ANDI MUSTANIRA ISFANIA YUNUS PANAUNGI C11109338 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASNUDDIN MAKASSAR 2014
LATAR BELAKANG Kanker mulut merujuk pada kanker yang mempengaruhi mulut, bibir dan rongga mulut. Sistem taraf atau tingkatan Tumor-Pembengkakan(Node)-Metastasis (TNM) terhadap Kanker Kepala dan Leher diberikan untuk menjelaskan seberapa parah kanker tersebut, tergantung pada ukuran tumor, apakah pembengkakan getah bening regional telah terinfeksi atau apakah kanker tersebut telah menyebar hingga ke bagian tubuh yang berbeda (metastasis). Mendeteksi kanker mulut di stadium awal merupakan cara yang sangat efektif untuk meningkatkan kebertahanan serta menurunkan tingkat gangguan dari penyakit tersebut.
Dua faktor resiko utama bagi kanker mulut ialah alkohol dan rokok. Diagnosa dini dipastikan melalui respon cepat pasien serta petugas pelayanan kesehatan terhadap tanda-tanda dan gejala awal untuk mendukung diagnosa dan perawatan sebelum penyakit tersebut bertambah parah METODE PESERTA Peserta merupakan orang dewasa berbahasa Inggris berusia 18 tahun keatas, tanpa riwayat kanker mulut. Peserta diundang untuk mengambil bagian dari dua Praktek Gigi Umum di dua wilayah yang terletak di London Tenggara. Dua wilayah tersebut dipilih karena masing-masing dari area itu memiliki prevalensi konsumsi rokok orang dewasa yang telah diperkirakan untuk tahun 2006 hingga 2008 yang lebih tinggi (27%) disbanding rata-rata regional untuk Kota London (21%) [21]. Praktek Gigi diberi pendekatan berdasarkan lokasi praktek, ukuran dan hubungan kerja mereka sebelumnya dimana department tersebut yang melakukan penelitian. Sebanyak 10 dokter gigi bekerja pada dua jenis praktek tersebut yang mana pasien direkrut dari aktiftas itu.
PROSEDUR Kuesioner dipandu oleh staf dan pasien pada Institut Kedokteran Gigi Kings College London, yang memiliki populasi pasien sama dengan sampel penelitian. Tidak terdapat amandemen yang diperlukan setelah adanya umpan balik dari pemandu. Kontak pasien awal dibuat dengan mengirimkan surat undangan dari dokter gigi serta lembar informasi yang lengkap kepada semua pasien yang memiliki janji pemeriksaan selama masa penelitian berlangsung. Lembar informasi tersebut meliputi tujuan penelitian yang ingin mengetahui tingkatan pengetahuan dan kesadaran pasien serta apa yang diperlukan dari peserta. Survey sifatnya pengaturan secara mandiri, suka rela dan tanpa nama. Semua pasien memiliki pilihan untuk melengkapi kuesioner pada proses operasi dan segera mengembalikannya atau membawa pulang kuesioner untuk dilengkapi jika mereka memiliki waktu. Peserta yang memilih pilihan terakhir diberikan amplop bebas pos. Surat pengingat termasuk salinan baru dari kuesioner dan amplop kembalian dikirim ke semua repsonden yang kuesioner lengkapnya belum diterima dalam empat minggu. Jelas dikatakan di dalam lembar informasi tersebut bahwa mengembalikan kuesioner berarti telah setuju. Semua data dikumpulkan selama periode 10 hari antara April dan Juni 2011.
