediaan membutuhkan akurasi dan perhatian yang sangat
tinggi di dalam pembuatannya.
Komposisi
Ketika sediaan parenteral dibuat, ada satu hal yang perlu diperhatikan yaitu kehadiran
berbagai zat penambah. Zat penambah ini termasuk pembawa, penambah kelarutan, Buffer,
pengawet, antioksidan, gas inert, surfactans, zat kompleks (Mis EDTA), dan pengkelat.
Zat pembawa
Air adalah pembawa yang paling umum digunakan pada saat ini. Jika sebuah oabt sangat
tiadk larut dalam air sejumlah penambah kelarutan dapat digunakan misalnya etanol 1% -
50%, PEG 1% - 50%, Propylenglikol 1 % - 60 %
Surfaktan dapat digunakan untuk meningkatkan kelarutan dari obat di dalam pembawa
berair. Perlu diperhatikan kemungkinan kehadiran suatu surfaktan akan meningkatkan
kecepatan penguraian obat.
System Buffer
Untuk memperoleh pH yang diinginkan didalam suatu larutan selain untuk kelarutannya
juga untuk kestabilannya maka banyak preparat mengandung system Buffer. Kapasitas
Buffer (kethanan terhadap perubahan setelah penambahan suatu asam atau basa) umumnya
rendah sehingga system tidak akan mempengaruhi pH atau cairan tubuh setelah
penyuntikan. Buffer haruslah cukup kuat sehingga dapat menahan perubahan pH pada
penyimpanan dan penggunaan.

Pengawet
Produk yang dikemas dalam vial dosis ganda membutuhkan kandungan suatu pengawet
untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang mungkin masuk ketika wadah dikemas.
Bagaimanapun juga tidak semua pengawet yang ada kompetibel dengan kloramfenikol
natrium suksinat, paraben dan fenol tidak kompetibel dengan Nitrofurantoin dan lain-lain
Ketika pengenceran produk serbuk kering untuk injeksi dengan suatu air untuk injeksi yang
mengandung bakteriostatik adalah penting suatu produk itu harus kompetibel dengan
pengawetnya. Selain itu pengawet juga harus kompetibel dengan wadah dan penutup dari
sediaan.
Pengawet merkuri dan surfaktan kationik konsentrasi maksimum sebagai pengawet
adalah 0,1%, untuk klorbutanol, kreosol, dan phenol maksimal 0,5% dosis tunggal dan infus
tidak membutuhkan pengawet karena volume infus yang besar mengakibatkan pengawet
yang dibutuhkan juga banyak. Pengawet yang banyak ini akan mengakibatkan efek toksik
Antioksidan dan gas inert digunakan untuk menjaga kestabilan, prinsip kerja antioksidan
bahwa senyawa tersebut harus lebih muda dioksidasi ketimbang zat yang dilindungi.
Senyawa yang paling banyak digunakan sebagai antioksidan adalah natrium dan kalium
Metabisulfit
Senyawa kompleks dan pengkelat dapat juga digunakan untuk menjaga kelarutan dan
kestabilan produk. Garam EDTA (0,01%-0,075%) adalah contoh darai zat penambah ini
Pembuatan air untuk injeksi
Perlu diperhatikan bahwa air untuk injeksi adalah beda dengan air steril untuk injeksi
Didalam FI ed 111 diterangkan bahwa air untuk injeksi adalah dibuat dengan menyuling
Kembali air suling segar dengan alat kaca yang netral atau wadah logam yang cocok yang
diperlengkapi dengan labu percik. Hasil sulingan pertama dibuang. Sulingan selanjutnya
ditampung dalam wadah yang cocok dan segera digunakan
Pemeriksaan air untuk injeksi
N0 Jenis pemeriksaan Hasil pemeriksaan standart Kesimpulan
1 Ph, dan reaksi
2 Cu,Fe,Pb 0
3 Kalsium 0
4 Chlorida 0
5 Nitrat 0
6 Sulfat 0
7 Ammoniak 0
8 Nitrat 0
9 Co2 0
10 Amonik albumin 0
11 Zat Pereduksi 0
12 Sisa Penguapan
13 Seng 0

