Anda di halaman 1dari 19

KAEDAH HUKUM

1. Sifat Kaedah Hukum


Ditinjau dari sudut isinya maka dapatlah dikenal tiga macam kaedah :
Kaedah-kaedah yang bersifat suruhan (gebod).
Kaedah-kaedah yang berisi larangan (verbod).
Kaedah-Kaedah yang berisi kebolehan (mogen).
Dalam agama islam masih dikenal tiga macam kaedah lainnya yaitu :
Sunnah dan Makruh.
Mengenai sifat kaedah dapatlah kita bedakan antara :
Kaedah yang bersifat imperatif.
Kaedah yang bersifat fakultatif.
Kalau kita berhubungan dengan isinya kaedah, maka kaedah-kaedah yang
berisikan gebod maupun verbod adalah imperatif, sedang yang memuat
mogen itu fakultatif.
ang dimaksud dengan kaedah-kaedah imperatif ialah kaedah-kaedah yang a
priori !ajib ditaati, artinya kalau orang hendak melakukan perbuatan " tidak
boleh harus menganut kaedah-kaedah tertentu yang berhubungan dengan
perbuatan "# kaedah-kaedah ini adalah imperatif untuk perbuatan ".
Kalau kaedah-kaedah fakultatif itu tidaklah a priori mengikat atau !ajib
ditaati, artinya kalau orang hendak melakukan perbuatan boleh atau dapat
menganuti atau tidak kaedah-kaedah tertentu yang berhubungan dengan perbuatan
, kaedah-kaedah sedemikian adalah fakultatif bagai perbuatan .
$
%idak menganuti kaedah-kaedah fakultatif itu dapat diketahui dengan
diciptakannya kaedah sendiri oleh orang-orang yang bermaksud melakukan
perbuatan # misalnya ternyata dalam surat pengakuan hutang-piutang dan
sebagainya, kaedah-kaedah itu termasuk individual norms yang hanya mengikat
para fihak. Kecuali itu tidak a priori mengikat mempunyai maksud lain lagi yaitu
kalau orang-orang yang melakukan perbuatan sebelumnya tidak menciptakan
kaedah-kaedah sendiri maka kaedah-kaedah tersebut akan berlaku bagi mereka.
&iasanya dipakai istilah d!ingend recht atau hukum memaksa dan
relegend recht atau hukum mengatur, tetapi kata-kata itu sendiri sebenarnya
tidak tepat menggambarkan apa yang dimaksudkannya.
&erhubung dengan pembedaan kaedah-kaedah yang imperatif dari yang
fakultatif maka akan timbul pertanyaan: apakah sekiranya arti-artidaripada istilah
normatif kita '.
Kata normatif sering dipakai tidak menerima hal ini imperatif ( memaksa a
priori, tetapi kita tidak menerima hal ini sehingga normatif harus hanya berarti
memberi patokan ) norm ( patokan * apakah patokan ini harus a priori
dianuti+tidak, adalah tergantung daripada sifatnya imperatif atau fakultatif.
$
$
,urnadi purbatjaraka, -... Penataran pengajar Fakultas-fakultas Hukum. Proyek Penngkatan Mutu Perguruan !ngg.
"nverstas #ndonesa. /akarta:$012.
3
2. KAEDAH HUKUM YANG ABSTRAK DAN KNKR!T
4ntuk mengkhususkan pembicaraan mengenai kaedah-kaedah hukum, perlu
kita memahami theori "STU#ENBAU" daripada kelsen, berhubung dengan hal
pembidangan ini ada dijelaskan olehnya sebagai berikut:
%he legal order of the state is thus a hierarchical system of legal norms. 5n a
grossly simplified form, the follo!ing picture presents it self. %he lo!est level
consist of the individual norms created by the la!applying organs, especially the
courts. %hose individual norms are dependant upon the statutes !hich are the
general norms created by the legislator, and the rules of customary la! !hich
from the ne6t higher level of the legal order. %hose statutes and rules of customary
la! in turn depend upon the constitution !hich forms the highest level of the legal
order considered as a system of positive norms. 7,ositive norms are norms
created by act of human beings.
%he norms belonging to a lo!er level derive their validity from the norms
belonging to the ne6t higher level. 5f !e do not take in to consideration
international la! as a legal order superior to national la! the constitution of a
state represents the highest level !ithin a national order. %hen the norms of the
constitution do not receive their validity from any positive legal norm but from a
norm presupposed by juristic thinking, the hypothetical basic norm.
