Perdarahan Gingiva
Perdarahan Gingiva
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. GINGIVITIS
Gingivitis merupakan proses peradangan didalam jaringan
periodonsium yang terbatas pada gingiva, yang disebabkan oleh
mikroorganisme yaang membentuk suatu koloni serta membentuk
plak gigi yang melekat pada tepi gingival.
1
Gingivitis adalah peradangan gingiva. Pada kondisi ini
tidak terjadi kehilangan perlekatan. Pada pemeriksaan klinis
terdapat gambaran kemerahan di margin gingiva, pembengkakan
dengan tingkat yang bervariasi, perdarahan saat probing dengan
tekanan ringan dan perubahan bentuk gingiva. Peradangan gingiva
tidak disertai rasa sakit.
14
Peradangan gingiva disebabkan oleh faktor plak maupun
non-plak.
14
Namun peradangan gingiva tidak selalu disebabkan oleh
akumulasi plak pada permukaan gigi, dan peradangan gingiva yang
tidak disebabkan oleh plak sering memperlihatkan gambaran klinis
yang khas. Keadaan ini dapat disebabkan beberapa penyebab,
seperti infeksi bakteri spesifik, infeksi virus atau jamur yang tidak
berhubungan dengan peradangan gingiva yang berhubungan
dengan plak dan peradangan gingiva karena faktor genetik.
Peradangan gingiva yang berasal dari faktor genetik terlihat
pada Hereditary gingival fibromatosis, dan beberapa kelainan
mukokutaneus yang bermanifestasi sebagai peradangan gingiva.
Contoh lesi adalah lichen planus, pemphigoid, pemphigus vulgaris
dan erythema multiforme.
Alergi dan trauma merupakan contoh lain dari peradangan
gingiva yang tidak disebabkan oleh faktor non-plak. Peradangan
gingiva yang tidak disebabkan oleh faktor non-plak sangat relevan,
penyebab lesi secara umum merupakan sample penting untuk
memahami variasi dari reaksi jaringan yang terdapat pada
periodontium.
3
Selain faktor plak dan non-plak peradangan gingiva juga
disebabkan oleh karena gangguan sistemik dengan perdarahan
spontan atau setelah teriritasi. Perdarahannya eksesif dan sulit
dikontrol. Adapula karena penggunaan obat tertentu, alergi, terapi
radiasi, siklus menstruasi, dan genetik.
15
Keparahan peradangan gingiva akan terus berlanjut akibat
penumpukan plak, apabila kebersihan rongga mulut tidak
dipelihara.
16
Pada gingiva yang mengalami perdarahan, persentase
jaringan ikat yang terkena radang adalah lebih besar, tetapi
epitelnya lebih sedikit dan lebih tipis bila dibandingkan dengan
gingiva yang tidak mengalami perdarahan. Ini berarti terjadinya
perdarahan pada gingiva adalah sejalan dengan perubahan
histopatologis yang terjadi pada jaringan ikat periodonsium.
17
2.2. MACAM - MACAM GINGIVITIS
2.2.1. Gingivitis marginalis kronis
Merupakan suatu peradangan gingiva pada
daerah margin yang banyak dijumpai pada anak,
ditandai dengan perubahan warna, ukuran
konsistensi, dan bentuk permukaan gingiva.
Penyebab peradangan yang paling umum yaitu
disebabkan oleh penimbunan bakteri plak.
Perubahan warna dan pembengkakan gingiva
merupakan gambaran klinis terjadinya gingivitis
marginalis kronis.
2.2.2. Eruption gingivitis
Merupakan peradangan yang terjadi di
sekitar gigi yang sedang erupsi dan berkurang
setelah gigi tumbuh sempurna dalam rongga mulut,
sering terjadi pada anak usia 6-7 tahun ketika gigi
permanen mulai erupsi. Eruption gingivitis
berkaitan dengan akumulasi plak.
2.2.3. Gingivitis pada gigi karies dan loose teeth
(eksfoliasi parsial)
Pada pinggiran margin yang tererosi akan
terdapat akumulasi plak, sehingga dapat terjadi
edema sampai dengan abses.
2.2.4. Gingivitis pada maloklusi dan malposisi
Peradangan disertai dengan perubahan
warna gingiva menjadi merah kebiruan, pembesaran
gingiva, ulserasi, dan bentuk poket dalam yang
menyebabkan terjadinya pus, meningkat pada anak-
anak yang memiliki overjet dan overbite yang besar,
kebiasaan bernafas melalui mulut, open bite, edge to
edge, dan protrusif.
2.2.5. Gingivitis pada mucogingival problems
Mucogingival problems merupakan salah
satu kerusakan atau penyimpangan morfologi,
keadaan, dan kuantitas dari gingiva di sekitar gigi
antara margin gingiva dan mucogingival junction
yang ditandai oleh mukosa alveolar yang tampak
tipis dan mudah pecah, susunan jaringan ikatnya
yang lepas serta banyaknya serat elastis.
