Anda di halaman 1dari 13

KISAH ABRAHAH

¬Ini mempakan nikmat yang telah dianugerahkan oleh Allah kepada kaum
Quraisy, karena Allah telah menyelamatkan mereka dari serangan tentara
bergajah, yang sejak semula telah bertekad akan merobohkan Ka¦bah dan
meratakannya dengan tanah hingga tiada bekas-bekasnya lagi. Maka Allah
memusnahkan mereka dan menjadikan mereka kalah serta usaha mereka
menjadi sia-sia, begitu pula tiada hasilnya dari kerja mereka; Allah mengusir
mereka dengan cara yang buruk dan akibat yang mengecewakan.

¬Mereka adalah kaum Nasrani, dan agama mereka saat itu lebih mirip
keadaannya dengan apa yang dilakukan oleh orang-orang Quraisy, yaitu
menyembah berhala. Peristiwa ini terjadi sebagai irhas dan pendahuluan bagi
akan diutus-Nya Rasulullah‫ ﷺ‬Karena sesungguhnya di tahun itu Nabi
Muhammad -menurut pendapat yang terkenal- dilahirkan. Dan seakan-akan
takdir Allah‫ ﷻ‬telah menetapkan bahwa hai golongan orang-orang Quraisy,
Kami menolong kalian bukanlah karena kalian lebih baik daripada orang-orang
Habsyah itu, tetapi karena memelihara Baitul ¦Atiq yang akan Kami muliakan,
Kami agungkan, dan Kami hormati dengan diutusnya seorang nabi yang ummi,
yaitu Muhammad‫ ﷺ‬penutup para nabi.

¬Berikut ini adalah kisah tentara bergajah secara ringkas, padat, tetapi
mendekati kebenaran. Dalam kisah orang-orang yang dimasukkan di dalam
parit berapi telah disebutkan bahwa Zu Nuwas, raja terakhir orang-orang
Himyar yang musyrik; dialah orang yang membunuh kaum Nasrani dengan
memasukkan mereka ke dalam parit yang berapi, jumlah mereka yang dibunuh
olehnya kurang lebih ada dua puluh ribu orang. Tiada seorang pun dari mereka
yang selamat kecuali Daus yang dijuluki dengan panggilan Zu Sa¦labain.

¬Daus melarikan diri dan meminta pertolongan kepada Kaisar raja di negeri
Syam, yang juga seagama dengannya, yaitu pemeluk agama Nasrani. Maka
Kaisar berkirim surat perintah kepada Raja Najasyi di negeri Habsyah,
mengingat letak geografis Habsyah lebih dekat ke negeri Yaman.

¬Maka Raja Najasyi mengirimkan dua orang panglima perangnya- yaitu Aryat


dan Abrahah ibnus Sabah Abu Yaksum- dengan membawa pasukan yang sangat
banyak jumlahnya. Maka mereka memasuki negeri Yaman dan mereka
merajalela di kota-kotanya, lalu merebut kerajaan negeri Yaman dari tangan
orang-orang Himyar, sedangkan Zu Nuwas sendiri tewas karena tenggelam di
laut.

¬Dan Habsyah menjadikan negeri Yaman sebagai negeri yang berdiri sendiri di
bawah pimpinan kedua panglima tersebut, yaitu Aryat dan Abrahah. Lalu
keduanya berselisih pendapat mengenai siapa di antara keduanya yang berhak
menjadi raja di negeri Yaman; keduanya berupaya menjatuhkan yang lainnya.
Pada akhirnya salah satu pihak berkata kepada pihak lawannya, ¤Kita tidak
perlu mengorbankan prajurit yang tidak berdosa di antara kita, lebih baik kita
perang tanding saja antara aku dan kamu. Maka barang siapa yang dapat
mengalahkan lawannya dan berhasil membunuhnya, dialah yang berhak
menjadi raja di negeri ini.‡ Pihak lainnya menyetujui usul ini, akhirnya
keduanya bertanding dalam suatu ajang perang yang di belakang masing-
masing pihak ada parit.

