Anda di halaman 1dari 12

KERANGKA ACUAN KERJA

APLIKASI ZERO RUN OFF DI LAHAN


PERKEBUNAN SAWIT DALAM UPAYA
KONSERVASI SUMBER DAYA AIR

DINAS PERKEBUNAN KABUPATEN PASAMAN


BARAT
2015

A.

Latar Belakang
Konservasi sumberdaya air mengambil peranan penting pada saat ini guna

meningkatkan ketersediaan air dan mencegah terjadinya banjir dan kekeringan. Peranan
konservasi sumberdaya air yakni pada penyimpanan air pada saat musim hujan, dimana
air tidak langsung mengalir ke sungai dan langsung ke laut. Pada dasarnya air hujan
terlebih dahulu terinfiltrasi ke dalam tanah, selanjutnya jika laju infiltrasi menurun maka
akan timbul aliran permukaan yang menuju saluran-saluran alami ke saluran yang lebih
besar (sungai). Adanya konservasi terhadap sumber daya air akan meningkatkan
kemampuan tanah untuk menyimpan air melalui peningkatan kemampuan infiltrasi dan
menjadikan ketersediaan air di wilayah tersebut (terutama air tanah) akan meningkat
melalui mata air yang ada di lokasi tersebut.
Semakin meningkatnya penggunaan lahan untuk tanaman perkebunan khususnya
sawit sangat berpengaruh terhadap kondisi sumber daya air wilayah tersebut. Tanaman
sawit yang mengkonsumsi air dalam jumlah besar menjadikan perubahan yang sangat
signifikan bagi ketersediaan air wilayah. Perlu adanya upaya dalam menyikapi kondisi
ketersediaan air khususnya air tanah akibat kegiatan perkebunan sawit.
Tanaman sawit termasuk tanaman yang sangat tinggi penggunaan air bagi
pertumbuhan dan budidaya tanaman hingga mencapai 12 liter/hari. Belum ada upaya
nyata dalam menyikapi kondisi ini baik dari pemilik lahan (perkebunan dan pemerintah)
kondisi ini dapat dilihat langsung dari semakin berkurangnya tinggi muka air sungai di
lokasi perkebunan sawit.
Perlu adanya upaya konservasi sumber daya air guna menjaga kesetimbangan air
(water balance) di areal perkebunan sawit. Salah satunya yakni dengan menerapkan
metode Zero Run Off (ZRO). Zero Run Off merupakan salah satu teknik pengurangan
limpasan yang terjadi ketika hujan sehingga pada suatu wilayah tidak menghasilkan
limpasan, dalam arti lain yakni menyimpan air hujan yang turun ke dalam tanah sehingga
tidak ada air yang mengalir ke saluran (sungai). Penerapan ZRO akan meningkatkan
ketersediaan air pada kawasan tersebut serta meningkatkan air ketersediaan air tanah, dan
tentunya sangat bermanfaat bagi tanaman di lokasi tersebut. Salah satu metode konservasi
ZRO yakni dengan melakukan pendekatan secara alamiah baik dengan pembuatan
biopori, reservoir, dan sumur resapan. Adapun ketiga komponen ZRO tersebut dijelaskan
sebagai berikut :

1.

Biopori
Biopori merupakan lubang lubang yang ada di dalam tanah yang terbentuk akibat
berbagai aktifitas organisme di dalam tanah, seperti lubang pada cacign, perakaran
tanaman, rayap dan fauna lainnya. Adanya lubang secara alamiah tersebut akan
menyebabkan adanya aliran udara ke dalam tanah, dan akan menjadikan kemampuan
infiltrasi air akan semakin tinggi. Kondisi alamiah ini jarang ditemui pada lahan
lahan kritis, dimana pori pori tanah kurang berfungsi untuk menginfiltrasikan air
ke dalam tanah, sehingga laju aliran permukaan akan semakin tinggi. Perlu adanya
upaya guna menciptakan kembali kondisi tanah dengan biopori yang banyak
sehingga terjadi aktifitas organisme di dalamnya guna meningkatkan kesuburan
tanah, meningkatkan kemampuan infiltrasi tanah dan mengurangi laju aliran
permukaan.
Biopori buatan dapat dilakukan dengan membuat lubang-lubang vertikal ke dalam
tanah dengan diameter tertentu danmengisi lubang tersebut dengan bahan organik.
Metode resapan air yang ditujukan untuk mengatasi banjir dan meningkatkan
cadangan air tanah dengan cara meningkatkan daya resap air pada tanah. Metode ini
dicetuskan oleh Dr. Kamir R Brata, salah satu peneliti dari Institut Pertanian Bogor.
Bahan organik yang dimasukkan ke dalam lubang bisa berupa sarasah, dedaunan,
sampah rumah tangga, potongan rumput dan lainnya. Bahan organik tersebut
nantinya akan menjadi sumber makanan / energi bagi organisme di dalam tanah
sehinga aktifitas mereka akan meningkat.
Lubang resapan biopori adalah teknologi tepat guna dan ramah lingkungan untuk
mengatasi banjir dan meningkatkan air tanah dengan cara (1) meningkatkan daya
resapan air, (2) mengubah sampah organik menjadi kompos dan mengurangi emisi
gas rumah kaca (CO2 dan metan), dan (3) memanfaatkan peran aktivitas fauna tanah
dan akar tanaman, dan mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh genangan air
seperti penyakit demam berdarah dan malaria.