2.2.6. Gingivitis karena resesi gusi lokalisata
Terjadi karena trauma sikat gigi, alat
ortodontik, frenulum labialis yang tinggi, dan
kebersihan mulut yang buruk.
2.2.7. Gingivitis karena alergi
Mc Donald dan Avery, 2004 menyatakan
bahwa adanya peradangan pada gingiva yang
bersifat sementara terutama berhubungan dengan
perubahan cuaca.
5
2.2.8. Gingivitis Artefacta
Peradangan karena perilaku yang sengaja
melakukan cedera fisik dan menyakiti diri sendiri.
Salah satu penyakit periodontal yang disebabkan
oleh adanya cedera fisik pada jaringan gingiva
disebut sebagai gingivitis artefakta yang memiliki
varian mayor dan minor.
Gingivitis artefakta minor merupakan bentuk
yang kurang parah dan dipicu oleh iritasi karena
kebiasaan menyikat gigi yang terlalu berlebihan.
Kondisi ini juga dapat terjadi akibat menusuk
gingiva dengan menggunakan jari kuku atau benda
asing lainnya.
Gingivitis artefakta mayor merupakan
bentuk yang lebih parah, karena melibatkan jaringan
periodontal. Perilaku ini berhubungan dengan
gangguan emosional. Peradangan gingiva oleh
karena perilaku mencederai diri sendiri terjadi pada
anak-anak dibandingkan pada orang dewasa dan
prevalensinya lebih banyak terjadi pada
perempuan.
18
2.3. PENYEBAB UTAMA GINGIVITIS
Penyakit periodontal didefinisikan sebagai proses patologis
yang mengenai jaringan periodontal. Sebagian besar penyakit
periodontal disebabkan oleh adanya infeksi bakteri. Walaupun
faktor-faktor lain dapat memengaruhi jaringan periodontal,
penyebab utama penyakit periodontal adalah mikroorganisme yang
berkolonisasi di permukaan gigi.
14
2.3.1. Acquired Pelicle
Acquired Pelicle merupakan lapisan tipis,
licin, tidak berwarna, translusen, aseluler, dan bebas
bakteri. Lokasinya tersebar merata pada permukaan
gigi dan lebih banyak terdapat pada daerah yang
berdekatan dengan gingiva. Jika diwarnai dengan
larutan disclosing solution akan terlihat suatu
permukaan yang tipis dan pucat bila dibandingkan
dengan plak yang lebih kontras warnanya.
12
2.3.2. Materi Alba
Materi alba adalah suatu deposit lunak,
berwarna kuning atau putih keabu-abuan yang
melekat pada permukaan gigi, restorasi, kalkulus,
dan gingiva. Tidak mempunyai struktur yang
spesifik serta mudah disingkirkan dengan semprotan
air, akan tetapi untuk penyingkiran yang sempurna
diperlukan pembersihan secara mekanis.
Materi alba dapat menyebabkan iritasi lokal
pada gingiva sehingga dapat merupakan penyebab
umum terjadinya peradangan pada gingiva. Efek
iritasi oleh materi alba ini disebabkan oleh bakteri
serta produk produknya. Deposit ini perlekatannya
kurang erat jika dibandingkan dengan plak gigi.
Deposit dapat terlihat jelas tanpa menggunakan
larutan disklosing dan cenderung menumpuk pada
sepertiga gingival mahkota gigi dan pada gigi yang
malposisi.
Deposit ini dapat terbentuk pada permukaan
gigi yang baru dibersihkan dalam beberapa jam dan
pada waktu tidak digunakan untuk pengunyahan.
12
2.3.3. Food Debris
Kebanyakan debris akan segera mengalami
liquifikasi oleh enzim bakteri dan bersih 5 30
menit setelah makan, tetapi sebagian masih
tertinggal pada permukaan gigi dan membran
mukosa. Aliran saliva, aksi mekanis dari lidah, pipi,
dan bibir serta bentuk dan susunan gigi dan rahang
akan memengaruhi kecepatan pembersihan sisa
makanan. Pembersihan ini dipercepat oleh proses
pengunyahan dan viskositas ludah yang rendah.
Walaupun debris makanan mengandung bakteri,
tetapi berbeda dari plak dan materi alba, debris ini
lebih mudah dibersihkan.
12
2.3.4. Plak gigi
Plak gigi merupakan mikroorganisme pada
permukaan gigi yang melekat pada matriks polimer
saliva yang berasal dari bakteri. Plak gigi
mengalami perkembangan pada permukaan gigi dan
membentuk bagian pertahanan pejamu di dalam
rongga mulut. Sebagai contoh, penggunaan
antibiotik yang berspektrum luas secara
berkepanjangan. Pada kondisi tersebut,
pertumbuhan mikroorganisme secara berlebihan
khususnya jamur dan bakteri.