¬Di suatu kesempatan Aryat berhasil menebaskan pedangnya dan mengenai


hidung dan mulut Abrahah, dan hampir saja membelah wajahnya. Maka
Atudah maula (bekas budak) Abrahah membela majikannya dan menyerang
Aryat serta berhasil membunuhnya. Maka Abrahah diusung dari arena itu
dalam keadaan terluka, lalu lukanya diobati hingga akhirnya ia sembuh; setelah
itu ia sendirilah yang memimpin tentara Habsyah di negeri Yaman.

¬Raja Najasyi (Negus) berkirim surat kepadanya, yang isinya mencela


perbuatannya itu dan mengancamnya serta bersumpah bahwa dirinya benar-
benar akan menginjak-injak negeri Yaman dan membelah ubun-ubunnya.
Maka Abrahah membalas suratnya dengan nada memohon belas kasihan dan
berdiplomasi, seraya mengirimkan hadiah-hadiah, cindera mata, dan kantong
yang berisikan tanah negeri Yaman serta potongan rambut ubun-ubunnya.
Semuanya itu ia kirimkan bersama kurirnya untuk disampaikan kepada Raja
Najasyi.

¬Di dalam suratnya Abrahah mengatakan, ¤Hendaklah Anda (raja) menginjak-


injak tanah ini untuk menunaikan sumpah Anda, dan inilah potongan rambut
ubun-ubunku kuserahkan kepadamu.‡ Ketika hal tersebut sampai di pangkuan
Raja Najasyi, ternyata ia terpikat dengan cara yang dilakukan Abrahah, dan
akhirnya ia puas dan mendukung apa yang dilakukan oleh Abrahah. Dan dalam
suratnya itu Abrahah menjanjikan kepada Najasyi bahwa dirinya akan
membangun sebuah gereja di tanah Yaman atas nama Raja Najasyi, yang
belum pernah ada suatu gereja pun dibangun sebesar itu.

¬Maka Abrahah membangun sebuah gereja yang sangat besar di kota San¦a,
bangunannya tinggi sekali lagi dipenuhi dengan berbagai ukiran dan pahatan;
orang-orang Arab menamainya Al-Qulais. Disebut demikian karena
bangunannya tinggi sekali, hingga membuat qalansuwah (peci) orang yang
memandangnya hampir saja terjatuh dari kepalanya, mengingat puncaknya
tinggi sekali.

¬Kemudian Abrahah menginstruksikan kepada Asyram agar memalingkan para


peziarah dari kalangan orang-orang Arab untuk mengunjunginya sebagaimana
Ka¦bah di Mekah dikunjungi mereka. Dan Abrahah memerintahkan kepada
Asyram supaya menyerukan pengumuman ini di seluruh kerajaannya. Maka
orang-orang Arab keturunan ¦Adnan dan Qahtan tidak suka dengan hal
tersebut, dan orang-orang Quraisy sangat marah karenanya, hingga sebagian
dari mereka ada yang bertekad membuat kerusuhan di dalamnya. Dia masuk
dengan diam-diam ke dalamnya di malam hari, lalu menimbulkan peristiwa
yang menggemparkan di dalamnya, setelah itu ia lari pulang ke Hijaz.
¬Ketika para pelayan gereja melihat peristiwa tersebut, mereka melaporkan
kepada rajanya (yaitu Abrahah) dan mengatakan kepadanya bahwa
sesungguhnya yang melakukan peristiwa tersebut tiada lain adalah kaki tangan
orang-orang Quraisy, karena mereka marah dan tidak suka dengan adanya
gereja ini yang dianggap menyaingi kepunyaan mereka. Maka Abrahah
bersumpah bahwa dirinya benar-benar akan menuju ke Ka¦bah di Mekah dan
benar-benar akan menghancurkannya batu demi batu hingga rata dengan
tanah.

