Anda di halaman 1dari 9

RAJA ABRAHAM DENGAN TENTARA BERGAJAHNYA HENDAK MERUNTUHKAN

KA'BAH VS BURUNG ABABIL (BURUNG DARI NERAKA)


Pernahkah membaca surat Al-Fiil?
Surat ini terdiri atas 5 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, diturunkan sesudah surat
Al-Kaafirun.
Nama Al-Fiil diambil dari kata Al-Fiil yang terdapat pada ayat pertama surat ini, artinya gajah.
Mari kita simak bacaan surat tersebut disertai dengan artinya:

1)

2)

3)

4)

5)
1. Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Rabbmu telah bertindak terhadap tentara
bergajah?
2. Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Kabah itu sia-sia?
3. Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong,
4. Yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar,
5. Lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).
Surat Al-Fiil mengemukakan cerita pasukan bergajah dari Yaman yang dipimpin oleh Abrahah
yang ingin meruntuhkan Kabah di Mekkah. Peristiwa ini terjadi pada tahun Nabi Muhammad
SAW dilahirkan.
ABRAHAH
Abrahah Al-Asyram (Arab , Abrahah Al-Habsyi) adalah seorang gubernur dari
Abyssinia (Kekaisaran Ethiopia) yang telah berhasil menaklukkan dan menjadi Raja Saba
(Yaman). Penduduk Negeri itu menganut agama Nashrani.
GINEALOGI
Procopius mencatat bahwa Abrahah dulu pernah menjadi seorang budak belian dari Kerajaan
Byzantium di Adulis, sementara At-Tabari mengatakan bahwa ia masih memiliki hubungan
dekat dengan keluarga Kerajaan Aksum.
Abrahah berkeinginan agar bangsa Arab pada saat itu untuk berhaji ke Sana, ibu kota Yaman,
tidak ke kota Mekkah tempat Kabah berada.
Untuk itu, dia membuat sebuah gereja/katedral yang bernama Al-Qullais. Tempat ibadah ini
tiada bandingannya. Suatu saat, salah seorang dari suku Quraisy dari Mekkah ingin merendahkan
kedudukan gereja ini dengan cara membuang hajatnya di gereja. Dia telah mengotori dinding
gereja tersebut, kemudian melarikan diri.
Mengetahui hal ini, Raja Abrahah sangat murka. Dia langsung memerintahkan pasukannya
untuk menyerang kota Mekkah dan menghancurkan Kabah. Di antara pasukan tersebut
terdapat tiga belas ekor gajah. Gajah terbesar bernama Mahmud.
Selama perjalanan mereka menuju Mekkah, banyak suku dari Bangsa Arab berusaha
menghadang Abrahah dan pasukannya, tetapi tidak ada satu pun yang berhasil mengalahkan
mereka.
Akhirnya, Abrahah pun mulai mendekat ke kota Mekkah. Pasukannya beristirahat di suatu
tempat bernama Mughammis yang jauhnya beberapa mil dari Mekkah.
Mereka merampas apa saja yang mereka temukan di perjalanan, termasuk 200 ekor unta milik
Abdul Muthalib, si penjaga Kabah. Abrahah lalu mengirim utusan yang bernama Hunata, untuk
menemui pemimpin penduduk di sana. Ia berpesan bahwa mereka datang bukan untuk
berperang, melainkan hanya ingin untuk menghancurkan Kabah. Dan jika ingin menghindari
pertumpahan darah, maka pemimpin Mekkah harus menemuinya di kemahnya.
Pemuka kota yang mewakili penduduk Mekkah itu adalah Abdul Muthalib, kakek Rasulullah
SAW. Ketika Abrahah melihat kedatangan Abdul Muthalib ke kemahnya, dia sangat terkesan,
sampai turun dari singgasananya dan menyambutnya dan duduk bersama dia di atas karpet. Ia
menyuruh juru bicaranya menanyakan kepada Abdul Muthalib permintaan apa yang hendak
diajukan. Abdul Muthalib meminta agar 200 ekor untanya yang telah dirampas oleh pasukan
Abrahah agar dikembalikan.
Abrahah sangat kecewa mendengarkan permintaan tersebut karena menganggap Abdul Muthalib
lebih mementingkan unta-untanya ketimbang Kabah yang sedang terancam untuk dihancurkan.
Abdul Muthalib menjawab:
Aku adalah pemilik unta-unta itu, sementara Kabah ada pemiliknya sendiri yang akan
melindunginya.
Tapi sekarang ini Dia tak akan mampu melawanku, Kata Abrahah.
Kita lihat saja nanti, Jawab Abdul Muthalib, Tapi kembalikan unta-unta itu sekarang. Dan
Abrahah memerintahkan agar unta-unta tersebut dikembalikan.
Hasil perundingan itu adalah Abrahah akan mengembalikan unta-unta Abdul Muthalib yang
telah diambil oleh pasukannya. Adapun urusan penyerangan Kota Mekkah, maka ini tergantung
keputusan yang akan diambil oleh Abrahah sendiri.
Abdul Muthalib pun kemudian memerintahkan penduduk Mekkah untuk mengungsi dari kota
tersebut, sementara Abrahah memutuskan untuk melanjutkan niatnya. Pasukannya bergerak terus
menuju kota Mekkah sampai ke Lembah Muhassir.
