Anda di halaman 1dari 13

ADSORPSI ISOTERM KARBON AKTIF PADA ASAM KLORIDA

Siti Nur Suwaibah, Danu Dwi Jatmiko


Lab. Kimia Fisika Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang
Gedung D8 Lt 2 Sekaran Gunungpati Semarang, Indonesia
snsuwaibah@gmail.com, 08993263270

Abstrak
Eksperimen ini bertujuan untuk menentukan isotherm adsorpsi hubungan antara jumlah zat yang
teradsorpsi terhadap konsentasi zat terlarut menurut persamaan Freundlinch dan Langmuir.
Penentuan isotherm adsorption diperoleh dengan menggunakan karbon aktif sebagai adsorben
dan HCl sebagai adsorbat. Metode yang digunakan dalam penentuan konsentrasi zat yang
diadsorpsi dilakukan dengan titrasi. Hasil penentuan konsentrasi asam klorida setelah proses
adsorpsi berturut-turut 0.2521; 0.1503; 0,0597 M dengan volume HCl berturut-turut 10; 20; 25
mL. Hasil analisis diperoleh semakin negatif nilai log x/m semakin negatif pula nilai log C

, dan
diperoleh garis linier dengan kemiringan 1/n dan titik potong log k pada sumbu C. Grafik
hubungan C terhadap x/m memiliki bentuk garis yang belum setengah trapezium, hal ini dapat
dijelaskan melalui jumlah data yang diambil kurang banyak. Sehingga belum menunjukkan
apakah grafik ini akan sesui dengan isotherm Langmuir ataukah berbeda. Penentuan hubungan
antara jumlah zat yang terlarut dalam cairan terhadap jumlah yang teradsorpsi menghasilkan
hubungan yang linier pada persamaan Freundlich, dengan nilai n 1 dan nilai k 2764,3944.
Sedangkan menurut isotherm Langmuir belum dapat diambil kesimpulan karena jumlah data
yang kurang. Namun demikian, didapat hasil bahwa jumlah adsorbat yang terserap meningkat
secara linier dengan peningkatan konsentrasi.
Kata kunci : adsorpsi isoterm; karbon aktif; persamaan isoterm Freudlinch dan Langmuir.