2
Plak gigi tidak dapat dibersihkan hanya
dengan berkumur ataupun semprotan air dan hanya
dapat dibersihkan secara sempurna dengan cara
mekanis. Jika jumlahnya sedikit plak tidak dapat
terlihat, kecuali diberi dengan larutan disklosing
atau sudah mengalami diskolorisasi oleh pigmen
pigmen yang berada dalam rongga mulut. Jika
menumpuk, plak akan terlihat berwarna abu abu,
abu abu kekuningan, dan kuning.
12
Komposisi Mikroba Plak Gigi Pada Gingivitis
Pada peradangan gingiva lapisan plak
memiliki ketebalan 400 m, bahkan lebih tebal.
Peningkatan plak secara kuantitatif merupakan
peranan penting pada perkembangan peradangan
gingiva.
19
Peradangan gingiva berhubungan dengan
akumulasi plak di sekitar margin gingiva. Kondisi
ini menyebabkan perubahan komposisi plak dari
mikroflora streptococci menjadi Actinomyces spp.
Mikroflora mengalami peningkatan pada jumlah
spesies selama perkembangan gingivitis. Beberapa
penelitian menyatakan bahwa terjadi peningkatan
mikroba Fusobacterium nucleatum, P. Intermedia,
Capnocytophaga spp., Eubacterium spp., dan
spirochete pada gingiva yang mengalami
peradangan.
19
2.3.5. Stain gigi
Pewarnaan pada gigi terjadi melalui 3 cara :
(1) stain melekat langsung pada permukaan gigi
melalui Acquired Pelicle, (2) stain mengendap pada
kalkulus dan deposit lunaak, dan (3) stain bersatu
dengan struktur gigi dan bahan tambal. Stain yang
melekat langsung pada permukaan gigi dan stain
yang mengendap pada kalkulus dapat dihilangkan
dengan cara di skeling dan dipoles.
Stain gigi yang menebal membuat
permukaan gigi kasar dan selanjutnya menyebabkan
penumpukan plak sehingga mengiritasi gingiva di
sekitarnya.
12
2.3.6. Kalkulus
Kalkulus merupakan massa yang mengalami
kalsifikasi yang terbentuk dan melekat erat pada
permukaan gigi, serta objek lainnya di dalam mulut,
seperti restorasi dan gigi geligi tiruan. Kalkulus
jarang ditemukan pada gigi susu dan sering
ditemukan pada gigi permanen anak usia muda.
Meskipun demikian, pada anak usia 9 tahun,
kalkulus sudah dapat ditemukan pada sebagian
besar rongga mulut, dan pada hampir seluruh
rongga mulut individu dewasa.
Kalkulus dikelompokkan menjadi
supragingival dan subgingival. Kalkulus
supragingival adalah kalkulus yang melekat pada
permukaan mahkota gigi mulai dari puncak gingival
margin dan dapat dilihat. Kalkulus ini berwarna
putih kekuning-kuningan, konsistensinya keras
seperti batu tanah liat dan mudah dilepaskannya dari
permukaan gigi dengan skeler.
Sedangkan kalkulus subgingival adalah
kalkulus yang berada dibawah batas gingiva margin,
biasanya pada daerah gingiva dan tidak dapat
terlihat pada waktu pemeriksaan. Untuk
menentukan lokasi dan perluasannya harus
dilakukan probing, biasanya padat dan keras,
berwarna cokelat tua atau hijau kehitam hitaman,
konsistensinya seperti kepala korek api, dan melekat
erat ke permukaan gigi.
12
Peradangan gingiva yang disebabkan oleh faktor lokal
Peradangan gingiva oleh karena faktor lokal adalah termasuk jenis
anatomi dan perkembangan gigi, karies, faktor iatrogenik, gigi malposisi,
bernapas melalui mulut, overhanging, gigitiruan sebagian, kurangnya
attached gingiva, dan resesi.
Peradangan yang tergolong kronis ataupun rekuren dipicu oleh
trauma mekanis seperti dari penyikatan gigi, menusuk gigi dan menggigit
makanan keras, seperti apel.
Keparahan perdarahan bergantung pada intensitas peradangan.
Dinding pembuluh darah berkontraksi, aliran darah berkurang, trombosit
darah melekat pada tepi jaringan, dan fibrous terbentuk mengalami
kontraksi dan menyebabkan tepi gingiva mengalami peradangan.
Perdarahan pada gingiva disebabkan oleh peradangan dan dapat terjadi
secara spontan pada gingiva. Laserasi gingiva oleh karena bulu sikat gigi
selama penyikatan gigi secara agresif dapat menyebabkan perdarahan
gingiva bahkan pada kondisi tanpa adanya penyakit gingiva. Sensasi
terbakar pada gingiva dari makanan panas atau kimia juga dapat
meningkatkan perdarahan pada gingiva.
4
Peradangan gingiva yang disebabkan oleh perubahan sistemik.
Pada beberapa gangguan sistemik, perdarahan gingiva terjadi
secara spontan setelah iritasi. Kondisi tersebut akibat perdarahan abnormal
pada kulit, organ internal, dan jaringan lain, termasuk mukosa rongga
mulut.
