Anda di halaman 1dari 13

KISAH LUQMAN AL HAKIM

Ulama       salaf       berselisih       pendapat      tentang Luqman,       apakah      dia        


seorang       nabi      ataukah seorang  hamba    yang    saleh  saja  tanpa  predikat
nabi?           Ada           dua            pendapat            mengenainya; kebanyakan        ulama       
mengatakan        bahwa       dia  adalah       seorang        hamba       yang        saleh,        
bukan seorang nabi.

Sufyan As- Sauri  telah meriwayatkan  dari   Al- Asy¦as,       dari       Ikrimah,      dari      
Ibnu      Abbas       yang mengatakan     bahwa      Luqman      adalah      seorang budak 
     dari       negeri      Habsyah      (Abesenia)      dan seorang tukang kayu.

Qatadah     telah   meriwayatkan   dari   Abdullah  ibnuz   Zubair yang mengatakan


bahwa  ia pernah bertanya   kepada    Jabir   ibnu   Abdullah,      Sampai 
seberapakah  pengetahuanmu tentang Luqman? Jabir  ibnu  Abdullah    
menjawab,  bahwa    Luqman adalah     seorang       yang     berperawakan     pendek,
berhidung    lebar    (tidak    mancung)    berasal    dari  Nubian.

Yahya            ibnu               Sa¦id             Al- Ansari             telah meriwayatkan     dari   Sa¦id   


ibnul     Musayyab   yang mengatakan  bahwa  Luqman berasal dari daerah
pedalaman   Mesir    (berkulit   hitam)   dan     berbibir tebal.     Allah    telah     
memberinya     hikmah,    tetapi  tidak diberi kenabian.

Firman Allah‫ﷻ‬:

‫َولَ َق ْد ٰا َت ْي َنا لُ ْق ٰم َن ْالح ِْك َم َة‬

Dan   sesungguhnya  telah    Kami  berikan   hikmah  kepada Luqman. (Luqman,


[31:12])

Yakni pemahaman, ilmu, dan ungkapan.

‫اَن ا ْش ُكرْ هّٰلِل‬


ِ ِ
yaitu,        Bersyukurlah       kepada       Allah.      (Luqman, [31:12])

Kami               perintahkan                kepadanya                untuk bersyukur kepada    Allah atas


apa   yang telah   Dia anugerahkan       kepadanya       berupa       keutamaan  yang 
secara khusus hanya diberikan kepadanya, bukan         kepada         orang         lain         
yang         sezaman  dengannya.

ٖ‫َو َمنْ َّي ْش ُكرْ َف ِا َّن َما َي ْش ُك ُر لِ َن ْفسِ ه‬

Dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), maka  sesungguhnya  ia   
bersyukur  untuk   dirinya sendiri. (Luqman, [31:12])

Artinya,  sesungguhnya manfaat  dan pahala   dari bersyukur   itu   kembali    


kepada   para    pelakunya,  karena ada firman Allah‫ ﷻ‬yang menyebutkan:

‫صالِحً ا َفاِل َ ْنفُسِ ِه ْم َي ْم َه ُد ْو َن‬


َ ‫َو َمنْ َع ِم َل‬

dan      barang    siapa    yang     beramal     saleh,    maka untuk diri mereka sendirilah
mereka menyiapkan (tempat         yang         menyenangkan).         (Ar- Rum,  [30:44])

Adapun firman Allah‫ﷻ‬:

‫َو َمنْ َك َف َر َفاِنَّ هّٰللا َ َغنِيٌّ َح ِم ْي ٌد‬

dan    barang   siapa   yang   tidak    bersyukur,   maka  sesungguhnya Allah


Mahakaya lagi Maha Terpuji. (Luqman, [31:12])

Yaitu      Mahakaya,        tidak      memerlukan       hamba- hamba- Nya.    Dia     tidak    


kekurangan,   walaupun mereka  tidak  mensyukuri   nikmat- nikmat- Nya.
Seandainya        semua        penduduk         bumi        ingkar  kepada     nikmat- Nya,   
maka   sesungguhnya    Dia Mahakaya     dari     selain- Nya,     tidak     ada     Tuhan  
selain    Dia,    dan    kami    tidak    menyembah    selain  hanya kepada- Nya.
Allah‫             ﷻ‬menceritakan           tentang           nasihat Luqman    kepada  anaknya.    
Luqman   adalah  anak Anqa ibnu Sadun, dan nama anaknya ialah Saran,
menurut suatu pendapat yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi.