¬Muqatil ibnu Sulaiman menyebutkan bahwa ada seorang pemuda dari


kalangan Quraisy memasuki gereja besar di Yaman itu, lalu ia membakarnya,
sedangkan di hari itu cuaca sangat panas, maka dengan mudahnya gereja itu
terbakar hingga ambruk. Karena peristiwa itulah Abrahah bersiap-siap
menghimpun bala tentaranya dalam jumlah yang sangat besar. Lalu ia
berangkat dengan pasukannya itu dengan maksud agar tiada seorang pun yang
dapat menghalang-halangi niatnya. Selain dari itu ia membawa seekor gajah
yang besarnya tak terperikan, diberi nama Mahmud; gajah tersebut sengaja
dikirim oleh Raja Najasyi kepadanya untuk tujuan tersebut. Bahkan menurut
pendapat lain, selain gajah Mahmud itu ada delapan gajah lainnya; dan
menurut pendapat yang lainnya lagi dua belas ekor gajah; hanya Allah-lah Yang
Maha Mengetahui.

¬Gajah tersebut akan dijadikan sebagai sarana untuk merobohkan Ka¦bah,


misalnya mengikat semua sisi Ka¦bah dengan rantai, lalu mengikatkannya pada
leher gajah, maka gajah akan menariknya dan tembok Ka¦bah akan runtuh
sekaligus dalam waktu yang singkat.

¬Ketika orang-orang Arab mendengar keberangkatan Abrahah dengan


pasukannya yang bergajah itu, maka mereka merasakan adanya bahaya yang
amat besar akan menimpa diri mereka. Dan mereka merasakan bahwa sudah
merupakan keharusan bagi mereka membela Bait mereka dan mengusir orang-
orang yang bermaksud jahat terhadapnya.

¬Maka bangkitlah seorang lelaki dari kalangan penduduk Yaman yang


terhormat dan terbilang sebagai pemimpin mereka untuk mengadakan
perlawanan terhadap Abrahah. Orang tersebut bernama Zu Nafar, maka ia
menyerukan kepada kaumnya dan orang-orang Arab lainnya untuk memerangi
Abrahah dan berjihad melawannya demi membela Baitullah, karena Abrahah
bermaksud akan merobohkannya dan meratakannya dengan tanah.

¬Seruannya itu mendapat sambutan yang hangat dari mereka, lalu mereka
berperang melawan Abrahah dipimpin oleh Zu Nafar, tetapi pada akhirnya Zu
Nafar kalah. Ini tiada lain karena kehendak Allah‫ ﷻ‬yang bertujuan akan
memuliakan Baitullah dan mengagungkannya. Zu Nafar ditawan, tetapi
Abrahah memaafkannya dan membawanya pergi bersama ke Mekah.

¬Dan ketika perjalanan Abrahah sampai di tanah orang-orang Khas¦am, ia


dihalangi oleh Nufail ibnu Habib Al-Khas¦ami bersama kaumnya, yang
memeranginya selama dua bulan. Tetapi pada akhirnya Abrahah berhasil
mengalahkan mereka dan menawan Nufail ibnu Habib; pada mulanya Abrahah
bermaksud membunuhnya, kemudian ia memaafkannya dan membawanya
serta ke Mekah sebagai penunjuk jalannya di negeri Hijaz.

¬Ketika perjalanan Abrahah sampai di dekat Taif, maka para penduduk Taif
datang menyambutnya dan bersikap diplomatis dengannya karena takut
dengan rumah peribadatan mereka yang mereka beri nama Al-Lata, karenanya
Abrahah menghormati mereka. Dan mereka mengirimkan Abu Rigal untuk
pergi bersamanya sebagai penunjuk jalan.
¬Ketika perjalanan Abrahah sampai di Al-Magmas -yaitu di suatu tempat yang
terletak tidak jauh dari Mekkah- ia turun beristirahat, sedangkan bala
tentaranya merampas semua ternak penduduk Mekah dan sekitarnya atas
perintah Abrahah sendiri. Dan di antara ternak unta yang dirampas terdapat
dua ratus ekor unta milik Abdul Muttalib. Dan tersebutlah orang yang diserahi
oleh Abrahah untuk memimpin perampasan ternak itu adalah komandan
pasukan terdepannya yang dikenal dengan nama Al-Aswad ibnu Maqsud, lalu
ia dikecam oleh sebagian bangsa Arab melalui bait-bait syairnya, menurut apa
yang diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq.

