Anda di halaman 1dari 9

PERMASALAHAN DI KOTA SEMARANG

Semarang merupakan salah satu kota yang menjadi pusat perdagangan,


pusat bisnis dan pemerintahan di Provinsi Jawa Tengah. Kota ini merupakan
kota memiliki perekonomian yang maju disbanding dengan kota lainnya di Jawa
Tengah. Dibalik kotanya yang maju, kota Semarang memiliki permasalah yang
cukup kompleks seperti alih fungsi lahan, banjir, dan pencemaran air tanah dan
intrusi air laut. Permasalahan-permasalahan tersebut akan dijelaskan secara
jelas sebagai berikut :
1.1. Alih Fungsi Lahan
1.1.1. Permasalahan
Berkembangnya Kota Semarang menyebabkan terjadinya pertumbuhan
penduduk yang terjadi terus-menerus. Angka kepadatan penduduk yang tinggi ini
disebabkan tinggi arus urbanisasi. Pertumbuhan penduduk yang tinggi
menyebabkan kebutuhan lahan untuk permukiman juga semakin tinggi.
Terjadinya alih fungsi lahan yang tadinya lahan kosong dan lahan pertanian
sudah dialih fungsikan lahannya menjadinya permukiman-permukiman dan
bangunan lainnya. Bukit-bukit di Semarang banyak juga yang dikepras untuk
dijadikan area permukiman baru. Perubahan fungsi lahan tersebur menyebabkan
terjadinya kerusakan lingkungan yang semakin parah, salah satunya tanah
longsor.
1.1.2. Solusi
Terjadinya alih fungsi lahan mengakibatkan lahan menjadi kritis. Dalam
upaya penganggulangan lahan kritis diperlukan upaya konservasi lahan.
Konservasi lahan adalah usaha pencegahan kerusakan, memperbaiki kerusakan,
pemeliharaan dan mempertahankan kesuburan lahan serta meningkatkan
kesuburan lahan. Perbaikan lahan kritis melalui tindakan konservasi telah banyak
dilaksanakan di Indonesia salah satunya dengan teknologi SEBAR FOS.
Teknologi Sebar Fos terdiri dari beberapa komponen, antara lain:
1) pembuatan kontur,
2) pengolahan tanah menurut kontur;
3) Penanaman tanaman pohon;
4) pergiliran tanaman;
5) penambahan pupuk organik, an organik dan kapur;
6) pengembalian sisa tanaman/jerami;
7) pembuatan lobang penahan/penampung air hujan.
Dari penerapan teknologi Sebar Fos terlihat bahwa pengelolaan lahan
kritis dengan menerapkan aspek konservasi memberikan hasil yang lebih baik
untuk pertumbuhan dan hasil tanaman dan juga meningkatkan kesuburan tanah.
Penerapan teknologi Sebar Fos memberikan rata-rata hasil berkisar 40-50%
lebih tinggi dibandingkan teknologi petani. Pengaturan dan kemauan petani
dalam mengolah lahan kritis juga berpengaruh terhadap hasil tanaman, hal ini
terlihat dari variasi hasil pada masing-masing petani kooperator.
Untuk menaggulangi lahan kritis diperlukan Usahatani Konservasi, yaitu model
usahatani yang menerapkan kaidah-kaidah konservasi. Untuk usahatani lahan
kering paling tepat menggunakan/melibatkan tanaman pohon, yang memberikan
beberapa keuntungan, yaitu:
a. Sebagai pendapatan jangka panjang (tabungan hijau);
b. Kesejukan, kesegaran, keindahan, dan kesehatan bagi manusia; dan
c. Perlindungan tanah dan air dari matahari dan hujan.
Beberapa tindakan memperkuat konservasi tanah dan air dapat dilakukan
melalui:
a. Pengaturan pola tanam yang tepat;
b. Pengolahan tanah menurut kontur;
c. Gunakan Baha organic;
d. Letakkan sisa tanaman/mulsa sepanjang kontur;
e. Diversifikasi usahatani termasuk tanaman pohon;
f. Pemeliharaan atau pembuatan hutan diatas lereng;
g. Perlindungan tanah dengan tanaman penutup tanah; dan
h. Ternak dikandangkan. (Len Bahri)

