1. Atas dasar tinjauan apakah dalam suatu cabang hukum diutamakan tentang
keharusan/larangan ataukah tentang sanksinya, maka kita dapat membedakan antara
hukum kaidah (normenrecht) dengan hukum sanksi (sanctienrecht). Jelaskan hukum
kaidah dan hukum sanksi yang dimaksud !
2. Disamping menumbuhkan atau menyempurnakan pola laku pembelajaran kepada
peserta didik bertujuan pula untuk menumbuhkan kebiasaan. Jelaskan apa yang
dimaksud dengan kebiasaan dalam kalimat tersebut !
3. Pendidikan kewarganegaraan bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat yang
kita dambakan yaitu masyarakat teknologi, masyarakat terbuka, dan masyarakat
madani. Jelaskan apa yang dimaksud dengan masyarakat teknologi, masyarakat
terbuka, dan masyarakat madani yang dimaksud !
4. Salah satu karakteristik good governance adalah responsivitas. Jelaskan apa yang
dimaksud dengan responsivitas !
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Pendidikan multikultural !
Jawaban:
1. Kaidah hukum ialah kaidah yang mengatur hubungan atau intraksi antar pribadi, baik
secara langsung atau tidak langsung oleh karena itu kaidah hukum ditujukan untuk
kedamaian, ketenteraman, dan ketertiban hidup bersama. Kaidah hukum biasanya ada
paksaan yang berwujud ancaman bagi para pelanggarnya.
Beberapa kelompok hukum kaidah sebagai berikut:
Kelompok pertama adalah kaidah yang bisa dikatakan secara ‘langsung’ dapat
mempengaruhi perilaku kita dalam bermasyarakat. Ada dua kaidah dalam kelompok ini.
Yang pertama adalah kaidah hukum. Kaidah ini menitikberatkan pada sesuatu yang ‘tampak’
karenaa hanya ditujukan pada sikap perilaku nyata manusia atau perbuatan konkret manusia
sebagai anggota masyarakat. Dengan kata lain, kaidah hukum tidak mempersoalkan sikap
batin manusia, apakah baik atau buruk, karena yang menjadi pokok cakupannya adalah
perbuatan lahiriah manusia atau bagaimana perbuatan atau perilaku nyata manusia. Implikasi
dari sasaran kaidah hukum ini adalah kaidah hukum pada dasarnya akan berisi hal-hal yang
berkaitan dengan pemberian kewajiban dan hak kepada manusia sebagai anggota masyarakat,
Oleh karenanya, sanksi yang timbul dari pelanggaran terhadap kaidah hukum berasal dari
‘luar’ diri manusia, dalam hal ini dari penegak hukum.
Yang kedua dalam kelompok ini adalah kaidah kesopanan. Kaidah ini umumnya berasal dari
lingkungan masyarakat sendiri dimana anggota masyarakat saling berinteraksi, dengan tujuan
mengatur pergaulan antar anggota masyarakat agar tercipta ketertiban dengan cara saling
hormat-menghormati. Oleh karenanya, kaidah ini seringkali bersifat lokal subyektif, karena
didasarkan pada kepantasan dan kebiasaan atau kepatutan yang berlaku dalam masyarakat
tertentu. Oleh karenanya, bisa jadi kaidah kesopanan yang berlaku di masyarakat A tidak
berlaku untuk masyarakat B. Mirip dengan kaidah hukum, kaidah kesopanan memiliki tujuan
mengatur manusia sebagai makluk sosial yang hidup bersama dalam masyarakat; bukan
sebagai pribadi. Implikasi dari hal ini adalah sanksi yang timbul juga dari ‘luar’ diri manusia,
yaitu dari masyarakat dimana kaidah kesopanan mereka dilanggar.
Kelompok kaidah kedua adalah kaidah yang bisa dikatakan mempengaruhi kehidupan
manusia dalam bermasyarakat namun secara ‘tidak langsung’. Yang pertama dalam
kelompok ini adalah kaidah agama atau kepercayaan. Kaidah ini umumnya tidak berkaitan
langsung bagaimana seseorang akan berperilaku dalam masyarakat. Ini karena kaidah ini
pada dasarnya berisi tuntutan dan tuntunan agar manusia berperilaku yang baik dan benar,
dengan mendasarkan pada aturan terkait kewajiban manusia kepada Tuhan dan pada diri
sendiri. Berbeda dengan kaidah hukum yang hanya menitikberatkan pada yang ‘tampak’ dari
perilaku manusia, kaidah agama mempunyai cakupan yang bersifat lebih ‘personal’. Dengan
demikian, bisa dikatakan kaidah agama ini menitikberatkan pada pemberian kewajiban,
namun tidak memberika hak kepada manusia. Sanksi yang timbul dari kaidah agama tidak
berasal dari penegak hukum, namun dari Tuhan yang menjadi landasan keimanan manusia
memeluk agama.
Yang kedua adalah kaidah kesusilaan. Kaidah ini, karena menyangkut kehidupan pribadi
manusia, berkaitan erat dengan status manusia sebagai individu. Kaidah ini bisa dikatakan
sebagai kaidah yang paling asli karena bersumber langsung dari hati sanubari manusia
sendiri. Contoh dari penerapan dari kaidah ini misalnya seseorang tidak melakukan
pencurian, bukan karena dia takut dengan hukuman pidana yang ada, namun lebih didorong
oleh bisikan hati nuraninya yang mengatakan bahwa mencuri adalah perbuatan yang tercela.