Abstract
This experiment aims to determine the adsorption isotherm relationship between the amount of
substance adsorbed to the concentrations of solutes according Freundlinch and Langmuir
equation . Determination of adsorption isotherm obtained by using activated carbon as adsorbent
and HCl as adsorbate . The method used in the determination of the concentration of adsorbed
done by titration . Results of the determination of the concentration of hydrochloric acid after
the adsorption process successive 0.2521 ; 0.1503 ; 0.0597 M HCl with volume 10 in a row ; 20
; 25 mL . The negative results obtained by analysis of the value of log x / m more negative the
value of log C , and obtained linear line with a slope of 1 / n and log k cut points on the axis C.
Graph showing the relationship C against x / m has the form of a line that has not been half
trapezium , this can be explained by the amount of data captured much less . So do not indicate
whether this will be within their chart Langmuir isotherm or different . Determination of the
relationship between the amount of a substance dissolved in the liquid to the adsorbed amount
produces a linear relationship in the Freundlich equation , with the value of n 1 and k value of
2764.3944 . Meanwhile, according to the Langmuir isotherm can not be concluded because of
the amount of missing data . Nevertheless , we got the result that the amount of the adsorbate
adsorbed increases linearly with increasing concentration .
Keywords : adsorption isotherm ; activated carbon ; Freudlinch and Langmuir isotherm
equations .
Pendahuluan
Absorbansi merupakan salah satu metode dalam kimia yang umum dilakukan.
Dalam skala kecil contoh penjernihan dengan absorbansi yaitu penjernihan minyak goreng,
dalam skala besar contohnya yaitu penjernihan pada proses pengolahan air di PDAM, atau
pengolahan limbah pabrik. Contoh lain yaitu pada industri batik, penggunaan pewarna
tekstil pada proses produksi batik menghasilkan limbah yang tidak baik untuk lingkungan,
oleh sebab itu digunakan adsorben seperti karbon aktif dalam mengolah limbahnya.
Absorben yang dapat digunakan meliputi absorben organik seperti sukrosa, amilum, dan
selulosa dan bahan anorganik seperti kalsium dan magnesium karbonat, gel silica, dan
aluminium oksida. Adsorben seperti ini memiliki afinitas tinggi terhadap zat terlarut polar,
khususnya ketika polaritasnya rendah (Day, R.A dan Underwood, A.L., 2002). Diantara
absorben organik yang paling sering digunakan yaitu arang, gula, dan arang aktif.
Adsorbansi merupakan suatu proses satu atau lebih unsur-unsur pokok dalam fluida
lebih terkonsentrasi pada permukaan padatan (absorben). Dalam proses absorbansi dikenal
adsorben dan adsorbat. Adsorben adalah zat yang mengadsorbsi zat lain yang memiliki
ukuran partikel yang seragam, kepolarannya sama dengan zat yang diserap, serta berat
moleku yang besar. Sedangkan adsorbat adalah zat yang diadsorpsi zat lainnya. Faktor-
faktor yang mempengaruhi adsorpsi yaitu luas permukaan adsorben, ukuran pori adsorben,
kelarutan zat terlarut, pH, temperature (Castellan, 1982).
Gejala yang biasa digunakan dalam meramalkan komponen yang diadsorpsi lebih
kuat adalah kepolaran. Jika faktor lainnya sama, maka semakin polar suatu senyawa maka
semakin kuat senyawa itu teradsorpsi. Di sisi lain semakin polar zat pelarut, maka akan
terjadi perebutan mengisi tempat-tempat pada permukaan yang semakin besar sehingga zat
terlarut akan kurang diasorpsi (Day, R.A dan Underwood, A.L., 2002).
Dikenal dua macam adsorpsi yaitu adsorpsi kimia, dan adsorpsi fisika. Adsorpsi
fisika terjadi karena adanya gaya van der Walls antara absorbat dan permukaan
absorbennya, pada adsorpsi ini gaya yang terjadi lemah dan kalor adsorpsinya rendah, yaitu
hanya beberapa kilojoule, dan ada di sekitar panas vaporasi adsorbat. Sedangkan adsorpsi
kimia terjadi karena adanya penggunaan bersama pasangan elektron antara adsorben dan
adsorbat dalam bentuk ikatan koordinasi. Proses adsorpsi ini disebut dengan kemisorpsi,
karena adanya pemutusan kemudian dilanjutkan pembentukan ikatan baru. Pada adsorpsi ini
gaya yang terjadi lebih kuat, karena melibatkan ikatan kimia.
Adsorbasi isotherm adalah hubungan distribusi adsorben antara fase teradsorpsi dan
fase ruah kesetimbangan pada suhu tertentu. Untuk menggambarkan hubungan antara
jumlah zat teradsorpsi dan konsentrasi zat dalam larutan pada temperatur tetap digunakan
isotherm Freudlinch dalam bentuk
x/m = k x C
1/n

Dimana x/m merupakan konsentrasi zat terlarut yang teradsorpsi pada fase padat yang
berkesetimbangan dengan suatu larutan dengan konsentrasi zat terlarut C

jika n = 1, untuk
mendapatkan nilai k dan n, dapat diambil logaritma kedua ruas persamaan Freundlich, yaitu
Log x/m = log k + (1/n) log C

Grafik log x/m terhadap log C merupakan garis yang memiliki kemiringan 1/n dengan titik
potong log k pada sumbu C. Persamaan isotherm adsorpsi freundlich didasarkan
terbentuknya lapisan monolayer di permukaan adsrben. Berdasarkan persamaan Freundlich
dicari hubungan antara banyaknya zat yang teradsorpsi dengan konsentrasi zat terlarut pada
temperatur tertentu.Grafik yang dihasilkan yaitu linier.
Selain isotherm adsorpsi Freundlich, juga dikenal isotherm adsorpsi Langmuir yang
berdasarkan asumsi proses adsorpsi hanya terjadi pada lapisan tunggal, kalor adsorpsi tidak
tegantung pada penutupan permukaaan adsorpban dan semua permukaan adsorban dianggap
homogen. Persamaan Langmuir merupakan persamaan dengan adsorpsi dengan penutupan
satu atau hanya beberapa lapis molekul pada mikroporinya (Supeno, 2009). Persaamaannya
yaitu,