Dalam ekspedisinya, Abrahah mempunyai seorang penunjuk jalan dari suku arab, bernama
Nufail dari suku Khatsam.
Belum sampai ke Kabah, pasukan tersebut dimusnahkan Allah.
Allah SWT menampakkan kekuasaan-Nya, dengan mengutus burung-burung Ababil yang
membawa batu yang bernama Sijjiil.
Mereka telah terlambat, langit di ufuk barat menghitam pekat, dan suara-suara gemuruh
terdengar dengan suara yang makin menggelegar, muncul gelombang kegelapan yang menyapu
dari arah laut dan menutupi langit di atas mereka.
Ketika pasukan itu sedang berada di tengah lembah, tiba-tiba muncul sekumpulan burung.
Sejauh jangkauan pandangan mereka, langit dipenuhi beribu-ribu burung tak terhingga
jumlahnya. Orang-orang yang berhasil selamat menceritakan bahwa burung-burung tersebut
secepat burung layang-layang dan masing-masing membawa tiga batu kecil yang membara, satu
diparuhnya dan yang lain dijepit dengan cakar di kedua belah kakinya. Burung-burung tersebut
menukik ke arah pasukan dan menjatuhkan batu-batu itu, yang kemudian meluncur keras dan
cepat menembus setiap baju.
Setiap batu yang mengenai pasukan langsung mematikan. Mereka langsung jatuh terkapar dan
tubuhnya langsung membusuk. Ada yang membusuk dengan cepat ada juga yang perlahan-lahan.
Burung-burung tersebut menghujani pasukan Abrahah dengan batu-batu kecil.
Tidaklah batu itu menimpa tubuh pasukan Abrahah, kecuali tubuhnya akan hancur tercerai-berai.
Mereka binasa dengan keadaan yang mengenaskan.
Abrahah Al-Ashram pun melarikan diri dalam keadaan tubuhnya hancur sepotong demi sepotong
sampai dia meninggal di Yaman.
Ini merupakan kemenangan yang Allah Azza wa Jalla anugerahkan kepada penduduk Mekkah
dan juga bentuk perlindungan Allah kepada rumah-Nya, yaitu Kabah di Mekkah.
mengapa abrahah ingin menghancurkan kabah?
Raja yang menyerang Kabah
Tahun 570 M, abrahah al-Asyram, seorang raja dari Yaman berusaha menghancurkan Kabah.
Awalnya Abrahah membangun gereja yang sangat besar di Shana, Yaman. Gereja itu memiliki
sebuah bangunan dan pelataran yang sangat tinggi. Saking tingginya bangunan itu, setiap orang
yang melihatnya harus mendongakkan kepala sedemikian rupa sehingga peci yang dikenakannya
terancam lepas dari kepala. Semua sisi bangunan itu pun dihias.
Abrahah bertekad untuk memindahkan haji bangsa Arab ke gereja tersebut sebagaimana mereka
selama ini berhaji ke Kabah di makkah. Kaum Quraisy benar-benar murka karenanya, sehingga
sebagian dari mereka ada yang mendatangi gereja itu dan memasukinya pada malam hari
kemudian menghancurkan isi di dalamnya. Tentu saja ini membuat Abrahah berang. Abrahah
pun bersumpah akan pergi ke baitullah di Makkah dan menghancurkannya berkeping-keping.
Abrahah pun menyiapkan diri dan pergi dengan membawa pasukan yang cukup banyak dan
disertai oleh seekor gajah yang sangat besar, belum ada seekor gajah pun sebelumnya yang
terlihat seperti itu. Nama gajah itu adalah Mahmud. Ada juga pendapat yang menyebutkan,
bersama Abrahah terdapat delapan gajah. Ada juga yang menyatakan dua belas gajah. Wallahu
alam.
Maka setelah merasa gajahnya telah siap dan pasukannya telah siaga, Abrahah dan pasukannya
pun menuju Makkah. Tetapi tiba-tiba, gajah yang begitu dibanggakan oleh Abrahah duduk
berderum dan tak mau bangkit. Pasukan Abrahah memukul-mukul gajah agar verdiri, mereka
bahkan memukul kepala gajah itu dengan kapak, tetapi gajah itu enggan berdiri. Kemudian
mereka memasukkan tongkat mereka yang berujung lengkung ke belalainya, lalu menariknya
supaya ia mau berdiri, tetapi gajah itu tetap menolak. Saat mereka mengarahkannya kembali ke
Yaman, maka gajah itu berdiri dan berjalan cepat. Saat mereka mengarahkannya ke Syam, maka
ia melakukan hal yang sama. Lalu mereka mengarahkannya ke timur, maka ia melakukan hal
yang sama, yakni berjalan cepat. Kemudian mereka mengarahkannya ke Makkah, maka gajah itu
pun kembali duduk menderum.
Lalu, Allah Subhanahu wa Taala mengirimkan kepada mereka burung dari lautan yang mirip
dengan burung alap-alap. Pada masing-masing burung membawa tiga batu: satu batu di paruhnya
dan dua batu lainnya di kedua kakinya, batu sebesar biji kedelai dan biji adas, yang tidak seorang
pun dari mereka yang terkena batu tersebut melainkan akan binasa. Enam puluh ribu prajurit
tidak kembali ke negerinya, bahkan prajurit yang kembali dalam keadaan sakit yang akhirnya
mati.