1.1. Isotonis
Larutan yang isotonis tidak akan menyebabkan suatu jaringan membengkak atau
berkontraksi bila mereka berkontak dan juga tidak akan menyebabkan rasa yang tidak enak
bila diteteskan ke mata, saluran hidung, darah atau jaringan tubuh lainnya. Satu contoh
sediaan farmasi semacam itu adalah larutan NaCl isotonis 0,9 %.
Jika larutan mempunyai konsentrasi garam yang sama dan tekanan osmotic yang sama
dengan konsentrasi garam yang dan tekanan osmotic sel darah merah maka larutan itu
dikatakan isotonis dengan darah.
Jika sel darah disuspensikan dengan larutan Natrium Klorida 2 % (> 0,9%), air dalam sel
akan keluar melalui membran sel untuk mengencerkan larutan garam disekeliling sel
tersebut sampai konsentrasi garam di dua sisi membran etitrosit identik. Keluarnta air dari
dalam sel menyebabkan sel mengkerut dan mengecil atau crenated dalam hal ini larutan
disebut hipertonis dengan sel darah. Jika darah dicampur dengan natrium klorida 0,2% (<
0,9%) atau air suling maka air akan memasuki sel darah merah untuk mengencerkan
konsentrasi dari eritrosit hingga konsentrasinya identik dengan di luar sel akibatnya sel itu
akan membengkak dan pecah dengan melepaskan hemoglobin. Gejala ini dikenal dengan
peristiwa hemolisis, larutan garam lemah atau air ini disebut hipotonis dengan darah.
Salah satu pembanding pertama untuk penentuan titik beku darah dan air mata (yang
diperlukan agar didapat larutan isotonis dengan cairan tubyh tersebut) adalah menurut
Lumiere dan Chevrotier yang mendapat hasil titik beku kedua larutan tersebut masing-
masing adalah 0,56
0
C dan 0,80
0
C tetapi kemudian Pederson- Bjegaard dan kawan- kawan
mendapatkan hasil besarnya titik beku darah dan air mata sama-sama 0,52C. Temperatur ini
sama dengan temperatur beku larutan NaCl 0,9 hingga dikatakan larutan NaCl 0,9
isotonis dengan darah dan air mata.
Metode pengaturan tonisitas dan Ph
metode yang ada dibagi dalam dua golongan. Pada metode golongan I ditambahkan NaCl
atau zat lain agar tercapai titik beku larutan sebesar - 0,52 dan larutan obat menjadi isotonis
dengan cairan tubuh. Metode krioskopik dan metode ekuivalen NaCl termasuk golonga I
inin. Golongan II, sejumlah larutan pengisotonis ditambahklan ke larutan obat agar larutan
tersebut isotonik, METODE White-Vincent dan metode Sprowls termasuk dalam metode
golongan ini.


Metode golongan I
I.1. Metode krioskopik (penurunan titik beku)
PTB sejumlah larutan obat yang ditentukan berdasarkan hasil eksperiment atau
perhitungan teoritis. Untuk larutan obat yang PTB nya tidak dapat ditentukan dengan
eksperiment atau tidak terdapat pada daftar yang tersedia maka dapat ditentukan dengan
menggunakan perhitunganteoritis bila diketahui BM obat tersebut dan

dari tipe
ionnya.

molar zat aktif


Dimana :

= penurunan titik beku yang disebabkan oleh i% b/v zat berkhasiat


= penurunan titik bekuy dari larutan senyawa-senyawa dalam bentuk ionnya


dan
pada konsentrasi C yang isotonis dengan cairan tubuh
= berat 1 g zat aktif
M = bobot molekul zat aktif dalam gram/mol
Contoh
Berapakah penurunan titik beku dari 1% larutan natrium propionat ? BM = 96
Jawab
Karena Na propionate adalah larutan elektrolit yang uni-univalent maka nilai L
iso
adalah
3,4 maka
T
f
= L
iso


T
f
= 3,4 x


= 0,35
0

Perhitungan ini berdasarkan kenyataan bahwa penurunan titik beku molal sebanding
dengan perbandingan penurunan titik beku zat terlarut dan kadar molalnya.
Contoh:
Berapa banyak natrium klorida yang diperlukan agar 100 ml larutan apomorfin HCL 1%
isotonis dengan serum darah?
Dari table didapat bahwa PTB apomorfin 0,08
0
agar diperoleh larutan yang isotonis
sejumlah NaCL harus ditambahkan untuk menurunkan titik bekunya sebesar 0,05
0
0,08
0
=
0,44
0
dari table diperoleh PTB NaCL 1% = 0,58
0
dengan menggunakan perbandingan
diperoleh:


X = 0,76 %
Jadi NaCLyang ditimbang =0,76% x 100 ml = 0,76 g

Pembuatan larutan dilakukan dengan melarutkan 1,0 g apomorfin HCL dan 0,76 g NaCL
secukupnya hingga diperoleh volume akhir 100 ml
Didalam farmakope Indonesia dan dianjurkan oleh Codex Pharmaceuthichal Inggris dan
melibatkan penggunaan dari 0,52 sebagai titik beku darah dan cairan mata maka terdapat
persamaan untuk menghitungnya yaitu :
B =


