Anda di halaman 1dari 13

1

BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Asas pengkondisian operan B.F Skinner dimulai awal tahun 1930-an, pada
waktu keluarnya teori S-R. Istilah-istilah seperti cues (pengisyratan), purposive
behavior (tingkah laku purposive) dan drive stimuli (stimulus dorongan)
dikemukakan untuk menunjukkan daya suatu stimulus untuk memunculkan atau
memicu suatu respon tertentu. Skinner tidak sependapat dengan pandangan S-R
dan penjelasan reflex bersyarat dimana stimulus terus memiliki sifat-sifat
kekuatan yang tidak mengendur. Menurut Skinner penjelasan S-R tentang
terjadinya perubahan tingkah laku tidak lengkap untuk menjelaskan bagaimana
organisme berinteraksi dengan lingkungannya.
Skinner menghindari kontradiksi yang ditampilkan oleh model kondisioning
klasik dari Pavlov dan kondisioning instrumental dari Thorndike. Ia mengajukan
suatu paradigma yang mencakup kedua jenis respon itu dan berlanjut dengan
mengupas kondisi-kondisi yang bertanggung jawab atas munculnya respons atau
tingkah laku operan
Living is Learning, merupakan sepenggal kalimat yang dikemukakan oleh
Havighurst (1953). Dengan kalimat tersebut memberikan gambaran bahwa belajar
merupakan hal yang sangat penting, sehingga tidaklah mengherankan bahwa
banyak orang ataupun ahli yang membicarakan masalah belajar. Hampir semua
pengetahuan, sikap, ketrampilan, perilaku manusia dibentuk, diubah dan
berkembang melalui belajar. Kegiatan belajar dapat berlangsung dimana dan
kapan saja. Di rumah, di sekolah, di pasar, di toko, di masyarakat luas, pagi, sore
dan malam. Karena itu tidaklah mengherankan bahwa belajar merupakan masalah
bagi setiap manusia. Oleh sebab itu dibutuhkan cara belajar yang tepat untuk
menghasilkan perubahan sikap yang baik pula.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan belajar ?
2. Adakah hubungan antar berpikir dengan belajar?
3. Bagaimana teori belajar B F Skinner dapat mempengaruhi tindakan
seseorang?
4. Bagaimana penerapan teori belajar B F Skinner dalam kehidupan sehari-hari?

2

C. Tujuan
Tujuan dari pembahasan ini adalah mengembangkan teori belajar dari
pandangan psikologi , yatu teori belajar dari B.F Skinner tentang Operant
Conditioning. Dengan mengetahui cara belajar yang telah dialakukan oleh B.F
Skinner ini diharapkan pembaca dapat menerapkan cara belajar yang benar sesui
dengan kepribadian dan kebutuhannya.





3

BAB II
Pembahasan

A. Pengertian Belajar
Belajar merupakan istilah yang tidak asing lagi dalam kehidupan manusia
sehari-hari. Karena telah sangat dikenal mengenai hal belajar, seakan-akan orang
telah mengetahui dengan sendirinya apakah yang dimaksud dengan belajar itu.
Tetapi kalau ditanyakan pada diri sendiri, maka akan termenunglah untuk mencari
jawaban apakah sebenarnya yang dimaksud dengan belajar itu. Kemungkinan
besar jawaban atas pertanyaan tersebut akan mendapatkan jawaban yang
bermacam-macam, demikian pula di kalangan para ahli.
Untuk memberi gambaran mengenai hal tersebut dapat dikemukakan
beberapa definisi tentang belajar oleh orang ahli sebagai berikut. Skinner (1958)
memberikan definisi belajar Laerning is a process of progressive behavior
adaptation. Dari definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa belajar itu merupakan
suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif. Ini berarti bahwa sebagai
akibat dari belajar adanya sifat progresifitas, adanya tendensi kearah yang lebih
baik dari keadaan sebelumnya.
McGeoch (lih. Bugelski, 1956) memberikan definisi tentang belajar
Learning as a result of practice. Ini berarti bahwa belajar membawa perubahan
pada penampilan dan perubahan itu sebagai akibat dari latihan (practice).
Pengertian latihan atai practice mengandung arti bahwa adanya usaha dari
individu yang belajar. Baik yang dikemukakan oleh Skinner maupun yang
dikemukakan oleh McGeoch memberikan gambaran bahwa sebagai akibat belajar
adanya perubahan yang dialami oleh individu yang bersangkutan. Hanya oleh
McGeoch dikemukakan perubahan itu sebagai akibat dari latihan, sedangkan apa
yang dikemukakan Skinner tidak secara jelas hal tersebut diajukan.
Morgan, dkk (1984) memberikan definisi mengenai belajar Learning can
be defined as any relatively permanent change in behavior which occurs as a
result of practice or experience. Hal yang muncul dalam definisi adalah
perubahan perilaku atau performance itu relative permanent.. Di samping itu juga
dikemukakan bahwa perubahan prilaku itu sebagai akibat belajr dari latihan
(practice) atau karena pengalaman (experience). Pada pengertian latihan
dibutuhkan usaha dari individu yang bersangkutan, sedangkan dari pengertian
pengalaman usaha tersebut tidak tentu diperlukan. Ini mengandung arti bahwa
4

