Ditinjau dari sudut isinya maka dapatlah dikenal tiga macam kaedah : Kaedah-kaedah yang bersifat suruhan (gebod). Kaedah-kaedah yang berisi larangan (verbod). Kaedah-Kaedah yang berisi kebolehan (mogen). Dalam agama islam masih dikenal tiga macam kaedah lainnya yaitu : Sunnah dan Makruh. Mengenai sifat kaedah dapatlah kita bedakan antara : Kaedah yang bersifat imperatif. Kaedah yang bersifat fakultatif. Kalau kita berhubungan dengan isinya kaedah, maka kaedah-kaedah yang berisikan gebod maupun verbod adalah imperatif, sedang yang memuat mogen itu fakultatif. ang dimaksud dengan kaedah-kaedah imperatif ialah kaedah-kaedah yang a priori !ajib ditaati, artinya kalau orang hendak melakukan perbuatan " tidak boleh harus menganut kaedah-kaedah tertentu yang berhubungan dengan perbuatan "# kaedah-kaedah ini adalah imperatif untuk perbuatan ". Kalau kaedah-kaedah fakultatif itu tidaklah a priori mengikat atau !ajib ditaati, artinya kalau orang hendak melakukan perbuatan boleh atau dapat menganuti atau tidak kaedah-kaedah tertentu yang berhubungan dengan perbuatan , kaedah-kaedah sedemikian adalah fakultatif bagai perbuatan . $ %idak menganuti kaedah-kaedah fakultatif itu dapat diketahui dengan diciptakannya kaedah sendiri oleh orang-orang yang bermaksud melakukan perbuatan # misalnya ternyata dalam surat pengakuan hutang-piutang dan sebagainya, kaedah-kaedah itu termasuk individual norms yang hanya mengikat para fihak. Kecuali itu tidak a priori mengikat mempunyai maksud lain lagi yaitu kalau orang-orang yang melakukan perbuatan sebelumnya tidak menciptakan kaedah-kaedah sendiri maka kaedah-kaedah tersebut akan berlaku bagi mereka. &iasanya dipakai istilah d!ingend recht atau hukum memaksa dan relegend recht atau hukum mengatur, tetapi kata-kata itu sendiri sebenarnya tidak tepat menggambarkan apa yang dimaksudkannya. &erhubung dengan pembedaan kaedah-kaedah yang imperatif dari yang fakultatif maka akan timbul pertanyaan: apakah sekiranya arti-artidaripada istilah normatif kita '. Kata normatif sering dipakai tidak menerima hal ini imperatif ( memaksa a priori, tetapi kita tidak menerima hal ini sehingga normatif harus hanya berarti memberi patokan ) norm ( patokan * apakah patokan ini harus a priori dianuti+tidak, adalah tergantung daripada sifatnya imperatif atau fakultatif. $ $ ,urnadi purbatjaraka, -... Penataran pengajar Fakultas-fakultas Hukum. Proyek Penngkatan Mutu Perguruan !ngg. "nverstas #ndonesa. /akarta:$012. 3 2. KAEDAH HUKUM YANG ABSTRAK DAN KNKR!T 4ntuk mengkhususkan pembicaraan mengenai kaedah-kaedah hukum, perlu kita memahami theori "STU#ENBAU" daripada kelsen, berhubung dengan hal pembidangan ini ada dijelaskan olehnya sebagai berikut: %he legal order of the state is thus a hierarchical system of legal norms. 5n a grossly simplified form, the follo!ing picture presents it self. %he lo!est level consist of the individual norms created by the la!applying organs, especially the courts. %hose individual norms are dependant upon the statutes !hich are the general norms created by the legislator, and the rules of customary la! !hich from the ne6t higher level of the legal order. %hose statutes and rules of customary la! in turn depend upon the constitution !hich forms the highest level of the legal order considered as a system of positive norms. 7,ositive norms are norms created by act of human beings. %he norms belonging to a lo!er level derive their validity from the norms belonging to the ne6t higher level. 