Pengaruh terapi, kontrasepsi oral, kehamilan, dan siklus menstruasi
juga dilaporkan sebagai faktor yang mempengaruhi perdarahan pada
gingiva.
Beberapa medikasi juga telah ditemukan memiliki pengaruh
negatif pada gingiva. Sebagai contoh, antikonvulsan, antihipertensi berupa
calcium channel blocker, dan obat imunosupresan diketahui menyebabkan
pembesaran gingiva yang dapat menyebabkan perdarahan gingiva
sekunder.
4
Peradangan gingiva yang disebabkan oleh faktor hormon
Perubahan hormon seksual berlangsung semasa pubertas dan
kehamilan, keadaan ini dapat menimbulkan perubahan jaringan gingiva
yang merubah respons terhadap produk-produk plak.
Pada masa pubertas insidensi peradangan gingiva mencapai
puncaknya dan perubahan ini tetap terjadi walaupun kontrol plak tetap
tidak berubah.
Plak dapat menyebabkan peradangan yang hebat pada masa
pubertas yang diikuti dengan pembengkakan gingiva dan perdarahan. Bila
masa pubertas sudah lewat, peradangan cenderung reda dengan sendirinya
tetapi tidak dapat hilang kecuali bila dilakukan pengkontrolan plak yang
adekut.
15
Peradangan gingiva yang disebabkan oleh faktor nutrisi
Peradangan gingiva karena malnutrisi ditandai dengan gingiva tampak
bengkak, berwarna merah terang karena defisiensi vitamin C. Kekurangan
vitamin C mempengaruhi fungsi imun sehingga menurunkan kemampuan
inang melindungi diri dari produk-produk seluler tubuh berupa radikal
oksigen.
15
Gingivitis yang disebabkan oleh faktor non-plak
Penyakit Gingiva yang Berasal dari Bakteri Spesifik
Peradangan gingiva dapat terjadi ketika faktor patogen yang
berhubungan dengan non-plak melebihi peranan dari respon daya tahan
host. Lesi dapat disebabkan oleh bakteri dan mungkin tidak disertai oleh
lesi ditempat lain pada tubuh. Contoh umum dari lesi tersebut yang
berkaitan dengan infeksi melalui Neisseria gonorrhea, Treponema
pallidum, Sttreptococci, Mycobacterium chelonae atau organisme lain.
Manifestasi dari lesi gingiva nampak ulserasi berwarna merah terang yang
edematous dan sangat sakit, asimptomatik atau mucous patches, atau
gingivitis atypical non ulserasi, peradangan gingiva yang parah. Biopsy
dilakukan melalui pemeriksaan mikrobiologi untuk menunjukkan riwayat
lesi.
20
Penyakit Gingiva yang Berasal dari Virus
Infeksi Virus Herpes
Infeksi virus dikenal sebagai penyebab peradangan gingiva yang
utama adalah virus herpes : virus herpes simplex type 1 dan 2 serta virus
varicella-zooster. Virus ini biasanya menyerang tubuh manusia sejak
kanak-kanak dan dapat berkembang menjadi penyakit mukosa rongga
mulut yang diikuti dengan periode laten dan kadang kadang terjadi
reaktivasi. Virus herpes simplex type 1 (HSV-!) biasanya menyebabkan
manifestasi rongga mulut, sementara virus herpes simplex type 2 (HSV-2)
terutama melibatkan infeksi anogenital dan melibatkan infeksi oral.
20
Gingivostomatitis Herpetika Primer
Infeksi herpes simplex adalah infeksi virus yang paling umum.
Herpes simplex adalah virus DNA dengan derajat infeksi rendah, dimana
setelah memasuki epitel mukosa oral, menembus ujung saraf dan dengan
transportasi retrograde melalui reticulum endoplasmatik menuju ke
ganglion trigeminal dimana virus tersebut dapat menetap selama bertahun-
tahun. Virus ini juga telah diisolasi pada lokasi diluar saraf seperti
gingival. Virus herpes simplex dapat berperan pada erythema multiforme.
Telah ditemukan virus herpes simplex pada gingivitis, acute necrotizing
gingivitis, dan periodontitis.
20
Herpes Zooster
Virus varicella zoster menyebabkan varicella sebagai infeksi
primer yang sembuh dengan sendirinya. Terutama terjadi pada anak- anak
dan reaktivasi dari virus pada usia dewasa menyebabkan herpes zoster.
Manifestasi keduanya dapat melibatkan gingiva. Chicken pox disertai
dengan demam, malaise dan skin rash. Lesi intraoral adalah ulser kecil
biasanya pada lidah, palatum dan gingiva. Virus tetap berada dalam
ganglion akar dorsal dimana virus dapat direaktivasi bertahun-tahun
setelah infeksi primer. Reaktivasi selanjutnya mengakibatkan herpes
zoster, dengan lesi unilateral setelah saraf terinfeksi. Secara normal
reaktivasi mempengaruhi ganglia thoracic pada orang tua atau pasien
immunocompromised. Reaktivasi virus yang berasal dari ganglion
trigeminal terjadi sekitar 20%. Jika percabangan kedua atau ketiga dari
saraf trigeminal terlibat, peradangan kulit juga dapat muncul bersama
dengan peradangan intraoral, atau hanya terjadi peradangan intraoral,
sebagai contohnya adalah peradangan yang timbul pada palatum gingiva.