Dari penjelasan Kelsen ini akan kita ambil beberapa kesimpulan :
-uatu legal order itu merupakan hierarchical system of legal norms
-usunan 7legal norms yang 7grossly simplified dari tingkat terba!ah ke
atas ialah 7individual norms )$* dari badan pelaksana hukum )terutama
2
pengadilan*, lalu 7general norms )3* dari undang-undang atau kebiasaan
dan kemudian kaedah-kaedah daripada 7constitution )2*.
Ketiga macam kaedah-kaedah ini disebut 7positive norms. Di atas
7constitution adalah tempatnya 7%he higher hypothetical basic norms,
tetapi suatu kaedah yang 7presupposed by juristic thinking.
Kaedah-kaedah hukum dari golongan tingkat yang lebih rendah 7derive
their validity from and dependant upon kaedah-kaedah yang termasuk
golongan tingkat yang lebih tinggi.
%erhadap hal-hal dalam kesimpulan ketiga ini dapat dikritik yaitu bah!a
gambaran sedemikian tidak benar karena tidak selalu apa adanya individual
norm tergantung daripada general norm misalnya apa yang umumnya terjadi
dalam negara-negara totaliter dictatur dimana ada pemberian i8in penangkapan-
penangkapan dan pemutusan-pemutusan perkara-perkara yang masing-masing
merupakan penentuan individual norm dengan dasar general norm. 9kan
benar tidaknya kritik ini terserah, tetapi pokoknya kita dapat mengetahui dari
ajaran Kelsen tersebut adanya dua macam kaedah hukum yaitu : individual
norm disatu pihak dan general norm+more general norms di lain pihak.
4ntuk tegasnya dapat dikatakan bah!a, general norm bersifat abstrak
artinya bah!a kaedah-kaedah macam ini berlakunya tidak ditujukan pada orang
tertentu )apa si 9mat apa si &adu* tetapi siapa saja yang dikenai perumusan
kaedah-kaedah tesebut.
:ontohnya general norm antara lain kita lihat dalam undang-undang atau
%raktat.
;
5ndividual norm bersifat konkrit artinya bah!a kaedah-kaedah macam ini
berlakunya ditunjukkan pada orang tertentu, si 9mat misalnya.
:ontoh 5ndividual norm :
ang ditentukan pengadilan. -i 9mat dihukum )!ajib menjalankan
hukuman* selama < tahun.
ang ditentukan bestuur. -i &adu diberi i8in impor sebuah mobil
5M,9=9.
ang ditentukan kepolisian : )se!a-menye!a*. -i >ni akan menyerahkan
haknya, )menye!akan barangnya*. -i ?rida melakukan ke!ajibannya
)membayar se!a *.
@yatalah bah!a dalam keempat hal itu kaedah-kaedahnya )sebagai patokan
sikap-tindak* berlaku khusus dan konkrt, masing-masing untuk orang-orang yang
disebutkan itu saja, tidak untuk lain-lain orang lagi.
3
3
Kansil, :.-.%., Drs, -., Pengantar #lmu hukum dan !ata Hukum #ndonesa, &alai ,ustaka, /akarta : $012.
<
$. %ERUMUSAN KAEDAH HUKUM
-ekarang akan kita bicarakan perumusan kaedah dan dalam hal ini akan kita
tinjau lagi anggapan Kelsen yang dikemukakan sebagai berikut :
%he rule of la!, using the term in descriptive sence, is, like the la! of nature,
a hypothetical judgement that attached a spessific conseAuence to a spesific
condition.
&ut bet!een the la! of nature and the rule of la! there e6ist only an analogy.
%he difference lies in the sence in !hich condition and conseAuence are
connected. %he la! of nature affirms that !hen an accurence )the cause* takes
place, another accurence )the effects* follo!s. %he rule of la!, using the terms in a
descriptive sence, says that if one individual behaves in certain manner, another
individual ought to behave in a given say BB
@atural science describes its object C la! C in ought prepositions.
4ntuk mendapat pengertian yang jelas aria pa yang dikatakan Kelsen akan kita
ambil kesimpulan-kesimpulan lagi :
Dule of la!+kaedah hukum itu berupa hypothetical
judgement+hypothetisch oordeel, oordeel bersyarat seperti juga dalil
alam+la! of nature.
