Anda di halaman 1dari 17

1

PENGERTIAN DAN PEMBINAAN EJAAN BAHASA INDONESIA


Edison Parulian Manik, Imelda Sinaga, dan M Dermawan Susanto
Jurusan Kimia, Universitas Negeri Medan
ABSTRAK
Bahasa Indonesia sudah mengalami tiga kali perubahan sistem ejaan.
Perubahan system ejaan itu diawali dari tahun 1901 yaitu Ejaan Van
Ophuysen, kemudian Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi pada tahun
1947 hingga menghasilkan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
pada tahun 1972. Ejaan Bahasa Indpnesia Yang Disempurnakan menjadi
ejaan yang benar dan masih digunakan hingga saat ini. Pembahasa Ejaan
Bahasa Indonesia dilakukan untuk mengetahui bagaimana EYD itu. Ejaan
adalah kaidah-kaidah cara untuk menggambarkan kata-kata dalam bentuk
tulisan (huruf) serta penggunaan tanda-tanda baca. Pemakaian dan
penulisan huruf diatur dalam Ejaan Bahasa Indonesia yaitu EYD seperti
abjad (vocal dan konsonan), diftong, persukuan dan nama diri, juga huruf
capital dan huruf miring. Selain huruf diatur juga pemakaian kata,
penggabungan, pengulangan, singkatan, dan akronim. Selain itu kata
serapan dalam EYD diatur dalam dua unsur. Unsure asing yang belum
sepenuhnya terserap kedalam Bahasa Indoneisa dan unsure yang
penulisan dan pemngucapannya sudah disesuaikan sengan Bahasa
Indonesia.
Kata kunci: Ejaan, Bahasa Indonesia, EYD
1. PENDAHULUAN
Bahasa Indonesia sudah lahir sejak dulu dan sudah dipergunakan oleh
masyrakat Indonesia sebelum kemerdekaan. Bahkan jauh sebelum itu. Tetapi Bahasa
Indonesia secara resmi digunakan atau disahkan yaitu pada tahun 1928. Tepat pada
28 Oktober 1928, ketika sumpah pemuda diikrarkan, Bahasa Indonesia menjadi resmi
sebagai Bahasa Nasional Indonesia. Sebelum menjadi bahasa yang baik dan memilki
ejaan yang baik dan benar, bahasa Indonesia mengalami beberapa kali perubahan
system ejaan. Dimulai dari Ejaan Van Ophuysen pada 1901 menjadi Ejaan Republik
atau Ejaan Soewandi pada tahun 1947 hingga menghasilkan Ejaan Bahasa Indonesia
2

yang Disempurnakan pada tahun 1972 yang mana dipergunakan hingga saat ini oleh
seluruh masyrakat Indonesia.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan, ejaan adalah kaidah-kaidah
cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat) di dalam bentuk tulisan (huruf-
huruf) serta penggunaan tanda-tanda baca. Oleh karena itu ejaan perlu dipahami dan
dibahas untuk menegetahui bagaimana sebenarnya ejaan yang disempurnakan itu,
untuk diketahui dan diaplikasikan kedalam penulisan berbagai karya tulis.
2. EJAAN BAHASA INDONESIA
2.1. Pengertian Ejaan
Ejaan ialah penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis-menulis yang
distandardisasikan. Lazimnya, ejaan mempunyai tiga aspek, yakni aspek fonologis
yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan penyusunan abjad. Aspek
morfologi yang menyangkut penggambaran satuan-satuan morfemis dan aspek
sintaksis yang menyangkut penanda ujaran tanda baca (Haryatmo Sri, 2009). Dalam
Kamus Umum Bahasa Indonesia dinyatakan, ejaan adalah cara atau aturan
menuliskan kata-kata dengan huruf. Misalnya kata huruf dahulu adalah hoeroef.
Kata itu telah diatur dengan ejaan yang sesuai dan sekarang yang dipergunakan
adalah huruf.
Ejaan ada dua macam, yakni ejaan fenetis dan ejaan fomenis. Ejaan fenotis
merupakan ejaan yang berusaha menyatakan setiap bunyi bahasa dengan huruf, serta
mengukur dan mencatatnya dengan alat pengukur bunyi bahasa (diagram). Dengan
demikian terdapat banyak lambing atau huruf yang dipergunakan untuk menyatakan
bunyi-bunyi bahasa itu. Ejaan fonemas adalah ejaan yang berusaha menyatakan setiap
fonem dengan satu lambing atau satu huruf, sehingga jumlah lambing yang
diperlukan tidak terlalu banyak jika dibandingkan dengan jumlah lambing dalam
ejaan fonetis (Barus Sanggup, 2013)