20
Penyakit Gingiva yang Berasal dari Jamur
Infeksi jamur pada mukosa oral mencakup penyakit seperti infeksi
aspergillosis, blastomycosis, candidosis, coccidioidomycocis,
cryptococcosis, histoplasmosis, mucormycosis dan
paracoccidioidomycosis, tetapi beberapa infeksi sangat jarang dan tidak
semua infeksi tersebut bermanifestasi sebagai peradangan gingiva.
20
Candidosis
Variasi spesies candida ditemukan berasal dari mulut manusia
termasuk C. Albicans, C. Glabrata, C. Krusei, C. Tropicalis, C.
Parapsilosis, dan C. Guillermondii. Jamur ini hidup normal dalam kavitas
oral tetapi juga suatu patogen opportunistik. Prevalensi oral carriage dari
C. Albicans pada orang dewasa sehat sekitar 3%-48%, variasi yang besar
terjadi karena perbedaan pada sampel populasi dan prosedur yang
digunakan. Proporsi C. Albicans pada populasi jamur dalam rongga mulut
dapat mencapai sekitar 50-80%, dan sejauh ini infeksi jamur pada mukosa
oral yang paling sering adalah candidosis yang disebabkan oleh organisme
C. Albicans. Infeksi oleh C. Albicans biasanya terjadi sebagai konsekuensi
dari berkurangnya sistem pertahanan tubuh termasuk immunodefisiensi,
berkurangnya sekresi saliva merokok dan perawatan dengan
kortikosteroid. Gangguan flora mikroba oral, seperti setelah terapi dengan
antibiotik berspektrum luas, yang dapat menyebabkan oral candidosis.
20
Linear Gingival Erythema
Linear Gingival Erythema (LGE) dianggap suatu manifestasi
gingival dari immunosupression yang ditandai dengan linear
erythematousband yang terdapat pada free gingiva.
LGE ditandai oleh ketidakseimbangan intensitas peradangan
terhadap jumlah plak yang ada. Tidak ditemukan adanya poket atau
hilangnya attachment. Karakteristik dari tipe peradangan ini adalah
peradangan tidak merespon secara baik pada peningkatan oral higiene atau
skeling. Perluasan gingival banding yang diukur berdasarkan jumlah
daerah yang terlibat yang telah terbukti bergantung pada penggunaan
tembakau. Sementara 15% dari daerah yang terlibat mengalami perdarahan
saat probing dan 11% nampak perdarahan spontan, tanda khas dari LGE
dianggap sebagai berkurangnya perdarahan saat probing.
20
Penyakit Gingiva yang Berasal dari Faktor Genetik
Hereditary Gingival Fibromatosis
Hyperplasia gingiva (sinonim dengan gingival overgrowth, gingival
fibromatosis), dapat terjadi sebagai efek dari pengobatan sistemik seperti
phenytoin, sodium valproate, cyclosporine dan dihydropyridines.
Peradangan tergantung pada perluasan plak. Hyperplasia gingiva dapat
berasal dari faktor genetik. Peradangan tersebut dikenal sebagai hereditary
gingival fibromatosis (HGF) adalah suatu keadaan yang tidak biasa yang
ditandai oleh diffuse gingival enlargement, kadang- kadang menutupi
sebagian besar permukaan, atau seluruh gigi. Peradangan timbul tanpa
tergantung dari pengangkatan plak secara efektif.
20
2.4. GAMBARAN KLINIS GINGIVITIS
Secara umum, gambaran klinis gingivitis adalah adanya
tanda klinis berikut: kemerahan, perdarahan akibat stimulasi,
perubahan kontur, adanya plak atau kalkulus dan secara radiografi
tidak ditemukan kehilangan tulang alveolar. Pemeriksaan histologi
jaringan gingiva yang mengalami peradangan menunjukkan
ulserasi epitel. Keberadaan radang memberikan pengaruh negatif
terhadap fungsi epitel sebagai pelindung. Perbaikan ulserasi
epitelium ini bergantung pada aktivitas proliferative atau
regenerative sel epitel.
4
Gejala klinis gingivitis yang parah adalah termasuk eritema,
edema, dan pembesaran hiperplastik. Daerah anterior menunjukkan
kondisi yang lebih parah dengan adanya gigi yang berjejal ringan,
dan bernapas melalui mulut. Pada saat probing tidak terdapat
kehilangan perlekatan, dan poket tidak terdapat di daerah
cementoenamel junction.