¬Abrahah mengirimkan Hannatah Al-Himyari ke Mekah dan memerintahkan


kepadanya supaya kembali membawa orang Quraisy yang paling terhormat.
Dan Abrahah menyampaikan kepadanya bahwa dia datang bukan untuk
memerangi kamu, terkecuali jika kamu menghalang-halanginya dari Baitullah.
Maka datanglah Hannatah ke Mekah, lalu ditunjukkan kepadanya rumah Abdul
Muttalib ibnu Hasyim, lalu ia menyampaikan kepadanya apa yang dikatakan
oleh Abrahah. Maka Abdul Muttalib mengatakan kepadanya, ¤Demi Allah,
kami tidak berniat untuk memeranginya, juga kami tidak mempunyai kekuatan
untuk itu. Ini adalah Baitullah yang disucikan dan merupakan bait (rumah)
kekasih-Nya, yaitu Ibrahim. Maka jika Dia mempertahankannya, sudah wajar
karena ia adalah rumah-Nya yang disucikan. Dan jika Dia membiarkan antara
bait-Nya. dan Abrahah, maka tiada kemampuan bagi kami untuk
mempertahankannya.‡

¬Hannatah berkata kepada Abdul Muttalib, ¤Kalau begitu, marilah engkau


pergi bersamaku untuk menemuinya.‡ Maka Abdul Muttalib berangkat
bersama Hannatah. Dan ketika Abrahah melihat Abdul Muttalib, ia terkejut
melihat penampilan Abdul Muttalib yang tinggi lagi berwibawa dan tampan.
Maka ia menghormatinya, dan ia turun dari singgasananya, lalu duduk
bersama Abdul Muttalib di hamparan permadani.
¬Abrahah berkata kepada juru terjemahnya untuk mengatakan kepada Abdul
Muttalib mengenai keperluannya hingga datang menghadap kepadanya. Abdul
Muttalib berkata kepada juru terjemah Abrahah, ¤Sesungguhnya aku datang
untuk keperluanku sendiri, yaitu sudilah kiranya sang raja (Abrahah)
menyerahkan kepadanya dua ratus ekor unta miliknya yang telah
dirampasnya.‡

¬Abrahah terkejut dan mengatakan kepada juru terjemahnya bahwa


katakanlah kepadanya, ¤Sesungguhnya pada mulanya ketika aku melihatmu,
aku merasa kagum dengan penampilan dan wibawamu. Tetapi setelah engkau
berbicara kepadaku, kesanku menjadi sebaliknya; apakah engkau berbicara
kepadaku hanya mengenai dua ratus ekor unta yang telah kurampas darimu?
Sedangkan engkau meninggalkan bait-mu yang merupakan agamamu dan
agama nenek moyangmu, padahal aku datang untuk merobohkannya, lalu
mengapa engkau tidak berbicara kepadaku mengenainya?‡

¬Abdul Muttalib menjawab, ¤Sesungguhnya aku adalah pemilik unta itu dan
sesungguhnya bait itu mempunyai Pemiliknya sendiri yang akan membelanya.‡
Abrahah berkata, ¤Dia tidak akan dapat mencegahku dari merobohkannya.‡
Abdul Muttalib berkata, ¤¦Kalau begitu, terserah Anda.‡

¬Menurut suatu pendapat, sesungguhnya bersama Abdul Muttalib terdapat


segolongan orang-orang terhormat dari kalangan orang-orang Arab. Mereka
menawarkan kepada Abrahah sepertiga dari harta Tihamah dengan syarat
Abrahah mengurungkan niatnya dari menghancurkan Ka¦bah. Tetapi Abrahah
menolak tawaran mereka dan mengembalikan kepada Abdul Muttalib dua
ratus ekor untanya.