Allah‫  ﷻ‬menyebutkan kisah   Luqman  dengan sebutan             yang             baik,            


bahwa            Dia             telah  menganugerahinya            hikmah;            dan            Luqman  
menasihati       anaknya       yang        merupakan        buah hatinya,      maka      wajarlah  
     bila      ia      memberikan   kepada   orang    yang    paling   dikasihinya   sesuatu
yang paling utama dari pengetahuannya. Karena itulah   hal   pertama    yang     
dia    pesankan   kepada anaknya   ialah   hendaknya     ia   menyembah    Allah
semata,     jangan   mempersekutukannya   dengan  sesuatu                         pun.                          
Kemudian                          Luqman memperingatkan anaknya, bahwa:

ُ َ‫ك ل‬
‫ظ ْل ٌم عَظِ ْي ٌم‬ َ ْ‫اِنَّ ال ِّشر‬

sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah  benar- benar    kezaliman   


yang    besar.   (Luqman, [31:13])

Yakni perbuatan mempersekutukan Allah adalah   perbuatan aniaya yang paling


besar.

Imam                   Bukhari                   mengatakan,                    telah  menceritakan       kepada       


kami       Qutaibah,       telah  menceritakan kepada kami Jarir,  dari Al- A¦masy, dari
  Ibrahim,   dari   Alqamah,   dari   Abdullah   yang  menceritakan  bahwa   ketika  
diturunkan  firman- Nya:     Orang- orang     yang     beriman     dan     tidak  
mencampuradukkan         iman         mereka           dengan  kezaliman     (syirik).     (Al- 
An¦am,     [6:82])     Hal     itu  terasa         berat            bagi          para         sahabat         Nabi‫ﷺ‬
Karenanya   mereka   berkata,  Siapakah  di   antara  kita    yang    tidak    
mencampuri    imannya    dengan  perbuatan        zalim       (dosa).        Maka       
Rasulullah‫ ﷺ‬bersabda,        Bukan        demikian        yang        dimaksud  dengan           
zalim.        Tidakkah        kamu         mendengar ucapan    Luqman:    Hai    anakku,    
janganlah    kamu  mempersekutukan                    Allah,                   sesungguhnya 
mempersekutukan   (Allah)   adalah   benar- benar  kezaliman yang besar.
(Luqman, [31:13])

Kemudian sesudah   menasihati anaknya  agar menyembah   Allah   semata.   


Luqman   menasihati  pula   anaknya   agar   berbakti   kepada   dua   orang  ibu dan
bapak. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan    oleh   firman- Nya     dalam
  ayat   yang lain, yaitu:

ِ ‫ك اَاَّل َتعْ ُب ُد ْٓوا ِآاَّل ِايَّاهُ َو ِب ْال َوالِ َدي‬


‫ْن اِحْ ٰس ًنا‬ ٰ ‫َو َق‬
َ ‫ضى َر ُّب‬

Dan      Tuhanmu      telah        memerintahkan      supaya kamu        jangan        


menyembah        selain          Dia         dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu
bapakmu dengan sebaik- baiknya. (Al- Isra, [17:23])

Di  dalam  Al- Qur¦an  sering  sekali  disebutkan  secara                 bergandengan                


antara                 perintah menyembah  Allah    semata  dan  berbakti  kepada kedua
orang tua. Dan    dalam surat ini disebutkan oleh firman- Nya:

‫ان ِب َوالِ َد ْي ِه َح َملَ ْت ُه اُم ُّٗه َوهْ ًنا َع ٰلى َوهْ ٍن‬
َ ‫ص ْي َنا ااْل ِ ْن َس‬
َّ ‫َو َو‬

Dan Kami perintahkan kepada  manusia (berbuat baik)    kepada   dua   orang   
ibu    bapaknya;    ibunya telah     mengandungnya     dalam     keadaan     lemah  yang
bertambah- tambah. (Luqman, [31:14])

Firman Allah‫ﷻ‬:

ِ ‫ِصالُ ٗه فِيْ َعا َمي‬


‫ْن‬ َ ‫َوف‬

dan   menyapihnya   dalam    dua   tahun.    (Luqman, [31:14])