2.

Reservoir (tampungan)
Reservoir / kolam / pond merupakan tampungan air lapangan yang berfungsi untuk
menampung air (limpasan) yang terjadi di satu wilayah, terkadang air tersebut
dimanfaatkan pada saat musim kemarau. Reservoir atau waduk lapangan, merupakan
salah satu teknologi konservasi tanah dan air yang tepat guna yang bertujuan untuk :
-

Mensuplai air di musim kemarau.


Menurunkan volume aliran permukaan sekaligus meningkatkan cadangan air
tanah.

Mengurangi kecepatan aliran permukaan hingga daya kikis dan daya angkutnya

menurun.
Sebagai tempat pemeliharaan ikan, dan sumber air minum bagi ternak.

Pada beberapa wilayah umumnya pada musim hujan terjadi kelebihan air dan
sebaliknya pada musim kemarau mengalami kekurangan air. Ketidak pastian jumlah
curah hujan mengakibatkan pada suatu saat daerah mendapatkan curah hujan yang
besar sehingga terjadi kelebihan curah hujan dan kemudian menjadi air limpasan
permukaan, sementara pada saat yang lain terjadi kondisi dimana curah hujan tidak
turun sama sekali sehingga terjadi kekeringan yang dapat menyebabkan tanaman
menjadi mati. Adanya reservoir sangat berperan dalam konservasi wilayah guna
mengurangi limpasan yang terjadi terutama di areal perkebunan sawit.
3.

Sumur Resapan
Bentuk sumur resapan hampir sama dengan sumur umumnya, namun yang
membedakannya adalah fungsi dari sumur resapan yakni menampung aliran
permukaan yang terjadi dan menyimpannya ke dalam tanah melalui infiltrasi dan
perkolasi. Pada areal perkebunan sawit perlu diadakan pembuatan sumur resapan di
beberapa titik agar aliran permukaan(limpasan) yang terjadi masuk ke dalam sumur
dan diresapkan ke dalam tanah, hal ini sangat membantu meningkatkan lengas tanah
dan kondisi air tanah pada areal perkebunan. Pada satu sisi kita melakukan
konservasi sumber daya air dan di sisi lainnya kita dapat menjaga ketersediaan air
tanah bagi tanaman sawit.
Aplikasi ZRO dapat dilakukan dengan menggunakan salah satu komponen diatas

atau kombinasi dari beberapa komponen tersebut. Hal ini bertujuan agar laju peresapan
air ke dalam tanah menjadi semakin besar. Tentunya ada beberapa perencanaan yang
perlu dipersiapkan dalam mengaplikasikan zero run off pada suatu areal perkebunan
sawit. Diantaranya lokasi pembuatan, jumlah yang direkomendasikan, dimensi, dan
kemampuan penyerapannya.
B.

Tujuan Kegiatan
Tujuan dari kegiatan ini adalah:
a. Meningkatkan kemapuan infiltrasi tanah, dan menjaga ketersediaan air bagi
tanaman.
b. Mencegah/mengurangi luapan air di musim hujan dengan meningkatnya
peresapan air ke dalam tanah dan memperkecil risiko terjadi genangan.
c. Memperkecil limpasan yang terjadi serta daya rusak air sehingga memperlambat
kehilangan unsur hara di lahan akibat erosi.

C.

Keluaran
Keluaran yang diharapkan pada penelitian ini yaitu:
Tersedianya rekomendasi teknik zero run off yang digunakan pada satu areal

perkebunan sawit.
Didapatkan dasar perencanaan aplikasi zero run off pada satu areal pekebunan
sawit terkait lokasi, jumlah, dan teknik yang digunakan.

D.

Ruang Lingkup Kegiatan


a. Wilayah kajian :
Wilayah kajian meliputi Kabupaten Pasaman Barat
b. Bentuk Kegiatan :
Identifikasi permasalahan water balance
Mapping dan Disain aplikasi zero run off.