¬Abdul Muttalib kembali ke Mekah dan menemui orang-orang Quraisy, lalu


memerintahkan kepada mereka agar keluar dari Mekah dan berlindung di atas
puncak-puncak bukitnya karena takut akan serangan bala tentara Abrahah.
Setelah itu Abdul Muttalib pergi ke Ka¦bah dan memegang pegangan pintu
Ka¦bah, sedangkan di belakangnya ikut beberapa orang dari kaum Quraisy.
Mereka semuanya berdoa kepada Allah dan memohoh pertolongan kepada-
Nya dari serangan Abrahah dan bala tentaranya.

¬Abdul Muttalib dalam doanya itu mengatakan seraya memegang pegangan


pintu Ka¦bah:

¤Ya Allah, sesungguhnya seseorang itu diharuskan membela ternak unta


miliknya, maka belalah kepemilikan-Mu. Janganlah sekali-kali Engkau biarkan
salib dan kekuasaan mereka selamanya menang atas tempat-Mu ini.‡

¬Setelah itu Abdul Muttalib melepaskan pegangan pintu Ka¦bah, lalu ia


bersama orang-orang Quraisy lainnya keluar menuju ke daerah perbukitan,
berlindungdi puncak-puncaknya. Demikianlah menurut Ibnu Ishaq.

¬Muqatil ibnu Sulaiman menyebutkan bahwa mereka meninggalkan di dekat


Baitullah seratus ekor unta budnah yang telah dikalungi (untuk dikurbankan),
dengan tujuan mudah-mudahan sebagian tentara Abrahah ada yang berani
mengganggunya dan menyembelih sebagiannya tanpa hak, maka akibatnya
Allah akan menghukum mereka.

¬Dan pada pagi harinya Abrahah bersiap-siap untuk memasuki kota Mekah,
lalu menyiapkan gajahnya yang diberi nama Mahmud dan ia menyiapkan pula
bala tentaranya. Setelah semuanya siap, maka mereka mengarahkan gajahnya
menuju ke arah Mekah, tetapi sebelum itu Nufail ibnu Habib datang dan
berdiri di dekat gajah, lalu berkata, ¤Hai Mahmud, duduklah kamu dan
kembalilah dengan penuh kesadaran menuju ke tempat asal kedatanganmu,
karena sesungguhnya engkau berada di negeri Allah yang disucikan,‡ setelah
itu melepaskan telinga gajah Mahmud, yang dipeganginya saat ia
membisikinya.

¬Maka gajah itu duduk, dan Nufail lari dengan kencangnya menuju ke daerah
perbukitan dan berlindung di puncaknya. Mereka memukuli gajah itu supaya
berdiri, akan tetapi gajah itu membangkang dan tidak mau berdiri. Lalu mereka
memukul kepalanya dengan palu agar bangkit, dan mereka masukkan tongkat
mereka ke bagian lubang telinganya, menariknya dengan tujuan agar mau
berdiri, tetapi gajah itu tetap menolak. Kemudian mereka mengarahkannya ke
negeri Yaman, dan ternyata tanpa sulit gajah itu bangkit dengan sendirinya,
lalu berlari kecil menuju ke arah itu. Kemudian mereka mencoba untuk
mengarahkannya ke negeri Syam, dan gajah itu menuruti perintahnya; mereka
coba mengarahkannya ke timur, maka gajah itu mengikuti perintah. Tetapi bila
diarahkan ke Mekah, gajah itu diam dan duduk.

¬Dan Allah mengirimkan kepada mereka sejumlah besar burung dari arah laut
yang bentuknya seperti burung walet dan burung balsan; tiap-tiap ekor
membawa tiga buah batu. Satu diparuhnya dan yang dua dipegang oleh
masing-masing dari kedua kakinya; batu itu sebesar kacang humsh dan kacang
¦adas. Tiada seorang pun dari mereka yang terkena batu itu melainkan pasti
binasa, tetapi tidak seluruhnya terkena batu itu.