PERTIMBANGAN ETIS Persetujuan etis bagi penelitian ini diterima dari London Komite Pelayanan Etika Penelitian Nasional Bloomsbury [22]. Memungkinkan bahwa jika dokter gigi pada praktek yang ikut serta diinformasikan bahwa pasien akan ditanyai jika mereka sadar bahwa dokter gigi memeriksa mulut mereka untuk melihat tanda-tanda kanker mulut dan jika hasil screening ini didiskusikan dengan mereka, maka dokter gigi yang bersangkutan bisa saja mengubah tingkah laku mereka dalam konsultasi. UKURAN Kuesioner didasarkan pada ukuran valid yang dikembangkan dan digunakan pada sebuah penelitian yang sama di Amerika Serikat begitupun juga dengan ukuran yang digunakan di Inggris Raya. Kuesioner tersebut dibagi menjadi lima sesi dan mengumpulkan data mengenai informasi utama mengenai pengetahuan pasien, pengalaman dan kesadaran mengenai deteksi dini kanker mulut serta pola tingkah laku yang berhubungan dengan kesehatan (khususnya faktor resiko kanker mulut), dan seluk beluk sosial demografi, termasuk usia, jenis kelamin, etnis, pendidikan, status pernikahan dan status sosial ekonomi. PENGGUNAAN PERAWATAN KESEHATAN Kuesioner juga meminta responden menanyakan tentang penggunaan layanan perawatan kesehatan. Ada pertanyaan yang menanyakan kapan mereka terakhir kali mengunjungi GP mereka begitupun dengan berapa lama waktu yang terlewatkan antara kunjungan mereka sebelumnya ke dokter gigi dengan janji pemeriksaan saat ini. Alasan mereka mengunjungi dokter gigi tersebut juga diamati.
FAKTOR RESIKO Konsumsi/penggunaan alkohol. 3 hal Konsumsi Uji Identifikasi Gangguan Penggunaan Alkohol (AUDIT-C) digunakan untuk mengevaluasi penggunaan alkohol. Ini merupakan versi pendek dari Uji Identifikasi Gangguan Penggunaan Alkohol (AUDIT), sebuah alat screeningyang dikembangkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) [24]. AUDIT-C digunakan di seluruh duni untuk identifikasi penyalahgunaan alkohol dan telah disahkan [25]. Pertanyaan yang diberikan mencakup seberapa sering alkohol dikonsumsi dan berapa banyak kuantitas yang dikonsumsi. Nilai Audit-C total dihitung dengan menggunakan angka lima atau lebih sebagai indikasi resiko Konsumsi rokok. Dengan menggunakan item pada kuesioner yang dikeluarkan oleh Kantor Statistik Nasional bekerjasama dengan Departemen Kesehatan dan Pusat Informasi NHS untuk Perawatan Kesehatan dan Sosial [26], responden ditanya jika saat ini mereka mengonsumsi rokok atau mereka mengonsumsinya di masa lalu. Ada pula pertanyaan mengenai kuantitas rokok yang dikonsumsi serta penggunaan rokok lainnya seperti mengunyah tembakau.
PENGETAHUAN DAN PENGALAMAN TERHADAP KANKER MULUT Pengetahuan dan kesadaran peserta terhdapa kanker mulut yang dilaporkan secara indvidu muncul dengan menanyakan kepada mereka jika mereka pernah mendengar tentang adanya penyakit tersebut dan seberapa besar pengetahuan mereka terhadapnya, yang berkisar dari banyak hingga tidak sama sekali [19]. Kesadaran peserta digali lebih lanjut dengan menanyakan apakah mereka mengetahui jika mulut mereka pernah discreen dengan tujuan pemeriksaan kanker mulut, jika ini dilakukan oleh dokter gigi mereka serta kapan pemeriksaan itu dilakukan. Juga ada satu pertanyaan mengenai kesadaran mereka mengenai uji oral ekstra dari pembengkakan getah bening. Terdapat tiga jawaban yang mungkin muncul untuk pertanyaan-pertanyaan ini, Ya, Tidak dan Tidak Tahu/Tidak Yakin. Bagi beberapa analisis, responden yang menjawab Tidak atau Tidak Tahu/Tidak Yakin dikelompokkan atau dianggap tidak sadar sementara mereka yang menjawab Ya dianggap sadar. Selain itu, dua sub skala dari Skala Pengtahuan Kanker Mulut Humphris [15] menyelidiki pengetahuan responden mengetahui faktor resiko untuk kanker oral begitupun dengan pengetahuan mereka terhadap screening seperti apa yang harus diberikan untuk kanker oral.