3


2.2. Sejarah Sistem Ejaan Bahasa Indonesia
Sampai saat ini dalam bahasa Indonesia telah dikenal tiga nama ejaan yang
pernah berlaku. Ketiga ejaan yang pernah ada dalam bahasa Indonesia adalah sebagai
berikut.
1. Ejaan Van Ophuysen
2. Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi
3. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
Sebagaimana yang telah umum diketahui, Ejaan van Ophuysen sesuai dengan
namanya diprakarsai oleh Ch. A. van Ophuysen, seorang berkebangsaan Belanda.
Ejaan ini mulai diberlakukan sejak 1901 hingga munculnya Ejaan Soewandi. Ejaan
van Ophuysen ini merupakan ejaan yang pertama kali berlaku dalam bahasa
Indonesia yang ketika itu masih bernama bahasa Melayu. Dan ini menjadi dasar dan
asal terbentuknya Bahasa Indonesia.
Sebelum ada ejaan tersebut, para penulis menggunakan aturan sendiri-sendiri
di dalam menuliskan huruf, kata, atau kalimat. Oleh karena itu, dapat dipahami jika
tulisan mereka cukup bervariasi. Akibatnya, tulisan-tulisan mereka itu sering sulit
dipahami. Kenyataan itu terjadi karena belum ada ejaan yang dapat dipakai sebagai
pedoman dalam penulisan. Dengan demikian, ditetapkannya Ejaan van Ophuyson
merupakan hal yang sangat bermanfaat pada masa itu.
Setelah Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk dan diproklamasikan
menjadi negara yang berdaulat, para ahli bahasa merasa perlu menyusun ejaan lagi
karena tidak puas dengan ejaan yang sudah ada. Ejaan baru yang disusun itu selesai
pada tahun 1947, dan pada tanggal 19 Maret tahun itu juga diresmikan oleh Mr.
Soewandi selaku Menteri PP&K (Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan). Ejaan
baru itu disebut Ejaan Republik dan dikenal juga dengan nama Ejaan Soewandi.
Sejalan dengan perkembangan kehidupan bangsa Indonesia, kian hari
dirasakan bahwa Ejaan Soewandi perlu lebih disempurnakan lagi. Karena itu,
dibentuklah tim untuk menyempurnakan ejaan tersebut. Pada tahun 1972 ejaan itu
4

selesai dan pemakaiannya diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 16
Agustus 1972 dengan nama Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD).
Hingga sekarang EYD menjadi dasar dan kaidah Bahasa Indonesia terutama
dalam penulisan. Semua kalangan menggunakan EYD sebagai ejaan yang benar
dalam setiap tulisan ataupun karya tulis. Dan sering kita lihat kalau setiap syarat suatu
karya tulis adalah sesuai dengan EYD. Berikut tabel dibawah adalah perbedaan ketiga
ejaan diatas dalam aspek penghurufan.
Van Ophuysen
1901
Suwandi
1947
EYD
1972
J J y
Dj Dj j
Nj Nj ny
Sj sj sy

