Anda di halaman 1dari 7

FISIOLOGI KELENJAR TIROID

Kelenjar tiroid merupakan salah satu organ dari sistem endokrin. Kelenjar tiroid
berfungsi untuk mempertahankan tingkat metabolism di berbagai jaringan agar optimal,
merangsang konsumsi oksigen pada sebagian besar sel ditubuh, mengatur metabolisme lemak
dan karbohidrat, dan penting untuk pertumbuhan dan pematangan normal. Fungsi tiroid diatur
oleh hormon perangsang tiroid (Thyroid Stimulating Hormone = TSH = Tirotropin) dari hipofisis
anterior.
Kelenjar tiroid merupakan organ terbesar dari sistem endokrin. Gangguan organ ini
memberikan manifestasi klinik tersering dibandingkan dengan organ lainnya dari sistem
endokrin.
Fungsi utama hormon tiroid adalah mempertahankan derajat yang lebih tingggi. Kelenjar
tiroid termasuk salah satu alat tubuh yang sensitif dan dapat bereaksi terhadap berbagai rangsang.
Pada masa pubertas, kehamilan, dan stress, kelenjar dapat membesar dan berfungsi lebih
aktif. Fungsi tiroid juga dipengaruhi oleh hipofise. Yodium dari makanan dan minunan
diabsorpsi oleh usus halus bagian atas dan lambung dan kira-kira sepertiga hingga setengahnya
ditangkap oleh kelenjar tiroid, sisanya dikeluarkan melalui urin. Tiroid mempunyai daya yang
kuat untuk menarik yodida secara selektif, kemudian dikonsentrasi.
Yodium yang ditangkap oleh sel tiroid akan diubah menjadi hormon melalui 7 tahap
yaitu: (1) tahap trapping, (2) tahap oksidasi, (3) tahap coupling, (4) tahap penimbunan storage,
(5) tahap deidonasi, (6) tahap proteolisis, (7) tahap pengeluaran hormon dari kelenjar tiroid.
Dalam keadaan fisiologik, trapped iodine akan dioksidasi menjadi bentuk dengan valensi
yang lebih tinggi. Yodium dengan cepat terikat pada tirosin, membentuk MIT (mono-yodo-
tirosin ) dan DIT ( di-yodotirosin ). Dua DIT atau satu MIT dan satu DIT digabung dalam reaksi
oksidatif kedua sehingga terbentuk tiroksin dan T3. Tetapi T3 juga dapat dibuat dengan jalan
deiodinasi thyroxin dalam jaringan non tiroid. Tiroksin dan T3 disimpan dalam folikel tiroid
sebagai tiroglobulin yang pada keadaan fisiologik tidak termasuk dalam sirkulasi darah. Enzim
proteolitik akan menghidrolisis tiroglobulin menjadi MIT, DIT, T3,dan T4.
T4 yang beredar, diproduksi dan diseksresikan secara primer oleh kelenjar tiroid, dan T3 ,
yang kebanyakan berasal dari perubahan T4 menjadi T3 di hati, diikat oleh protein plasma,
sebagian besar ikatan tersebut adalah tiroksin yang berikatan dengan globulin (throxine binding-
globulin, TBG) dan sebagian kecil menjadi tiroksin yang berikatan dengan prealbumin
(thyroxine binding pre-albumin TBPA), dan sebagian kecil lagi hormon yang dalam keadaan
bebas inilah yang secara fisiologis berperan penting, termasuk yang berfungsi dalam proses
umpan balik.
Pada kelenjar tiroid juga didapatkan sel parafolikuler, yang menghasilkan kalsitonin.
Kalsitonin adalah suatu polipeptida yang turut mengatur metabolism kalsium, yaitu menurunkan
kadar kalsium serum, melalui pengaruhnya terhadap tulang.
T3 dan T4 berbeda dalam jumlah total molekul iodium yang terkandung (tiga untuk T3
dan empat untuk T4 ). Sebagian besar (90%) hormon tiroid yang dilepaskan ke dalam darah
adalah T4, tetapi T3 secara fisiologis lebih bermakna. Baik T3 maupun T4 dibawa ke selsel
sasaran mereka oleh suatu protein plasma.