Yakni       mengasuh         dan        menyusuinya        setelah melahirkan      selama      dua


     tahun,      seperti      yang  disebutkan dalam ayat lain melalui firman- Nya:

‫اع َة‬
َ ‫ض‬ ِ ‫ْن َكا ِملَي‬
َ َّ‫ْن لِ َمنْ اَ َرا َد اَنْ ُّي ِت َّم الر‬ ُ ‫َو ْال َوال ِٰد‬
ِ ‫ت يُرْ ضِ عْ َن اَ ْواَل َدهُنَّ َح ْولَي‬
Para  ibu hendaklah  menyusukan  anak- anaknya selama  dua  tahun    penuh,   
yaitu  bagi  yang  ingin  menyempurnakan       penyusuan.       (Al- Baqarah, [2:233]),
hingga akhir ayat.
Berangkat dari pengertian ayat ini Ibnu Abbas dan    para    imam    lainnya    
menyimpulkan    bahwa  masa  penyusuan   yang  paling  minim   ialah  enam
bulan, karena dalam ayat lain Allah‫ ﷻ‬berfirman:

‫ِصلُ ٗه َث ٰل ُث ْو َن َشهْرً ا‬
ٰ ‫َو َح ْملُ ٗه َوف‬

Mengandungnya    sampai    menyapihnya    adalah  tiga puluh bulan. (Al- Ahqaf,


[46:15])

Dan      sesungguhnya      Allah‫      ﷻ‬menyebutkan  jerih      payah         ibu      dan        


penderitaannya      dalam mendidik          dan           mengasuh            anaknya,          yang 
karenanya ia selalu berjaga  sepanjang   siang dan malamnya. Hal itu tiada  lain
untuk mengingatkan anak        akan        kebaikan        ibunya        terhadap        dia.

Karena itulah  dalam  surat ini disebutkan  oleh firman- Nya:

‫ك ِالَيَّ ْالمَصِ ْي ُر‬


َ ‫اَ ِن ا ْش ُكرْ لِيْ َول َِوالِ َد ْي‬

Bersyukurlah kepada- Ku dan  kepada dua  orang ibu  bapakmu,  hanya  kepada- 
Kulah  kembalimu.  (Luqman, [31:14])

Yakni  sesungguhnya Aku  akan membalasmu bila kamu bersyukur dengan


pahala yang berlimpah.

Firman Allah‫ﷻ‬:

ٓ
‫ك ِبهٖ عِ ْل ٌم َفاَل ُتطِ عْ ُه َما‬
َ َ‫ْس ل‬ َ ‫ك َع ٰلى اَنْ ُت ْش ِر‬
َ ‫ك ِبيْ َما لَي‬ َ ‫َواِنْ َجا َه ٰد‬

Dan              jika             keduanya            memaksamu            untuk mempersekutukan    


dengan    Aku      sesuatu     yang tidak       ada     pengetahuanmu    tentang    itu,    
maka janganlah  kamu   mengikuti   keduanya.  (Luqman, [31:15])

Jika  keduanya  menginginkan  dirimu  dengan  sangat   agar   kamu   mengikuti   


agama   keduanya  (selain    Islam),    janganlah    kamu    mau    menerima  
ajakannya,         tetapi        janganlah        sikapmu          yang menentang dalam hal 
tersebut  menghambatmu  untuk  berbuat   baik  kepada  kedua  orang   tuamu
selama di dunia.

َّ‫اب ِالَي‬
َ ‫َوا َّت ِبعْ َس ِب ْي َل َمنْ اَ َن‬

dan   ikutilah   jalan    orang   yang  kembali   kepada- Ku. (Luqman, [31:15])

Yaitu jalannya orang- orang yang beriman.