Dimana :
B = bobot dalam gram xzat pengisotonis yang ditambahkan dalam 100 ml hasil akhir.
B
1
=PTB air yang disebabkan penambahan 1 % b/v zat aktif
B
2
= PTB air yang disebabkan penambahan 1 % zat pengisotonis
C = Kadar zat aktif dalam % b/v

Contoh pengerjaan dengan soal yang sama



I.2. Metode ekuivalen NaCl
Metode lain yang digunakan untuk menghitung tonisitas larutan farmasi dikembangkan oleh
Mellen dan Seltzer adalah ekuivalen NaCl yaitu banyaknya NaCl yang ekuivalen
(mempunyai pengaruh osmotic yang sama ) dengan 1 g (atau satuan lain) obat tersebut .
Nilai E untuk beberapa oabt tercantum dalam FI ed IV atau pada buku-buku lainnya namun
bila tidak terdapat pada daftar maka dapat dihitung dengan L
iso
berdasarkan rumus yang
diturunkan oleh Goyang dan kawan-kawan
PTB NaCl = PTB zat
PTB untuk NaCl adalah



Contoh
Hitunglah nilai E untuk natrium propionate (96)
Jawab:
Karena obat ini merupakan garam uni-univalen maka L
iso
nya 3,4
E = 17,94 x

= 0.608
Perhitungan untuk menentukan jumlah natrium klorida atau zat inert lainnya agar isotonis
secara mudah dapat dihitung dengan mengalikan gram (banyaknya) masing-masing obat
dalam resep dengan ekuivalen NaCl nya dan konsentrasi natrium klorida yang isotonis
dengan cairan tubuh yaitu sebesar 0.9 g / 100 ml dikurangi dengan hasil tersebut
Contoh
Berapa banyak natrium klorida yang diperlukan agar 100ml larutan apomorfin HCl 1%
isotonis dengan serum darah ?
Jawab
Apomorfin HCl = 1g x 0,14 = 0,14 g
Apomorfin menghasilkan berat zat yang nilai osmotiknya sama dengan 0,14 g NaCl karena
diperlukan NaCl sebanyak 0,9 g agar suatu larutan menjadi isotonis maka harus
ditambahkan NaCl sebanyak (0,9 0,14) = 0,76 g
Bila zat pengisotonis ingin diganti dengan glukosa maka 1g glukosa setara dengan 0,16 g
NaCl maka 0,76 NaCl setara dengan

x 1g glukosa = 4,75 g glukosa


Didalam farmakope Indonesia juga terdapat table kesetaraan NaCl tetapi perlu diperhatikan
bahwa table tersebut memuat data tentang jumlah NaCl 0,9 % yang setara dengan 1% bahan
obat. Sehingga jika kita ingin membuat 2% bahan apomorfin HCl maka E (FI ed III) = 0,76
0,9 g 0,76 g = 0,14 g
Untuk 2% = 0,9g (0,14g x 2 )
= 0,62 g NaCl yang perlu ditambahkan untuk membuat isotonis 2 % larutan
Apomorfin HCl
Didalam farmakope Belanda edisi VI terdapat cara menghitung isotonis dengan
menggunakan faktor disiosiasi yang mula-mula diusulkan oleh Nicola.
Rumusya sebagai berikut :

[ (

)]
dimana :
0.28 =faktor penisotonis dengan serum PTB darah/ tetapan krioskopik air

H = berapa NaCl pengisotonis
Ma,Mb = BM zat terlarut
a, b = kadar zat dalam garam per liternya
Mh = BM zat pengisotonis
Fh, Fa, Fb = faktor disiosiasi dengan harga sebagai berikut :
Zat-zat yang tak terdisiosiasi (glukosa, gliserin) 1
Basa basa dan asam asam lemah
1,5
Basa- basa dam asam- asam kuat
1,8

= harga untuk pengisotonis


Natrium klorida 32
Glukosa
198
Natrium Nitrit 47
Gliserin 81
Spiritus fort 43
Contoh :
Berapa banyak natrium yang diperlukan agar 100 ml larutan apomorfin HCl 1 %
isotonis dengan serum darah ?



