¬Ini mempakan nikmat yang telah dianugerahkan oleh Allah kepada kaum
Quraisy, karena Allah telah menyelamatkan mereka dari serangan tentara
bergajah, yang sejak semula telah bertekad akan merobohkan Ka¦bah dan
meratakannya dengan tanah hingga tiada bekas-bekasnya lagi. Maka Allah
memusnahkan mereka dan menjadikan mereka kalah serta usaha mereka
menjadi sia-sia, begitu pula tiada hasilnya dari kerja mereka; Allah mengusir
mereka dengan cara yang buruk dan akibat yang mengecewakan.
¬Mereka adalah kaum Nasrani, dan agama mereka saat itu lebih mirip
keadaannya dengan apa yang dilakukan oleh orang-orang Quraisy, yaitu
menyembah berhala. Peristiwa ini terjadi sebagai irhas dan pendahuluan bagi
akan diutus-Nya Rasulullah ﷺKarena sesungguhnya di tahun itu Nabi
Muhammad -menurut pendapat yang terkenal- dilahirkan. Dan seakan-akan
takdir Allah ﷻtelah menetapkan bahwa hai golongan orang-orang Quraisy,
Kami menolong kalian bukanlah karena kalian lebih baik daripada orang-orang
Habsyah itu, tetapi karena memelihara Baitul ¦Atiq yang akan Kami muliakan,
Kami agungkan, dan Kami hormati dengan diutusnya seorang nabi yang ummi,
yaitu Muhammad ﷺpenutup para nabi.
¬Berikut ini adalah kisah tentara bergajah secara ringkas, padat, tetapi
mendekati kebenaran. Dalam kisah orang-orang yang dimasukkan di dalam
parit berapi telah disebutkan bahwa Zu Nuwas, raja terakhir orang-orang
Himyar yang musyrik; dialah orang yang membunuh kaum Nasrani dengan
memasukkan mereka ke dalam parit yang berapi, jumlah mereka yang dibunuh
olehnya kurang lebih ada dua puluh ribu orang. Tiada seorang pun dari mereka
yang selamat kecuali Daus yang dijuluki dengan panggilan Zu Sa¦labain.
¬Daus melarikan diri dan meminta pertolongan kepada Kaisar raja di negeri
Syam, yang juga seagama dengannya, yaitu pemeluk agama Nasrani. Maka
Kaisar berkirim surat perintah kepada Raja Najasyi di negeri Habsyah,
mengingat letak geografis Habsyah lebih dekat ke negeri Yaman.
¬Dan Habsyah menjadikan negeri Yaman sebagai negeri yang berdiri sendiri di
bawah pimpinan kedua panglima tersebut, yaitu Aryat dan Abrahah. Lalu
keduanya berselisih pendapat mengenai siapa di antara keduanya yang berhak
menjadi raja di negeri Yaman; keduanya berupaya menjatuhkan yang lainnya.
Pada akhirnya salah satu pihak berkata kepada pihak lawannya, ¤Kita tidak
perlu mengorbankan prajurit yang tidak berdosa di antara kita, lebih baik kita
perang tanding saja antara aku dan kamu. Maka barang siapa yang dapat
mengalahkan lawannya dan berhasil membunuhnya, dialah yang berhak
menjadi raja di negeri ini.‡ Pihak lainnya menyetujui usul ini, akhirnya
keduanya bertanding dalam suatu ajang perang yang di belakang masing-
masing pihak ada parit.
¬Maka Abrahah membangun sebuah gereja yang sangat besar di kota San¦a,
bangunannya tinggi sekali lagi dipenuhi dengan berbagai ukiran dan pahatan;
orang-orang Arab menamainya Al-Qulais. Disebut demikian karena
bangunannya tinggi sekali, hingga membuat qalansuwah (peci) orang yang
memandangnya hampir saja terjatuh dari kepalanya, mengingat puncaknya
tinggi sekali.
¬Seruannya itu mendapat sambutan yang hangat dari mereka, lalu mereka
berperang melawan Abrahah dipimpin oleh Zu Nafar, tetapi pada akhirnya Zu
Nafar kalah. Ini tiada lain karena kehendak Allah ﷻyang bertujuan akan
memuliakan Baitullah dan mengagungkannya. Zu Nafar ditawan, tetapi
Abrahah memaafkannya dan membawanya pergi bersama ke Mekah.
