Anda di halaman 1dari 42

BAB 1

Prinsip-prinsip Radio Cellular


1.1. Umum
Keberadaan sistem radio cellular disebabkan karena adanya kebutuhan untuk
menyediakan layanan telepon bergerak secara nasional, bahkan saat ini sudah mencakup
internasional. Disebut Radio cellular karena area layanannya dibagi-bagi menjadi beberapa area
kecil yang disebut cell. Satu cell merupakan area cakupan atau coverage area dan satu base
station (BS). Bentuk dan ukurannya tergantung pada jenis antena yang digunakan, contour area
layanan (bentuk permukaan area layanan), dan besar-kecilnya daya pancar.
Penggunaan transmisi radio untuk keperluan akses pelanggan atau yang disebut
radiotelephone" sudah dilakukan semenjak beberapa dekade. Problem pokok yang dihadapi
radio telephone adalah area cakupan atau coverage area dan jumlah kanal atau "voice circuit"
yang harus disediakan Hal ini sebagai tantangan terhadap dua aspek layanannya. Pertama kita
harus dapat memberikan berbagai layanan secara punuh tidak terputus dan yang kedua harus
mencakup area layanan atau coverage area yang luas dengan jumlah pelanggan yang besar.
Jumlah pelanggan yang besar diperlukan oleh user untuk mengimbangi besarnya beaya
yang dikeluarkan untuk pembangunan infrastruktur pelayanan. Sebab dengan jumlah pelanggan
yang besar, dana dari pelanggan yang dapat dihimpun juga besar. Dengan jumlah pelanggan
yang besar, misalnya sampai dengan jutaan jumlah kanal radio yang diperlukan untuk menjamin
kontinuitas komunikasi dalam area cakupan atau "coverage area juga besar
Ada beberapa kelengkapan dasar atau fundamental attributes yang diperlukan untuk
meralisasikan layanan di daiam sistem radio cellular yaitu .
1. Frequency agility
2. Susunan dari cell yang memungkinkan mobile unit dapat beroperasi pada level signal
yang dapat diterima.
3. Fasilitas roaming sehingga mobile unit dapat secara kontinyu dilayani pada saat mobile
unit tersebut sedang bergerak dalam daerah layanan.
4. Secara penuh terintegrasi secara transparan dengan jaringan tetap atau fixed network