,erbedaan 7rule of la! dan 7la! of nature terletak pada perbedaan
hubungan 7condition+syarat dan 7conseAuence+akibat. .akekat 7la! of
nature yaitu :
7Ehen an accurence )the effect+akibatnya* follo!s. .akekat 7rule of
la! ialah : 7if one individual behaves in a certain manner, another
F
individual ought to behaves in a given !ay ataukah kita lebih dekatkan
dengan hakekat 7la! of nature dapat dirumuskan : Ehen an accurence
)the condition+syaratnya* takes place another accurence )the
result+hasilnya* ought to follo!.
,erbedaan dalam hakekat antara 7rule of la! dan 7la! of nature
disebabkan oleh karena perbedaan pandangan terhadap objek dalam
7jurisprudence dan 7natural science. 7/urisprudence describes its object
la! in an ought preposition.
-udah jelas apa yang dimaksudkan oleh Kelsen dan yang penting dalam
pembicaraan kita ialah pandangannya bah!a : 7%he rule of la! )kaedah hukum*,
7using the term in a descriptive sence yaitu dalam gambaran Kelsen adalah suatu
7hypothetical judgent ( voor!aandelijk oordeel dan perumusannya seperti yang
telah dikemukakan :
7if one individual behave in a certain manner, another individual ought to
behave in a given !ay atau 7!hen an accurence takes place, another accurence
ought to follo!.
Demikianlah hakekat kaedah hukum menurut gambaran Kelsen, gambaran
mana biasanya kita diketemukan dalam perumusan ketentuan-ketentuan 4ndang-
undang ,idana.
Dari segala sesuatu yang kita bicarakan mengenai perumusan kaedah hukum
dapatlah kita mengetahui adanya dua macam oordeel :
.ypothetical judgement
:ategorical judgement
1
Kedua macam oordeel dapat kita ketemukan dalam perumusan-perumusan
pasal undang-undang. %etapi Kelsen dalam gambaran /uristic %hinkingnya
hanya mau mengetahui .ypothetical judgement sebagai hakekat kaedah
hukum+rule of la!, terutama yang termasuk general norm tentunya.
$elakuan (%eltung) darpada kaedah hukum.
9dapun yang dimaksud dengan kelakuan ialah yang disebut dalam bahasa
jerman Geltung dan gelding dalam bahasa belanda, jelasnya yaitu berlakunya
Kaedah .ukum.
Dalam %heori .ukum dibedakan 2 macam kelakuan Kaedah .ukum :
Kelakua& "'uridi()h" yang dalam hal ini ada 2 )tiga* anggapan :
a. Kel(e& menyatakan : Kaedah .ukum mempunyai kelakuan
/uridisch jika penentuannya berdasarkan kaedah yang lebih tinggi ini
berhubungan dengan Stufenbau !heore dari Kelsen.
b. *e+e&,er-e& mengatakan : Kaedah .ukum mempunyai kelakuan
/uridisch jika kaedah itu op de vereischte !ij8e is tot stand
gekomen )gormelle >nsyslopaedie der Dechts!etenschap, $03<*
misalnya 4ndang-undang di 5ndonesia harus dengan persetujuan D,D
atau disyahkan oleh ,residen.
c. ./-ema&& )De logische Kenvorm des rechts* mengatakan bah!a
Kaedah .ukum itu /uridisch mengikat )mempunyai kelakuan
juridis* jika menunjukkan hubungan keharusan antara satu condition
dan Desult.
H
Kelakua& "S/(i/l/-i()h" # dalam hal ini ada 3 theorie :
a. "Ma)ht(he/rie" : Kaedah mempunyai kelakuan -osiologisch jika
oleh yang ber!ajib dpaksakan berlakunya, diterima atau tidak oleh
!arga.
b. "A&erke&&u&-(the/rie" : Kaedah mempunyai kemampuan
-osiologis jika dterma&daku oleh mereka untuk siapa kaedah itu
berlaku..
c. Kelakuan "%hil/(/phi()h" : yang dimaksud Kaedah .ukum yang
sesua dengan 'e(htsdee )Dadbruch* dalam hidup bersama dimana
Kaedah .ukum itu berlaku jadi Kaedah .ukum yang sesuai dengan
cita-cita hukum # Masyarakat 9dil dan Makmur berdasarkan ,ancasila
misalnya. Menurut hemat kami Kaedah .ukum harus memenuhi
ketiga unsur kelakuan /uridisch , -ociologisch dan
,hilosophisch.
Kalau hanya mempunyai kelakuan juridis saja maka Kaedah itu hanya
akan merupakan dode regel.