Jawab :
Subtitusikan nilai tersebutdalam rumus diatas
*

+
[ ]
Halaman 11-12
=7,12 g per 1 liter
Untuk 100 ml / 1000 ml x 7,12 = 0,712 g
W = {F - (

) } X


Dimana : W = berat NaCL Yang dibutuhkan per 100 ml Larutan
F = factor isotonis NaCL darah terhadap darah
=



=


% w/v = persen kekuatan dari zat dalam gram / 100 ml
M = BM zat
K = factor disosiasi zat
M = BM zat pengisotonis
K = factor disosiasi zat pengisotonis

Contoh
Siapkan 100 ml larutan 1 % procain HCL dan buat isotonis dengan NaCL
Penyelesaiannya :
W = {0,31 - (

) } X


= {0,31 - ( ) } X 29,25
= 0,69 g
Metode golongan II
I.1. Metode White-Vincent
Metode ini melibatkan penambahan air dalam larutan obat agar diperolah larutan yang
isotonis diikuti penambahan larutan pengencer isotonis atau dapar isotonis sampai
volume akhir.
Contoh :
Buatlah 30 ml larutan Apomorfin HCl 1 % yang isotonisnya mula-mula kalikan berat
bahan obat dengan ekuivalen NaCl Nya
0,3 g X 0,14 = 0,042 g
Jumlah tersebut menunjukan banyaknya NaCl yang ekuivalen dengan 0,3 g
Apomorfin HCl pada tekanan osmotiknya.
Telah diketahui larutan isotonis NaCl adalah 0,9 g dalam 100 ml
Volume larutan isotonis yang dapat dibuat dari 0,042 g adalah




Jadi pada pembuatan larutan obat tersebut maka obat dilarutkan dengan air 4,67 ml
lalu di tambahkan larutan isotonis NaCl untuk memperoleh larutan obat yang isotonis
higga 30 ml
Harga perbandingan 100 ml / 0,9 g = 111,1
Dengan demikian persamaan ini dapat dipersederhanakan
V = W x E x 111,1
Dimana :
V = volume larutan isotonis yang ditambahkan untuk memperoleh larutan
obat yang isotonis
W = berat bahan obat dalam g
E = ekuivalen NaCl
Sehingaa soal yang lalu dapat diselesaikan
V = 0,3 g x 0,16 x 111,1
= 4,67 ml
Contoh lainnya
Buatlah larutan yang isotonis dari campuran zat berikut
Fenacetin HCl..
0,06 g
Asam borat...
0,03 g
Aqua..
ad 100 ml
V = [(0,06 g x 0,16) + (0,03 g x 0,5)] x 111,1
= 17,7 ml
Jadi pada pembuatan larutan obat tersebut maka obat dilarutkan dengan air 17,7 ml lalu
ditambahkan larutan isotonis untuk memperoleh larutan obat yang isotonis hingga 100 ml.
Jika kita menggunakan NaCl kristal maka perlu ditambahkan NaCl kristal sebanyak
()


0,7407 g lalu dicukupkan volumenya hingga 100 ml.

Metode III. Dengan Menggunakan Kurva
Penggambaran secara gravik cocok untuk banyak bahan yang dilaporkan dalam beberapa
farmakope. Mereka memberikan beberapa perbandingan antara konsentrasi bahan obat dan
penurunan titik beku. Selain itu, di dalamnya digambarkan suatu kurva NaCl (kurva
pengatur) darinya dapat dibaca jumlah NaCl yang di masukkan dalam larutan untuk
memperoleh larutan isotonis.
Contoh
Akan dibuat larutan etilmorfin HCl 2% sebanyak 500 ml tentukan berat NaCl yang
dibutuhkan agar mencapai larutan isotonis.
Penyelesaian
1. Buatlah grafik dengan absis (konsentrasi) dan koordinat (PTB)
2. Hubungkanlah konsentrasi etilmorfin dengan PTB-nya pada grafik
3. Tariklah garis sejajar terhadap absis untuk konsentrasi NaCl isotonis terhadap PTB-nya
4. Titik potong dengan ordinat memberikan konsentrasi NaCl yang diperlukan untuk
pengisotonis tersebut.
Dapar adalah senyawa senyawa atau campuran senyawa yang dapat meniadakan
perubahan pH terhadap penambahan sedikit asam atau basa. Peniadan perubahan pH ini
dikenal dengan sebagai aksi dapar.
Persamaan dapar
Persamaan dapar atau persamaan Henderson-Hasselbach

[]
[]