KENAPA RASULULLAH SAW LAHIR DI ARAB ?
Kaum Orientalis sejak lama melemparkan tesis tentang "Arab Biadab". Dalam
kajian Sejarah Islam, mereka menyatakan bahwa sebab diutusnya Muhammad di
tengah bangsa Arab, karena bangsa Arab bangsa "biadab", dan sebab sukunya
Muhammad dari Quraisy karena Quraisy paling "biadab" nya bangsa Arab, serta
sebab dilahirkannya Muhammad di Mekkah karena itulah tempat dan sarang bangsa
paling "biadab" di dunia.

Di Indonesia yang pertama kali menyebar -luaskan tesis tersebut di tengah
masyarakat adalah Snouck Hugronye. Propaganda Snouck cukup berhasil dan sangat
digandrungi oleh kaum Liberal Indonesia, bahkan hingga kini dalam kurikulum
pendidikan sejarah Islam di Indonesia masih termuat tesis tersebut. Tesis ini sangat
rasis dan fasis sekaligus sesat dan menyesatkan.

Tesis yang menyatakan bahwa sebab diutusnya Rasulullah SAW di dunia karena
seluruh dunia dalam kejahiliyahan yang penuh kemusyrikan, kezaliman dan
kebiadaban, adalah tesis yang tepat dan tak bisa dipungkiri. Namun tesis yang
menyatakan sebab diutusnya Rasulullah SAW di tengah bangsa Arab karena Arab
merupakan bangsa yang paling biadab di dunia, merupakan tesis yang sama sekali
tidak berharga, karena tidak ilmiah dan tidak didukung fakta dan data yang akurat.
Tesis "Arab Biadab" adalah tesis yang hanya didasarkan kepada bibit rasis dan fasis
para musuh Islam.