5f !e do not take in to consideration international la! as a legal order superior to national la! the constitution of a state represents the highest level !ithin a national order. %hen the norms of the constitution do not receive their validity from any positive legal norm but from a norm presupposed by juristic thinking, the hypothetical basic norm. Dari penjelasan Kelsen ini akan kita ambil beberapa kesimpulan : -uatu legal order itu merupakan hierarchical system of legal norms -usunan 7legal norms yang 7grossly simplified dari tingkat terba!ah ke atas ialah 7individual norms )$* dari badan pelaksana hukum )terutama 2 pengadilan*, lalu 7general norms )3* dari undang-undang atau kebiasaan dan kemudian kaedah-kaedah daripada 7constitution )2*. Ketiga macam kaedah-kaedah ini disebut 7positive norms. Di atas 7constitution adalah tempatnya 7%he higher hypothetical basic norms, tetapi suatu kaedah yang 7presupposed by juristic thinking. Kaedah-kaedah hukum dari golongan tingkat yang lebih rendah 7derive their validity from and dependant upon kaedah-kaedah yang termasuk golongan tingkat yang lebih tinggi. %erhadap hal-hal dalam kesimpulan ketiga ini dapat dikritik yaitu bah!a gambaran sedemikian tidak benar karena tidak selalu apa adanya individual norm tergantung daripada general norm misalnya apa yang umumnya terjadi dalam negara-negara totaliter dictatur dimana ada pemberian i8in penangkapan- penangkapan dan pemutusan-pemutusan perkara-perkara yang masing-masing merupakan penentuan individual norm dengan dasar general norm. 9kan benar tidaknya kritik ini terserah, tetapi pokoknya kita dapat mengetahui dari ajaran Kelsen tersebut adanya dua macam kaedah hukum yaitu : individual norm disatu pihak dan general norm+more general norms di lain pihak. 4ntuk tegasnya dapat dikatakan bah!a, general norm bersifat abstrak artinya bah!a kaedah-kaedah macam ini berlakunya tidak ditujukan pada orang tertentu )apa si 9mat apa si &adu* tetapi siapa saja yang dikenai perumusan kaedah-kaedah tesebut. :ontohnya general norm antara lain kita lihat dalam undang-undang atau %raktat. ; 5ndividual norm bersifat konkrit artinya bah!a kaedah-kaedah macam ini berlakunya ditunjukkan pada orang tertentu, si 9mat misalnya. :ontoh 5ndividual norm : ang ditentukan pengadilan. -i 9mat dihukum )!ajib menjalankan hukuman* selama < tahun. ang ditentukan bestuur. -i &adu diberi i8in impor sebuah mobil 5M,9=9. ang ditentukan kepolisian : )se!a-menye!a*. -i >ni akan menyerahkan haknya, )menye!akan barangnya*. -i ?rida melakukan ke!ajibannya )membayar se!a *. @yatalah bah!a dalam keempat hal itu kaedah-kaedahnya )sebagai patokan sikap-tindak* berlaku khusus dan konkrt, masing-masing untuk orang-orang yang disebutkan itu saja, tidak untuk lain-lain orang lagi. 3 3 Kansil, :.-.%., Drs, -., Pengantar #lmu hukum dan !ata Hukum #ndonesa, &alai ,ustaka, /akarta : $012. < $. %ERUMUSAN KAEDAH HUKUM -ekarang akan kita bicarakan perumusan kaedah dan dalam hal ini akan kita tinjau lagi anggapan Kelsen yang dikemukakan sebagai berikut : %he rule of la!, using the term in descriptive sence, is, like the la! of nature, a hypothetical judgement that attached a spessific conseAuence to a spesific condition. &ut bet!een the la! of nature and the rule of la! there e6ist only an analogy. %he difference lies in the sence in !hich condition and conseAuence are connected. %he la! of nature affirms that !hen an accurence )the cause* takes place, another accurence )the effects* follo!s. %he rule of la!, using the terms in a descriptive sence, says that if one individual behaves in certain manner, another individual ought to behave in a given say BB @atural science describes its object C la! C in ought prepositions. 