Persamaan dapar penting untuk menyiapkan larutan dapar farmasi; hasil tersebut dikatakan
baik jika larutan berada dalam trayek pH 4 sampai 10 (Martin)
Factor factor yang mempengaruhi pH larutan Dapar
1. Penambahan garam garam netral
2. Pengenceran (penambahan air dalam jumlah cukup)
3. Temperature, koltof dan tekelenburg menyatakan istilah koefisien temperature yaitu
perubahan pH akibat pengaruh temperature misalnya dapar asetat
Obat obat sebagai dapar, penting juga bagi kita untuk mengetahui bahwa larutan obat
merupakan larutan elektrolit lemah juga dapat memperlihatkan kerja seperti dapar. Larutan
asam salisilat dalam botol kaca lunak dipengaruhi oleh kebebasan gelas itu. Semula diduga
bahwa reaksi tersebut akan menyebabkan nilai pH naik; ternyata ion natrium dari kaca lunak
bersenyawa dengan ion salisilat membentuk Natrium Salisilat akibatnya larutan asam
salisilat dan natrium salisilat membentuk larutan dapar yang mencegah terjadinya perubahan
pH
Indikator pH, larutan indikator dapat dikatakan sebagai suatu asam lemah atau basah lemah
yang dapat bertindak seperti dapar dan menghasilkan perubahan warna karena derajat
disosiasinya berubah sesuai dengan perubahan pH
Karena dapat bercampur hingga mencakup trayek pH yang lebar, maka beberapa indikator
dapat pula dikombinasikan hingga membentuk suatu indikator yang disebut indikator
universal. Dalam Merck Index disebutkan suatu indikator semacam itu yang Merupakan
campuran metil kuning, metil merah, brontimol biru, timol biru dan fenolftalein yang
mencakup trayek pH dari 1 sampai 11
Kapasitas dapar, adalah besarnya penahanan perubahan pH oleh dapar yang disimbolkan
atau efisiensi dapar, indeks dapar atau nilai dapar
Rumus (Van Slyke) dapat digunakan untuk mengghitung kapasitas dapar
=2,3C
[

]
(

])

dimana : C adalah konsentrasi dapar total yaitu jumlah konsentrasi molar asam dan
garamnya
contoh
Buatlah dapar dengan kapasitas 0,02 dan pH larutan 5
Penyelesainnya
1. Pilihlah suatu asam dengan pKa 5 atau mendekatinya. pKa asam asetat 4,76
2. Hitunglah perbandingan garam dan asamnya..
pH = pKa + log
[]
[]


5,00 = 4,76 + log
[]
[]


Log
[]
[]
= 5,00 4,76

Log
[]
[]
= 0.24

[]
[]
= antilog 0,24 = 1,74

Sehingga perbandingan
[]
[]
1,74 : 1

Total garam + asam = 1,74 + 1
= 2,74

Hal. 16
Wadah
Penyiapan wadah
1. Pencucian wadah
Wadah gelas sebaiknya dicuci dengan menggunakan suatu senyawa detergen
sistetic. Sabun sebaiknya tidak digunakan karena cenderung untuk meningkatkan
pengendapan lapisan film dari sabun kalsium dan magnesium pada permukaan glass.
Detergen yang biasa digunakan adalah natrium lauril sulfat, fatty sulfas alkohol
(duponol, dreft, dll) suatu aryl sulfonat dll dengan hasil yang memuaskan.
Wadah mulut besar dapat dibersihkan dengan mengocoknya dalam larutan
detergen panas selama 15 menit hingga 30 menit. Kemudian diikuti dengan
membilasnya pertama dengan air bersih lalu terakhir dengan air destilasi segar.
Untuk memindahkan senyawa alkali dari permukaan gelas. Pencucian dengan
asam disarankan. Ini dilakukan dengan mengisi wadah dengan larutan panas dari asam
klorida 0,1 N dibiarkan selama 30 menit dan dibilas seperti cara diatas.
2. Tutup karet
Pembersihan tutup karet untuk menghilangkan sulfur dan pengotoran lainnya.
Tutup karet dimasak selama 15 menit di dalam larutan 2 % natrium karbonat yang
mengandung 0,1 % dari detergen. Tutup kemudian dibilas seperti cara diatas.
(Wattimena)

3. Sterilasasi wadah
tabel yang disarankan untuk metode pensterilan.
Item Oven Autoclave Gass Penyaring
bakteri
Peralatan gelas
170selama 2
jam
121selama 20
menit