4
2.5. KARAKTERISTIK GINGIVITIS
2.5.1. Perubahan Warna Gingiva
Warna gingiva ditentukan oleh beberapa
faktor, termasuk jumlah dan ukuran pembuluh
darah, ketebalan epitel, keratinisasi, dan pigmen di
dalam epitel.
Perubahan warna merupakan tanda klinis
dari penyakit pada gingiva. Warna gingiva normal
adalah merah muda coral dan dihasilkan oleh
vaskularitas jaringan dan lapisan epitel. Gingiva
menjadi memerah ketika vaskularisasi meningkat
atau derajat keratinisasi epitel mengalami reduksi
atau menghilang. Warna menjadi pucat ketika
keratinisasi mengalami reduksi.
Peradangan kronis menyebabkan warna
merah atau merah kebiruan akibat proliferasi dan
keratinisasi. Vena akan memberikan kontribusi
menjadi warna kebiruan. Perubahan warna gingiva
akan memberikan kontribusi pada proses
peradangan. Perubahan terjadi pada papilla
interdental dan margin gingiva, dan menyebar pada
attached gingiva.
4
2.5.2. Perubahan Konsistensi
Baik kondisi kronis maupun akut dapat
menghasilkan perubahan pada konsistensi gingiva
normal yang kaku dan tegas. Seperti yang
dinyatakan bahwa pada gingivitis kronis, perubahan
destruktif atau edema dan reparative atau fibrous
terjadi secara bersamaan, dan konsistensi gingiva
ditentukan berdasarkan kondisi yang dominan.
4
2.5.3. Perubahan Klinis dan Histopatologis
Pada peradangan gingiva, perubahan
histopatologi menyebabkan perdarahan gingiva
akibat dilatasi, pembengkakan kapiler, dan
penipisan atau ulserasi epitel. Karena kapiler
membengkak dan menjadi lebih dekat ke
permukaan, menipis, epitelium kurang protektif, dan
stimuli yang secara normal tidak melukai dapat
menyebabkan rupture pada kapiler dan perdarahan
gingiva.
4
2.5.3.1. Perubahan Klinis dan Histopatologis Konsistensi Gingiva
1. Infiltrasi cairan dan
eksudat pada
peradangan.
2. Degenerasi jaringan
konektif dan epitel yang
memicu peradangan dan;
Perubahan pada jaringan
konektif - epitel dengan
jaringan konektif yang
mengalami
pembengkakan dan
peradangan, meluas
sampai ke permukaan
jaringan epitel,
penebalan epitel, edema
dan invasi leukosit,
dipisahkan oleh daerah
yang mengalami elongasi
terhadap jaringan
konektif.
3. Fibrosis dan proliferasi
epitel akibat peradangan
kronis yang
berkepanjangan.
Gingivitis Kronis
1. Pembengkakan lunak yang
dapat membentuk lubang
sewaktu ditekan.
2. Gingiva lunak pada saat
probing dan area
permukaan pinpoint
tampak kemerahan.
3. Konsistensi kaku dan kasar
Perubahan Klinis Gambaran Mikroskopis
2.5.4. Perubahan Tekstur Jaringan Gingiva
Permukaan gingiva normal seperti kulit
jeruk yang biasa disebut sebagai stippling. Stippling
terbatas pada attached gingiva dan secara dominan
terdapat pada daerah subpapila, tetapi meluas
sampai ke papilla interdental. Secara biologis
stippling pada gingiva tidak diketahui, beberapa
peneliti menyimpulkan bahwa kehilangan stippling
merupakan tanda awal dari terjadinya gingivitis.
Pada peradangan kronis, permukaan gingiva halus
1. Edema yang berasal dari
peradangan akut.
2. Nekrosis dengan pembentukan
membran yang terdiri dari
bakteri, leukosit
polimorfonuklear, dan
degenerasi epitel fibrous.
3. Edema interseluler dan
intraseluler dengan degenerasi
nukleus dan sitoplasma, dan
rupture dinding sel.
Gingivitis Akut
1. Pembengkakan dan
gingiva yang lunak.
2. Debris berwarna keabu-
abuan.
3. Pembentukan vesikel.
Perubahan Klinis Gambaran Mikroskopis
dan mengkilap atau kaku, tergantung pada
perubahan eksudatif atau fibrotik. Tekstur
permukaan yang halus juga dihasilkan oleh atropi
epitel pada gingivitis, dan permukaan yang rupture
terjadi pada gingivitis kronis. Hiperkeratosis dengan
tekstur kasar, dan pertumbuhan gingiva secara
berlebih akibat obat akan menghasilkan permukaan
yang berbentuk nodular pada gingiva.
4
2.5.5. Perubahan Posisi Gingiva
Salah satu gambaran pada penyakit gingiva
adalah adanya lesi pada gingiva. Lesi traumatik
seperti lesi akibat kimia, fisik atau termal
merupakan lesi yang paling umum pada rongga
mulut. Lesi akibat kimia termasuk karena aspirin,
hidrogen peroksida, perak nitrat, fenol, dan bahan
endodontik. Lesi karena fisik termasuk bibir, rongga
mulut, dan tindik pada lidah yang dapat
menyebabkan resesi gingiva. Lesi karena termal
dapat berasal dari makanan dan minuman yang
panas. Pada kasus akut, epitelium yang nekrotik,
erosi atau ulserasi, dan eritema merupakan
gambaran umum. Sedangkan pada kasus kronis,
terjadi dalam bentuk resesi gingiva.