¬Ketika perjalanan Abrahah sampai di dekat Taif, maka para penduduk Taif
datang menyambutnya dan bersikap diplomatis dengannya karena takut
dengan rumah peribadatan mereka yang mereka beri nama Al-Lata, karenanya
Abrahah menghormati mereka. Dan mereka mengirimkan Abu Rigal untuk
pergi bersamanya sebagai penunjuk jalan.
¬Ketika perjalanan Abrahah sampai di Al-Magmas -yaitu di suatu tempat yang
terletak tidak jauh dari Mekkah- ia turun beristirahat, sedangkan bala
tentaranya merampas semua ternak penduduk Mekah dan sekitarnya atas
perintah Abrahah sendiri. Dan di antara ternak unta yang dirampas terdapat
dua ratus ekor unta milik Abdul Muttalib. Dan tersebutlah orang yang diserahi
oleh Abrahah untuk memimpin perampasan ternak itu adalah komandan
pasukan terdepannya yang dikenal dengan nama Al-Aswad ibnu Maqsud, lalu
ia dikecam oleh sebagian bangsa Arab melalui bait-bait syairnya, menurut apa
yang diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq.
¬Abdul Muttalib menjawab, ¤Sesungguhnya aku adalah pemilik unta itu dan
sesungguhnya bait itu mempunyai Pemiliknya sendiri yang akan membelanya.‡
Abrahah berkata, ¤Dia tidak akan dapat mencegahku dari merobohkannya.‡
Abdul Muttalib berkata, ¤¦Kalau begitu, terserah Anda.‡
¬Dan pada pagi harinya Abrahah bersiap-siap untuk memasuki kota Mekah,
lalu menyiapkan gajahnya yang diberi nama Mahmud dan ia menyiapkan pula
bala tentaranya. Setelah semuanya siap, maka mereka mengarahkan gajahnya
menuju ke arah Mekah, tetapi sebelum itu Nufail ibnu Habib datang dan
berdiri di dekat gajah, lalu berkata, ¤Hai Mahmud, duduklah kamu dan
kembalilah dengan penuh kesadaran menuju ke tempat asal kedatanganmu,
karena sesungguhnya engkau berada di negeri Allah yang disucikan,‡ setelah
itu melepaskan telinga gajah Mahmud, yang dipeganginya saat ia
membisikinya.
¬Maka gajah itu duduk, dan Nufail lari dengan kencangnya menuju ke daerah
perbukitan dan berlindung di puncaknya. Mereka memukuli gajah itu supaya
berdiri, akan tetapi gajah itu membangkang dan tidak mau berdiri. Lalu mereka
memukul kepalanya dengan palu agar bangkit, dan mereka masukkan tongkat
mereka ke bagian lubang telinganya, menariknya dengan tujuan agar mau
berdiri, tetapi gajah itu tetap menolak. Kemudian mereka mengarahkannya ke
negeri Yaman, dan ternyata tanpa sulit gajah itu bangkit dengan sendirinya,
lalu berlari kecil menuju ke arah itu. Kemudian mereka mencoba untuk
mengarahkannya ke negeri Syam, dan gajah itu menuruti perintahnya; mereka
coba mengarahkannya ke timur, maka gajah itu mengikuti perintah. Tetapi bila
diarahkan ke Mekah, gajah itu diam dan duduk.
¬Dan Allah mengirimkan kepada mereka sejumlah besar burung dari arah laut
yang bentuknya seperti burung walet dan burung balsan; tiap-tiap ekor
membawa tiga buah batu. Satu diparuhnya dan yang dua dipegang oleh
masing-masing dari kedua kakinya; batu itu sebesar kacang humsh dan kacang
¦adas. Tiada seorang pun dari mereka yang terkena batu itu melainkan pasti
binasa, tetapi tidak seluruhnya terkena batu itu.