dengan pengalaman seseorang atau individu dapat berubah perilakunya,
disamping perubahan itu dapat disebabkan oleh karena latihan.
1

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar secara
sederhana dikatakan sebagai proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah
mampu, terjadi dalam jangka waktu tertentu. Perubahan yang terjadi itu harus
secara relative bersifat menetap (permanent) dan tidak hanya terjadi pada perilaku
yang saat ini Nampak (immediate behavior) tetapi juga pada prilaku yang
mungkin terjadi di masa mendatang (potential behavior. Hal lain yang perlu
diperhatikan adalah bahwa perubahan-perubahan tersebut terjadi kareana
pengalaman.
B. Hubungan Belajar dengan Berpikir
2

Belajar dan berpikir merupakan dua proses yang tidak dapat dipisahkan.
Meskipun demikian, keduanya merupakan proses-proses yang berbeda. Belajar
adalah suatu proses terjadinya perubahan perilaku, tetapi berpikir tidak selalu
menghasilkan perubahan perilaku.
Berpikir merupakan suatu proses mental yang tidak kasat mata. Proses ini
hanya dapat diamati dari perilaku yang nampak. Dengan kata lain proses berpikir
hanya dapat disimpulkan dari perilaku yang diperkirakan diarahkan oleh pikiran
sebagai perilaku yang terorganisasi, bukan perilaku yang terjadi secara
sembarangan.
Berpikir tidak dapat diamati langsung karena merupakan suatu representasi
simbolis baik dari suatu objek, peristiwa, ide, atau hubungan-hubungan antara
hal-hal tersebut. Representasi simbolis dalam kerangka mental itu kemudian
diolah sedemikian rupa sehingga terjadi suatu proses berpikir. Berpikir tidak
selalu memecahkan suatu masalah, tetapi juga untuk membentuk suatu konsep
tertentu, atau menimbulkan ide-ide kreatif. Secara singkat, berpikir merupakan
suatu proses pengolahan simbolis yang diarahkan pada pengertian yang lebih baik
mengenai lingkungan dan dirinya sendiri.
Bila pengertian-pengertian yang diperoleh dari proses berpikir dapat
mengakibatkan perubahan prilaku yang relative permanen, maka proses berpikir
tersebut menimbulkan proses belajar.


1
Prof.Dr. Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta:Andi 2003. hal: 167
2
Irwanto, Psikologi Umum. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama 1980. Hal 106
5