4
2.5.6. Perubahan Kontur gingiva
Perubahan pada kontur gingiva berhubungan
dengan pembesaran gingiva, tetapi perubahan
tersebut dapat juga terjadi pada kondisi yang lain.
Ketika resesi ke apikal, celah menjadi lebih
lebar, dan meluas ke permukaan akar. Ketika lesi
mencapai mucogingival junction, mukosa rongga
mulut mengalami peradangan karena kesulitan
untuk mempertahankan kontrol plak yang adekuat
pada daerah ini. Istilah McCall festoon telah
digunakan untuk menggambarkan penebalan pada
gingiva yang diamati pada gigi kaninus ketika resesi
telah mencapai mucogingival junction.
4
2.6. MEKANISME TERJADINYA GINGIVITIS
Patogenesis gingivitis terdapat empat tipe lesi yang
berbeda. Keempatnya adalah lesi awal, lesi dini, lesi mapan, dan
lesi lanjut. Lesi dini dan mapan dapat tetap stabil untuk waktu yang
lama. Selain itu, dapat terjadi pemulihan secara spontan atau
disebabkan oleh karena perawatan.
21
2.6.1. Lesi inisial atau lesi awal
Pada tahap ini plak mulai berakumulasi ketika
kebersihan rongga mulut tidak terjaga. Untuk
beberapa hari pertama, plak ini terdiri dari bakteri
cocci dan batang gram positif, lalu hari berikutnya
organisme filamen, dan terakhir Spirochetes atau
bakteri gram negatif. Dalam beberapa hari,
gingivitis ringan mulai terjadi pada tahap ini.
19
2.6.2. Lesi dini atau early lesion
Pada tahap ini sudah mulai terlihat tanda klinis
eritema. Eritema terjadi karena proliferasi kapiler
dan meningkatnya pembentukan kapiler. Epitel
sulkus menipis atau terbentuk ulserasi. Pada tahap
ini mulai terjadi perdarahan pada probing.
Ditemukan 70% jaringan kolagen sudah rusak
terutama di sekitar sel sel infiltrat. Neutrofil
keluar dari pembuluh darah sebagai respons
terhadap stimulus kemotaktik dari komponen plak,
menembus lamina dasar ke arah epitelium dan
masuk ke sulkus. Dalam tahap ini fibroblast jelas
terlihat menunjukkan perubahan sitotoksik sehingga
kapasitas produksi kolagen menurun.
22
2.6.3. Lesi mapan atau established lesion
Pada tahap ini disebut sebagai gingivitis kronis
karena seluruh pembuluh darah membengkak dan
padat, sedangkan pembuluh balik terganggu atau
rusak sehingga aliran darah menjadi lambat.
Terlihat perubahan warna kebiruan pada gingiva.
Sel sel darah merah keluar ke jaringan ikat,
sebagian pecah sehingga hemoglobin menyebabkan
warna daerah peradangan menjadi gelap. Lesi ini
dapat disebut sebagai peradangan gingiva moderat
hingga berat. Aktivitas kolagenolitik sangat
meningkat karena kolagenase banyak terdapat di
jaringan gingiva yang diproduksi oleh sejumlah
bakteri oral maupun neutrofil.
22
2.6.4. Lesi lanjut atau lesi advanced
Perluasan lesi ke dalam tulang alveolar
menunjukkan karakteristik tahap keempat yang
disebut sebagai lesi advanced atau fase kerusakan
periodontal. Secara mikroskopis, terdapat fibrosis
pada gingiva dan kerusakan jaringan akibat
peradangan dan imunopatologis. Secara umum pada
tahap advanced, sel plasma berlanjut pada jaringan
konektif, dan neutrofil pada epitel junctional dan
gingiva. Dan pada tahap ini gingivitis akan berlanjut
pada pada individu yang rentan.
4
2.7. BAKTERI YANG BERPERAN PADA GINGIVITIS
Mayoritas penyakit periodontal disebabkan oleh
mikroorganisme yang berada pada atau dibawah margin gingiva.
4
Pada gingiva sehat bakteri terdiri atas gram positif.
Terbanyak adalah dari Actinomyces dan Streptococcus.
15
Jika keseimbangan bakteri normal terganggu, akan terjadi
pergeseran komposisi plak sehingga jumlah bakteri anaerob gram
negatif meningkat. Pada gingivitis tidak terjadi kerusakan pada
perlekatan jaringan, namun secara histologis sudah terjadi
kehilangan kolagen pada jaringan ikat. Pada keadaan seperti ini
bakteri Prevotella intermedia (Pi) dan Prevotella nigrescens
subgingival meningkat. Hal ini jelas pada keadaan pregnan karena
estrogen dan progesteron yang banyak dalam jaringan ikat gingiva
digunakan oleh Pi untuk tumbuh sebagai pengganti vitamin K yang
merupakan faktor penumbuh penting bagi bakteri.