Gambar 1.1
Konservasi Lahan
(sumber : googlepicture.com)
1.2. Banjir
1.2.1. Permasalahan
Kota Semarang merupakan kota yang menjadi langganan banjir saat
musim hujan tiba. Bencana banjir ini sudah menyebar meliputi setengah dari luas
wilayah Kota Semarang. Banyak penyebab terjadinya banjir di Kota Semarang,
yaitu :
a. Dilihat dari kondisi geografis, di Kota Semarang adanya perbedaan tinggi
dataran antara wilayah utara dan wilayah selatan. Hal ini terjadi karena
adanya banjir kiriman dari wilayah selatan Kota Semarang dan
Kabupaten Semarang.
b. Adanya pengalih fungsian lahan yang adinya hutan karet menjadi
perumahan dan terjadinya penggundulan hutan sehingga kurangnya daya
serap untuk air hujan.
c. Adanya pengeprasan bukit di beberapa tempat yang mengakibatkan
perubahan pola aliran air, erosi dan mempertinggi kecepatan air,
sehingga membebani pengairan.
d. Pembangunan rumah liar di atas bantaran sungai dan pembuatan tambak
yang mempersemput sungan dan penutupan saluran di daerah hilir.
e. Buruknya perilaku masyarakat yang sering membuang sampah di saluran
dan di sembarang tempat. Rendahnya kesadaran masyarkat akan
kebersihan sekitar membuat saluran tersumbat dan menyebabkan
terjadinya banjir.

Gambar 1.2
Banjir di Simpang Lima Semarang
(sumber : googlepicture.com)



1.2.2. Solusi
Permasalahan banjir di Kota Semarang diperlukan adanya kesadaran dan
kepedulian dari seluruh warga untuk berusaha melakukan pencegahan-
pencegahan terhadap terjadinya banjir. Mencegah dan megatasi banjir tidak
hanya diupayakan oleh pemerintah atau perorangan saja tapi perlu adanya
komitmen bersama dari berbagai pihak untuk mengatasi banjir tersebut.
Beberapa langkah-langkah untuk mengatasi banjir disemarah adalah sebagai
berikut :
a. Memperbanyak ruang terbuka hijau
Ketersediaan ruang terbuka hijau khusunya di kota-kota besar
seharusnya mninimal 30% dari luas kota. Namun kenyataannya, ruang
terbuka hijau hanya mencapai 10% bahkan kurang. Ruang terbuka hijau
dapat menjadi area bagi penyerapan air ketika hujan turun dan hal
tersebut dapat menjadi cara dalam mengtasi banjir. Selain itu, ruang
terbuka hijau dapat bermanfaat bagi kesehatan dan menciptakan udara
yang bersih, menjadi arena bermain, olahraga dan tempat komunikasi
public.

Gambar 1.3
Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Perkotaan
(sumber : http://dennyraditya73.wordpress.com)



b. Penanaman Pohon
Penanaman pohon dapat dilakukan di pekarang rumah, sekolah, kantor
dan tempat umum lainnya, Keberadaan pojon atau tanaman dapat
menunjang terciptanya kota yang hijau, megurangi polusi udara,
mengurangi jumlah debit air hujan yang mengalir di permukaan tanah,
dan dapat mengatasi banjir.

Gambar 1.4
Penanaman Pohon Sejak Dini
(sumber : keyzo.blogspot.com)

c. Pembuatan Lubang Resapan Biopori (LRB)
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi banjir adalah
dengan membuat lubang resapan biopori (LRB). Pengertian biopori itu
sendiri adalah lubang atau ringga di dalam atau diatas permukaan tanah
yang terbentuk secra alami atau buatan. Secara alami, biopori terbentuk
akibat adanya gerakan akar tanaman atau fauna tanah seperti rayap,
semut, cacing dan lain-lain. Sedangkan secara buatan, biopori dapat
dibuat dengan alat.Dibuatnya lubang biopori adalah untuk menjadi lubang
resapan air hujan sehingga air hujan dapat meresap kembali ke dalam
tanah. Selain itu dengan adanya biopori maka tanah mampu
memperbesar daya tampungnya terhadap air hujan yang masuk ke dalam
tanah, mengurangi genangan air di permukaan tanah, dan pada akhirnay
mengurang volume limpahan dan aliran air hujan ke saluran atau sungai.

Gambar 1.5
Pembuatan Lubang Resapan Biopori
(sumber : googlepicture.com)

d. Penangan Sampah yang Baik
Dalam menangani banjir, perlu adanya upaya yang baik pula terhadap
sampah diantarany membuang sampah pada tempatnya serta memilah
sampah organic dan non organic.

Gambar 1.6
Contoh Tempat Sampah Terpadu
(sumber : googlepicture.com)