C menyatakan konsentrasi dari adsorbat di dalam larutan, x/m konsentrasi adsorbat yang
diadsorpsi, dan k adalah konstanta.
Berdasarkan persamaan Freundlich dicari hubungan antara banyaknya zat yang
teradsorpsi dengan konsentrasi zat terlarut pada temperatur tertentu dan apakah grafik yang
dihasilkan linier atau tidak. Selain itu juga ditentukan hubungan antara jumlah zat yang
terlarut dengan persamaan Langmuir.
Metode
Bahan bahan yang digunakan dalam eksperiment ini adalah bahan-bahan pro analisis
(p.a) meliputi asam klorida, natrium hidroksida, arang aktif, indikator fenolftalein, air dan
akuades. Alat-alat yang digunakan meliputi cawan porselen, gelas arloji, erlenmeyer 100
mL, 150 mL, dam 200 mL, pembakar spirtus, kaki tiga dan kasa, buret dan statip,
stopwatch, baskom, neraca analitik, pengaduk dan spatula.
Sebelum melakukan eksperimen maka dilakuakan pembuatan larutan HCl yang
divariasi 0,3; 0,18dan 0,06 M, dan larutan NaOH 0,19393 M. Karbon aktif pertama kali
diaktifkan melalui pemanasan. Dari hasil tersebut ditimbang 1 gram karbon dimasukkan
ke dalam erlenmeyer sebanyak tiga buah.Kemudian dimasukkan 100 mL larutan HCl yang
divariasi. Erlenmeyer ditutup, lalu dimasukkan ke dalam baskom berisi air untuk
menyamakan suhunya menjaga kestabilan adsorben dalam mengadsorpsi adsorbat selama
30 menit dan setiap 10 menit erlenmeyer dikocok selama 1 menit. Pengocokan
memungkinkan adanya interaksi yang lebih besar antara adsorben dan adsorbat. Filtratnya
kemudian dititasi dengan NaOH.
Untuk mencari hunbungan antara jumlah zat yang diadsorpsi dan konsentrasi zat
terlarut data konsentrasi HCl, NaOH, dan massa karbon aktif dianalisis dengan
menggunakan persamaan Freundlich sebab isotherm Freundlich merupakan persamaan
untuk menghubungkan jumlah zat teradsorpsi terhadap konsentrasi bahan dalam larutan
(Tim Dosen Kimia Fisika, 2003), juga digunakan persamaan Langmuir.
Hasil dan Pembahasan
Hasil penentuan konsentrasi asam klorida setelah proses adsorpsi berturut-turut
0.2521; 0.1503; 0,0597 M dengan volume HCl berturut-turut 10; 20; 25 mL . Banyaknya
asam klorida yang teradsorpsi berturut-turut 0.0479; 0,0297; 0,0003 M atau jika dinyatakan
dalam massa 0,1748; 0,1084; 0,0010 gram. Sedangkan massa arang yang telah diakifkan
melalui pemanasan yaitu 1,0048; 1,0096 dan 1,0041 gram pada masing-masing erlenmeyer.
Data-data ini diambil agar didapatkan data-data lain yang dibutuhkan dalam proses analisis.
Reaksi yang berlangsung dalam proses penentuan konsentrasi HCl adalah sebagai berikut,
NaOH + HCl mula-mula NaCl + H
2
O
NaOH + HCl sisa NaCl + H
2
O
Pada mulanya, HCl dititrasi dengan NaOH untuk mendapatkan konsentrasi mula-mula
ketika belum diadsorpsi oleh karbon aktif. Namun, langkah ini terlewatkan dilakuakan, sehingga
penentuan konsentrasi awal HCl hanya dilakukan dengan cara perhitungan pengenceran. Pada
penentuan konsentrasi HCl akhir setelah adsorpsi karbon aktif dilakuakan untuk mengetahui sisa
konsentrasi HCl. Ketika HCl diadsorpsi oleh karbn aktif, konsentrasi HCl akan berukrang.
Konsentrasi sisa HCl inilah yang bereaksi dengan NaOH saat titrasi. Volume NaOH yang
diperlukan pada saat titrasi merupakan volume yang diperlukan untuk menetralkan sisa asam klorida
pada larutan, dan selanjutnya digunakan untuk menentukan konsentrasi HCl sisa.
Data-data yang sudah diperoleh dapat digunakan untuk menentukan hubungan antara
konsentrasi HCl dengan jumalah HCl yang teradsorpsi oleh karbon katif, yang terdapat pada tabel 1.
No Massa ( gr)
Konsentrasi asam ( N )
X (gram) x/m Log (x/m) Log C
Awal Sisa C
1 1,0048 0.3 0.25211 0.04789 0.174799 1.74 x 10
-5
-4.759541925 -1.31976
2 1,0096 0.18 0.1503 0.0297 0.108405 1.07 x 10
-5
-4.969100028 -1.52724
3 1,0041 0.06 0.05973 0.00027 0.000985 9.81 x 10
-8
-7.008120338 -3.56864
Tabel 1. Perhitungan data
Data-data yang tertulis pada Tabel 1 dapat digunakan untuk menentukan hubungan
antara banyaknya zat yang teradsorpsi dengan konsentrasi zat terlarut pada temperatur 27
o
C.
Hasil analisis diperoleh hubungan logaritmik antara konsentrasi asam klorida (adsorbat)
dalam cairan dengan konsentrasi yang teradsorpsi. Semakin negatif nilai log (x/m) semakin
negatif pula nilai log C , dan diperolrh garis linier dengan kemiringan 1/n dan titik potong
log k pada sumbu C.