Sebelum Rasulullah SAW diutus sebagai Nabi dan Rasul, di Arab ada kebiadaban
Wa-dul Banaat yaitu mengubur hidup-hidup anak perempuan. Di tengah bangsa
Israil ada kebiadaban membunuh para Nabi dan Rasul. Di Persia ada kebiadaban
tradisi Mazdakiyah yang menghalalkan seorang ayah mengawini putri kandungnya
sendiri. Di Eropa ada kebiadaban adu tarung manusia (Gladiator) yang terkadang
diadu dengan binatang buas untuk tontonan masyarakat, bahkan di waktu tertentu
kaum Bangsawan berburu "manusia" sebagai hiburan dengan melepas budak lalu
dijadikan sasaran tembak anak panah dan tombak antar para pelomba berburu. Di
China ada tradisi pengebirian kaum pria untuk dijadikan "kasim" dalam istana Raja
mau pun kaum bangsawan lainnya. Di pedalaman Afrika ada kebiadaban
Kanibalisme yang orang masih makan orang. Di India dan Indonesia pun ada
kebiadaban yang tidak kalah dengan negeri lainnya. Benarkah dari semua
kebiadaban itu Arab adalah yang "paling biadab" sebagaimana tesis orientalis yang
digandrungi kaum Liberal ? Apa tolok ukur dan parameternya ? Apa pula dasar
berfikir dan metode penyimpulannya ? Semua tidak jelas, kecuali sikap rasis dan
fasis terhadap bangsa Arab, tidak lebih !

Arab memang biadab dengan kemusyrikan dan kezalimannya, tapi seluruh dunia
juga sama biadabnya dalam kemusyrikan dan kezaliman. Ada pun QS.9.At -Taubah :
97 yang dijadikan dalil oleh kaum Liberal bahwa bangsa Arab paling keras kufur
dan nifaqnya, merupakan korupsi dalil dan manipulasi hujjah. Dalam ayat tersebut
termaktub kata "Al -A'raab" bukan "Al -' Arab", sehingga yang dimaksud adalah
sekelompok orang Arab pedusunan bukan bangsa Arab keseluruhan. Lagi pula pada
lanjutan ayat yaitu di ayat ke-99 disebut tentang "Al -A' raab" yang beriman kepada
Allah SWT. Jadi, argument asi Liberal gugur melalui rangkaian ayat -ayat itu sendiri,
inilah salah satu bukti kebodohan kaum Liberal dalam memahami Al -Qur' an.

Prof. DR. Muhammad Sa'id Ramadhan Al -Buthi dalam kitabnya "Fiqhus Siirah"
menelanjangi kebobrokan tesis orientalis tersebut . Beliau secara cerdas dan brillian
menjawab dengan tuntas persoalan tersebut. Secara ringkas jawaban tentang kenapa
Rasulullah SAW diutus di tengah bangsa Arab, antara lain :

Pertama, dalam QS.3. Aali -' Imraan : 96 ditegaskan bahwa Ka' bah di Mekkah
merupakan rumah Allah SWT pertama yang ada di atas muka bumi. Dalam riwayat
disebutkan bahwa Ka' bah dibangun pertama kali oleh Syits putra Nabi Adam AS,
lalu lenyap saat terjadi banjir besar di zaman Nabi Nuh AS, dan dibangun kembali
di zaman Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS, dan disempurnakan di zaman Nabi
Muhammad SAW. Artinya, jauh sebelum Nabi Terakhir dilahirkan di Mekkah, kota
tersebut sudah disiapkan untuk menerima kehadirannya. Ka' bah sebagai pusat Dunia
dan yang akan menjadi Qiblat kaum muslimin sudah disiapkan di Mekkah jauh
sebelum kedatangan Sang Nabi Terakhir. Jadi, ada mau pun tidak ada kebiadaban
bangsa Arab di Mekkah, maka Nabi Muhammad SAW tetap akan lahir di kota
tersebut, sehingga kebiadaban bangsa Arab bukan alasan diutusnya Nabi Terakhir di
tengah bangsa Arab.

Kedua, Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim AS untuk meninggalkan putranya
Ismail AS dan ibunya Siti Hajar AS di Mekkah yang saat itu hanya merupakan tanah
gersang dan tandus tanpa penduduk dan tidak ada sumber air mau pun perkebunan.
Kenapa Ismail bukan Ishaq ? Dan kenapa di Mekkah bukan tempat lainnya ? Sebab
Nabi Terakhir akan lahir dari keturunan Ismail bukan Ishaq, dan karena di Mekkah
lah tempat asal mula berdirinya Ka' bah yang kelak mesti dibangun kembali oleh
Ibrahim dan Ismail, yang nantinya akan menjadi Qiblat kaum muslimin. Jadi,
keberadaan Ismail di Mekkah memang telah disiapkan untuk menjadi bagian dari
proses kedatangan Nabi Terakhir, sehingga tidak ada kaitan dengan kebiadaban
bangsa Arab.