¬Akhirnya mereka melarikan diri dan lari tunggang langgang ke arah semula
mereka datang seraya mencari Nufail ibnu Habib untuk menunjukkan kepada
mereka jalan pulangnya. Sedangkan Nufail berada di atas bukit bersama orang-
orang Quraisy dan orang-orang Arab Hijaz lainnya, menyaksikan apa yang
ditimpakan oleh Allah‫ ﷻ‬kepada tentara bergajah itu sebagai azab dari-Nya.
Dan ketika menyaksikan pemandangan itu Nufail berkata, ¤Ke manakah
tempat untuk berlari dari kejaran Tuhan yang mengejar; Asyram kalah dan
tidak menang.‡
¬Al-Waqidi meriwayatkan berikut sanadnya, bahwa mereka bersiap-siap untuk
memasuki Mekah dan gajahnya telah mereka persiapkan pula, tetapi manakala
mereka mengarahkannya ke salah satu tujuan dari tujuan yang lain, maka
gajah itu mau bergerak. Dan jika mereka arahkan gajahnya menuju ke kota suci
Mekah, tiba-tiba ia duduk dan mengeluarkan suaranya (menolak). Lalu
Abrahah memaksa pawang gajah dan membentaknya, bahkan memukulinya
supaya ia memaksa gajah agar mau masuk ke kota Mekah; mereka memakan
waktu yang cukup lama untuk itu.

¬Sedangkan Abdul Muttalib dan segolongan orang dari para pemuka penduduk
Mekah -antara lain Mut¦im ibnu Adiy, Amr ibnu Aid ibnu Imran ibnu Makhzum,
dan Mas¦ud ibnu Amr As-Saqafi- berada di Gua Hira menyaksikan apa yang
dilakukan oleh tentara Habsyah itu, dan apa yang dialami mereka dengan
gajahnya yang membangkang itu; kisahnya sangat ajaib dan aneh.

¬Ketika mereka sedang dalam keadaan demikian, tiba-tiba Allah mengirimkan


kepada tentara habsyah yang bergajah itu burung Ababil, gelombang demi
gelombang yang warna bulunya kuning, lebih kecil daripada merpati,
sedangkan kakinya berwarna merah; tiap-tiap burung membawa tiga buah
batu kerikil. Lalu iringan burung-burung itu tiba dan berputar di atas mereka,
kemudian menimpakan batu-batu itu kepada mereka hingga mereka binasa.

¬Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa tentara Habsyah datang dengan


membawa dua ekor gajah; adapun gajah Mahmud hanya mendekam dan tidak
mau bangkit, sedangkan gajah lainnya memberanikan dirinya dan akhirnya ia
terkena batu itu.

¬Wahb ibnu Munabbih mengatakan bahwa mereka membawa banyak gajah,


sedangkan gajah Mahmud adalah kendaraan raja mereka, Mahmud
mendekam dengan tujuan agar gajah lainnya mengikuti jejaknya. Dan ternyata
di antara kumpulan gajah yang mereka bawa ada seekor gajah yang
memberanikan dirinya melangkah, maka ia tertimpa batu dan binasa hingga
gajah lainnya kabur melarikan diri.

¬Ata ibnu Yasar dan lain-lainnya mengatakan bahwa tentara bergajah itu tidak
semuanya binasa oleh azab seketika itu juga, bahkan di antara mereka ada
yang segera mati, dan di antaranya ada yang tubuhnya rontok anggota demi
anggota dalam pelariannya, yang pada akhirnya binasa juga. Sedangkan
Abrahah termasuk dari mereka yang tubuhnya rontok anggota demi anggota,
hingga akhirnya mati di tanah orang-orang Khas¦am.