Gambar 1. Grafik hubungan antara log x/m dan log C.

Grafik isotherm Freundlich menunjukkan hubungan antara logaritmik (x/m) dan C.
Log C Diperoleh grafik linier dengan kelinieran (R) = 1 sesuai dengan isotherm adsorbs
freundlich, artimya kurvanya linier. Persamaan grafik isoterm adsorbs freundlichnya yaitu y
= 0.9995x - 3.4416, bentuk umum persamaan isotherm adsorbs Freundlich log x/m = log k
+ n log C. Maka didapat nilai log k = 0,9995 dan 1/n = 0.9995, sehingga diperoleh nilai k
adalah 2764,3944 dan nilai n adalah 1.
y = 0.9995x - 3.4416
R = 1
-8
-7
-6
-5
-4
-3
-2
-1
0
-4 -3 -2 -1 0 1
L
o
g

(
x
/
m
)

Log C
Kurva log C terhadap log (x/m)

Gambar 1. Grafik hubungan antara log x/m dan log C.
Grafik hubungan C terhadap x/m memiliki bentuk garis yang belum setengah
trapesium (Castellan, 1983), hal ini dapat dijelaskan melalui jumlah data yang diambil.
Sehingga belum menunjukkan apakah grafik ini akan sesui dengna isotherm Langmuir
ataukah berbeda. Dapat dikatakan grafiknya belum selesai.
Namun demikian, kedua grafik itu didapatkan bahwa jumlah zat yang teradsorpsi
akan sebanding dengan konsentrasi yang ditambahkan (Oscik, 1982). Jadi jumlah adsorbat
yang terserap meningkat secara linier dengan peningkatan konsentrasi. Hal ini dapat
dijelaskan semakin banyak molekul adsorbat yang yang ada dalam larutan maka terjadi
peningkatan pula pada kemungkinan interaksi dengan adsorbat, sehingga adsorpsi juga
meningkat.
Kesimpulan
Penentuan hubungan antara jumlah zat yang terlarut dalam cairan terhadap jumlah
yang teradsorpsi menghasilkan hubungan yang linier pada persamaan Freundlich, dengan
nilai n 1 dan nilai k 2764,3944. Sedangkan menurut isotherm Langmuir belum dapat
diambil kesimpulan grafiknya akan membentuk setengah trapezium atau tidak karena
jumlah data yang kurang. Namun, keduanya memberi hasil bahwa jumlah adsorbat yang
terserap meningkat secara linier dengan peningkatan konsentrasi.
Daftar Pustaka
Castellan, Gilbert W., 1982. Physical chemistry. New York : Addison-Wesley publishing
Company
9.81476E-08
1.07374E-05
1.73963E-05
0
0.000005
0.00001
0.000015
0.00002
0.0003 0.0297 0.0479
(
x
/
m
)

C
Kurva C terhadap (x/m)
Day, R.A. dan Underwood, A. L.2002. Analisi Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga, ed 6
Oscik, J. 1982. Adsorption. John Willey and Sons. New York.
Supeno, Minto.2009. Bentotit Terpilar dan Aplikasi. Medan: Universitas Sumatra Utara
Press
Tim Dosen Kimia Fisika. 2003. Kimia Fisika 2. Semarang: Universitas Negeri Semarang




























LAMPIRAN
Perhitungan Konsentrasi Larutan NaOH Titran


0,19393M
Perhitungan Pembuatan Larutan HCl 0,6 M
N
1
x V
1
= N
2
x V
2
1 x M
1
x V
1
= 1 x M
2
x V
2
12 x V
1
= 0,6 x 200
V
1
=10
Perhitungan Konsentrasi Larutan HCl
HCl 0,3 M
N
1
x V
1
= N
2
x V
2
1 x M
1
x V
1
= 1 x M
2
x V
2
M
1
x 100

= 0,6 x 50
V
1
=0,3 M
HCl 0,24 M
N
1
x V
1
= N
2
x V
2
1 x M
1
x V
1
= 1 x M
2
x V
2
M
1
x 100