Di dalam sistem radio cellular, dimana saja dalam setiap situasi, Mobile Station {MS) dan Base
Station (BS) dapat dihubungkan dengan menggunakan kanal radio. Masing-masing base station yang
terdapat di dalam area layanan dialokasikan frekuensi yang berbeda satu sama lainnya. sehingga setiap
mobile station yang berada pada coverage area suatu base station harus mampu beroperasi pada
frekuensi atau kanal yang dialokasikan. Hal tersebut mengharuskan mobile station mempunyai
kemampuan pindah dari frekuensi atau kanal yang satu ke frekuensi atau kanal lainnya sesuai komando
dari base station atau dengan kata lain mobile station tersebut harus mempunyai frequency agility
Terdapat dua problem dasar yang dihadapi oleh mobile station, yaitu : Pertama, servis pelanggan
yang kontinyu. Jika pelanggan tersebut bergerak keluar area layanan dari satu base station menuju area
layanan base station yang lainnya, mobile station tersebut harus mampu pindah ke salah satu kanal yang
ada pada base station yang baru, atau dengan kata lain dalam sistem radio cellular tersebut harus ada
fasilitas 'handover", sehingga pelanggan dijamin komunikasinya tidak akan terputus pada saat ia
menjelajah di dalam area layanan.
Kedua, Pelanggan-pelanggan lain harus dapat menggunakan kanal pada saat ia berada di area
layanan, jadi dalam hal ini terdapat "multiplying effect'' sehingga kelihatannya sistem mempunyai jumlah
kanal yang sangat besar padahal dalam kenyataannya jumlah kanal yang tersedia jauh lebih kecil
dibandingkaadengan jumlah pelanggannya, Efek ini disebut sebagai "trunking gain".
Performansi sistem tidak hanya ditentukan oleh salah satu atribut saja -akan tetapi
keempat atribut diatas saling berkaitan, jadi tidak berdiri sendiri sendiri. Sebagai contoh,
mengacu pada item 2 fundamental attributes" diatas, layout dari cell-cell radio atau radio
cells harus kontinyu akan tetapi bebas dari pengaruh interferensi Hal ini adalah merupakan
feature penting lainnya yang diperlukan dalam radio cellular. Dalam frequency reuse",
kelompok atau "cluster dari cell-cell pada umumnya digambarkan sebagai hexagon,
pengaturan pengalokasian frekuensi radio ditetapkan untuk memberikan servise dalam area
layanan radio cellular sesuai dengan keinginan customer.
Item 3 roaming feature diperlukan sebab customer harus menjelajah dari cell yang satu ke
cell yang lainnya dengan demikian secara kontinyu harus
dialokasikan kanal voice secara duplex padahal ketersediaan spectrum frekuensi sangat terbatas.
Oleh sebab itu diperlukan pengaturan pada jaringan tetap fixed network dari radio cellular.
Base station-base station atau kelompok-kelompok cell (cell clusters) harus saling
dihubungkan. Pada pusat-pusat registrasi, pada umumnya melakukan penjejakan dengan
mengenali siapa, dimana dan yang mana pelanggan tersebut.
Pada saat yang bersamaan, fixed network harus melakukan call routing bagi pelanggan
yang melakukan panggilan (call) baik pelanggan yang ada di dalam, pelanggan yang masuk
atau yang keluar jaringan. Seperti halnya PSTN, jaringan radio cellular mempunyai switching
dan numbering hierarci yang lebih komplex.
Prinsip-prinsip radio cellular dapat dilihat di dalam beberapa sisten baik yang analog,
digital atau kombinasinya. Setiap sistem baik yan bersifat nasional, regional maupun
internasional mepunyai sejarah sendiri sendiri seperti halnya tentang feature-feature operasional
khususnya (special operational features).
Konfigurasi jaringan sistem radio cellular secara umum dapat digambarkan sbb :

Gambar 1.0 General configuration of cellular radio syslem

1.2. Fundamental Features.
1.2.1. Mobile Station.
Radio telephone didifinisikan sebagai telepon tanpa kabel; koneksi ke sentral lokal dibuat
melalui radio. Dalam operasinya diperlukan beberapa faktor baru dibandingkan dengan yang ada
pada jaringan PSTN.
Gambar berikut memperlihatkan feature-feature pokok yang terdapat pada pesawat
telepone biasa
Gambar 1.1 The basic telephone with two-wire connection to the local exchange
Di dalam pesawat telepon bisa terdapat nomer telepon yang terdaftar di dalam
sentral lokal. Nomer telepon tersebut dapat di dial dari pesawat telepon dengan
menggunakan keypad" dan biasanya dengan format dualtone multifrequency (DTMF).
Power untuk mengoperasikan bell dan fungsi-fungsi lain dalam pesawat telepon dicatu oleh