Pembentukan dan Sekresi Hormon Tiroid

Ada 7 tahap, yaitu:
1. Trapping
Proses ini terjadi melalui aktivitas pompa iodida yang terdapat pada bagian basal sel folikel.
Dimana dalam keadaan basal, sel tetap berhubungan dengan pompa Na/K tetapi belum dalam
keadaan aktif. Pompa iodida ini bersifat energy dependent dan membutuhkan ATP. Daya
pemekatan konsentrasi iodida oleh pompa ini dapat mencapai 20-100 kali kadar dalam serum
darah.
Pompa Na/K yang menjadi perantara dalam transport aktif iodide ini dirangsang oleh TSH.
2. Oksidasi
Sebelum iodida dapat digunakan dalam sintesis hormon, iodide tersebut harus dioksidasi
terlebih dahulu menjadi bentuk aktif oleh suatu enzim peroksidase. Bentuk aktif ini adalah
iodium. Iodium ini kemudian akan bergabung dengan residu tirosin membentuk
monoiodotirosin yang telah ada dan terikat pada
molekul tiroglobulin (proses iodinasi). Iodinasi tiroglobulin ini dipengaruhi oleh kadar iodium
dalam plasma. Sehingga makin tinggi kadar iodium intrasel maka akan makin banyak pula
iodium yang terikat sebaliknya makin sedikit iodium di intra sel, iodium yang terikat akan
berkurang sehingga pembentukan T3 akan lebih banyak daripada T4.
3. Coupling
Dalam molekul tiroglobulin, monoiodotirosin (MIT) dan diiodotirosin (DIT) yang terbentuk
dari proses iodinasi akan saling bergandengan (coupling) sehingga akan membentuk
triiodotironin (T3) dan tiroksin (T4). Komponen tiroglobulin beserta tirosin dan iodium ini
disintesis dalam koloid melalui iodinasi dan kondensasi molekul tirosin yang terikat pada
ikatan di dalam tiroglobulin.
Tiroglobulin dibentuk oleh sel-sel tiroid dan dikeluarkan ke dalam koloid melalui proses
eksositosis granula.
4. Penimbunan (storage)
Produk yang telah terbentuk melalui proses coupling tersebut kemudian akan disimpan di
dalam koloid. Tiroglobulin (dimana di dalamnya mengandung T3 dan T4), baru akan
dikeluarkan apabila ada stimulasi TSH.
5. Deiodinasi
Proses coupling yang terjadi juga menyisakan ikatan iodotirosin. Residu ini kemudian akan
mengalami deiodinasi menjadi tiroglobulin dan residu tirosin serta iodida. Deiodinasi ini
dimaksudkan untuk lebih menghemat pemakaian iodium.
6. Proteolisis
TSH yang diproduksi oleh hipofisis anterior akan merangsang pembentukan vesikel yang di
dalamnya mengandung tiroglobulin. Atas pengaruh TSH, lisosom akan mendekati tetes koloid
dan mengaktifkan enzim protease yang menyebabkan pelepasan T3 dan T4 serta deiodinasi
MIT dan DIT.
7. Pengeluaran hormon dari kelenjar tiroid (releasing)
Proses ini dipengaruhi TSH. Hormon tiroid ini melewati membrane basal dan kemudian
ditangkap oleh protein pembawa yang telah tersedia di sirkulasi darah yaitu Thyroid Binding
Protein (TBP) dan Thyroid Binding Pre Albumin (TBPA). Hanya 0,35% dari T4 total dan
0,25% dari T3 total yang berada dalam keadaan bebas. Ikatan T3 dengan TBP kurang kuat
daripada ikatan T4 dengan TBP. Pada keadaan normal kadar T3 dan T4 total menggambarkan
kadar hormon bebas. Namun dalam keadaan tertentu jumlah protein pengikat bisa berubah.
Pada seorang lansia yang mendapatkan kortikosteroid untuk terapi suatu penyakit kronik
cenderung mengalami penurunan kadar T3 dan T4 bebas karena jumlah protein pembawa
yang meningkat. Sebaliknya pada seorang lansia yang menderita pemyakit ginjal dan hati
yang kronik maka kadar protein binding akan berkurang sehingga kadar T3 dan T4 bebas
akan meningkat.
