SIKAP DAN EMOSI TERHADAP SCREENING KANKER MULUT Sikap terhadap screening kanker oral. Sikap pasien terhadap screening kanker mulut juga diteliti menggunakan empat item dari Skala Pengetahuan Kanker Mulut Humphris. Jumlah total untuk sikap didapatkan dengan menjumlahkan jumlah individu untuk setiap pertanyaan. Skor terendah (0) yang memungkinkan bermakna sikap negatif untuk melakukan screening dan skor tertinggi yang memungkinkan adalah 16 yang mana hal ini menunjukkan adanya sikap sangat positif terhadap screening. Emosi/perasaan terhadap screening kanker mulut. Sub skala yang menjelaskan perasaan responden terhadap pemeriksaan kanker mulut dicakupkan dalam penelitian ini. Peserta diminta untuk menilai seberapa cemas, takut dan khawatirkah mereka pada skala berkisar dari tidak cemas hingga sangat cemas. Skor berkisar dari 0 (emosi rendah) hingga skor tertinggi yaitu 12 (emosi tinggi).
KEINGINAN PASIEN UNTUK MENGETAHUI JIKA SCREENING DI LAKUKAN DAN BUTUH BANTUAN UNTUK MENGURANGI RESIKONYA Secara spesifik, dua pertanyaan ditanyakan untuk menentukan keinginan pasien dalam mengetahui informasi dan komunikasi mengenai screening kanker mulut dan manajemen resiko. Pertanyaan pertama adalah Apakah Anda ingin jika dokter gigi Anda memberitahukan Anda jika ia sedang memeriksa mulut Anda dalam mengetahui tanda-tanda kanker mulut? dan kedua adalah Apakah Anda ingin jika dokter gigi Anda membantu Anda menurunkan resiko menderita kanker mulut. Respon yang diberikan ialah Ya, Tidak dan Tidak tahu/Tidak yakin SIKAP PENCARIAN BANTUAN TERANTISIPASI Agar dapat mengetahui maksud responden untuk mencari bantuan untuk tanda-tanda kanker oral yang mungkin terjadi, mereka ditanya jika mereka akan mencari bantuan bagi sebelas daftar tanda-tanda dengan beranggapan bahwa tanda ini telah berlangsung selama tiga minggu atau lebih. Tanda-tanda ini meliputi lima tanda (patch merah, patch putih, bisul, pembengkakan mulut dan rasa sakit pada mulut) umumnya dihubungkan dengan kanker mulut. Mereka juga diminta memilih petugas kesehatan yang akan mereka mintai tolong berkaitan dengan tanda ini sebaiknya terus berlanjut selama lebih dari tiga minggu. Pertanyaan yang digunakan di sesi ini merupakan modifikasi kuesioner yang dikemabngkan oleh Scott dkk. [27]. Istilah penundaan terantisipasi digunakan untuk merujuk pada situasi dimana responden tidak bermaksud mengunjungi dokter umum ataupun dokter gigi unutk melihat tanda-tanda yang ada kaitannya dengan kanker mulut yang telah bertahan selama tiga minggu.
ANALISIS Statistik deskriptif digunakan untuk menjelaskan sampel, pengetahuan dan pengalaman mereka. Statistik inferensial kemudian digunakan untuk memeriksa hubungan antara ukuran hasil dan faktor resiko (misalnya penggunaan alcohol dan status konsumsi rokok), sosiodemografi (wilayah, jenis kelamin, usia, status perkawinan, etnis, kualifikasi pendidikan dan klasifikasi sosial ekonomi) begitu pula dengan tingkah laku kesehatan (misalnya mengunjungi GP, mengunjungi dokter gigi dan alasan mengunjungi dokter gigi). Ukuran sampel dihitung dengan melakukan analisis kekuatan menggunakan perangkat lunak statistik bernama G Power versi 3.0.5. Ukuran sampel tersebut didasarkan dalam menyediakan daya secukupnya untuk uji t, dan uji Chi-square untuk 1 derajat kebebasan serta analisis korelasi Pearson. Untuk mengimbangi hilangnya data, rekrutmen dilanjutkan hingga 186 peserta mengemablikan kuesioner mereka. Software yang digunakan untuk analisa data adalah Statistical Package for Social Sciences versi 19.