4ntuk mendapat pengertian yang jelas aria pa yang dikatakan Kelsen akan kita ambil kesimpulan-kesimpulan lagi : Dule of la!+kaedah hukum itu berupa hypothetical judgement+hypothetisch oordeel, oordeel bersyarat seperti juga dalil alam+la! of nature. ,erbedaan 7rule of la! dan 7la! of nature terletak pada perbedaan hubungan 7condition+syarat dan 7conseAuence+akibat. .akekat 7la! of nature yaitu : 7Ehen an accurence )the effect+akibatnya* follo!s. .akekat 7rule of la! ialah : 7if one individual behaves in a certain manner, another F individual ought to behaves in a given !ay ataukah kita lebih dekatkan dengan hakekat 7la! of nature dapat dirumuskan : Ehen an accurence )the condition+syaratnya* takes place another accurence )the result+hasilnya* ought to follo!. ,erbedaan dalam hakekat antara 7rule of la! dan 7la! of nature disebabkan oleh karena perbedaan pandangan terhadap objek dalam 7jurisprudence dan 7natural science. 7/urisprudence describes its object la! in an ought preposition. -udah jelas apa yang dimaksudkan oleh Kelsen dan yang penting dalam pembicaraan kita ialah pandangannya bah!a : 7%he rule of la! )kaedah hukum*, 7using the term in a descriptive sence yaitu dalam gambaran Kelsen adalah suatu 7hypothetical judgent ( voor!aandelijk oordeel dan perumusannya seperti yang telah dikemukakan : 7if one individual behave in a certain manner, another individual ought to behave in a given !ay atau 7!hen an accurence takes place, another accurence ought to follo!. Demikianlah hakekat kaedah hukum menurut gambaran Kelsen, gambaran mana biasanya kita diketemukan dalam perumusan ketentuan-ketentuan 4ndang- undang ,idana. Dari segala sesuatu yang kita bicarakan mengenai perumusan kaedah hukum dapatlah kita mengetahui adanya dua macam oordeel : .ypothetical judgement :ategorical judgement 1 Kedua macam oordeel dapat kita ketemukan dalam perumusan-perumusan pasal undang-undang. %etapi Kelsen dalam gambaran /uristic %hinkingnya hanya mau mengetahui .ypothetical judgement sebagai hakekat kaedah hukum+rule of la!, terutama yang termasuk general norm tentunya. $elakuan (%eltung) darpada kaedah hukum. 9dapun yang dimaksud dengan kelakuan ialah yang disebut dalam bahasa jerman Geltung dan gelding dalam bahasa belanda, jelasnya yaitu berlakunya Kaedah .ukum. Dalam %heori .ukum dibedakan 2 macam kelakuan Kaedah .ukum : Kelakua& "'uridi()h" yang dalam hal ini ada 2 )tiga* anggapan : a. Kel(e& menyatakan : Kaedah .ukum mempunyai kelakuan /uridisch jika penentuannya berdasarkan kaedah yang lebih tinggi ini berhubungan dengan Stufenbau !heore dari Kelsen. b. *e+e&,er-e& mengatakan : Kaedah .ukum mempunyai kelakuan /uridisch jika kaedah itu op de vereischte !ij8e is tot stand gekomen )gormelle >nsyslopaedie der Dechts!etenschap, $03<* misalnya 4ndang-undang di 5ndonesia harus dengan persetujuan D,D atau disyahkan oleh ,residen. c. ./-ema&& )De logische Kenvorm des rechts* mengatakan bah!a Kaedah .ukum itu /uridisch mengikat )mempunyai kelakuan juridis* jika menunjukkan hubungan keharusan antara satu condition dan Desult. H Kelakua& "S/(i/l/-i()h" # dalam hal ini ada 3 theorie : a. "Ma)ht(he/rie" : Kaedah mempunyai kelakuan -osiologisch jika oleh yang ber!ajib dpaksakan berlakunya, diterima atau tidak oleh !arga. b. "A&erke&&u&-(the/rie" : Kaedah mempunyai kemampuan -osiologis jika dterma&daku oleh mereka untuk siapa kaedah itu berlaku.. c. Kelakuan "%hil/(/phi()h" : yang dimaksud