Kalau hanya mempunyai kelakuan sosiologis dalam arti ma(htstheore
dan tentu juga dengan kelakuan juridis, maka kaedah itu menjadi
d)angmaatregel.
Kalau hanya mempunyai kelakuan philosophisch saja maka kaedah itu
hanya boleh disebut #us *onsttuendum atau #deal +orm Kaedah .ukum
yang diharapkan.
0
Kesimpulan kita : Kalau Kaedah .ukum itu diartikan sebagai patokan
hidup bersama yang damai ) tenang dan tertib * maka tidak boleh tidak harus
mempunyai kelakuan dalam ketiga bidang tersebut.
2
2
,rof. -udiman Kartodiprodjo -... Pengantar !ata Hukum #ndonesa. $ulah P#H&P!H# !ahun ,-./-,-.0 pada fakultas
hukum "#
0. 'EN!S KAEDAH HUKUM
&erdasarkan pemahaman terhadap kaidah-kaidah hukum, dapat diidentifikasi
beberapa jenis kaidah hukum, yaitu sebagai berikut:
$. Kaidah %erilaku, adalah jenis kaidah yang menetapkan bagaimana kita
harus atau boleh berperilaku. ?ungsinya untuk mengatur perilaku orang-
orang dalam kehidupan masyarakat.
3. Kaidah Ke1e&a&-a&, adalah jenis kaidah hukum yang menetapkan siapa
yang berhak atau ber!enang untuk menciptakan dan memberlakukan
kaidah perilaku tertentu. ?ungsinya adalah untuk menetapkan siapa yang
ber!enang untuk mengatur perilaku orang, menentukan dengan prosedur
bagaimana kaidah perilaku itu ditetapkan dan sekaligus menentukan
bagaimana suatu kaidah harus ditetapkan jika dalam suatu kejadian
tertentu terdapat ditidakjelasan.
2. Kaidah Sa&k(i, adalah jenis kaidah yang memuat reaksi yuridis atau
akibat-akibat hukum tertentu jika terjadi pelanggaran atau ketidakpuasan
terhadap kaidah tertentu. -ecara umum kaidah sanksi memuat ke!ajiban
untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
$I
;. Kaidah Kualifika(i: adalah jenis kaidah yang menetapkan persyaratan-
persyaratan tertentu yang harus dipenuhi oleh seseorang untuk dapat
melakukan perbuatan hukum tertentu atau sebaliknya dibebaskan dari
ke!ajiban untuk melakukan suatu perbuatan hukum tertentu.
<. Kaidah %eraliha&, adalah jenis kaidah hukum yang dibuat sebagai sarana
untuk mempertemukan aturan hukum tertentu sebagai akibat kehadiran
peraturan perundang-undangan dengan keadaan sebelum peraturan
perundang-undangan itu berlaku. Kaidah peralihan ini fungsinya untuk
menghindari kemungkinan terjadinya kekosongan hukum# menjamin
kepastian dan memberi jaminan perlindungan hukum kepada subjek
hukum tertentu.
;
;
4trecht, Mr, >, 7Pengantar 1alam Hukum #ndonesa2 5chtiar, /akarta.
2. TUGAS DAN TU'UAN KAEDAH HUKUM
%ujuan kaedah hukum adalah kedamaian. ang dimaksud kedamaian adalah
suatu keadaan dimana terdapat keserasian antara )nilai* ketertiban ekstren antar
pribadi dengan nilai ketentraman+ ketenangan intern pribadi. Kaieah ini adalah
peraturan-peraturan yang timbul dari norma hukum, dibuat oleh penguasa negara.
5sinya mengikat setiap orang dan pelaksanaannya dapat dipertahankan dengan
segala paksaan oleh alat-alat negara misalnya 7Dilarang mengambil milik orang
lain tanpa sei8in yang punya.
-edangkan tugas kaidah hukum adalah untuk mencapai keadilan. ang dimaksud
keadilan adalah keserasian antara)nilai* kepastian hukum dengan )nilai*
$$
kesebandingan hukum. .ubungan antara tugas dan tujuan hukum adalah bah!a
pemberian nilai kepastian hokum akan mengarah kepada ketertiban ekstren
pribadi sedangkan pemberian kesebandingan hukum akan mengarah kepada
ketentraman+ketenangan intern pribadi.