¬Akhirnya mereka melarikan diri dan lari tunggang langgang ke arah semula
mereka datang seraya mencari Nufail ibnu Habib untuk menunjukkan kepada
mereka jalan pulangnya. Sedangkan Nufail berada di atas bukit bersama orang-
orang Quraisy dan orang-orang Arab Hijaz lainnya, menyaksikan apa yang
ditimpakan oleh Allah ﷻkepada tentara bergajah itu sebagai azab dari-Nya.
Dan ketika menyaksikan pemandangan itu Nufail berkata, ¤Ke manakah
tempat untuk berlari dari kejaran Tuhan yang mengejar; Asyram kalah dan
tidak menang.‡
¬Al-Waqidi meriwayatkan berikut sanadnya, bahwa mereka bersiap-siap untuk
memasuki Mekah dan gajahnya telah mereka persiapkan pula, tetapi manakala
mereka mengarahkannya ke salah satu tujuan dari tujuan yang lain, maka
gajah itu mau bergerak. Dan jika mereka arahkan gajahnya menuju ke kota suci
Mekah, tiba-tiba ia duduk dan mengeluarkan suaranya (menolak). Lalu
Abrahah memaksa pawang gajah dan membentaknya, bahkan memukulinya
supaya ia memaksa gajah agar mau masuk ke kota Mekah; mereka memakan
waktu yang cukup lama untuk itu.
¬Sedangkan Abdul Muttalib dan segolongan orang dari para pemuka penduduk
Mekah -antara lain Mut¦im ibnu Adiy, Amr ibnu Aid ibnu Imran ibnu Makhzum,
dan Mas¦ud ibnu Amr As-Saqafi- berada di Gua Hira menyaksikan apa yang
dilakukan oleh tentara Habsyah itu, dan apa yang dialami mereka dengan
gajahnya yang membangkang itu; kisahnya sangat ajaib dan aneh.
¬Ata ibnu Yasar dan lain-lainnya mengatakan bahwa tentara bergajah itu tidak
semuanya binasa oleh azab seketika itu juga, bahkan di antara mereka ada
yang segera mati, dan di antaranya ada yang tubuhnya rontok anggota demi
anggota dalam pelariannya, yang pada akhirnya binasa juga. Sedangkan
Abrahah termasuk dari mereka yang tubuhnya rontok anggota demi anggota,
hingga akhirnya mati di tanah orang-orang Khas¦am.
¬Ibnu Ishaq mengatakan bahwa lalu mereka melarikan diri, sedangkan anggota
tubuh mereka rontok satu demi satu, dan di setiap jalan mereka mati
bergelimpangan. Sedangkan Abrahah, tubuhnya terkena oleh batu itu, lalu
mereka membawanya lari bersama mereka, dan tubuhnya rontok sedikit demi
sedikit, hingga sampailah mereka bersamanya di San¦a, sedangkan keadaan
Abrahah seperti anak burung yang baru menetas. Dan Abrahah masih belum
mati kecuali setelah dadanya terbelah dan jantungnya keluar; demikianlah
menurut sahibul hikayat.
Yakni agar tiada sesuatu pun yang mengubah keadaan mereka dari
kebiasaannya, yang hal tersebut tiada lain karena Allah berkehendak baik
terhadap mereka, sekiranya mereka mensyukurinya.
Di dalam kitab Sahihain disebutkan bahwa Rasulullah ﷺbersabda di hari
jatuhnya kota Mekah:
هّٰللا
ِ ْت حُرْ َم ُت َها ْال َي ْو َم َكحُرْ َم ِت َها ِبااْل َم
س ْ َْس َعنْ َم َّك َة ْالفِ ْي َل َو َسلَّ َط َعلَ ْي َها َرس ُْولَ ٗه َو ْالمُْؤ ِم ِني َْن َو ِا َّن ٗه َق ْد َعاد َ اِنَّ َ َحب
َ اَاَل َف ْل ُي َبلِّ ْغ ال َّشا ِه ُد ْال َغ
اِئب
¤Sesungguhnya Allah telah menahan pasukan bergajah dari Mekah, dan
menguasakannya kepada Rasul- Nya dan orang- orang mukmin, dan
sesungguhnya kini telah kembali kesuciannya pada hari ini juga,
sebagaimana kesuciannya di waktu sebelumnya. Ingatlah, hendaklah
orang yang hadir menyampaikannya kepada orang yang tidak hadir.‡