KARAKTERISTIK SOSIAL DEMEGRAFI PESERTA HASIL Jumlah respon Dari 362 orang deawasa yang didatangi untuk mengambil bagian dalam survey, 186 orang dewasa (51%) menyelesaikan dan mengembalikan kuesioner mereka. Dua responden dikeluarkan dari analisis final karena mereka melaporkan bahwa mereka sebelumnya pernah menderita kanker mulut. Tabel 1 memuat ringkasan karakteristik sosiodemografi peserta. Uji Chi-square menunjukkan bahwa tidak ada variasi yang signifikan antara peserta yang direkrut dari dua wilayah selain dari responden yang berasal dari praktek Southwark yang cenderung berusia dibawah 40 tahun (69,5%) dibandingkan dengan mereka yang direkrut dari praktek Lewisham (30.5%) (X 2 = 7.281, p = 0.007).
MANFAAT PERAWATAN KESEHATAN 78% peserta melaporkan telah mengunjungi dokter gigi mereka di tahun sebelumnya selain dari kunjungan saat ini. Terdapat proporsi tinggi (89%) yang melaporkan telah mengunjungi GP mereka dalam kurun waktu yang sama. Dari semua responden, 50% melaporkan telah mengunjungi dokter gigi mereka untuk pemeriksaan regular, 18% untuk pemeriksaan berkala dan 34% hanya mengunjungi dokter gigi saat mengalami masalah dengan gigi mereka.
SIKAP YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEHATAN: FAKTOR RESIKO Konsumsi alkohol 23% respondnen melaporkan tidak pernah mengonsumsi minuman yang mengandung alkolhol sementara 30% melaporkan mengonsumsi alkohol dua atau tiga kali seminggu atau lebih. Skor Konsumsi Uji Identifikasi Gangguan Penggunaan Alkohol (Audit-C) dihitung bagi 118 responden yang memiliki data cukup untuk diperhitungkan ke dalam skor. Nilai meanskor Audit-C adalah 3.93 (95%CI 3.53, 4.33) dengan median 4 dan kisaran 1 hingga 10. 37% (N=44) responden memiliki skor 5 atau lebih yang merupakan kategori resiko tinggi.
STATUS KOMSUMSI ROKOK DAN KUANTITAS ROKOK PERHARI Konsumsi tembakau/rokok Tabel 2 menunjukkan konsumsi tembakau saat ini dan sepanjang hidup begitupun dengan jumlah atau kuantitas yang dikonsumsi. Proporsi peserta yang pernah merokok dalam sampel ini ialah 58%, dengan 24% responden melaporkan bahwa saat ini mereka mengonsumsi rokok dan 34% nya merupakan peserta yang dulunya perokok namun telah berhenti. Bagi mereka yang telah berhenti, 35% berhenti merokok lebih dari 10 tahun yang lalu. Sekitar 10% peserta yang pernah merokok (saat ini dan mantan perokok) mengaku mengonsumsi rokok pertama kurang dari lima menit setelah bangun tidur namun mayoritasnya (35%) menghisap rokok pertamanya sekitar satu jam atau lebih setelah bangun tidur. Secara rata-rata, responden lebih banyak merokok selama akhir pecan disbanding pada hari kerja dengan nilai mean sebesar 13.44 rokok yang dikonsumsi selama akhir pekan dibandingkan dengan 10.49 selama pekan tersebut.
PENGETAHUAN TENTANG KANKER MULUT YANG DISAMPAIKAN SENDIRI PENGETAHUAN DAN KESADARAN TERHADAP KANKER MULUT 73% responden melaporkan telah mendengar kanker mulut sementara 20% mengatakan belum pernah dan 7% merasa tidak yakin jika mereka pernah mendengarnya atau tidak. Ketika mereka ditanya seberapa banyak informasi yang mereka ketahui tentang penyakit tersebut, hanya 6% melaporkan bahwa mereka tahu banyak, dan mayoritas terbanyak (77%) melaporkan bahwa mereka tahu sedikit atau tidak sama sekali (Tabel 3). Nilai mean skor pengetahuan kanker mulut (sub skala faktor resiko) ialah 9.96 (95% CI 9.79, 10.28) dengan kisaran 3 hingga 12 item yang dijawab dengan benar dari total 13 item. Nilai mean skor pengetahuan kanker mulut (sub skala screening) ialah 6.09 (95% ci 5.95, 6.31) dengan kisaran 2 hingga 7 item yang dijawab dengan benar dari total 7 item.