Bahan yang tidak
mudah menguap,
serbuk tahan panas
170selama 2
jam

Peralatan metal
121selama 30
menit

Larutan berair dalam
wadah
121selama 30
menit

Serbuk thermolabile


Cara pengerjaan
Pencampuran
Bahan-bahan obat yang digunakan harus murnih dan bersih, ditimbang dengan saksama,
dengan mengambilnya dari dalam botol bagian bawah. Setelah larut kemudian sesuaikan
PH-nya dengan PH optimal dari bahan obat kemudian dicukupkan volumenya, untuk larutan
dengan volume sekali penyuntikan melebihi 10 ml, maka larutan tersebut harus dibebaskan
dari pyrogen dengan cara pengocokkan selagi hangat atau dihangatkan bila perlu, dengan
norit 0,1-0,3 % selama 15 menit. Perlu diperhatikan bahwa beberapa bahan dapat ikut
teradsorbsi dengan penambahan norit sehingga kadarnya akan berkurang.
Penyaringan
Larutan yang terbentuk kemudian disaring dengan menggunakan penyaring yang sesuai,
baik dengan menggunakan penyaring gelas, asbes atau dengan kertas. Kertas saring biasanya
meninggalkan serat pada larutan bila digunakan, kecuali beberapa jenis kertas saring yang
ada misalnya kertas saring bebas abu (Waatman).
Penyaring bakteri adalah pilihan yang paling tepat dalam menyaring larutan injeksi.
Beberapa macam penyaring bakteri adalah :
Filter gelas G5
Filter seitz, filter asbes
Filter candle (silikat)
Filter mandler (campuran silikat, asbes dan calsium sulfat)
Penyaringan dilakukan berulang ulang hingga larutan jernih dan bebas dari partikel dengan
mengamati pada latar yang kontras.
Pengisian larutan
Larutan yang diisikan kedalam wadah selalu dalam jumlah yang berlebih karena pada saat
pengambilan larutan dari wadah maka masih tersisa sejumlah cairan yang melekat pada
dinding wadah. Oleh karena itu beberapa farmakope menyarankan volume penambahan
sepeti yang tertera pada table:
Volume pada etiket
(ml)
Volume tambahan yang dianjurkan untuk jenis cairan:
Encer
(ml)
Kental
(m)
0,5 0,10 0,12
1,0 0,10 0,15
2,0 0,15 0,25
5,0 0,30 0,50
10,0 0,50 0,70
20,0 0,60 0,90
30,0 080 1,20
50,0 atau lebih 2% 3%

Pengisian larutan kedalam wadah yang dilakukan dengan menggunakan penakar yang
memiliki ketelitian yang tinggi (buret),dimana ujungnya mampu masuk melewati leher dari
ampul. Pengisian dapat dilakukan secara manual atau dengan menggunakan mesin yang
dapat mengisi secara otomatis.
Setelah laruta diisikan kedalam wadah maka sebelum wadah tersebut ditutup,kedalamnya
dialiri uap air,yang akan membilas kebawah sisa-sisa tetesan larutan tersebut yang mungkin
masih melekat pada dinding leher ampul, pengaliran uap ini diperlukan terutama untuk obat
suntik yang mengandung zat-za organiknya yang bila tidak dikerjakan demikian maka pada
saat wadah ditutup akan mengarang.
Hal.20-hal.23

Biasanya merupakan bahan hidrophob
Contohnya talk, tepung jagung, dll sebaiknya dalam konsentrasi yang kecil.
Metode pembuatan Tablet
Pada dasarnya tiap bahan yang akan dibuat menjadi tablet harus memiliki dua karakteristik
1. Kemampuan mengalir
2. Kemampuan untuk dicetak
Berdasarkan hal tersebut maka metode pembuatan dapat dibagi menjadi :
1. Cetak langsung
2. Granulasi kering
3. Granulasi basah
Cetak Langsung (Direct Compression)
Terutama digunakan untuk bahan-bahan yang memiliki adesi dan kohesi yang baik, terutama
bahan-bahan yang berbentuk kristal, seperti KBr, NH
4
Br, Asetosal (Aspirin), dll
Cara pembuatan : bahan obat dan bahan tambahan (bila ada) dicampur dan dihaluskan lalu
langsung dicetak
Granulasi basah
Untuk bahan yang tidak memiliki sifat yang dapat dicetak langsung
Untuk bahan-bahan yang tahan terhadap adanya air dan pemanansan
Bahan aktif dan bahan penambah dicampur bersama-sama lalu dihaluskan dibuat
granul dengan bahan pembasah, diayak, dieringkan, diayak lagi kemudian dicetak
Nomor pengayak yang digunakan disesuaikan dengan ukuran die
Tablet dengan diameter <0,8 cm menggunakan mesh 20
Tablet dengan diameter 0,8 cm - 0,9 cm menggunakan mesh 16
Tablet dengan diameter 0,9 cm 01,0 cm menggunakan mesh 14
Tablet dengan diameter >1 cm menggunakan mesh 12
Granulasi kering
Terutama untuk bahan-bahan yang tidak memiliki kemampuan untuk dicetak
langsung, tetapi juga tidak tahan dengan air dan pemanasan
Komponen tablet dikempa dengan mesin tablet atau mesin khusus. Massa ini disebut
slug prosesnya slugging, slug kemudian diayak dan diaduk untuk mendapatkan bentuk
granul, bila belum memuaskan dapat diulang
Contoh formula tablet
Parasetamol 500 mg
Lar. Gelatin 10 % (Pengikat) 20%
Pati Jagung (Penghancur) 10%
Mg stearat (pelicin) 1%
Talc (pelincir) 1%
Lactosum (Pengisi) ad 100%
Cara perhitungan Bahan
Mis. Untuk membuat 100 tablet dengan berat normal tablet @ 650 mg
Parasetamol : 100 x 500 mg = 50.000 mg
Pasta pati 10% : 20% x (650 x 100 tab) = 13.000 mg
Pati : 10% x 13.000 mg = 1.300 mg
Pati manihot : 10% x (650 x 100 tab) 1 = 6.500 mg
Mg. Stearat : 1% x (650 x 100 tab) = 650 mg
Talc : 1% x (650 x 100 tab) = 650 mg
Lactosum : (650 x 100 tab) ( 50.000 + 1300 + 6.500 + 650 mg + 650 mg )
: 65.000 59.100 = 5,9 g
Pembuatan larutan pasta pati
1. Timbang pati jagung 1.300 mg tambahkan air 3 ml. Aduk hingga hoogen.
2. Panaskan air sebanyak 95 ml hingga mendidih
3. Masukkan campuran pertama aduk hingga terbentuk larutan bening dan homogen.
4. Turunkan dinginkan lalu timbang hingga beratnya 100 g
Pembuatan Granul Tablet
1. Timbang parasetamol, pati manihot, dan lactosum, gerus hingga halus dan
homogenkan lalu ayak
2. Basahkan campuran pertama dengan pasta pati hingga massa granul yang baik
3. Ayak dengan pengayak no
4. Timbang granul yang terbentuk lalu keringkan pada suhu 80 derajat C selama 8 jam
5. Timbang granul kering, campur dengan Mg stearat dan talc
6. Cetak
7. Lakukan pengujian Granul