e. Tidak Membangun Permukiman di Sekitar Sungai
Banyaknya permukiman yang dibangun di pingguran sungai
menyebabkan daya tamping sungai menerima jumlah air yang mengalir
menjadi berkurang. Perlu adanya upaya dari pemerintah untuk menekan
keberadaan dari permukiman-permukiman di area-area tersebut dan
tentu hal tersebut harus juga ditunjang oleh kesadaran dari masyarakat
sendiri.
1.3. Pencemaran Air Tanah dan Intrusi Air Laut
1.3.1. Permasalahan
Pencemaran air tanah salah satunya disebabkan oleh limbah industri
pabrik yang di buang secara sembarangan ke badan badan air seperti sungai,
laut sehingga mencemari air tanah yang biasanya dimanfaatkan masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Pencemaran air tanah
juga disebabkan oleh adanya intrusi air laut ke daratan akibat terjadinya
penurunan permukaan tanah dan naiknya permukaan air laut. Air Tanah Bebas
merupakan air tanah yang terdapat pada lapisan pembawa air ( aquifer ) dan
tidak tertutup oleh lapisan kedap air. Permukaan air tanah bebas ini sangat
dipengaruhi oleh musim dan keadaan lingkungan sekitarnya. Penduduk Kota
Semarang bawah (yang berada didataran rendah), banyak memanfaatkan air
tanah ini dengan membuat sumur-sumur gali (dangkal) dengan kedalaman rata-
rata 3 - 18 m. Amblesan tanah yang terjadi di dataran Semarang disebabkan oleh
dua faktor, yaitu penurunan muka air tanah akibat pemompaan dan peningkatan
beban karena pengurugan tanah. Tektonik di Pulau Jawa yang cukup aktif pada
Pliosen Akhir - Plistosen Tengah, menghasilkan pola struktur geologi yang
kompleks di daerah sebelah selatan daerah penelitian. Struktur sesar yang aktif
belum diketahui dengan jelas pengaruhnya terhadap proses amblesan tanah di
dataran aluvial Semarang. Akibatnya apabila berlangsung terus-menerus,
beberapa wilayah justru lebih rendah daripada permukaan air laut. Akibat
pengambilan air bawah tanah yang berlebihan sementara air permukaan tanah
lebih rendah dari permukaan air laut, maka terjadi intrusi air laut. Intrusi air laut
saat ini sudah mencapai daerah Simpang Lima dan Tugu Muda Semarang (batas
Semarang Atas dan Semarang Bawah).
1.3.2. Solusi
Sebenarnya, ekosistem air dapat melakukan rehabilitasi secara alami
apabila terjadi pencemaran air. Namun kemampuan rehabilitasi ini ada batasnya.
Oleh karena itu, setidaknya harus ada upaya untuk pencegah dan
penanggulangan pencemaran air. Cara mengatasi pencemaran air dapat
dilakukan mulai dari pengenalan dan pengertian yang baik oleh perilaku
masyarakat. Cara mengatasi pencemaran air dapat dilakukan usaha preventif,
misalnya dengan membuang sisa-sisa makanan dan bahan organic ke dalam
tong sampah dan jangan dibuang di sungai.
Selain itu, ada beragam tindakan lain selain tindakan preventif yang bisa
kita lakukan. Berikut ini beberapa tindakan yang dapat kita lakukan oleh
masyarakat sebagai Cara mengatasi pencemaran air , yaitu:
Gunakan air dengan bijaksana. Kurangi penggunaan air untuk kegiatan
yang kurang berguna dan gunakan dalam jumlah yang tepat.
Kurangi penggunaan detergen. Sebisa mungkin pilihlah detergen yang
ramah lingkungan dan dapat terurai di alam secara cepat.
Kurangi konsumsi obat-obatan kimia berbahaya. Obat-obatan kimia yang
berbahaya seperti pestisida, dan obat nyamuk cair merupakan salah satu
penyebab rusaknya ekosistem air
Tidak menggunakan sungai untuk mencuci mobil, truk, dan sepeda motor.
Tidak menggunakan sungai untuk wahana memandikan hewan ternak
dan sebagai tempat kakus.
Jangan membuang sampah rumah tangga di sungai/danau. Kelola
sampah rumah tangga dengan baik dan usahakan menanam pohon di
pinggiran sungai/danau.
Sadar akan kelangsungan ketersediaan air dengan tidak merusak atau
mengeksploitasi sumber mata air agar tidak tercemar.
Mengoptimalkan pelaksanaan rehabilitasi lahan kritis yang bertujuan
untuk meningkatkan konservasi air bawah tanah
Menanggulangi kerusakan lahan bekas pembuangan limbah B3.


DAFTAR REFERENSI

Wahyu Tri Kusuma. Permasalahan di Kota Semarang. Diunggah 13 Maret
2012. http://wahyutrikusumasari.blogspot.com/2012/03/ permasala
han-kemiskinan-alih-fungsi.html . Diunduh 12 Februari 2014 pukul
19.42
Dhimas Mega Putra. Permasalahan di Kota Semarang. Diunggah 28 Mei
2012. http://semarangkuthanedhewe.blogspot.com/2012/05/ perm
asalahan-di-kota-semarang.html . Diunduh 12 Februari 2014 pukul
20.07
Oky. Langkah-langkah Mengatasi Banjir. Diunggah 12 April 2013.
http://resapanbiopori.blogspot.com/2013/04/berbagai-langkah-meng
atasi-banjir.html . Diunggah 12 Februari 2014 pukul 20.21

Anda mungkin juga menyukai