3. PEMAKAIAN HURUF
3.1. Abjad
Jenis huruf dan nama yang digunakan dalam sistem EYD ialah sebagai berikut:
Huruf Nama Huruf Nama Huruf Nama
A A A G G Ge M M Em
B B Be H H Ha N N En
C C Ce I I I O O O
D D De J J Je P P Pe
E E E K K Ka Q Q Ki
F F Ef L I El R R Er
S S Es V V Ve Y Y Ye
5

T T Re W W We Z Z Zet
U U U X X Eks

EYD menggunakan 26 huruf dan setiap huruf melambangkan fonem
tertentu.ke-26 huruf ini dapat digolongkan ke dalam dua bagian yaitu vocal dan
konsonan.
3.2.Vokal
Huruf Contoh pemakaian dan letaknya
Di awal Di tengah Di akhir
A Apa pada Lupa
I Itu pintu Tetapi
U Uang buka Ragu
e(e) Enak teras Sore
e(e) Emas kera Tipe
O Oleh kota Toko

3.3.Konsonan
Huruf Contoh Pemakaian dan Letaknya
Di awal Di tengah Di akhir
B Baru kabut sebab
C Cacat kancil -
D Duri kuda maksud
F Factor tafsir positif
G Ganjil juga gudeg
H Harap tahu gajah
J Jalan kejar mikraj
K Kami takut Baik
6

Kh Khusus akhir Tarikh
L Lama alam Mual
M Mari aman Kelam
N Nakal anak Makan
Ng Ngilu angin Sedang
Ny Nyata banyak -
P Pagi Apa Tetap
Q Quran furqa -
R Rata harus Liar
S Sayang kasih Luas
Sy Syarat masyarakat -
T Tujuh data Rapat
V Varita lava -
W Wakil jawab -
X Xenon - -
Y Yang daya -
Z Zeni lazim Juz

3.4.Diftong
Huruf Contoh Pemakaian dan Letaknya
Di awal Di tengah Di akhir
Ai Ain syaitan Pantai
Au Aula saudara harimau
Oi Oikumene boikot Amboi



7

3.5. Persukuan
Di bawah ini dicantumkan pola persukuan kata dalam bahasa indonesia
seperti yang tercantum dalam buku Pedoman Umun Jean Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan sebagai berikut.setiap suku kata dalam bahasa Indonesia ditandai
oleh sebuah vocal.vokal ini dapat didahului atau diikuti oleh konsonan.
Pemisahan suku kata pada kata dasar adalah sebagai berikut:
1. Kalau di tengah kata ada dua vocal yang berurutan,pemisahan tersebut
dilakukan diantara kedua vocal itu.contoh: ma-af,bu-ah,ri-ang
2. Kalau di tengah kata ada konsonan di antara dua vocal,pemisahan
tersebut dilakukan sebelum konsonan itu.contoh: a-nak,a-pa,a-gar.oleh karena
ng,sy,ny dan kh melambangkan satu konsonan,pemisahan suku kata terdapat sebelum
atau sesudah pasangan huruf itu.contoh : sa-ngat,nyo-nya,isya-rat
3. Kalau di tengah kata ada dua konsonan yang berurutan,pemisahan
terdapat diantara kedua konsonan itu.contoh: man-di,tem-pat,lam-bat,ker-tas
4. Kalau di tengah kata ada tiga konsonan atau lebih,pemisahan tersebut
diantara konsonan yang pertama (termasuk ng)dengan konsonan kedua.contoh:in-
stru-men,bang-krut,ul-tra.
3.6. Nama Diri
Penulisan nama-nama sungai,gunung,jalan,kota,dan sebagainya disesuaikan
dengan Ejaan Yang Disempurnakan.Misalnya: Kali Brantas, Danau Singkarak, Jalan
Diponegoro, dan Sungai Citarum
Nama orang badan hukum,dan nama diri diri lain yang sudah lazim
disesuaikan dengan Ejaan Yang Disempurnakan kecuali bila ada pertimbangan
khusus.Misalnya: Universitas Negeri Medan, Institut Teknologi Bandung,
S.Soebardi.