Pengujian Granul
Pengujian Granul dilakukan untuk menentukan sifat sifat granul yang dapat
memberikan gambaran kepada kita tenatng sifat tablet yang akan terbentuk sehingga kita
dapat melakukan antisipasi untu menghasilkan tablet baik
Pengujian granul terdiri atas :
1. Pengujian Kadar Air
Uji kadar air ditentukan dengan menimbang granul basah dan dalam keadaan basah
setelah kering. Kadar air dinyatakan sebagai MC (Moisture Content) atau LoD (
Loost on drying)
Kadar sekitar 2% - 3%
Prosedur Kerja
a. Timbang sampel granul basah (setlah granulisasi awal sebelum dikeringkan)
secukupnya (A gram)
b. Timbang granul yang telah dikeringkan (B gram)
c. Hitung bobot air dengan menggunakan rumus MC dan LoD
% MC =
() ()
()


%LoD =
() ()
()

2. Pengujian Daya alir
Penentuan aliran granul dilakukan untuk mengetahui konsistensi granul sebelum
digunakan dalam proses pembuatan tablet. Beberapa pengujian granul yang dapat
digunakna sebagi parameter granul yang memenuhi persyaratan dalam proses
pembuatan sediaan tablet adalah :
a. Uji sudut diam (angle of repose)
Untuk menentukan sifat aliran dilakukan uji sudut kemiringan yang
ditunjukan jika suatu zat berupa serbuk mengalir bebas dari sebuah corong
ke atas suatu dasar membentuk kerucut yang sudut kemiringannya diukur,
semakin datar kerucut, artinya sudut kemiringan semakin kecil, maka sifat
aliran serbuk makin baik untuk sebagian besar serbuk farmasi memiliki
sudut kemiringan dengan range 34 - 48
Hal.27

Hubungan antara angle of repose () dan aliran serbuk
Angle of repose( )
(derajat)
Aliran
<25
25 30
*30 40
>40
Sangat Baik
Baik
Agak Baik
Sangat kurang
*penambahan glidan dapat meningkatkan aliran (0,2% Aerosil)
b. uji BJ sebenarnya (sejati)
Pengujian bobot jenis sebenarnya atau sejati merupakan bobot jenis dari
senyawa yang sebenarnya dimana ruang antar partikel dihilangkan sehingga
volume granul dapat dihitung. Metode ini menggunakan suatu senyawa
cairan yang tidak dapat melarutkan ataupun bereaksi dengan senyawa yang
diuji serta cairan tersebut tidak boleh masuk atau menyerap ke dalam pori-
pori granul contoh cairan tersebut adalah air raksa atau paraffin cair.
Prosedur
a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan yaitu piknometer (25 ml),
paraffin cair, termometer
b. Timbang piknometer kosong dengan penutup yang telah bersih dan kering
(A gram)
c. Isi piknometer dengan paraffin liq. sampai penuh (bila ditutup cairan akan
keluar, tidak boleh ada gelembung udara) lalu tutup bersihkan dan timbang
(B gram)
d. Bersihkan granul dari fines, timbang dalam piknometer sebanyak 1 gram,
lalu masukkan parafin liq kedalamnya hingga penuh dan bebas gelembung
udara lalu timbang (C gram)
e. Hitung bobot sebenarnya