EMOSI DAN SIKAP TERHADAP SCREENING KANKER MULUT 39% responden mengatakan jika mereka tidak akan merasa cemas, khawatir atau takut jika mulut mereka diperiksa demi mengetahui tanda-tanda kanker mulut dengan 25% kelanjutannya menunjukkan bahwa mereka akan hanya merasa sedikit cemas, khawatir dan takut. Nilai mean skor emosinya ialah 2.52 (95%CI 2.01, 2.88). Hanya terdapat satu minoritas (1%) melaporkan adanya tingkat kecemasan ekstrim mengenai screening kanker mulut. Sehubungan dengan tingkah laku, seluruhnya terdapat sikap positif pada screening dengan nilai mean sebesar 13.04 (95%CI 12.68, 13.41). Kira- kira 21% responden memiliki sikap yang sangat positif untuk discreen mendapatkan skor tertinggi yang memungkinkan yakni 16.
PENGALAMAN SCREENING KANKER MULUT Tabel 4 meringkas data yang berhubungan dengan kesadaran peserta screening kanker mulut. Ketika ditanya apakah dokter gigi dilatih untuk memeriksa tanda-tanda kanker mulut, lebih dari setengah (56%) responden mengakatan mereka tidak tahu atau tidak yakin. Selainjutnya, 72% juga tikda mengetahui jika dokter gigi mereka melakuka proses screening pada mereka sebagai bagian dari rutinitas pemeriksaan, dan 60% mengatakan bahwa mereka tidak tahu jika mulut mereka sudah pernah diperiksa untuk melihat tanda-tanda kanker oral oleh dokter manapun. Dampaknya, ketika ditanya kapan pemeriksaan terakhir yang mereka lakukan, 56.4% melaporkan bahwa mereka tidak tahu dan 27.1% mengatakan bahwa mulut mereka belum pernah diperiksa. Hanya 13% yang menunjukkan bahwa dagu atau leher mereka pernah diraba sebagai bagian dari pemeriksaan. Dari mereka yang mengingat uji oral ekstra ini, 44% mengatakan bahwa mereka menerima penjelasan mengenai hal tersebut SIKAP PENCARIAN BANTUAN Proporsi peserta yang melaporkan bahwa mereka akan mengunjungi dokter mereka dibanding mengunjungi dokter gigi untuk melihat tanda-tanda kanker oral adalah 62% untuk patch putih, 61% untuk patch merah, 51% untuk bisul atau nanah serta 54% untuk pembengkakan. Kecenderungan ini berbalik dalam hal rasa sakit pada mulut dimana mayoritas (50.9) menunjukkan mereka mau mengunjungi dokter gigi. 77% peserta mengantisipasi menunda mencari bantuan untuk sekurang-kurangnya satu tanda kemunculan kanker mulut.
HUBUNGAN ANTARA VARIABEL SOSIODEMOGRAFI DAN PERILAKU KESEHATAN Terdapat hubungan kecil namun signifikan antara konsumsi alkohol dan sikap terhadap screening (rho=0.154, p=0.047) begitupun dengan pengetahuan mengenai screening kanker mulut (rho=0.226, p=0.004). Peserta yang meminum alkohol memiliki sikap yang lebih positif terhadap screening dan memiliki pengetahuan yang lebih akurat tentang apa yang diperlukan untuk screening kanker mulut. Peserta yang pernah merokok kurang sadar bahwa dokter gigi mereka melakukan screening kepada mereka secara rutin untuk mengetahui tanda-tanda kanker oral (rho= -0.151, p=0.044). Peserta yang lebih tua (40 tahun dan keatas) tidak terlalu khawatir diperiksa oleh dokter gigi mereka dibanding mereka yang berada pada usia kelompok lebih muda (rho= -0.167, p=0.049). Peserta yang telah menikah lebih cenderung ingin mengetahui apakah doktergigi mereka melakukan screening pada mereka dibandingkan pada peserta yang belum menikah (belum menikah, cerai atau janda/duda) (rho= 0.218, p=0.004).