Ketiga, saat kelahiran Rasulullah SAW di Mekkah, ada dua imperium besar yang
memimpin dunia, Kaisar Romawi di sebelah barat, dan Kisra Persia di sebelah
timur. Ketika itu tak ada satu pun wilayah Timur Tengah yang luput dari
cengkeraman kekuasaan kedua imperium raksasa tersebut, kecuali Mekkah dan
sekitarnya. Dalam kedua sistem pemerintahan kekaisaran tersebut ada gejolak
politik, perang filsafat, pertikaian agama dan nafsu imperialisme. Sedang Mekkah
merupakan wilayah yang polos dan lugu, tiada sistem pemerintahan, tiada politik
mau pun filsafat, tiada nafsu imperialisme, tiada pertikaian agama, yang ada hanya
sistem kekeluargaan qabilah. Mekkah terbebas dari gejolak politik mau pun filsafat
yang terjadi di kedua imperium tersebut. Karenanya, ji ka Nabi Terakhir diutus di
Romawi atau Persia, maka akan ada tuduhan bahwa Islam yang dibawa Muhammad
lahir dari gejolak politik dan perang filsafat serta pertikaian agama, atau sebagai
anak angkat dari nafsu imperialisme. Namun dengan diutusnya Rasulullah SAW di
Mekkah, maka tuduhan semacam itu menjadi tak berdasar. Ini bukan terjadi
kebetulan, namun memang Mekkah sudah disiapkan dalam program ilahi sebagai
tempat lahirnya nubuwwah akhir zaman. Jadi, lagi -lagi bukan kebiadaban bangsa
Arab yang menjadi alasan.

Keempat, Arab memang biadab dengan tradisi Wa'dul Banaat -nya, namun tidak
semua bangsa Arab melakukan tradisi tersebut. Buktinya yaitu keberadaan
Rasulullah SAW dan para Shahabat serta semua masyarakat Arab di zaman itu.
Bukankah mereka semua dilahirkan oleh wanita ?! Bukankah para wanita yang
menjadi ibu mereka tidak dikubur hidup-hidup sewaktu kecil ?! Harus dicatat
dengan jujur bahwa bangsa Arab yang biadab itu memiliki sejumlah keistimewaan
yang diakui sejarah, yaitu mereka terkenal dengan sikap wi bawa, setia dan berani.
Inilah salah satu rahasia kenapa Rasulullah SAW dilahirkan di Mekkah, karena dari
kota tersebut akan lahir generasi umat yang berwibawa dan pemberani serta sangat
setia kepada Rasulullah SAW dalam memperjuangkan Islam seperti Abu Bakar,
Umar, Utsman dan Ali, rodhiyallaahu ' anhum. Tidak seperti bangsa Israil yang
sering membangkang kepada para Nabi dan Rasul, bahkan tidak jarang
membunuhnya. Jadi, justru kelebihan sifat bangsa Arab dalam wibawa, kesetiaan
dan keberaniannya lah yang lebih tepat menjadi alasan pengutusan Rasulullah SAW
di tengah bangsa Arab, bukan kebiadabannya.

Kelima, dalam suatu riwayat Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa Allah SWT
memilih bangsa Kinanah dari anak keturunan Adam, dan memilih suku Quraisy dari
bangsa Kinanah, dan memilih Bani Hasyim dari suku Quraisy, dan memilih beliau
dari Bani Hasyim. Dengan demikian, Rasulullah adalah "manusia pilihan" dari "bani
pilihan" dari "suku pilihan" dari "bangsa pilihan". Hadits ini menunjukkan bahwa
bangsa Arab yang biadab itu merupakan yang terbaik di antara yang biadab ketika
itu, bukan yang paling biadab. Jadi, tesis orientalis yang dipropagandakan kaum
Liberal hingga kini tersebut terbantahkan dengan hadits ini.

Anda mungkin juga menyukai