METODA PENDEKATAN
Metode aplikasi zero run off termasuk salah satu metode baru dalam konservasi
sumberdaya air khususnya dalam menyikapi ketersediaan air bagi tanaman tawit. Aplikasi
ZRO merupakan penerapan berbagai metode/cara guna mengurangi limpasan yang terjadi
pada saat hujan, hingga mencapai nol. Penerapan aplikasi ZRO dapat dilakukan dengan
menggunakan biopori, reservoir, dan pembuatan sumur resapan. Tentunya perlu kajian
terlebih dahulu dalam menerapkan metode yang tepan dalam aplikasi ZRO.
Penerapan ZRO dilakukan dengan beberapa pendekatan dan tahapan implementasi.
Pada kegiatan ini dilakukan survey investigasi kondisi water balance areal perkebunan
serta mengetahui besarnya limpasan yang akan diresapkan kedalam tanah. Adapun
tahapan yang akan dilakukan yaitu desk study, pendataan dan survei awal, analisis water
balance areal perkebunan, penentuan metode ZRO. Berikut dijelaskan masing-masing
pendekatan tersebut.
A.

Desk Study
Desk study dilakukan untuk memperoleh informasi serta analisis menyangkut

lokasi wilayah yang akan dilakukan teknik Zero run off. Desk study dilakukan dengan
mengumpulkan dan mempelajari data sekunder yang telah dipublikasikan oleh instansi
terkait. Selain dokumen tersebut, informasi tambahan juga diperlukan guna melengkapi
data dan informasi yang dibutuhkan dalam desk study. Untuk itu dilakukan in-depth
interview dengan key informan dan pengambil kebijakan. Sehingga diperoleh lokasi yang
direkomendasikan untuk penerapan ZRO.
B.

Pendataan dan Survey lapangan


Pendataan dan survey dilakukan dengan menggunakan dua jenis data yaitu data

primer dandata sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari interview dan
pengukuran langsung di lapangan. Data sekunder diperoleh dari Dinas Perkebunan
Daerah, perusahaan perkebunan, dan Instansi pemerintah terkait, hal ini meliputi :
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), luasan areal perkebunan, Data iklim dan hidrologi
dari berbagai sumber seperti BMKG dan PU minimal selama 10 tahun terakhir, peta
topografi, peta satuan tanah, peta tataguna lahan,
Survey lapangan perlu dilakukan untuk memverifikasi data yang telah diperoleh
dengan data lapangan, meliputi survey hidrologi, topografi, dan tata guna lahan. Survey
juga bertujuan untuk memetakan satuan tanah.

C.

Analisis Water Balance Areal Perkebunan


Analisis Water Balance dilakukan untuk mengetahui kondisi sumber daya air

terkini melalui pendekatan kondisi iklim wilayah. Water Balance merupakan kondisi
kesetimbangan sumber daya air antara input dengan pemanfaatan dan water storage yang
ada pada suatu areal. Pada kegiatan ini dilakukan analisis water balance pada satu areal
perkebunan yang telah direncanakan sehingga didapatkan gambaran pemanfaatan sumber
daya air pada kawasan tersebut.
D.

Penentuan Metode ZRO yang Digunakan


Pemilihan metode ZRO yang dilakukan berdasarkan pada kondisi water balance

areal perkebunan. Jika pemanfaatan sumber daya air lebih besar dari kemampuan lahan
dalam hal penyimpanan, maka kapasitas penyerapan air ke dalam tanah juga harus
semakin besar, dalam hal ini dapat dilakukan pembuatan reservoir. Reservoir sebaiknya
dibuat pada areal yang bergelombang dengan kemiringan antara 8 - 30%, agar limpahan
air permukaan dapat dengan mudah mengalir kedalam biopori. Jika kemiringan lahan
terlalu besar dikhawatirkan air tidak masuk ke dalam biopori, penentuan titik biopori
yakni pada wilayah yang paling rendah, hal ini dapat terlihat pada saat hujan dimana
lokasi yang terdapat genangan atau pada saluran saluran alamiah.
Kondisi lahan yang memiliki kemiringan curam, memiliki potensi besar dalam hal
terjadinya aliran permukaan, maka perlu dilakukan pembuatan saluran aliran tersebut dan
pembuatan beberapa sumur resapan dengan jumlah yang disesuaikan dengan kondisi
limpasan yang mungkin terjadi. Pada aplikasi pembuatan biopori perlu dilakukan pada
lahan yangrelatif datar dengan laju aliran permukaan yang relatif lambat. Penentuan
lokasi pembuatan biopori dilakukan dengan menganalisisi topografi dan kontur pada
wilayah tersebut, sehingga diusahakan pembuatan biopori mendekati kondisi alami yakni
sebagai tempat berkumpulnya air karena mengikuti aliran air ketika terjadinya hujan pada
kawasan tersebut. Air tersebut akan mengisi rongga di pori di dalam tanah.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan perancangan ZRO,
yaitu lokasi dan penempatan, kemiringan lahan, jumlah serta kedalaman dari setiap
komponen. Ukuran dari setiap komponen dibuat berdasarkan analisis debit limpasan
terbesar yang mungkin terjadi dengan tingkat peluang kejadian 5 tahunan.
Pembuatan reservoir diantara tanaman sawit merupakan salah satu cara dalam
aplikasi ZRO, dengan luasan 6 m x 6 m serta kedalam 1 meter memiliki potensi untuk
menampung curah hujan 20 mm dengan luasan 1800 m2.
Pembuatan biopori mampu meningkatkan kemampuan simpanan air tanah, untuk
biopori dengan diameter 10 cm dengan kedalaman 100 cm dapat menampung air saat
hujan dan menyimpan air minimal sebanyak volumenya yakni 7850 cm 3 atau setara