sentral lokal melalui kabel lokal. Biasanya dengan menggunakan dua kawat, di mana
panjang kawat tersebut terbatas sebab penguatan tidak dimungkinkan jika hanya dua kawat
dan percakapan dua arah (duplex),
Feature telepon biasa yang lain adalah cradle", yang dapat memberikan tanda atau
alert ke sentral lokal seperti halnya pada saat telepon dalam kondisi "on book atau "off-
hook". Untuk membuat sistem telepon bekerja, berbagai feature lain juga harus terdapat di
dalam jaringan PSTN.
Di dalam sistem radio telephone kelengkapannya berbeda dengan pesawat telepon
biasa walaupun di dalamnya juga terdapat bagian-bagian yang sama dengan yang ada pada
telepon biasa, misalnya microphone, dan hearphone. Berdasarkan garnbar 1.2 perbedaan
radio telephone dan telepon biasa jelas terlihat. Sebagai contoh, dalam radiotelephone
diperlukan battery yang dapat diisi kembali atau rechargeable battery untuk memberikan
catuan pada saat unit beroperasi.
Dalam sistem radio cellular hubungan pelanggan dengan sentral atau MSC (Mobile
Switchmg Center) dilakukan melalui, local base station", Base station disambungkan ke
MSC menggunakan jaringan transmisi yang sama atau serupa dengan jaringan transmisi
pada jaringan tetap (fixed network).
Mobile station dan base station, kedua-duanya memerlukan antena. Antena-antena
tersebut harus sesuai dengan frekuensi radio yang dialokasikan di dalam sistem.
Pada umumnya 2 frekuensi radio harus dialokasikan dalam setiap mobile station
untuk komumkasi dua arah atau duplex" (hal ini sebetulnya tergantung pada sistem
duplexing yang digunakan), yailu pelanggan melakukan pembicaraan dan mendengarkan
pembicaraan. Jadi dalam hal ini diperlukan kanal untuk alur "forward dan reverse". Alur
"fonward adalah merupakan jalur komumkasi dan arah base station menuju mobile
station, sedangkan alur "reverse adalah alur komunikasi dari mobile station menuju base
station. Base station dan Mobile station kedua-duanya memerlukan radio transmitter.
Mobile station, masing-masing mempunyai nomer telepon didalam memori internalnya.
Hal inilah yang merupakan keunikan di dalam sistem personal radiotelephone atau radio
cellular Dengan mobile station tersebut memungkinkan pelanggan untuk menjelajah area
layanan melalui base station dimana pelanggan berada. Penyediaan jaringan telepon radio
bergerak dan berbagai jenis layanannya telah di set oleh network operator, sedangkan
pelanggan dapat menjelajah dalam jaringan atau area layanan selain mereka berada dalam
radius pancaran dari suatu base station.

Gambar 1.2 Outline of the components within a cellular radio telephone or mobile station
Di dalam mobile station juga terdapat penerima radio atau radio receiver, seperti
halnya pada bagian transmitter dan "tuning circuit (synthesizer)", juga dicatu dari battery,
dan memperoleh serta menyalurkan instruksi dari dan ke "local memory dan control
module". Ringer juga dikontrol melalui circuit tersebut. Tidak ada cradle" di dalam radio
telephone, base station dan mobile station secara otomatis selalu berhubungan melalui vanasi
handshaking signals. Call di setup dengan menekan tombol "SEND" yang terdapat pada
keyboard dan tidak tidak ada kaitannya dengan tombol DTMF yang terdapat di daiam
keyboard. Jadi dalam hal ini jelas bahwa pesawat radio telephone atau handset radio cellular
teknologinya sangat berbeda dengan instrumen pesawat telepon biasa.
Setiap pelanggan mempunyai nomer telepon yang disebut mobile subscriber number"
yang dicatat dalam memori internal handheld. Format dan nomer tersebut pada umumnya
sama dengan yang dialokasikan pada pelanggan fixed network (PSTN), kecuali kode area atau
office code" - nya, sebagai contoh kalau dalam PSTN tergantung pada kota atau wilayah,
sedangkan di dalam telepon bergerak tergantung pada specific mobile telephone service-nya"
Jaringan tetap yang merupakan bagian dari jaringan sistem komunikasi bergerak cellular
menangani masalah registrasi nomer pelanggan untuk billing, authentication, dan location
updating, sedangkan nomer telepon bergerak secara spesifik ditujukan untuk handheld yang
mampu bergerak dari daerah yang satu ke lainnya yang berada di dalam area layanan sistem
Untuk menejemen panggilan atau "call management diperlukan signalling yang lebih
handal antara mobile station (MS), dan base station dimana MS berada, dari instruksi-instruksi
khusus yang ditujukan pada mobile station harus diberikan oleh jaringan tetap melalui base
station tersebut. Dengan demikian dalam sistem radio cellular baik yang digital maupun
analog disamping kanal trafik juga terdapat berbagai kanal kontrol untuk mendukung operasi
sistem.
1.2.2. Cellular Radio Cell
Single Radio Cell atau cell tunggal, dan faktor-faktor yang berkaitan dengan coverage atau
area cakupan terlihat melalui gambar 1.3. Base station pada umumnya terletak pada daerah
yang bebas (clear), mempunyai daya pancar yang cukup, sensitivitas penerimaan dengan noise
/
/
figure rendah, minimal site noise, dan gain antenna yang memadai. Mobile station mempunyai
daya pancar terbatas khususnya untuk jenis portable, dan elemen antena.
Di dalam gambar 1.3 terlihat, bahwa terdapat 3 macam range atau jarak jangkauan dalam
coverage area suatu base station, yaitu:
1. Range Operasi: jarak d
2. Range radio maximum (ukuran cell dibatasi dengan noise, faktor-faktor propagasi dan
daya pancar): R
max