15
2.8. MEKANISME AKSI BAKTERI PADA GINGIVITIS
Invasi
Terjadinya gingivitis tidak selalu didahului oleh invasi bakteri.
Syarat utama adalah adanya bakteri patogen spesifik yang melekat ke
permukaan gigi disekitar gingiva. Tidak ada organisme spesifik atau
kelompok organisme tertentu yang secara positif atau khusus diidentifikasi
sebagai penyebab kerusakan jaringan periodontal, tetapi ada beberapa
mikroorganisme yang ditemukan pada kondisi penyakit periodontal
tertentu. Telah dibuktikan bahwa pada keadaan ini terjadi invasi bakteri ke
jaringan ikat.
Agen sitotoksik
Endotoksin yaitu substansi lipopolisakarida yang terdapat dalam
dinding sel bakteri gram negatif, yang dapat menjadi penyebab langsung
nekrosis jaringan, selain sebagai pencetus terjadinya proses peradangan
dengan memicu respons imunologik. Pada penelitian kultur jaringan,
endotoksin yang terdapat pada mikroorganisme tertentu di dalam mulut
merangsang terjadinya resorpsi tulang.
Enzim
Enzim kolagenase menguraikan fibril dan serabut kolagen, elemen
utama pembentuk gingiva dan ligamen periodonsium. Leukosit
memproduksi kolagenase dan terdapat dalam jumlah besar pada
peradangan gingiva tahap awal.
Mekanisme imunopatologi
Penelitian membuktikan bahwa sejumlah antigen plak menginduksi
peradangan dengan merangsang respons imunologik pada binatang
percobaan. Baik respons imun humoral maupun selular dapat ditemukan
pada penderita periodontitis.
Aksi gabungan
Terdapat lebih dari satu mekanisme yang terlibat dalam inisiasi dan
perkembangan penyakit periodontal. Sebagai contoh, bahwa enzim dan
substansi sitotoksik bakteri menimbulkan efek langsung terhadap jaringan
sulkular dan subsulkular dengan cara mencetuskan respons imunopatologi
secara tidak langsung.
14
2.9. PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN GINGIVITIS
Merokok
Plak gigi sebagai pemicu terjadinya gingivitis merupakan kondisi
yang terjadi pada anak- anak dan orang dewasa. Menurut penelitian muller
dkk tahun 2002 setelah diamati selama enam bulan pada kelompok
perokok ditemukan lebih banyak plak supragingiva dibandingkan yang
bukan perokok. Sedangkan menurut penelitian dari calsina dkk tahun 2002
resesi gingiva yang lebih parah terjadi pada kelompok perokok
dibandingkan kelompok yang berhenti merokok dan bukan perokok,
bahkan pada perokok berat terdapat peningkatan terjadinya resesi gingiva
sebanyak 2,3%. Resesi pada perokok disebabkan karena adanya
vasokonstriksi dan berkurangnya respon peradangan yang disebabkan oleh
nikotin dari rokok yang masuk ke dalam aliran darah. Hal ini juga
menyebabkan pada kelompok perokok ditemukan perdarahan pada saat
probing dibandingkan kelompok yang bukan perokok atau yang berhenti
merokok.
23
Waktu penyikatan gigi
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Prijantojo tahun 1996
menyatakan bahwa indeks rata rata kalkulus dari kelompok yang
menyikat gigi 3x sehari tampak lebih baik dibandingkan kelompok yang
menyikat gigi 2x sehari. Namun, indeks perdarahan gingiva rata rata
pada kelompok yang menyikat gigi 3x sehari lebih besar dibanding dengan
indeks perdarahan rata rata dari kelompok yang menyikat gigi 2x sehari
pada semua permukaan dari gigi. Hal ini menunjukkan adanya hubungan
yang positif antara akumulasi plak dan peradangan gingiva.
24
Jenis sikat gigi yang digunakan
Sikat gigi merupakan salah satu fisioterapi oral yang digunakan
untuk membersihkan gigi dan mulut. Dapat ditemukan beberapa macam
jenis sikat gigi, baik manual maupun elektrik dengan berbagai ukuran dan
bentuk. Bulu sikat terbuat dari berbagai macam bahan, tekstur, panjang,
dan kepadatan. Walaupun banyak jenis sikat gigi tetapi harus diperhatikan
keefektifan sikat gigi untuk membersihkan gigi dan mulut seperti
kenyamanan bagi setiap individu meliputi ukuran, tekstur, dan bulu sikat,
mudah digunakan, mudah dibersihkan dan cepat kering sehingga tidak
lembab, awet dan tidak mahal, bulu sikat lembut tetapi cukup kuat dan
tangkainya ringan, dan ujung bulu sikat membulat.
12