Uji U Mann-Whitney mengungkapkan bahwa responden berkulit putih tidak terlalu emosional terhadap screening (Md = 0) dibanding responden berkulit hitam (Md = 3) begitupun dengan responden dari latar belakang etnis lainnya (Md = 2) (z= 13.250, p = 0.001). Orang berkulit putih juga jauh lebih berpengetahuan mengenai apa yang screening perlukan (z = 12.882, p = 0.002) dibanding kelompok etnis lainnya, dengan nilai median 7 jika dibandingkan dengan skor 6 yang sedikit lebih rendah bagi orang berkulit hitam dan kelompok etnis lainnya. Selain itu, pasien yang sebelumnya sudah pernah mendengar mengenai kanker mulut memiliki sikap yang lebih positif terhadap screening (rho=0.189, p=0.014). Uji Kurskal-Wallis menunjukkan perbedaan yang berbeda secara statistik dalam hal sikap terhadap screening begitupun dengan pengetahuan tentang screening itu sendiri antara peserta dengan klasifikasi sosial ekonomi yang berbeda. Peserta yang memiliki pekerjaan kelas menengah memiliki sikap yang lebih positif (Md = 14.50) dibandingkan dengan pekerjaan manajerial dan profesional (Md = 12) atau pekerjaan semi rutin/rutin (Md = 13) (X 2
= 16.271, p=0.0066). DISKUSI Penelitian eksploratif ini berusaha merekam penjelasan tentang kesempatan yang hilang dalam meningkatkan kesadaran terhadap kanker mulut dalam lingkup praktek perawatan gigi. Sama halnya dengan temuan di Amerika Serikat [19], sejumlah kecil peserta dalam penelitian ini sadar bahwa mereka telah diperiksa oleh doketr gigi mereka dalam kaitannya dengan kanker mulut. Selain itu, pasien dengan faktor resiko (usia, konsumsi tembakau, konsumsi alkohol) tidak sadar bahwa screening kanker mulut dijalankan oleh doketr gigi mereka, dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki faktor resiko semacam itu.
Responden yang lebih memiliki resiko (melalui konsumsi alkohol, status merokok) secara signifikan juga cenderung memiliki sikap positif terhadap screening. Selain itu, pasien beresiko tinggi dilaporkan mengunjungi dokter gigi kurang teratur disbanding pasien beresiko rendah [28], namun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keteraturan kunjungan tidak mempengaruhi sikap terhadap screening. Tidak terdapat perbedaan signifikan antara mereka yang mengunjungi dokter gigi dalam kurun waktu setahun dan mereka yang berkunjung lebih dari dua tahun yang lalu. Lebih lanjut lagi, berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh West dkk. [14] yang hanya menemukan 4.4% yang melaporkan bahwa belum pernah mendengar informasi tentang kanker mulut. Dalam penelitian ini, 19.7% mengatakan belum pernah mendengar adanya kanker mulut.
KESADARAN TERHADAP UJI KANKER MULUT KESIMPULAN Penelitian ini menunjukkan bahwa pasien nampaknya, secara umum, tidak sadar terhadap screening kanker mulut yang dilakukan oleh dokter gigi mereka namun mereka senang diberitahukan jika sedang discreen dan ingin mendapatkan bantuan dari dokter gigi mereka untuk dapat menurunkan resiko berkembangnya kanker mulut. Pasien tidak menunjukkan kecemasan, takut ataupun khawatir dalam menerima informasi ini. Penelitian lanjut diperlukan untuk mengetahui pandangan dokter gigi yang berbasis di Inggris Raya mengenai bagaimana sebaiknya berkomunikasi dengan pasien tanpa meningkatkan rasa cemas atau memperpanjang konsultasi gigi mereka.