Kaedah .ukum yang sesua dengan 'e(htsdee )Dadbruch* dalam hidup bersama dimana Kaedah .ukum itu berlaku jadi Kaedah .ukum yang sesuai dengan cita-cita hukum # Masyarakat 9dil dan Makmur berdasarkan ,ancasila misalnya. Menurut hemat kami Kaedah .ukum harus memenuhi ketiga unsur kelakuan /uridisch , -ociologisch dan ,hilosophisch. Kalau hanya mempunyai kelakuan juridis saja maka Kaedah itu hanya akan merupakan dode regel. Kalau hanya mempunyai kelakuan sosiologis dalam arti ma(htstheore dan tentu juga dengan kelakuan juridis, maka kaedah itu menjadi d)angmaatregel. Kalau hanya mempunyai kelakuan philosophisch saja maka kaedah itu hanya boleh disebut #us *onsttuendum atau #deal +orm Kaedah .ukum yang diharapkan. 0 Kesimpulan kita : Kalau Kaedah .ukum itu diartikan sebagai patokan hidup bersama yang damai ) tenang dan tertib * maka tidak boleh tidak harus mempunyai kelakuan dalam ketiga bidang tersebut. 2 2 ,rof. -udiman Kartodiprodjo -... Pengantar !ata Hukum #ndonesa. $ulah P#H&P!H# !ahun ,-./-,-.0 pada fakultas hukum "# 0. 'EN!S KAEDAH HUKUM &erdasarkan pemahaman terhadap kaidah-kaidah hukum, dapat diidentifikasi beberapa jenis kaidah hukum, yaitu sebagai berikut: $. Kaidah %erilaku, adalah jenis kaidah yang menetapkan bagaimana kita harus atau boleh berperilaku. ?ungsinya untuk mengatur perilaku orang- orang dalam kehidupan masyarakat. 3. Kaidah Ke1e&a&-a&, adalah jenis kaidah hukum yang menetapkan siapa yang berhak atau ber!enang untuk menciptakan dan memberlakukan kaidah perilaku tertentu. ?ungsinya adalah untuk menetapkan siapa yang ber!enang untuk mengatur perilaku orang, menentukan dengan prosedur bagaimana kaidah perilaku itu ditetapkan dan sekaligus menentukan bagaimana suatu kaidah harus ditetapkan jika dalam suatu kejadian tertentu terdapat ditidakjelasan. 2. Kaidah Sa&k(i, adalah jenis kaidah yang memuat reaksi yuridis atau akibat-akibat hukum tertentu jika terjadi pelanggaran atau ketidakpuasan terhadap kaidah tertentu. -ecara umum kaidah sanksi memuat ke!ajiban untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. $I ;. Kaidah Kualifika(i: adalah jenis kaidah yang menetapkan persyaratan- persyaratan tertentu yang harus dipenuhi oleh seseorang untuk dapat melakukan perbuatan hukum tertentu atau sebaliknya dibebaskan dari ke!ajiban untuk melakukan suatu perbuatan hukum tertentu. <. Kaidah %eraliha&, adalah jenis kaidah hukum yang dibuat sebagai sarana untuk mempertemukan aturan hukum tertentu sebagai akibat kehadiran peraturan perundang-undangan dengan keadaan sebelum peraturan perundang-undangan itu berlaku. Kaidah peralihan ini fungsinya untuk menghindari kemungkinan terjadinya kekosongan hukum# menjamin kepastian dan memberi jaminan perlindungan hukum kepada subjek hukum tertentu. ; ; 4trecht, Mr, >, 7Pengantar 1alam Hukum #ndonesa2 5chtiar, /akarta. 2. TUGAS DAN TU'UAN KAEDAH HUKUM %ujuan kaedah hukum adalah kedamaian. ang dimaksud kedamaian adalah suatu keadaan dimana terdapat keserasian antara )nilai* ketertiban ekstren antar pribadi dengan nilai ketentraman+ ketenangan intern pribadi. Kaieah ini adalah peraturan-peraturan yang timbul dari norma hukum, dibuat oleh penguasa negara. 5sinya mengikat setiap orang dan pelaksanaannya dapat dipertahankan dengan segala paksaan oleh alat-alat negara misalnya 7Dilarang mengambil milik orang lain tanpa sei8in yang punya. -edangkan tugas kaidah hukum adalah untuk mencapai keadilan. ang dimaksud keadilan adalah keserasian antara)nilai* kepastian hukum dengan )nilai* $$ kesebandingan hukum. .ubungan antara tugas dan tujuan hukum adalah bah!a pemberian nilai kepastian hokum akan mengarah kepada ketertiban ekstren pribadi sedangkan pemberian kesebandingan hukum akan mengarah kepada ketentraman+ketenangan intern pribadi. < < /.