¬Ibnu Ishaq mengatakan bahwa lalu mereka melarikan diri, sedangkan anggota
tubuh mereka rontok satu demi satu, dan di setiap jalan mereka mati
bergelimpangan. Sedangkan Abrahah, tubuhnya terkena oleh batu itu, lalu
mereka membawanya lari bersama mereka, dan tubuhnya rontok sedikit demi
sedikit, hingga sampailah mereka bersamanya di San¦a, sedangkan keadaan
Abrahah seperti anak burung yang baru menetas. Dan Abrahah masih belum
mati kecuali setelah dadanya terbelah dan jantungnya keluar; demikianlah
menurut sahibul hikayat.

¬Muqatil ibnu Sulaiman menceritakan bahwa orang-orang Quraisy


memperoleh harta yang banyak dari jarahan harta benda pasukan Abrahah itu,
sehingga disebutkan bahwa pada hari itu Abdul Muttalib mendapat emas yang
jumlahnya dapat memenuhi suatu galian sumur.

¬Ibnu Ishaq mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ya¦kub ibnu Utbah


yang menceritakan kepadanya bahwa penyakit cacar dan lepra di tanah Arab
mula-mula terjadi pada tahun itu. Dan bahwa pahitnya buah harmal, hanzal,
dan ¦usr dirasakan sejak tahun itu. Hal yang sama telah diriwayatkan dari
Ikrimah melalui jalur yang jayyid.
¬Ibnu Ishaq mengatakan bahwa ketika Allah‫ ﷻ‬berkehendak mengutus Nabi
Muhammad‫ﷺ‬, maka termasuk di antara karunia dan nikmat yang
dilimpahkan-Nya kepada kaum Quraisy ialah terusirnya tentara Habsyah dari
mereka, demi menjaga tetapnya kekuasaan dan masa keemasan mereka
(Quraisy). Untuk itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:

Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak


terhadap tentara bergajah? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka
(untuk menghancurkan Ka¦bah) itu sia-sia? Dan Dia mengirimkan kepada
mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan
batu (berasal) dari tanah yang terbakar, lalu Dia menjadikan mereka seperti
daun-daunyang dimakan ulat. (Al-Fil, [105:1] sampai [105:5])

Dan juga firman-Nya:

Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka bepergian


pada musim dingin dan musim panas. Maka hendaklah mereka menyembah
Tuhan Pemilik rumah ini (Ka¦bah). Yang telah memberi makanan kepada
mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.
(Quraisy, [106:1] sampai [106:4])

Yakni agar tiada sesuatu pun yang mengubah keadaan mereka dari
kebiasaannya, yang hal tersebut tiada lain karena Allah berkehendak baik
terhadap mereka, sekiranya mereka mensyukurinya.

Di  dalam   kitab  Sahihain  disebutkan   bahwa  Rasulullah‫    ﷺ‬bersabda    di    hari    
jatuhnya    kota  Mekah:

‫هّٰللا‬
ِ ْ‫ت حُرْ َم ُت َها ْال َي ْو َم َكحُرْ َم ِت َها ِبااْل َم‬
‫س‬ ْ َ‫ْس َعنْ َم َّك َة ْالفِ ْي َل َو َسلَّ َط َعلَ ْي َها َرس ُْولَ ٗه َو ْالمُْؤ ِم ِني َْن َو ِا َّن ٗه َق ْد َعاد‬ َ ‫اِنَّ َ َحب‬
َ ‫اَاَل َف ْل ُي َبلِّ ْغ ال َّشا ِه ُد ْال َغ‬
‫اِئب‬
¤Sesungguhnya   Allah   telah   menahan   pasukan  bergajah     dari     Mekah,     dan
    menguasakannya  kepada  Rasul- Nya  dan  orang- orang  mukmin,  dan             
sesungguhnya             kini            telah              kembali kesuciannya     pada   hari    ini   juga,   
sebagaimana kesuciannya    di       waktu    sebelumnya.    Ingatlah, hendaklah
orang yang hadir menyampaikannya kepada orang yang tidak hadir.‡

Anda mungkin juga menyukai