8

4. PENULISAN HURUF
Penulisan huruf dalam ejaan menyangkut dua hal, yaitu pemakaian huruf
kapital atau huruf besar dan pemakaian huruf miring.

4.1.Huruf Kapital
Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama pada hal-hal berikut.
1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat
dan petikan langsung. Misalnya: Anak saya sedang bermain di halaman.
2. Ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci,
termasuk kata ganti untuk Tuhan. Contoh: Allah, Yang Maha Pengasih, Alkitab,
Quran, Weda, I slam, Kristen
3. Nama gelar kehormatan dan keagamaan yang diikuti nama orang
beserta unsur nama jabatan dan pangkat.Misalnya:Mahaputra Yamin, Raden Ajeng
Kartini, Nabi Ibrahim, Presiden Megawati, J enderal Sutjipto, Haji Agus Salim
4. Nama orang, nama bangsa, suku bangsa, bahasa, dan nama tahun,
bulan, hari, hari raya, peristiwa sejarah, serta nama-nama geografi.Misalnya:Hariyati
Wijaya, suku J awa
5. Unsur nama negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan,
dokumen resmi, serta nama buku, majalah, dan surat kabar.Contoh:Republik
I ndonesia
6. Unsur singkatan nama gelar, pangkat, sapaan, dan nama kekerabatan
yang dipakai sebagai sapaan. Contoh:S.S. (sarjana sastra)
Di samping yang telah disebutkan di atas, huruf kapital juga digunakan
sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Sehubungan dengan penulisan karya tulis, judul karya tulis, baik yang
berupa laporan, makalah, skripsi, disertasi, kertas kerja, maupun jenis karya tulis
yang lain, seluruhnya ditulis dengan huruf kapital. Selain itu, huruf kapital seluruhnya
juga digunakan dalam penulisan hal-hal berikut:
9

(1) judul kata pengantar atau prakata;
(2) judul daftar isi;
(3) judul grafik, tabel, bagan, peta, gambar, berikut judul daftarnya masing-
masing;
(4) judul daftar pustaka;
(5) judul lampiran.
Dalam hubungan itu, judul-judul subbab atau bagian bab huruf pertama setiap
unsurnya juga ditulis dengan huruf kapital, kecuali yang berupa kata depan dan
partikel seperti, dengan, dan, di, untuk, pada, kepada, yang, dalam, dan sebagai.
4.2.Huruf Miring
Huruf miring (dalam cetakan) atau tanda garis bawah (pada tulisan
tangan/ketikan) digunakan untuk menandai judul buku, nama majalah, dan surat
kabar yang dipakai dalam kalimat.
Contoh: Masalah itu sudah dibahas Sutan Takdir Alisjabana dalam bukunya
yang berjudul Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia.
Berbeda dengan itu, judul artikel, judul syair, judul karangan dalam sebuah
buku (bunga rampai), dan judul karangan atau naskah yang belum diterbitkan,
penulisannya tidak menggunakan huruf miring, tetapi menggunakan tanda petik
sebelum dan sesudahnya. Dengan kata lain, penulisan judul-judul itu diapit dengat
tanda petik.
Contoh:
Sajak Aku dikarang oleh Chairil Anwar.
Sesuai dengan kaidah, kata-kata asing yang ejaannya belum disesuaikan
dengan ejaan bahasa Indonesia atau kata-kata asing yang belum diserap ke dalam
bahasa Indonesia juga harus ditulis dengan huruf miring jika digunakan dalam bahasa
Indonesia. Misalnya, kata go public, devide et impera, dan sophisticated pada contoh
berikut.
1. Dewasa ini banyak perusahaan yang go public.
2. Kata asing sophisticated berpadanan dengan kata Indonesia canggih.
10