3. Radius cell yang didisain untuk sistem, lebih kecil dari R
max
(tergantung pada coverage
dan pertimbangan pola cell) disebut sebagai R.
Gambar
1.3. The fundamental radio cell and associated parameters showing a base station and
mobile station.
Untuk daerah yang datar, besarnya R sesuai dengan jari-jari lingkaran cell. Luas area
yang dicakup adalah .iR
1
. Sebagai coritoh. radius cull 1 km, maka luas area layanan yang
dicakup 3,14 km
2
; cell dengan radius 10 km luas area yang dicakup adalah 314 km
2
.
Di dalamprakteknya di lapangan alau kenyataannya, area cakupan cell tidak berupa
lmgkaran, bentuknya tergantung pada bentuk penruikaan (contour) area layanan, sehmgga
parameter R tidak serupa dengan radius atau jari-jari lmgkaran. Gambar 1.4 memperlihatkan
dua contoh cell . (a) adalah gambar omni cell, untuk area yang tidak datar atau area dalar
dengan berbagai penghalang (obstacles, seperti misalnya bukit atau gedung-gedung), base
station menggunakan antena omni (b) adalah gambar sector cell, base station menggunakan
antena directional




Gambar 1.4. Practical cell coverage : (a) uneven terrain in the vicinity of base station;
(b) base station has a directional antenna.

Berhubung coverage area dari suatu base station (cell) sangat bergantung dari bentuk
permukaan area layanan, maka sangat sulit untuk mendapatkan coverage area dari suatu sistem
radio cellular yang kontinyu.

1.2.3. Multiple Cell Layout Geometri
Dalam operasinya cell-cell station atau base station dihubungkan ke sentral menggunakan
sistem transmisi, sehingga kadangkala diperlukan stasiun pengulang atau repeater bagi base-
base station yang jauh dari sentral misalnya area rural. Sehingga dengan demikian area yang
dicakup oleh suatu siste radio seluler menjadi sangat luas. Untuk area layanan yang kebanyakan
pesawat pelanggan atau mobile stationnya mengguakan daya pancar rendah (handeld, pocket),
ukuran cellnya umumnya lebih kecil, dan perlu dicatat bahwa frekuensi yang sama tidak dapat
digunakan pada cell-cell yang berdekatan. Dalam perencanaan bentuk cell pada umumnya
digambarkan sebagai hexagon dengan base station terletak ditengahnya. Seperti halnya pada
bentuk segitiga, dan segiempat, bentuk-bentuk hexagon tersebut dapat dibuat saling berimpitan
sehingga dalam penggambaran coverage area dari suatu sistem cellular menjadi kontinyu (tanpa
black spot). Bentuk hexagon tidak berbed jauh dengan lingkaran, seperti terlihat pada gambar
1.6. Dalam konsep sektoritas, dengan mempertimbangkan besarnya sudut pancar antena yang
digunakan, misalnya dengan sudut 120
o
berarti sama dengan 3 sektor, atau sudut 60
o
sama
dengan 6 sektor. Jadi dalam konsep sektoritas, base station menggunakan antena directional.
Gambar 1.7 memperlihatkan bagaimana cell hexagonal disusun membetuk cluster, dengan
menggunakan metode pengulangan atau frekuensi reuse dapat mencakup area yang lebih luas