‫ُث َّم ِالَيَّ َمرْ ِج ُع ُك ْم َفا ُ َن ِّبُئ ُك ْم ِب َما ُك ْن ُت ْم َتعْ َملُ ْو َن‬

kemudian       hanya       kepada- Kulah      kembalimu, maka     Kuberitakan    


kepadamu    apa     yang      telah kamu kerjakan. (Luqman, [31:15])

Sa¦d   ibnu Malik pernah   mengatakan       bahwa      ayat       berikut      diturunkan


berkenaan   dengannya,   yaitu   firman- Nya:   Dan  jika                         keduanya                       
memaksamu                       untuk mempersekutukan    dengan      Aku    sesuatu    yang 
tidak     ada    pengetahuanmu    tentang     itu,      maka janganlah   kamu   mengikuti
 keduanya.  (Luqman, [31:15]),     hingga     akhir      ayat.       Bahwa     ia     adalah 
seorang  yang berbakti  kepada  ibunya.  Ketika ia   masuk      Islam,     ibunya     
berkata     kepadanya,    Hai Sa¦d, mengapa engkau berubah pendirian? Kamu
harus   tinggalkan  agama  barumu  itu  (Islam) atau aku  tidak  akan  makan    dan  
minum   hingga    mati, maka    kamu  akan  dicela     karena   apa  yang  telah
kulakukan           itu,           dan            orang- orang            akan menyerumu    dengan   
panggilan,   ¦Hai  pembunuh ibunya! ¦.   Maka   aku   menjawab,    Jangan   engkau  
lakukan  itu,   Ibu, karena sesungguhnya   aku tidak bakal   meninggalkan    
agamaku    karena     sesuatu. Maka ibuku tinggal selama sehari semalam tanpa
mau     makan,  dan  pada  pagi  harinya  ia  kelihatan lemas.    Lalu    ibuku    tinggal
   sehari    semalam    lagi  tanpa      makan,      kemudian         pada      pagi      harinya
kelihatan      bertambah       lemas       lagi.      Dan        ibuku tinggal   sehari     semalam     
lagi   tanpa   makan,    lalu pada    pagi    harinya     ia    kelihatan     sangat    lemah.
Setelah     kulihat     keadaan     demikian,     maka     aku  berkata,    Hai    ibu,    perlu     
engkau      ketahui,     demi Allah,    seandainya    engkau    mempunyai    seratus  
jiwa,     lalu     satu     persatu     keluar        dari     tubuhmu, niscaya  aku    tidak  akan   
meninggalkan  agamaku karena       sesuatu.     Dan     jika     engkau     tidak     ingin
makan, silakan tidak usah makan; dan jika engkau ingin  makan  silakan  makan  
saja,  Akhirnya    ibuku mau makan.

Inilah              nasihat- nasihat              yang              besar  manfaatnya,    dikisahkan    oleh    


Allah‫    ﷻ‬dari    apa  yang    diwasiatkan     oleh   Luqman,   agar     manusia
mencontohinya   dan   mengikuti   jejaknya.   Untuk  itu Allah‫ ﷻ‬menyitir
perkataan Luqman:

‫ك م ِْث َقا َل َح َّب ٍة مِّنْ َخرْ د ٍَل‬


ُ ‫ٰي ُب َنيَّ ِا َّن َهٓا اِنْ َت‬

Hai     Anakku,      sesungguhnya    jika    ada     (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi.
(Luqman, [31:16])

Yakni sesungguhnya perbuatan aniaya atau dosa sekecil     apa      pun,       misalnya
    sebesar     biji     sawi.

Firman Allah‫ﷻ‬:

‫ت بها هّٰللا‬
ُ َ ِ ِ ‫َيْأ‬

niscaya                Allah                akan                 mendatangkannya   (membalasinya). (Luqman,


[31:16])

Artinya,  Allah  pasti   menghadirkannya  pada  hari  kiamat     di     saat     neraca     
amal     perbuatan     telah  dipasang        dan         pembalasan       amal       perbuatan
ditunaikan.    Jika amal perbuatan seseorang baik, maka  balasannya   baik;  dan   
jika  amal  perbuatan seseorang   buruk,   maka   balasannya  buruk  pula, 
sebagaimana    yang    disebutkan     dalam     firman- Nya:

‫ازي َْن ْالقِسْ َط لِ َي ْو ِم ْالق ِٰي َم ِة َفاَل ُت ْظلَ ُم َن ْفسٌ َش ْيـًٔا‬