()
()




[
( )

]



c. Uji BJ Nyata
Bobot jenis nyata ()diperoleh dengan membagi berat dari sampel dengan
volume bulk
Prosedur Kerja :
1. Gunakan gelas ukur yang sesuai dengan jumlah granul yang akan di ukur
(misalkan 50 ml)
2. Timbang granul yang akan di uji, masukkan dalam gelas ukur, catat volume
awalnya ()
3. Lakukan pengetukan gelas ukur tersebut pada permukaan kayu dengan
ketinggian 1 inchi dengan interval waktu 2 detik, catatlah volume
pengetukan setelah pengetukan yang ke 2,4,6,8,10,12,15,20,30, dan 50 (

)
4. Hitung BJ sebelum pengetukan (fluff density) dan BJ nyatanya

()



()
()

5. Hitung rasio Hausner = BJ nyata/BJ Fluff dan persen pemadatannya (indeks
Carr)




6. Tentukan sifat alirannya
untuk rasio Hausner < 1,25 mengindikasian aliran yang baik
> 1,5 mengindikasian aliran yang kurang




Interpretasi untuk aliran (By Carr indeks)
Persen Pemadatan (%) Aliran
5 15
12 16
*18 21
*23 35
33 38
>40
Sangat Baik
Baik
Agak Baik
Kurang
Sangat Kurang
Praktis sangat kurang
*penambahan lubrican dapat meningkatkan aliran (mis 0,2 % Aerosol)

d. Uji porositas
Uji porositas dapat dilakukan dengan beberapa cara
Porositas=


x 100%
Atau
porositas =*


+ x 100%
Porositas yang baik terletak antara range 2-10 %, rendahnya porositas
menunjukkan ketidakmudah patahnya tablet dan rendahnya keausan

e. Uji kecepatan alir (Rate of flow Factor)
Pengujian ini ingin melihat apakah dengan penambahan suatu pelincir
akan meningkatkan kecepatan waktu alir atau tidak
Prosedur
1. Timbang granul tanpa pelincir (A gram)
2. Masukkan granul tanpa pelincir ke dalam corong/hopper kemudian alirkan
dengan waktu yang telah ditentukan (mis 10 detik) dengna menggunak berat
granul yang jatuh (Can stopwatch timbang granul yang jatuh (B gram)
3. Timbang bobot granul lalu tambahkan pelincir yang sesuai lalu masukkan
granul dengan pelincir ke dalam corong/hopper kemudian alirkan dengan
waktu yang telah ditentukan (mis 10 detik) dengan menggunakan stopwatch
timbang berat granul yang jatuh (C jatuh)
4. Hitung faktor kecepatan alir granul
f =
()
()

KEKERASAAN
Menggunakan alat penguji kekerasan seperti mosanto tester, stoches, pfizer,
hardness tester dll
Tablet bagus harus memiliki kekerasaan 4-8 kg/cm2
WAKTU HANCUR
Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan oleh tablet untuk hancur dan
partikelnya mampu melewati mesh 10
Diuji menggunakan alat desintegrator tester
Syaratnya untuk tablet tidak bersalut harus hancur tidak lebih dari 15 menit
Tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut gula atau salut selaput
Medium Pengujian
Aqua destilasi = tablet tidak bersalut
Cairan lambung buatan = tablet bersalut
Larutkan 2,0 g NaCl P dan 3,2 g pepsin P dalam 7,0 HCL P dan air secukupnya
hingga 1000 ml
Larutan mempunyai pH lebih kurang 1,2
Cairan usus buatan = tablet bersalut enterik
Larutkan 6,8 g kalium fosfat monobasa P dalam 250 ml air, campur dan tambahkan
190 ml NaOH 0,2 N dan 400 ml air. Tambahkan 10,0 g pankreatin P, campur dan
atur pH hingga 7,5 0,1dengan NaOH 0,2 N, encerkan dengan air hingga 1000 ml
Cara kerja
Tablet tidak bersalut gula
Masukkan 1 tablet pada masing-masing tabung keranjang
Masukkan 1 cakram pada siap tabung dan jalankan
Gunakan air bersuhu 370 C 20 C sebagai media, kecuali dinyatakan lain pada
monografi
Semua tablet harus hancur sempurna
Bila ada tablet yang tidak hancur, ulangi dengan menggunakan 12 tablet
Tidak kurang dari 16 dari 18 tablet harus hancur sempurna

Anda mungkin juga menyukai