C. Teori Belajar Menurut B.F Skinner
3

1. Teori Kondisioning Operan Menurut B.F.Skiner
Asas pengkondisian operan B.F Skinner dimulai awal tahun 1930-an,
pada waktu keluarnya teori S-R. Pada waktu keluarnya teori-teori S-R. pada
waktu itu model kondisian klasik dari Pavlov telah memberikan pengaruh
yang kuat pada pelaksanaan penelitian. Skinner tidak sependapat dengan
pandangan S-R dan penjelasan reflex bersyarat dimana stimulus terus
memiliki sifat-sifat kekuatan yang tidak mengendur. Menurut Skinner
penjelasan S-R tentang terjadinya perubahan tingkah laku tidak lengkap
untuk menjelaskan bagaimana organisme berinteraksi dengan
lingkungannya. Bukan begitu, banyak tingkah laku menghasilkan perubahan
atau konsekuensi pada lingkungan yang mempunyai pengaruh terhadap
organisme dan dengan begitu mengubah kemungkinan organisme itu
merespon nanti. Asas-asas kondisioning operan adalah kelanjutan dari tradisi
yang didirikan oleh John Watson. Artinya, agar psikologi bisa menjadi suatu
ilmu, maka studi tingkah laku harus dijadikan fokus penelitian psikologi.
Tidak seperti halnya teoritikus-teoritikus S-R lainnya, Skinner menghindari
kontradiksi yang ditampilkan oleh model kondisioning klasik dari Pavlov
dan kondisioning instrumental dari Thorndike. Ia mengajukan suatu
paradigma yang mencakup kedua jenis respon itu dan berlanjut dengan
mengupas kondisi-kondisi yang bertanggung jawab atas munculnya respons
atau tingkah laku operan.
2. Kajian Teori Kondisioning Operan Menurut B.F.Skiner
Kondisian operan adalah sebentuk pembelajaran dimana
konsekuensi-konsekuensi dari prilaku menghasilkan perubahan dalam
probabilitas prilaku itu akan diulangi. Inti dari teori behaviorisme Skinner
adalah Pengkondisian operan (kondisioning operan). Ada 6 asumsi yang
membentuk landasan untuk kondisioning operan (Margaret E. Bell Gredler,
hlm 122). Asumsi-asumsi itu adalah sebagai berikut:
a. Belajar itu adalah tingkah laku.
b. Perubahan tingkah-laku (belajar) secara fungsional berkaitan dengan
adanya perubahan dalam kejadian-kejadian di lingkungan kondisi-
kondisi lingkungan.

3
http://edukasi.kompasiana.com/2011/02/13/teori-bf-skinner/

6

c. Hubungan yang berhukum antara tingkah-laku dan lingkungan hanya
dapat di tentukan kalau sifat-sifat tingkah-laku dan kondisi
eksperimennya di devinisikan menurut fisiknya dan di observasi di
bawah kondisi-kondisi yang di control secara seksama.
d. Data dari studi eksperimental tingkah-laku merupakan satu-satunya
sumber informasi yang dapat di terima tentang penyebab terjadinya
tingkah laku.
Menurut Skinner (J.W. Santrock, 272) unsur yang terpenting dalam
belajar adalah adanya penguatan (reinforcement ) dan hukuman
(punishment).Penguatan dan Hukuman. Penguatan (reinforcement) adalah
konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan
terjadi. Sebaliknya, hukuman (punishment) adalah konsekuensi yang
menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku.
Menurut Skinner penguatan berarti memperkuat, penguatan dibagi
menjadi dua bagian yaitu
4
:
a. Penguatan positif adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi
respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung
(rewarding). Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah
(permen, kado, makanan, dll), perilaku (senyum, menganggukkan kepala
untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau
penghargaan (nilai A, Juara 1 dsb).
b. Penguatan negatif, adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi
respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang
merugikan (tidak menyenangkan). Bentuk-bentuk penguatan negatif
antara lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas
tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening
berkerut, muka kecewa dll).
Satu cara untuk mengingat perbedaan antara penguatan positif dan
penguatan negatif adalah dalam penguatan positif ada sesuatu yang
ditambahkan atau diperoleh. Dalam penguatan negatif, ada sesuatu yang
dikurangi atau di hilangkan. Adalah mudah mengacaukan penguatan negatif
dengan hukuman. Agar istilah ini tidak rancu, ingat bahwa penguatan negatif
meningkatkan probabilitas terjadinya suatu prilaku, sedangkan hukuman