ِ ‫ض ُع ْال َم َو‬
َ ‫َو َن‬

Kami    akan    memasang    timbangan    yang    tepat  pada       hari       kiamat,        maka
      tiadalah       dirugikan  seseorang      barang        sedikit      pun.      (Al- Anbiya,
[21:47]), hingga akhir ayat.
Seandainya       zarrah       itu        berada       di        dalam tempat      yang     terlindungi     
dan    tertutup     rapat- yaitu   berada   di    dalam   sebuah  batu  besar,  atau
terbang melayang di angkasa, atau terpendam di dalam    bumi-     sesungguhnya
   Allah    pasti    akan  mendatangkannya    dan    membalasinya.    Karena  
sesungguhnya bagi Allah tiada sesuatu pun yang tersembunyi     barang   sebesar 
  zarrah    pun,   baik  yang   ada   di   langit   maupun    yang   ada     di   bumi. Karena
             itulah              disebutkan              oleh              firman  berikutnya:

ٌ‫اِنَّ هّٰللا َ لَطِ يْف‬

Sesungguhnya          Allah           Mahahalus           (Luqman,  [31:16])

Yakni   Mahahalus   pengetahuannya.     Maka   tiada segala    sesuatu    yang     


tersembunyi      bagi- Nya,  sekalipun sangat kecil dan sangat lembut.

‫َخ ِب ْي ٌر‬

lagi Maha Mengetahui. (Luqman, [31:16])

Allah Maha Mengetahui langkah- langkah semut di malam yang gelap gulita.

Kemudian    Luqman    mengatakan    lagi    dalam  nasihat berikutnya:

‫ٰي ُب َنيَّ اَق ِِم الص َّٰلو َة‬

Hai    Anakku,   dirikanlah     salat.    (Luqman,   [31:17])  sesuai       dengan      batasan- 


batasannya,       fardu- fardunya, dan waktu- waktunya.

‫َوْأمُرْ ِب ْال َمعْ ر ُْوفِ َوا ْن َه َع ِن ْال ُم ْن َك ِر‬

dan  suruhlah  (manusia)  mengerjakan  yang  baik  dan     cegahlah     (mereka)     
dari     perbuatan     yang  mungkar.        (Luqman,          [31:17])        sesuai        dengan
kemampuanmu         dan         menurut         kesanggupan kekuatanmu.
‫ك‬ َ َ‫َواصْ ِبرْ َع ٰلى َمٓا ا‬
َ ‫صا َب‬

dan   bersabarlah    terhadap    apa   yang    menimpa kamu. (Luqman, [31:17])

Perlu              kamu              ketahui                 bahwa               dalam mengerjakan      amar      


ma'ruf      dan      nahi      munkar  terhadap       manusia,     pasti     kamu      akan     
beroleh gangguan dan  perlakuan yang  menyakitkan dari mereka.     Karena      
itulah       kamu     harus      bersabar terhadap gangguan mereka. Luqman
menasihati anaknya      untuk      bersabar      dalam      menjalankan  perintah amar
ma’ruf dan nahi munkar itu.

Firman Allah‫ﷻ‬:

َ ِ‫اِنَّ ٰذل‬
‫ك مِنْ َع ْز ِم ااْل ُم ُْو ِر‬

Sesungguhnya  yang demikian  itu termasuk   hal- hal       yang       diwajibkan       


(oleh       Allah).       (Luqman, [31:17])

Sesungguhnya             bersikap             sabar               dalam menghadapi   gangguan   


manusia    benar- benar termasuk hal yang diwajibkan oleh Allah.

Firman Allah‫ﷻ‬:

ِ ‫ك لِل َّن‬
‫اس‬ َ ‫َواَل ُت‬
َ ‫صعِّرْ َخ َّد‬

Dan janganlah  kamu  memalingkan  mukamu dari manusia. (Luqman, [31:18])

Janganlah  kamu  memalingkan  mukamu  saat  berbicara  dengan  orang   lain,  


atau    saat  mereka berbicara   kepadamu,  kamu   lakukan  itu   dengan maksud
        menganggap         mereka         remeh         dan  bersikap sombong  kepada  mereka.
Akan  tetapi,  bersikap lemah lembutlah kamu dan cerahkanlah wajahmu  
dalam  menghadapi  mereka.    Di  dalam   sebuah        hadis       disebutkan      
¤Sekalipun      berupa sikap   yang    ramah    dan   wajah   yang    cerah   saat kamu     
menjumpai      saudaramu.      Dan      janganlah  kamu                  memanjangkan                  
kainmu,                  karena sesungguhnya        cara        berpakaian        seperti        itu  
termasuk sikap sombong yang tidak disukai  oleh Allah.
Firman Allah‫ﷻ‬:

ِ ْ‫ش فِى ااْل َر‬


‫ض َم َرحً ا‬ ِ ‫َواَل َت ْم‬
dan     janganlah     kamu     berjalan       di     muka      bumi dengan angkuh. (Luqman,
[31:18])

Yaitu   dengan   langkah   yang   angkuh,   sombong,  serta           takabur.          