Implikasi dari hal ini adalah, bisa dikatakan kaidah kesusilaan adalah sekaligus kaidah yang
paling tua karena tidak merujuk pada kualitas manusia sebagai makluk sosial yang dalam
pijakan berperilakunya mungkin mengalami perubahan karena mengikuti perkembangan
zaman. Seperti halnya kaidah agama, kaidah ini secara umum hanya memberi kewajiban,
namun tidak memberi hak kepada manusia.
Arti Sanksi
Sanksi adalah sebuah hukuman atau tindakan paksaan yang diberikan karena yang
bersangkutan gagal mematuhi hukum, aturan, atau perintah, sebagaimana didefinisikan oleh
Black's Law Dictionary Seventh Edition sebagai berikut:
A penalty or coercive measure that results from failure to comply with a law, rule, or order (a
sanction for discovery abuse).
Dalam hal ini, istilah umum yang dipergunakan untuk menyebut semua jenis sanksi, baik
dalam ranah hukum perdata, administratif, disiplin, maupun pidana adalah hukuman,
sebagaimana diterangkan oleh Rocky Marbun, dkk. dalam buku Kamus Hukum Lengkap:
Mencakup Istilah Hukum & Perundang-undangan Terbaru (hal. 127).
tentang sesuatu hak atau titel maupun status yang dicantumkan dalam amar atau diktum
putusan.
Misalnya, putusan yang menyatakan bahwa hak pemilikan atas benda yang disengketakan
tidak sah sebagai milik penggugat, atau penggugat tidak sah sebagai ahli waris.
Putusan konstitutif (constitutief vonnis) yakni putusan yang memastikan suatu keadaan
hukum, baik yang bersifat meniadakan/menghilangkan suatu keadaan hukum maupun
menimbulkan keadaan hukum baru.
Misalnya, putusan perceraian, merupakan putusan yang meniadakan keadaan hukum, yakni
tidak ada lagi ikatan antara suami-istri, sekaligus menimbulkan keadaan hukum baru kepada
suami dan istri sebagai janda dan duda.
Jadi, dalam ranah hukum perdata, bentuk sanksi hukumnya dapat berupa:
Kewajiban untuk melakukan suatu perbuatan tertentu yang diperintahkan oleh hakim;
Hilangnya suatu keadaan hukum, yang diikuti dengan terciptanya suatu keadaan hukum baru.
Sanksi Administratif
Sanksi administratif dapat diartikan sebagai sanksi yang dikenakan terhadap pelanggaran
administrasi atau ketentuan undang-undang yang bersifat administratif.
Sanksi administratif dapat berupa denda, peringatan tertulis, pencabutan izin tertentu, dan
lain-lain.
Sebagai contoh, sanksi administratif yang diatur dalam Pasal 18 angka 28 Undang-Undang
Nomor 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja (“UU Cipta Kerja”) yang memuat baru Pasal 71A
ayat (1) Undang-Undang Nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil (“UU 27/2007”) yaitu:
Peringatan tertulis;
Penghentian sementara kegiatan;
Penutupan lokasi;
Pencabutan perizinan berusaha;
Pembatalan perizinan berusaha; dan/atau
Denda administratif
Referensi:
1. Rocky Marbun, dkk. Kamus Hukum Lengkap: Mencakup Istilah Hukum & Perundang-
undangan Terbaru. Jakarta: Penerbit Visimedia, 2012;
2. Black's Law Dictionary Seventh Edition.
Hukum kaidah ialah ketentuan-ketentuan hukum baik publik maupun privat di mana
dinyatakan ada perintah atau larangan atau perkenaan tentang sesuatu juga apabila ternyata
ada persetujuan perintah larangan perkenaan atau janji itu timbul kewajiban dan pada pihak
lain hak jadi diketahuilah hal-hal apa yang diharuskan diperbolehkan atau dilarang dan
dijanjikan untuk diperbuat seseorang.
Hukum sanksi ialah ketentuan-ketentuan hukum yang menetapkan apakah hukuman yang
akan (dapat) dikenakan kepada seseorang yang melanggar kaidah-kaidah undang-undang atau
kaidah-kaidah hukum lainnya yang terakhir ini umpamanya dalam hukum pidana yang
kaidah-kaidahnya terdapat pada ukuran agama kesusilaan. Jadi hukum sanksi ini menjelaskan
tentang reaksi hukum.
2. Kebiasaan ini menurut saya yaitu membina siswa untuk menjadi siswa yang terbiasa
bertanggung jawab sesuai dengan pengamalan Pancasila dan UUD 1945 yaitu dalam
pembelajaran siswa tidak hanya mempelajari materi pelajaran, tetapi mempelajari materi dan
sekaligus praktek, berlatih dan mampu membakukan diri terbiasa bersikap dan berperilaku
yang baik. Strategi yang harus dipergunakan guru hendaknya: (1) membiasakan membina dan
menciptakan keteladanan, baik fisik dan materiil (tata dan asesoris kelas/sekolah),
kondisional (suasana proses KBM) maupun personal (guru, pimpinan sekolah, dan tokoh
unggulan), (2) membiasakan/membakukan atau mempraktekkan apa yang diajarkan mulai di
kelas-sekolah rumah dan lingkungan belajar, dan (3) memotivasi minat/gairah untuk terlibat
dalam proses belajar, untuk kaji lanjutan dan mencobakan serta membiasakannya.
4. Resposiveness ( Responsivitas)
Setiap lembaga dan proses penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan harus
mencoba melayani setiap stakeholders. Stakeholder dalam good governance dapat menjadi
pengambil keputusan maupun pelaksana program. Karena itu, stakeholder dituntut untuk
berjalan beriringan dengan kepentingan yang dibangun oleh pemerintah serta masyarakat.