4
http://sujinalarifin.wordpress.com/2009/06/09/teori-belajar-skinner/

7

menurunkan probabilitas terjadinya perilaku.
3. Analisa Perilaku terapan dalam pendidikan
Analisis Perilaku terapan adalah penerapan prinsip pengkondisian
operan untuk mengubah perilaku manusia. Ada tiga penggunaan analisis
perilaku yang penting dalam bidang pendidikan yaitu :
a. Meningkatkan perilaku yang diharapkan
Ada lima strategi pengkondisian operan dapat dipakai untuk
meningkatkan perilaku anak yang diharapkan yaitu:
1. Memilih Penguatan yang efektif
Tidak semua penguatan akan sama efeknya bagi anak.
Analisis perilaku terapan menganjurkan agar guru mencari tahu
penguat apa yang paling baik untuk anak, yakni
mengindividualisasikan penggunaan penguat tertentu. Untuk mencari
penguatan yang efektif bagi seorang anak, disarankan untuk meneliti
apa yang memotivasi anak dimasa lalu, apa yang dilakukan murid
tapi tidak mudah diperolehnya, dan persepsi anak terhadap manfaat
dan nilai penguatan. Penguatan alamiah seperti pujian lebih
dianjurkan ketimbang penguat imbalan materi, seperti permen,
mainan dan uang.
2. Menjadikan penguat kontingen dan tepat waktu
Agar penguatan dapat efektif, guru harus memberikan hanya
setelah murid melakukan perilaku tertentu. Analisis perilaku terapan
seringkali menganjurkan agar guru membuat pernyataan
jikamaka. penguatan akan lebih efektif jika diberikan tepat pada
waktunya, sesegera mungkin setelah murid menjalankan tindakan
yang diharapkan. Ini akan membantu anak melihat hubungan
kontingensi antar-imbalan dan perilaku mereka. Jika anak
menyelesaikan perilaku sasaran (seperti mengerjakan sepuluh soal
matematika) tapi guru tidak memberikan waktu bermain pada anak,
maka anak itu mungkin akan kesulitan membuat hubungan
kontingensi.
3. Memilih jadwal penguatan terbaik
Menyusun jadwal penguatan menentukan kapan suatu respons
akan diperkuat. Empat jadwal penguatan utama adalah
8

a) Jadwal rasio tetap: suatu perilaku diperkuat setelah sejumlah
respon.
b) Jadwal rasio variabel : suatu perilaku diperkuat setelah terjadi
sejumlah respon, akan tetapi tidak berdasarkan basis yang dapat
diperidiksi.
c) Jadwal interval - tetap : respons tepat pertama setelah beberapa
waktu akan diperkuat.
d) Jadwal interval - variabel : suatu respons diperkuat setelah
sejumlah variabel waktu berlalu.
4. Menggunakan Perjanjian (contracting)
Adalah menempatkan kontigensi penguatan dalam tulisan.
Jika muncul problem dan anak tidak bertindak sesuai harapan, guru
dapat merujuk anak pada perjanjian yang mereka sepakati. Analisis
perilaku terapan menyatakan bahwa perjanjian kelas harus berisi
masukan dari guru dan murid. Kontrak kelas mengandung pernyataan
jika maka dan di tandatangani oleh guru dan murid, dan
kemudian diberi tanggal.
5. Menggunakan penguatan negatif secara efektif
Dalam penguatan negatif, frekuensi respons meningkat
karena respon tersebut menghilangkan stimulus yang dihindari
seorang guru mengatakan Fika, kamu harus menyelesaikan PR mu
dulu diluar kelas sebelum kamu boleh masuk kelas ikut
pembelajaran ini berarti seorang guru menggunakan penguatan
negatif.
b. Menggunakan dorongan (prompt) dan pembentukkan (shaping).
Prompt (dorongan) adalah stimulus tambahan atau isyarat
tambahan yang diberikan sebelum respons dan meningkatkan
kemungkinan respon tersebut akan terjadi. Shapping (pembentukan)
adalah mengajari perilaku baru dengan memperkuat perilaku sasaran.
c. Mengurangi perilaku yang tidak diharapkan.
Ketika guru ingin mengurangi perilaku yang tidak diharapkan
(seperti mengejek, mengganggu diskusi kelas, atau sok pintar) yang harus
dilakukan berdasarkan analisis perilaku terapan adalah
9