Janganlah          kamu            bersikap demikian,  karena   Allah pasti akan
membencimu. Dalam firman berikutnya disebutkan:

‫هّٰللا‬
ٍ ‫اِنَّ َ اَل ُيحِبُّ ُك َّل م ُْخ َت‬
‫ال َف ُخ ْو ٍر‬

Sesungguhnya      Allah      tidak       menyukai       orang- orang  yang   sombong  lagi   


membanggakan   diri. (Luqman, [31:18])

Yakni orang  yang sombong  dan merasa   bangga dengan  dirinya  terhadap 
orang  lain.

Sabit            ibnu             Qais             Syammas              yang menceritakan bahwa pada suatu


hari disebutkan masalah  takabur  di  hadapan  Rasulullah‫  ﷺ‬Maka  beliau    
memperingatkannya     dengan   keras    dan bersabda:  ¤Sesungguhnya  Allah  
tidak   menyukai  orang- orang                 yang- sombong                  lagi membanggakan    
diri.   Maka   seorang   lelaki    dari kaum   yang    hadir   bertanya,   ¤Demi   Allah,   
wahai  Rasulullah,   sesungguhnya    saya    biasa    mencuci  pakaian   saya    karena 
  saya   suka   dengan    warna putihnya. Saya juga  suka dengan tali sandal  saya
serta    tempat    gantungan     cemeti      saya.    Maka  beliau‫           ﷺ‬menjawab,            
¤Itu           bukan            takabur namanya,          sesungguhnya            yang          dinamakan
takabur   itu ialah  bila kamu meremehkan perkara yang hak dan merendahkan
orang lain.

Firman Allah‫ﷻ‬:

َ ‫َوا ْقصِ ْد فِيْ َم ْش ِي‬


‫ك‬

Dan           sederhanalah           kamu          dalam          berjalan. (Luqman, [31:19])


Maksudnya,   berjalanlah    kamu     dengan    langkah yang   biasa   dan   wajar,   
tidak   terlalu   lambat   dan  tidak    terlalu   cepat,   melainkan     pertengahan     di
antara keduanya.

Firman Allah‫ﷻ‬:

َ ‫ص ْو ِت‬
‫ك‬ ْ ‫َو‬
َ ْ‫اغضُضْ مِن‬

dan lunakkanlah suaramu. (Luqman, [31:19])

Janganlah  kamu berlebihan dalam   bicaramu, jangan    pula    kamu   keraskan   


suaramu   terhadap hal    yang    tidak    ada     faedahnya.      Karena     itulah  disebut
dalam firman berikutnya:

‫ت ْال َح ِمي ِْر‬ ِ ‫اِنَّ اَ ْن َك َر ااْل َصْ َوا‬


َ َ‫ت ل‬
ُ ‫ص ْو‬

Sesungguhnya seburuk- buruk  suara ialah suara keledai. (Luqman, [31:19])

Mujahid  dan  lain- lainnya   yang  bukan   hanya seorang mengatakan,


sesungguhnya suara yang paling buruk ialah suara keledai, yakni suara yang
keras  berlebihan  itu  diserupakan  dengan   suara   keledai      dalam     hal    keras       
dan    nada    tingginya, selain      itu      suara      tersebut      tidak      disukai      oleh  Allah
‫       ﷻ‬Adanya       penyerupaan      dengan      suara keledai      ini     menunjukkan     
bahwa      hal     tersebut diharamkan            dan            sangat            dicela.   