Berbeda dengan itu, kata-kata serapan seperti sistem, struktur, efektif, dan
efisien tidak ditulis dengan huruf miring karena ejaan kata-kata itu telah disesuaikan
dengan ejaan bahasa Indonesia. Dengan kata lain, kata-kata serapan semacam itu
telah diperlakukan seperti halnya kata-kata asli bahasa Indonesia.
Dalam dunia ilmu pengetahuan, banyak pula dikenal nama-nama ilmiah yang
semula berasal dari bahasa asing. Nama-nama ilmiah semacam itu jika digunakan
dalam bahasa Indonesia juga ditulis dengan huruf miring karena ejaannya masih
menggunakan ejaan bahasa asing.Misalnya: Manggis atau Carcinia mangostana
banyak terdapat di pulau Jawa.
Pada nama-nama ilmiah semacam itu huruf kapital hanya digunakan pada
unsur yang pertama, sedangkan unsur selebihnya tetap ditulis dengan huruf kecil.
5. PEMAKAIAN KATA
5.1.Kata Dasar
Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Contoh: pagar, rumah, tanah, sedang.
5.2.Kata turunan
1. Imbuhan (awalan,akhiran,sisipan)ditulis serangkai dengan kata dasar.
Contoh: berduri, diangkat, penetapan, mempermainkan, bergerigi.
2. Awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan katayang langsung
mengikutinya atau mendahuluinya bila bentuk dasarnya gabungan kata. Contoh:
bertanggung jawab, serah terima, membabi buta.
3. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan
akhiran maka kata-kata itu ditulis serangkai. Contoh:penyalahgunaan,
memberitahukan, diserahterimakan, mempertanggungjawabkan.
4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,maka
gabungan itu ditulis serangkai. Contoh: pancasila, nonaktif, antarkota,
inkonvensional, amoral, subpokok ,multilateral transmigrasi, infrastruktur, swadaya,
tunanetra,dan kolonialisme

11

5.3.Penulisan Gabungan Kata
Gabungan kata atau yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah
khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.
Misalnya:
Baku Tidak Baku
tanda tangan tandatangan
tanggung jawab tanggungjawab
Berbeda dengan itu, gabungan kata yang maknanya sudah dianggap padu
unsur-unsurnya ditulis serangkai. Beberapa contohnya dapat diperhatikan pada daftar
berikut.
Baku Tidak Baku
acapkali acap kali
daripada dari pada
Gabungan kata lain yang salah satu unsurnya berupa unsur terikat ditulis
serangkai. Unsur terikat yang dimaksud, misalnya, pasca-, antar-, panca-, nara-, dan
pramu-. Beberapa contoh penulisannya dapat diperhatikan di bawah ini.
Unsur Terikat Baku Tidak Baku
pasca- pascaperang pasca perang
antar- antarkota antar kota
Kata bilangan yang berasal dari bahasa Sanskerta juga dipandang sebagai
unsur yang terikat. Oleh karena itu, penulisannya pun harus diserangkaikan dengan
unsur yang menyertainya.
Misalnya:
Unsur Terikat Baku Tidak Baku
dwi- dwifungsi dwi fungsi
tri- tridarma tri darma
Beberapa unsur terikat lain yang penulisannya harus diserangkaikan dengan
unsur yang mengikutinya adalah a-, adi-, anti-, awa-, audio-, bi-, ekstra-, intra-,
12