&. Daliyo, -., 3II$, 7Pengantar Ilmu Hukum : panduan untuk mahasiswa, ,renhalindo, /akarta ,>@5M,9@G9@ %>D.9D9, K9>D9. .4K4M ,enyimpangan terhadap kaedah hukum dapat berupa: $. %e&-e)ualia&3di(pe&(a(i, yaitu penyimpangan dari kaidah hukum dengan adanya dasar yang sah. %em,e&ara& )Dechtsvaardigingsgrond* :ontoh: - @oodtoertand, misalnya dua orang terapung dilaut dengan sebilah papan. -4etteli5k+//r()hrift) menjalankan perintah 44, misalnya algojo melaksanakan hukuman mati*. Be,a( ke(alaha&) schldopheffingsgrond* :ontoh: - overmacht+berat la!an, vide pasal ;H K4.,. Misalnya kasir bank yang ditodong dengan senjata api. 3. %e&6ele1e&-a&3delik, yaitu penyimpangan dengan tanpa adanya dasar yang sah. :ontoh : - .ukum perdata a. .ukum pidana b. .%@ c. .9@ $3 F. ESSENS!A.!A KAEDAH HUKUM DAN TANDA7TANDA %ENYATAAN KAEDAH HUKUM E((e&(ialia Kaedah Hukum >sensialia kaedah hukum adalah membatasi atau mematoki bukan memaksa, sebab hukum itu sendiri dapat dilanggar dan tidak dapat melakukan paksaan. ang mengadakan paksaan itu adalah diri sendiri ) karena adanya kesadaran hukum* dan orang lain ) petugas hukum*. %idak ada kaidah hukum yang memaksa. Melainkan kaidah hukum tersebut dapat menimbulkan adanya paksaan, dengan kata lain sifat memaksa bukan esensil dari kaidah hukum. Ta&da Ta&da %er&6ataa& Kaedah Hukum $. Ber1u5ud : a. &ahan-bahan resmi tertulis ) ,er-44-an, vonis, akta+surat otentik,dsb* b. Dambu-rambu lalu lintas c. &enda-benda d. Kebiasaan ) kebiasaan memberi tip* 3. Tidak ,er1u5ud : a. bunyi suara $2 b. hikmat kata-kata c. perintah-perintah lisan 8. %ENDEKATAN !NTERD!S!%.!NER TERHADA% HUKUM Dalam kepustakaan hukum, ada yang mengatakan bah!a hukum harus dipandang secara murni sebagai hukum. 9rtinya harus dipisahkan dari unsur- unsur non hukum, seperti sosiologi, antropologi, psikologi, politik,ekonomi. @amun dalam kenyataannya, pandangan ini sangatlah sukar untuk diikuti karena dalam praktek hukum selalu bersinggungan dengan unsur-unsur non hukum tadi. &erdasarkan hal tersebut, maka dalam mempelajari ilmu hukum kita harus mengkaitkan dengan hal-hal lainnya diluar ilmu hokum. 4ntuk itu perlu diketahui pendekatan indisipliner terhadap hukum. Disiplin diartikan sebagi system ajaran tentang kenyataan gejala yang dihadapi. Macam-macam disiplin ada ;, yaitu: $.N/m/teti( adalah system ajaran yang menentukan+ bermaksud menemukan generalisasi+abstraksi dari kenyataan+ gejala social yang dihadapi. 3. fil(afat adalah system ajaran yang menguraikan dan merangkum serta menyerasikan nilai-nilai manusia dalam pelbagi kontesnya. 2. Se5arah adalah system ajaran yang bertujuan merekonstruksikan kenyataan+ gejala pada masa lalu ;. hukum. $; -edangkan ditinjau dari sifatnya, disiplin terbagi atas : $. (ifat a&aliti( dari (uatu di(ipli& merupakan suatu system ajaran yang memahami, menguraikan dan menganalitis gejala+ kenyataan yang dihadapi. 3. (ifat pre(kriptif yaitu system ajaran yang menemukan apkah yang seharusnya+ seyogyanya dilakukan dalam menghadapi kenyataan+ gejala. 