Efek metabolik hormon tiroid, antara lain:
Kalorigenik dan termoregulasi
Hormon ini penting untuk pertumbuhan saraf otak dan perifer, khususnya 3 tahun
pertama kehidupan. Diduga kelainan endokrin terjadi karena efek ini yang terganggu.
Efek hematopoetik. Kebutuhan oksigen meningkat pada hipertiroid, hal ini menyebabkan
eritropoesis dan produksi eritropoetin meningkat sehingga volume darah tetap tetapi red
cell turn over meningkat
Metabolisme protein, dalam dosis fisiologik kerjanya bersifat anabolik tetapi dalam dosis
besar bersifat katabolik
Metabolisme karbohidrat, bersifat diabetogenik karena resorbsi intestinal meningkat,
cadangan glikogen hati menipis, demikian pula glikogen otot, menipis pada dosis
farmakologis tinggi dan degradasi insulin meningkat.
Metabolisme lipid, T4 mempercepat sintesis kolesterol, tetapi proses degradasi kolesterol
dan ekskresinya lewat empedu ternyata jauh lebih cepat, sehingga pada hiperfungsi tiroid,
kadar kolesterol rendah. Sebaliknya pada hipotiroid kolesterol total, kolesterol ester, dan
fosfolipid meningkat.
Vitamin A, konversi provitamin A menjadi vitamin A dihati memerlukan hormon tiroid.
Sehingga pada hipotiroidisme dapat dijumpai karotenemia
Hormon tiroid meningkatkan curah jantung dan takikardi dengan meningkatkan sistem
simpatis
Hormone tiroid berperan dalam sintesis gonadotropin, hormone pertumbuhan, reseptor
beta adrenergic

Efek lainnya:
Gangguan metabolisme kreatinin fosfat yang menyebabkan miopati, tonus traktus
gastrointestinal meningkat (hiperperistaltik, sehingga sering menyebabkan diare),
gangguan faal hati, anemia defisiensi Fe
Hormone tiroid meningkatkan metabolisme turn over.
Turn over tulang meningkat sehingga resorpsi tulang meningkat.
Turn over neuromuskuler meningkat, sehingga terjadi miopati dan hilangnya otot.
Hal ini menyebabkan kreatinuri spontan, kontraksi dan relaksasi otot meningkat
sehingga terjadi hiperreflek

Kontrol Faal Kelenjar Tiroid

1. TRH (thyrotrophin releasing hormone)
Hormon ini merupakan tripeptida yang telah dapat disintesis, dan dibuat di hipotalamus.
TRH ini melewati median eminence, tempat ia disimpan dan kemudian dikeluarkan lewat
system hipotalamohipofiseal ke sel tirotrop hipofisis. Akibatnya TSH meningkat. Belum jelas
apakah ada short negative feedback TSH pada TRH ini. Meskipun tidak ikut menstimulasi
keluarnya prolaktin, kadang-kadang juga follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing
hormone (LH). Apabila TSH naik dengan sendirinya kelenjar tiroid terangsang menjadi
hiperplasi dan hiperfungsi.
2. TSH (thyroid stimulating hormone)
Suatu glikoprotein yang terbentuk oleh dua subunit (alfa dan beta). Subunit alfa sama seperti
hormone glikoprotein (TSH, LH, FSH dan human chorionig gonadotropin/HCG) dan penting
untuk kerja hormon secara aktif, tetapi subunit beta adalah khusus untuk setiap hormon. TSH
yang masuk dalam sirkulasi akan mengikat teseptor di permukaan sel tiroid (TSH-receptor
TSH-R) dan terjadilah efek hormonal sebagai kenaikan traping, peningkatan yodinasi,
coupling, proteolisis sehingga hasilnya adalah produksi hormon meningkat.
3. Umpan balik sekresi hormon
Kedua hormon ini mempunyai efek umpan balik di tingkat hipofisis. Khususnya hormon
bebaslah yang berperan dan bukannya hormone yang terikat. T3 di samping berefek pada
hipofisis juga pada tingkat hipotalamus. Sedangkan T4 akan mengurangi kepekaan hipofisis
juga pada tingkat hipotalamus. Sedangkan T4 akan mengurangi kepekaan hipofisis terhadap
rangsangan TRH.
4. Pengaturan di tingkat kelenjar tiroid sendiri
Produksi hormon juga diatur oleh kadar yodium intra tiroid. Gangguan yodinasi tirosin
dengan pemberian yodium banyak disebut fenomena wolf-chaikoff escape, yang terjadi
karena mengurangnya afinitas trap yodium sehingga kadar intra tiroid pun mengurang.


Sumber

Ganong, W.F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:EGC
Gardner,David G, Dolores. 2007. Basic and Clinical Endocrinology 8
th
.United States of
America: Lange Medical Books.p :270-278.
Guyton, Arthur C, Hall, John E, 2005. Textbook of Human physiology,10th , W.B Saunders :
New YorkSaladin, KS, 2007. Anatomy & Physiology, 4th edition, McGraw-Hill: New York

MUHAMMAD ALFIAN
H1A 008 033

Anda mungkin juga menyukai