makro-, mikro-, mono-, multi-, poli-, pra-, purna-, semi-, sub-, supra-, kontra-, non-,
swa-, tele-, trans-, tuna-, dan ultra-.
Dalam penulisan unsur terikat perlu dipahami bahwa unsur terikat tertentu
apabila dirangkaikan dengan unsur lain yang berhuruf kapital harus diberi tanda
hubung di antara kedua unsur itu. Misalnya:
non-ASEAN, bukan non ASEAN, non ASEAN
non-Islam, bukan non Islam, nonIslam
5.4. Penulisan Bentuk Ulang
Sejalan dengan kaidah yang berlaku sekarang, angka dua tidak digunakan
sebagai penanda perulangan. Dalam penulisan bentuk ulang, bagian-bagian kata yang
diulang ditulis seluruhnya secara lengkap dengan disertai tanda hubung di antara
unsur-unsur yang diulang. Dengan demikian, dalam tulisan-tulisan yang bersifat
resmi, seperti naskah buku, laporan penelitian, laporan kegiatan, skripsi, dan berbagai
karya tulis resmi yang lain, kata ulang harus ditulis secara lengkap, tidak
menggunakan angka dua. Misalnya, macam-macam
Seperti halnya bentuk ulang yang lain, bentuk ulang yang mengalami
perubahan fonem pun unsur-unsurnya yang diulang ditulis seluruhnya dengan disertai
tanda hubung di antara keduanya. Jadi, unsur yang diulang itu tidak ditulis dengan
menggunakan angka dua ataupun ditulis tanpa menggunakan tanda hubung.
Misalnya:
Baku Tidak Baku
gerak-gerik gerak gerik
sayur-mayur sayur mayur
13

Sejalan dengan hal tersebut, bentuk-bentuk di bawah ini, yang lazim disebut
kata ulang semu, juga ditulis secara lengkap dengan menyertakan tanda hubung.
Misalnya:
Baku Tidak Baku
kura-kura kura2, kura kura
paru-paru paru2, paru paru
5.5. Penulisan Kata Depan
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya
kecuali dalam gabungan kata, seperti kepada dan daripada. Jika di dan ke berupa
awalan maka ditulis serangkai dengan kata dasarnya, seperti kata dikelola dan
ketujuh.
5.6. Penulisan Singkatan atau Akronim
Istliah singkatan berbeda dengan akronim. Singkatan ialah kependekan yang
berupa huruf atau gabungan huruf, baik dilafalkan huruf demi huruf maupun
dilafalkan sesuai dengan bentuk lengkapnya. Beberapa singkatan yang dilafalkan
huruf demi huruf dapat diperhatikan pada contoh berikut.
Singkatan Pelafalannya
SMP [es-em-pe]
UGM [u-ge-em]
Singkatan yang dilafalkan sesuai dengan bentuk lengkapnya, misalnya:
Singkatan Pelafalannya
Bpk. [bapak], bukan [be-pe-ka]
14

Singkatan yang berupa gabungan huruf awal suatu kata, dalam kenyataan
berbahasa, sering ditulis dengan disertai tanda titik pada masing-masing hurufnya,
seperti yang terdapat pada contoh berikut.
K.B. keluarga berencana
S.D. sekolah dasar
Penulisan singkatan itu tidak tepat karena singkatan yang berupa gabungan
huruf awal suatu kata tidak diikuti tanda titik, kecuali singkatan nama gelar akademik
dan singkatan nama orang. Dengan demikian, penulisan tersebut yang benar adalah
LKMD, KB, SD, dan PT.
Selain singkatan umum seperti di atas, ada pula yang disebut singkatan
lambang, yaitu suatu bentuk singkatan yang terdiri atas satu huruf atau lebih yang
melambangkan konsep dasar ilmiah, seperti kuantitas, satuan, dan unsur.
Dalam pemakaian dan penulisannya, singkatan lambang berbeda dengan
singkatan lain. Perbedaan itu tidak hanya terletak pada cara penulisannya, tetapi juga
penandaannya. Dalam hal ini, penulisan dan penandaan singkatan lambang pada
umumnya disesuaikan dengan peraturan internasional karena pemakaiannya pun
bersifat internasional. Secara umum, singkatan lambang tidal diikuti tanda titik.
Misalnya:
Cu kuprum
m meter
Akronim ialah kependekan yang berupa gabungan hurf awal, gabungan suku
kata, atau gabungan huruf awal dan suku kata, yang ditulis dan dilafalkan seperti
halnya kata biasa.
Misalnya:
15