2. (ifat de(kriptif adalah system ajaran yang menentukan apakah yang senyatanya dilakukan dalam menghadapi kenyataan+gejala. $< 9. %ERBEDAAN KAEDAH HUKUM DENGAN KAEDAH SS!A. .A!NNYA ,erbedaan antara kaedah hukum dengan kaidah sosial lainnya : $. %er,edaa& a&tara kaedah hukum de&-a& kaedah a-ama da& ke(u(ilaa& dapat diti&5au dari ,er,a-ai (e-i (,, : J Diti&5au dari tu5ua&&6a, kaedah hukum bertujuan untuk menciptakan tata tertib masyarakat dan melindungi manusia beserta kepentingannya. -edangkan kaedah agama dan kesusilaan bertujuan untuk memperbaiki pribadi agar menjadi manusia ideal. J Diti&5au dari (a(ara&&6a : kaedah hukum mengatur tingkah laku manusia dan diberi sanksi bagi setiap pelanggarnya, sedangkan kaedah agama dan kaedah kesusilaan mengatur sikap batin manusia sebagai pribadi. Kaedah hukum menghendaki tingkah laku manusia sesuai dengan aturan sedangkan kaedah agama dan kaidah kesusilaan menghendaki sikap batin setia pribadi itu baik. J Diti&5au dari (um,er (a&k(i&6a, kaedah hukum dan kaedah agama sumber sanksinya berasal dari luar dan dipaksakan oleh kekuasaan dari luar diri manusia )heteronom*, sedangkan kaedah kesusilaan sanksinya berasal dan dipaksakan oleh suara hati masing3 pelanggarnya )otonom*. J Diti&5au dari kekuata& me&-ikat&6a, pelaksanaan kaedah hukum dipaksakan $F secara nyata oleh kekuasaan dari luar, sedangkan pelaksanaan kaedah agama dan kesusilaan pada asasnya tergantng pada yang bersangkutan. J Diti&5au dari i(i&6a kaedah hukum memberikan hak dan ke!ajiban )atribut dan normatif* sedang kaedah agama dan kaidah kesusilaan hanya memberikan ke!ajiban saja )normatif*. 3. %er,edaa& a&tara kaidah hukum de&-a& kaidah ke(/pa&a& - Kaidah hukum memberi hak dan ke!ajiban, kaidah kesopanan hanya memberikan ke!ajiban saja. - -anksi kaidah hukum dipaksakan dari masyarakat secara resmi )negara*, sanksi kaidah kesopanan dipaksakan oleh masyarakat secara tidak resmi. 2. %er,edaa& a&tara kaidah ke(/pa&a& de&-a& kaidah a-ama da& kaidah ke(u(ilaa& - 9sal kaidah kesopanan dari luar diri manusia, kaidah agama dan kaidah kesusilaan berasal dari pribadi manusia - Kaidah kesopanan berisi aturan yang ditujukan kepada sikap lahir manusia, kaidah agama dan kaidah kesusilaan berisi aturan yang ditujukan kepada sikap batin manusia - %ujuan kaidah kesopanan menertibkan masyarakat agar tidak ada korban, kaidah agama dan kaidah kesusilaan bertujuan menyempurnakan manusia agar tidak menjadi manusia jahat. $1 :. ;!R!7;!R! KAEDAH HUKUM :iri-ciri kaedah hukum yang membedakan dengan kaedah lainnya : - .ukum bertujuan untuk menciptakan keseimbangan antara kepentingan - .ukum mengatur perbuatan manusia yang bersifat lahiriah - .ukum dijalankan oleh badan-badan yang diakui oleh masyarakat - .ukum mempunyai berbagai jenis sanksi yang tegas dan bertingkat - .ukum bertujuan untuk mencapai kedamaian )ketertiban dan ketentraman* Mengapa kaedah hukum masih diperlukan, sementara dalam kehidupan masyarakat sudah ada kaedah yang mengatur tingkah laku manusia dalam pergaulan hidupnya ' .al ini karena : - Masih banyak kepentingan-kepentingan lain dari manusia dalam pergaulan hidup yang memerlukan perlindungan karena belum mendapat perlindungan yang sepenuhnya dari kaedah agama, kesusilaan dan kaedah sopan santun, kebiasaan maupun adat. - Kepentingan-kepentingan manusia yang telah mendapat perlindungan dari kaedah-kaedah tersebut diatas, dirasa belum cukup terlindungi karena apabila terjadi pelanggaran terhadap kaedah tersebut akibat atau ancamannya dipandang belum cukup kuat. $H $0
ILMU PERUBAHAN DALAM 4 LANGKAH: Strategi dan teknik operasional untuk memahami bagaimana menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup Anda dan mempertahankannya dari waktu ke waktu
Pengambilan keputusan dalam 4 langkah: Strategi dan langkah operasional untuk pengambilan keputusan dan pilihan yang efektif dalam konteks yang tidak pasti