Nabi‫ ﷺ‬yang telah bersabda:

‫اح ال ِّد َي َك ِة َفاسْ اَلُوا هّٰللا َ مِنْ َفضْ لِهٖ َو ِا َذا َسمِعْ ُت ْم َن ِهي َْق ْال َح ِمي ِْر َف َت َع َّو ُذ ْوا ِباهّٰلل ِ م َِن ال َّشي ْٰط ِن َف ِا َّن َها‬
َ ‫ا َِذا َسمِعْ ُت ْم صِ َي‬
‫ت َشي ْٰط ًنا‬ْ َ‫َرا‬

¤Apabila kalian mendengar suara   kokokan ayam  jago, maka mohonlah kepada
Allah sebagian dari karunia- Nya.     Dan     apabila     kalian     mendengar  suara        
lengkingan         keledai,          maka        mohonlah perlindungan  kepada  Allah dari
gangguan setan, karena sesungguhnya keledai itu sedang melihat setan.
Rasulullah‫            ﷺ‬pernah  bercerita           tentang           Luqman           kepada           para  
sahabatnya. Beliau‫ ﷺ‬bersabda:

‫ان َيقُ ْو ُل اِنَّ هّٰللا َ ِا َذا اسْ ُت ْود َِع َش ْيًئ ا َحف َِظ ٗه‬
َ ‫اِنَّ لُ ْق ٰم َن ْال َح ِك ْي َم َك‬

¤Sesungguhnya             Luqmanul             Hakim            pernah mengatakan      bahwa      


sesungguhnya       Allah       itu  apabila dititipi sesuatu pasti Dia pelihara.

Rasulullah‫ ﷺ‬pernah bersabda:

ُ ‫َقا َل لُ ْق ٰم َن اِل ْبنِهٖ َوه َُو َيع‬


ِ ‫ك َوال َّت َق ُّن َع َف ِا َّن ٗه َم ْخ َو َف ٌة ِباللَّي ِْل َم َذم ٌَّة ِبال َّن َه‬
‫ار‬ َ ‫ِظ ٗه َيا ُب َنيَّ ِايَّا‬

Luqmanul  Hakim  berkata  kepada  putranya  saat  ia    menasihatinya,   ¤Hai   


Anakku,  janganlah  kamu meminta- minta               karena               sesungguhnya 
perbuatan   ini    menjadikan   ketakutan    di    malam  hari dan kehinaan di siang
hari.

As- Sari        ibnu         Yahya       yang       mengatakan        bahwa Luqman    pernah    


mengatakan   kepada    anaknya, ¤Hai    Anakku,    sesungguhnya    hikmah    itu    
dapat  menghantarkan     orang- orang     miskin     kepada  kedudukan para raja.

Aun        ibnu Abdullah        yang       mengatakan      bahwa      Luqman  berkata    kepada


  anaknya,   ¤Hai     Anakku,   apabila kamu   mendatangi  tempat    berkumpulnya  
suatu kaum,  maka  lemparkanlah  kepada  mereka  anak  panah   Islam- yakni   
ucapan   salam- ,    kemudian duduklah     di    tempat    mereka.     Janganlah    kamu
berbicara       sebelum     kamu     lihat       mereka     telah  berbicara        semuanya.         
Dan           apabila        mereka membicarakan                tentang               zikrullah,                maka
tangguhkanlah  anak  panahmu  bersama  mereka  (yakni jangan kamu pergi
meninggalkan mereka). Dan     jika     ternyata     mereka     membicarakan     hal  
selain     zikrullah,      maka     beranjaklah      kamu      dari  mereka   dan   
bergabunglah   dengan   kaum   yang  lain.

Rasulullah‫ ﷺ‬pernah bersabda:

ُ‫ لُ ْق َمانُ ْال َح ِك ْي ُم َوال َّن َجاشِ يُّ َو ِباَل ٌل ْال ُمَؤ ِّذن‬:‫ت اَهْ ِل ْال َج َّن ِة‬ َ ‫ا َّت َخ ُذوا الس ُّْود‬
ِ ‫َان َفاِنَّ َثاَل َث ًة ِم ْن ُه ْم َمنْ َسادَا‬
¤Pakailah oleh    kalian orang- orang yang   berkulit hitam, karena sesungguhnya
ada tiga orang dari   kalangan    mereka    yang    menjadi    penghulu    ahli  surga,   
yaitu    Luqmanul  Hakim,    An- Najasyi,  dan  Bilal juru azan.

Wallahu A'lam.

Anda mungkin juga menyukai