<
<
/.&. Daliyo, -., 3II$, 7Pengantar Ilmu Hukum : panduan untuk mahasiswa, ,renhalindo, /akarta
,>@5M,9@G9@ %>D.9D9, K9>D9. .4K4M
,enyimpangan terhadap kaedah hukum dapat berupa:
$. %e&-e)ualia&3di(pe&(a(i, yaitu penyimpangan dari kaidah hukum dengan
adanya dasar yang sah.
%em,e&ara& )Dechtsvaardigingsgrond*
:ontoh: - @oodtoertand, misalnya dua orang terapung dilaut dengan sebilah
papan.
-4etteli5k+//r()hrift) menjalankan perintah 44, misalnya algojo melaksanakan
hukuman mati*.
Be,a( ke(alaha&) schldopheffingsgrond*
:ontoh: - overmacht+berat la!an, vide pasal ;H K4.,. Misalnya kasir bank yang
ditodong dengan senjata api.
3. %e&6ele1e&-a&3delik, yaitu penyimpangan dengan tanpa adanya dasar yang
sah.
:ontoh : - .ukum perdata
a. .ukum pidana
b. .%@
c. .9@
$3
F. ESSENS!A.!A KAEDAH HUKUM DAN TANDA7TANDA
%ENYATAAN KAEDAH HUKUM
E((e&(ialia Kaedah Hukum
>sensialia kaedah hukum adalah membatasi atau mematoki bukan memaksa,
sebab hukum itu sendiri dapat dilanggar dan tidak dapat melakukan paksaan. ang
mengadakan paksaan itu adalah diri sendiri ) karena adanya kesadaran hukum*
dan orang lain ) petugas hukum*.
%idak ada kaidah hukum yang memaksa. Melainkan kaidah hukum tersebut dapat
menimbulkan adanya paksaan, dengan kata lain sifat memaksa bukan esensil dari
kaidah hukum.
Ta&da Ta&da %er&6ataa& Kaedah Hukum
$. Ber1u5ud :
a. &ahan-bahan resmi tertulis ) ,er-44-an, vonis, akta+surat otentik,dsb*
b. Dambu-rambu lalu lintas
c. &enda-benda
d. Kebiasaan ) kebiasaan memberi tip*
3. Tidak ,er1u5ud :
a. bunyi suara
$2
b. hikmat kata-kata
c. perintah-perintah lisan
8. %ENDEKATAN !NTERD!S!%.!NER TERHADA% HUKUM
Dalam kepustakaan hukum, ada yang mengatakan bah!a hukum harus
dipandang secara murni sebagai hukum. 9rtinya harus dipisahkan dari unsur-
unsur non hukum, seperti sosiologi, antropologi, psikologi, politik,ekonomi.
@amun dalam kenyataannya, pandangan ini sangatlah sukar untuk diikuti karena
dalam praktek hukum selalu bersinggungan dengan unsur-unsur non hukum tadi.
&erdasarkan hal tersebut, maka dalam mempelajari ilmu hukum kita harus
mengkaitkan dengan hal-hal lainnya diluar ilmu hokum. 4ntuk itu perlu diketahui
pendekatan indisipliner terhadap hukum.
Disiplin diartikan sebagi system ajaran tentang kenyataan gejala yang dihadapi.
Macam-macam disiplin ada ;, yaitu:
$.N/m/teti( adalah system ajaran yang menentukan+ bermaksud menemukan
generalisasi+abstraksi dari kenyataan+ gejala social yang dihadapi.
3. fil(afat adalah system ajaran yang menguraikan dan merangkum serta
menyerasikan nilai-nilai manusia dalam pelbagi kontesnya.
2. Se5arah adalah system ajaran yang bertujuan merekonstruksikan kenyataan+
gejala pada masa lalu
;. hukum.
$;
-edangkan ditinjau dari sifatnya, disiplin terbagi atas :
$. (ifat a&aliti( dari (uatu di(ipli& merupakan suatu system ajaran yang
memahami, menguraikan dan menganalitis gejala+ kenyataan yang dihadapi.
3. (ifat pre(kriptif yaitu system ajaran yang menemukan apkah yang seharusnya+
seyogyanya dilakukan dalam menghadapi kenyataan+ gejala.
2. (ifat de(kriptif adalah system ajaran yang menentukan apakah yang
senyatanya dilakukan dalam menghadapi kenyataan+gejala.
$<
9. %ERBEDAAN KAEDAH HUKUM DENGAN KAEDAH SS!A.