dengan 7,9 liter air. Semakin banyak biopori yang dibuat maka semakin besar pula
kemampuan penyimpanan air pada wilayah tersebut. Pendekatan perhitungan yang
dilakukan untuk luasan lahan 1 m2, tanah jika terjadi hujan dengan curah hujan 50 mm
maka dibutuhkan 7 buah biopori sehingga tidak terjadi aliran permukaan (zero runoff).

PELAPORAN KEGIATAN

A.

Naskah Akademis

Memberikan arah kebijakan dalam Pengelolaan Perkebunan Sawit


berkelanjutan, yang Ramah lingkungan dengan focus keberlanjutan sumberdaya
air di Kabupaten Pasaman Barat. Mewujudkan koordinasi multi sektor dan multi
pihak dalam Pengelolaan Perkebunan Sawit Berkelanjutan
B.

Laporan Pendahuluan

Laporan Pendahuluan berisikan gambaran umum pekerjaan zero run off


dengan rincian rencana kegiatan yang akan dilaksanakan, yang disampaikan
selambat-lambatnya 30 hari kalender sejak SPK diterbitkan.
Laporan
Pendahuluan dicetak 5 (lima) buku.
C.

Draft Laporan Akhir

Hasil yang diperoleh dari kegiatan ini selanjutnya dituangkan dalam


dokumen Draft Laporan Akhir, Laporan ini memuat uraian tentang latar belakang,
tujuan dan sasaran, manfaat, metode pelaksanaan kegiatan, hasil dan pembahasan
serta di lampirkan dengan peta hasil kegiatan. Draft Laporan Akhir dicetak
sebanyak 5 (lima) buku.
D.

Laporan Akhir

Setelah pekerjaan zero run off Kabupaten Pasaman Barat selesai


dilaksanakan secara keseluruhan (100%), maka Pihak Pelaksana Pekerjaan harus
membuat Laporan Akhir yang dicetak 10 (sepuluh) buku.
E.

Dokumentasi

Selain laporan tersebut di atas juga harus dilampirkan foto-foto


dokumentasi dari setiap hasil pekerjaan yang dilaksanakan oleh Pelaksana
Pekerjaan, foto yang dibuat adalah foto digital dengan disertai CD nya, diserahkan
kepada pihak Pemberi Pekerjaan (Dinas Perkebunan Kabupaten Pasaman Barat)
sebagai bukti dari pelaksanaan pekerjaan ini.

F.

Waktu Pelaksanaan Kegiatan


Kegiatan ini dilakukan selama 5 bulan, Detail jadwal kegiatan dapat dilihat pada

tabel berikut :
No

Minggu

KEGIATAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
A

1
2
E
1
2
3
4

PERSIAPAN
KESEPAKATAN
KERJASAMA
PENELLITIAN
Persiapan proposal
Persetujuan proposal
Penandatangan kontrak
PERSIAPAN KEGIATAN
Pengurusan izin penelitian
Pengumpulan informasi awal
tentang lokasi penelitian
PELAKSANAAN
KEGIATAN
Penumpulan data tematik
wilayah
Survey lapangan
PENGOLAHAN DAN
ANALISA DATA
Tabulasi data
Disain Pembuatan Biopori
LAPORAN
Penulisan laporan
Seminar hasil penelitian
Penulisan laporan akhir
Perbanyakan laporan akhir

E.

Rincian dana kegiatan

1
2
3
B
1
2
C
1
2
D

10

Simpang Ampat, 29 April 2015


PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

11

12

Anda mungkin juga menyukai