1. Menggunakan Penguatan Diferensial.
2. Menghentikan penguatan (pelenyapan)
3. Menghilangkan stimuli yang diinginkan.
4. Memberikan stimuli yang tidak disukai (hukuman).
D. Kelebihan dan kekurangan Menurut B.F. Skinner5
1. Kelebihan
Pada teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak
didiknya. hal ini ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu
didukung dengan adanya pembentukan lingkungan yang baik sehingga
dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya kesalahan.
2. Kekurangan
Tanpa adanya sistem hukuman akan dimungkinkan akan dapat
membuat anak didik menjadi kurang mengerti tentang sebuah kedisiplinan.
hal tersebuat akan menyulitkan lancarnya kegiatan belajar-mengajar. Dengan
melaksanakan mastery learning, tugas guru akan menjadi semakin berat.
Beberapa Kekeliruan dalam penerapan teori Skinner adalah
penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa.
Menurut Skinner hukuman yang baik adalah anak merasakan sendiri
konsekuensi dari perbuatannya. Misalnya anak perlu mengalami sendiri
kesalahan dan merasakan akibat dari kesalahan. Penggunaan hukuman verbal
maupun fisik seperti: kata-kata kasar, ejekan, cubitan, jeweran justru
berakibat buruk pada siswa.
Selain itu kesalahan dalam reinforcement positif juga terjadi didalam
situasi pendidikan seperti penggunaan rangking Juara di kelas yang
mengharuskan anak menguasai semua mata pelajaran. Sebaliknya setiap anak
diberi penguatan sesuai dengan kemampuan yang diperlihatkan sehingga
dalam satu kelas terdapat banyak penghargaan sesuai dengan prestasi yang
ditunjukkan para siswa: misalnya penghargaan di bidang bahasa, matematika,
fisika, menyanyi, menari atau olahraga.



5
http://tambahan-ilmu.blogspot.com/2011/04/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html

10

E. Contoh Penerapan Teori B.F Skinner dalam Kehidupan Sehari-hari
Dari penjelasan terperinci diatas tentang operant conditioning dapat
diambil kesimpulan bahwa operant conditioning merupakan teori belajar yang
menjelaskan bahwa sesuatu yang diikuti oleh konsekuensi yang menyenangkan
akan cenderung diulang-ulang. Saya (penulis) sudah mengamati tentang cara
belajar yang digunakan oleh sebagian mahasiswa IAIN Sunan Ampel jurusan
Psikologi Kelas 2j1. Setiap hari Jumat mahasiswi ini ada mata kuliah Psikologi
Umum dimana dosen yang mengajar adalah dosen yang dianggap mahasiswa ini
adalah dosen yang disiplin dan sedikit galak. Beliau (dosen) memberi peraturan
bahwa setiap mahasiswa yang terlambat lebih dari 10 menit dilarang mengikuti
mata kuliahnya. Hal ini membuat mahasiswa psikologi 2j1 menaati peraturan
yang ada. Pada suatu hari di hari Jumat ada mahasiswa yang terlambat datang
untuk mengikuti mata kuliah psikologi, mahasiswa ini meminta ijin untuk dapat
mengikuti perkulihaan, tetapi dosen menyuruhnya keluar. Tindakan yang
dilakukan oleh dosen ini merupakan punishment. Hal ini merupakan hukuman,
dikarenakan sudah ada pertauran yang dibuat tetapi dilanggar oleh mahasiswa.
Tidak boleh mengikuti perkuliahan merupakan konsekuensi yang diberikan.
Konsekuensi yang diberikan dosen kepada mahasiswa yang terlambat,
memberikan pengalaman kepada mahasiswa lain yang sedang mengikuti
perkulihan psikologi. Di minggu-minggu berikutnya ternyata sudah tidak ada
lagi mahsiswa yang terlambat masuk di saat jam perkuliahaan psikologi, bahkan
semua mahasiswa datang lebih cepat sebelum perkuliahan di mulai. Dari
pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa hal itu merupakan
proses belajar dimana ada perubahan prilaku maupun pengetahuan yang relative
menetap yang disebabkan oleh pengalaman.