.A!NNYA
,erbedaan antara kaedah hukum dengan kaidah sosial lainnya :
$. %er,edaa& a&tara kaedah hukum de&-a& kaedah a-ama da& ke(u(ilaa&
dapat diti&5au dari ,er,a-ai (e-i (,, :
J Diti&5au dari tu5ua&&6a, kaedah hukum bertujuan untuk menciptakan tata
tertib masyarakat dan melindungi manusia beserta kepentingannya. -edangkan
kaedah agama dan kesusilaan bertujuan untuk memperbaiki pribadi agar menjadi
manusia ideal.
J Diti&5au dari (a(ara&&6a : kaedah hukum mengatur tingkah laku manusia dan
diberi sanksi bagi setiap pelanggarnya, sedangkan kaedah agama dan kaedah
kesusilaan mengatur sikap batin manusia sebagai pribadi. Kaedah hukum
menghendaki tingkah laku manusia sesuai dengan aturan sedangkan kaedah
agama dan kaidah kesusilaan menghendaki sikap batin setia pribadi itu baik.
J Diti&5au dari (um,er (a&k(i&6a, kaedah hukum dan kaedah agama sumber
sanksinya berasal dari luar dan dipaksakan oleh kekuasaan dari luar diri manusia
)heteronom*, sedangkan kaedah kesusilaan sanksinya berasal dan dipaksakan oleh
suara hati masing3 pelanggarnya )otonom*.
J Diti&5au dari kekuata& me&-ikat&6a, pelaksanaan kaedah hukum dipaksakan
$F
secara nyata oleh kekuasaan dari luar, sedangkan pelaksanaan kaedah agama dan
kesusilaan pada asasnya tergantng pada yang bersangkutan.
J Diti&5au dari i(i&6a kaedah hukum memberikan hak dan ke!ajiban )atribut
dan normatif* sedang kaedah agama dan kaidah kesusilaan hanya memberikan
ke!ajiban saja )normatif*.
3. %er,edaa& a&tara kaidah hukum de&-a& kaidah ke(/pa&a&
- Kaidah hukum memberi hak dan ke!ajiban, kaidah kesopanan hanya
memberikan ke!ajiban saja.
- -anksi kaidah hukum dipaksakan dari masyarakat secara resmi )negara*, sanksi
kaidah kesopanan dipaksakan oleh masyarakat secara tidak resmi.
2. %er,edaa& a&tara kaidah ke(/pa&a& de&-a& kaidah a-ama da& kaidah
ke(u(ilaa&
- 9sal kaidah kesopanan dari luar diri manusia, kaidah agama dan kaidah
kesusilaan berasal dari pribadi manusia
- Kaidah kesopanan berisi aturan yang ditujukan kepada sikap lahir manusia,
kaidah agama dan kaidah kesusilaan berisi aturan yang ditujukan kepada sikap
batin manusia
- %ujuan kaidah kesopanan menertibkan masyarakat agar tidak ada korban, kaidah
agama dan kaidah kesusilaan bertujuan menyempurnakan manusia agar tidak
menjadi manusia jahat.
$1
:. ;!R!7;!R! KAEDAH HUKUM
:iri-ciri kaedah hukum yang membedakan dengan kaedah lainnya :
- .ukum bertujuan untuk menciptakan keseimbangan antara kepentingan
- .ukum mengatur perbuatan manusia yang bersifat lahiriah
- .ukum dijalankan oleh badan-badan yang diakui oleh masyarakat
- .ukum mempunyai berbagai jenis sanksi yang tegas dan bertingkat
- .ukum bertujuan untuk mencapai kedamaian )ketertiban dan ketentraman*
Mengapa kaedah hukum masih diperlukan, sementara dalam kehidupan
masyarakat sudah ada kaedah yang mengatur tingkah laku manusia dalam
pergaulan hidupnya '
.al ini karena :
- Masih banyak kepentingan-kepentingan lain dari manusia dalam pergaulan
hidup yang memerlukan perlindungan karena belum mendapat perlindungan yang
sepenuhnya dari kaedah agama, kesusilaan dan kaedah sopan santun, kebiasaan
maupun adat.
- Kepentingan-kepentingan manusia yang telah mendapat perlindungan dari
kaedah-kaedah tersebut diatas, dirasa belum cukup terlindungi karena apabila
terjadi pelanggaran terhadap kaedah tersebut akibat atau ancamannya dipandang
belum cukup kuat.
$H
$0

Anda mungkin juga menyukai