siskamling sistem keamanan lingkungan
Depdiknas Departemen Pendidikan Nasional
Akronim lain yang berupa gabungan huruf awal suatu kata, seperti halnya
singkatan yang berupa gabungan huruf awal, seluruhnya ditulis dengan huruf kapital
dan tidak diikuti tanda titik.
Misalnya:
ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
IKIP institut keguruan dan ilmu pendidikan
6. PENULISAN UNSUR SERAPAN
Bahasa Indonesia berkembang sangat pesat, dan dalam pekembangannya itu
bahasa Indonesia banyak menyerap bahasa atau ejaan lain dari berbagai bahasa di
dunia. Seperti bahasa Arab, Belanda, Sanskerta, Portugis, dan Inggris.
Bahasa Indonesia adalah bahasa yang terbuka. Maksudnya ialah bahwa
bahasa ini banyak menyerap kata-kata dari bahasa lainnya. Sehingga banyak kata
serapan Bahasa Indonesia dari berbagai bahasa seperti berikut ini:
Sumber: wikipwedia
Berasarkan taraf integrasinya unsure
serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibagi
dalam dua golongan yaitu:
a. Unsur asing yang belum
sepenuhnya terserap kedalam Bahasa
Indonesia. Unsur-unsur serapan ini dipakai dalam konteks Bahasa Indonesia tetapi
pengucapannya masih mengikuti cara bahasa asing. Contoh: reshuffle, shuttle cock.
Asal Bahasa Jumlah Kata
Arab 1.495 kata
Belanda 3.280 kata
Tionghoa 290 kata
Hindi 7 kata
Inggris 1.610 kata
16

b. Unsure asing yang pengucapannya dan penulisannya disesuaikan
dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaan asing hanya
diubah seperlunya sehingga bentuk indonesianya masih dapat dibandingkan dengan
bentuk asalnya.
5. PENUTUP
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang memiliki ejaan yang telah
disesuaikan. Ejaan tersebut memiliki perubahan yaitu sebanyak tiga kali setelah
bahasa itu digunakan sebagai bahasa nasional. Ketiga sistem ejaan itu menhasilkan
ejaan yang baku dan dipergunakan sampai saat ini oleh setiap orang terutama
akademisi, penulis, wartawan dan lain sebagainya. ejaan itu adalah Ejaan yang
disempurnakan (EYD).
Dalam Ejaan Bahasa Indonesia, banyak hal yang harus dilihat dan dipahami.
Karena begitu rumit dan banyak jika dilihat dari segi huruf, kata, kalimat, tanda baca
baik dalam pemakaian, penulisan dan pelafalannya. Huruf memiliki banyak cara
penulisan dan pemakaian, seperti abjad yang merupakan vocal dan konsona, diftong,
persukuan, dan nama diri. Sedangkan penulisannya, digunakan pada huruf capital dan
huruf miring. Demikian juga kata, memilki kaidah pemakaian yang diatur dalam
ejaan bahasa Indonesia. Seperti, kata dasar, turunan, gabungan, kata ganti, singkatan
dan akronim.
Untuk penulisan huruf menjadi kata dan kata menjadi kalimat, perlu
digunakan tanda baca. Tanda baca memiliki peran penting dan itu sudah diatur dalam
ejaan bahasa Indonesia.
6. DAFTAR PUSTAKA
Afia, Atep. 2012. Tata Tulis Karya Ilmiah. Surabay:. Unnar
Barus, Sanggup. dkk. 2013. Pendidikan Bahasa Indonesia. Medan: Unimed Press
17

Haryatmo, Sri. 2009. Buku Panduan Mengajar Mata Kuliah Bahasa Indonesia.
Yogyakarta: Intitut agama Islam Sunan Kalijaga
Pantita Pengembangan Bahasa Indonesia. 2000. Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia Yang Disempurnakan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
http://id.wikipedia.org/wiki/Kata_serapan_dalam_bahasa_Indonesia (diakses 16
februari, 15.00 WIB)

Anda mungkin juga menyukai