= 0,6 x 40
V
1
= 0,24 M
HCl 0,18 M
N
1
x V
1
= N
2
x V
2
1 x M
1
x V
1
= 1 x M
2
x V
2
M
1
x 100

= 0,6 x 30
V
1
= 0,18 M
HCl 0,12 M
N
1
x V
1
= N
2
x V
2
1 x M
1
x V
1
= 1 x M
2
x V
2
M
1
x 100

= 0,6 x 20
V
1
= 0,12 M
HCl 0,06 M
N
1
x V
1
= N
2
x V
2
1 x M
1
x V
1
= 1 x M
2
x V
2
M
1
x 100

= 0,6 x 10
V
1
= 0,06 M
Perhitungan Volume Titran NaOH yang Dibutuhkan Untuk Menitrasi HCl
HCl 0,6 M Sebelum Diadsorbsi
N
NaOH
x V
NaOH
= N
HCl
x V
HCl
1 x M
NaOH
x V
NaOH
= 1x M
HCl
x V
HCl
1 x 0,19393 x V
NaOH
= 1 x 0,6 x 10
V
NaOH
= 30,94 mL
HCl 0,3 M
N
NaOH
x V
NaOH
= N
HCl
x V
HCl
1 x M
NaOH
x V
NaOH
= 1x M
HCl
x V
HCl
1 x 0,19393 x V
NaOH
= 1 x 0,3 x 10
V
NaOH
= 15,47 mL
HCl 0,24 M
N
NaOH
x V
NaOH
= N
HCl
x V
HCl
1 x M
NaOH
x V
NaOH
= 1x M
HCl
x V
HCl
1 x 0,19393 x V
NaOH
= 1 x 0,24 x 20
V
NaOH
= 24,75 mL
HCl 0,18 M
N
NaOH
x V
NaOH
= N
HCl
x V
HCl
1 x M
NaOH
x V
NaOH
= 1x M
HCl
x V
HCl
1 x 0,19393 x V
NaOH
= 1 x 0,18 x 20
V
NaOH
= 18,56 mL
HCl 0,12 M
N
NaOH
x V
NaOH
= N
HCl
x V
HCl
1 x M
NaOH
x V
NaOH
= 1x M
HCl
x V
HCl
1 x 0,19393 x V
NaOH
= 1 x 0,12 x 25
V
NaOH
= 15,47 mL
HCl 0,06 M
N
NaOH
x V
NaOH
= N
HCl
x V
HCl
1 x M
NaOH
x V
NaOH
= 1x M
HCl
x V
HCl
1 x 0,19393 x V
NaOH
= 1 x 0,06 x 25
V
NaOH
= 7,73 mL
Perhitungan Konsentrasi HCl Setelah Diadsorbsi Karbon Aktif
HCl 0,6 M
N
NaOH
x V
NaOH
= N
HCl
x V
HCl
1 x M
NaOH
x V
NaOH
= 1x M
HCl
x V
HCl
1 x 0,19393 x 65

= 1 x M
HCl
x 10
M
HCl
= 1,26 M
HCl 0,3 M
N
NaOH
x V
NaOH
= N
HCl
x V
HCl
1 x M
NaOH
x V
NaOH
= 1x M
HCl
x V
HCl
1 x 0,19393 x 13

= 1 x M
HCl
x 10
M
HCl
= 0,25 M
HCl 0,24 M
N
NaOH
x V
NaOH
= N
HCl
x V
HCl
1 x M
NaOH
x V
NaOH
= 1x M
HCl
x V
HCl
1 x 0,19393 x 33,5

= 1 x M
HCl
x 20
M
HCl
= 0,32 M
HCl 0,18 M
N
NaOH
x V
NaOH
= N
HCl
x V
HCl
1 x M
NaOH
x V
NaOH
= 1x M
HCl
x V
HCl
1 x 0,19393 x 15,5

= 1 x M
HCl
x 20
M
HCl
= 0,15 M
HCl 0,12 M
N
NaOH
x V
NaOH
= N
HCl
x V
HCl
1 x M
NaOH
x V
NaOH
= 1x M
HCl
x V
HCl
1 x 0,19393 x 23,5

= 1 x M
HCl
x 25
M
HCl
= 0,18 M
HCl 0,06 M
N
NaOH
x V
NaOH
= N
HCl
x V
HCl
1 x M
NaOH
x V
NaOH
= 1x M
HCl
x V
HCl
1 x 0,19393 x 7,7

= 1 x M
HCl
x 25
M
HCl
= 0,059






Danu Dwi Jatmiko
30 September 2013
Siti Nur Suwaibah
Kimia Fisika

Anda mungkin juga menyukai