11

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Belajar secara sederhana dikatakan sebagai proses perubahan dari belum
mampu menjadi sudah mampu, terjadi dalam jangka waktu tertentu. Perubahan yang
terjadi itu harus secara relative bersifat menetap (permanent) dan tidak hanya terjadi
pada perilaku yang saat ini Nampak (immediate behavior) tetapi juga pada prilaku
yang mungkin terjadi di masa mendatang (potential behavior). Hal lain yang perlu
diperhatikan adalah bahwa perubahan-perubahan tersebut terjadi karena pengalaman.
Belajar dan berpikir merupakan dua proses yag tidak dapat dipisahkan.
Meskipun demikian, keduanya merupakan proses-proses yang berbeda. Belajar
adalah suatu proses terjadinya perubahan perilaku, tetapi berpikir tidak selalu
menghasilkan perubahan perilaku. Berpikir tidak dapat diamati langsung karena
merupakan suatu representasi simbolis baik dari suatu objek, peristiwa, ide, atau
hubungan-hubungan antara hal-hal tersebut. Representasi simbolis dalam kerangka
mental itu kemudian diolah sedemikian rupa sehingga terjadi suatu proses berpikir.
Berpikir tidak selalu memecahkan suatu masalah, tetapi juga untuk membentuk suatu
konsep tertentu, atau menimbulkan ide-ide kreatif. Secara singkat, berpikir
merupakan suatu proses pengolahan simbolis yang diarahkan pada pengertian yang
lebih baik mengenai lingkungan dan dirinya sendiri.
Teori belajar menurut B.F Skinner yaitu Oprant Conditioning erupakan suatu
bentuk belajar yang mana kehadiran respon berulang-ulang dikendalikan oleh
konsekuensinya, dimana individu cenderung mengulang-ulang respon yang diikuti
oleh konsekuensi yang menyenangkan. Adanya hukuman dan hadiah yang diberikan
akan membuat individu lebih mudah untuk belajar.



12

RIWAYAT SINGKAT B.F SKINNER

B. F Skinner lahir pada tanggal 20 Maret 1904 di sebuah kota kecil bernama
Susquehanna, Pennsylvania. Ayahnya adalah seorang pengacara dan ibunya adalah
seorang ibu rumah tangga yang baik. Ia merefleksikan tahun-tahun awal
kehidupannya sebagai suatu masa dalam lingkungan yang stabil, di mana belajar
sangat dihargai dan disiplin sangat kuat. Skinner mendapat gelar BA-nya dalam
sastra bahasa inggris pada tahun 1926 dari Presbyterian-founded Humilton College.
Setelah wisuda, ia menekuni dunia tulis menulis sebagai profesinya selama dua
tahun. Pada tahun 1928, ia melamar masuk program pasca sarjana psikologi
Universitas Harvard. Ia memperoleh MA pada tahun 1930 dan Ph.D pada tahun
1931. Pada tahun 1945, dia menjadi kepala departemen psikologi Universitas
Indiana. Kemudian 3 tahun kemudian, tahun 1948, dia diundang untuk datang lagi ke
Universitas Harvard. Di Universitas tersebut dia menghabiskan sisa karirnya. Skinner
adalah seseorang yang aktif dalam berbagai kegiatan, seperti melakukan berbagai
penelitian, membimbing ratusan calon doktor, dan menulis berbagai buku. Meski
tidak sukses sebagai penulis buku fiksi dan puisi, ia menjadi salah satu penulis
psikologi terbaik. Salah satu karyanya yang terkenal adalah Walden II. Pada tanggal
18 Agustus 1980, Skinner meninggal dunia karena penyakit Leukemia.


13

DAFTAR PUSTAKA

Irwanto. 1980. Psikologi Umum. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.

Walgito Bimo. 2003. Pengantar Psikologi Umum. Andi : Yogyakarta.

http://edukasi.kompasiana.com/2011/02/13/teori-bf-skinner/

http://sujinalarifin.wordpress.com/2009/06/09/teori-belajar-skinner/

http://tambahan-ilmu.blogspot.com/2011/04/normal-0-false-false-false-in-x-
none-x.html

Anda mungkin juga menyukai