Gambar 1.5 Radio cell plan set out on a square gird

Gambar 1.6 Regular hexagon fitted within a circle of radius R

Gambar 1.7 Cell Reuse patterns. The base station (sites) are indicated with block date

Hal-hal dibawah ini memberikan kepada kita beberapa permasalahan untuk keperluan
multiple cell, frequency agility, dan feature-feature lain yang ada di dalam perangkat mobile
station
1. Spectrum frequency lain yang diperlukan untuk cell-cell yang berdekatan
2. Bagaimana pengaturan didaerah overlap antar cell seperti diperlihatkan di dalam gambar
1.5 diatas
3. Kapan frekuensi yang sama dapat digunakan lagi untuk mengatasi adanya keterbatasan
jumlah kanal yang dialokasikan
4. Variasi ukuran cell sesuai dengan kebutuhan pelanggan

Point pertama menekankan, bahwa didalam sistem radio selular diperlukan suatu blok
frekuensi. Apakah kanal voice atau kanal signaling diatur pada sistem pembagian waktu (time
division), pembagian frekuensi (frequency division) , atu kombinasnya, hal tersebut tidak
masalah yang penting setiap cell dialokasikan beberapa kanal sesuai kebutuhan. Dalam point
ini juga menekankan bahwa mekanisme handover bagi MS yang sedang menjelajah di daerah
layanan dari kanal yang satu ke kanal lainnya dan cell yang berbeda harus eksis. Mekanisme
handover adalah merupakan featrures atau fasilitas penting didalam operasi radio cellular, baik
yang menggunakan ukuran cell-cell yang kecil (microcells) ataupun cell-cell yang besar
(makrocells). Yang lebih lagi didalam handheld radio cellular, terdapat frequency
synthesizer, kontrol dan memori adalah bagian utam untuk keperluan handover Mobile Station
harus mempunyai frequency agility untuk beroperasi didalam sistem radio cellular.
Dalam point kedua adalah mengenai daerah overlap area cakupan antar cell. Sebab pada area
overlap tersebut mobile station tidak tahu harus menginduk ke cell mana yang seharusnya. Di
dalam sistem radio cellular, overlap area cakupan antar cell diperlukan untuk keperluan
handover. Pada area overlap tersebut mobile station disamping menerima signal dari cell
induknya, juga menerima signal dari cell tetangganya kemudian signal-signal yang diterima
tersebut dibandingkan dan hasilnya dilaporkan kepada sistem dan selanjutnya jika diperlukan
diputuskan untuk handover. Dalam prakteknya, strategi yang digunakan tergantung pada sistem
dan faktor-faktor lain, dan memerlukan signal pengintrolan yang rumit.
Untuk memberikan layanan terhadap mobile station yang berada didalam area base
station (cell), dalam setiap cell biasanya terdapat beberapa kanal frekuensi yang berbeda,
sedangkan spektrum frekuensi yang dialokasika pada sistem radio cellular tersebut terbatas.
Untuk meningkatkan efisiensi pengguanaan spektrum frekuensi di dalam radio cellular
digunakan frequency reuse, yaitu penggunaan frekuensi secara berulang, dimana frekuensi
yang telah digunakan pada suatu cell digunakan lagi pada cell lain. Dengan demikian timbul
suatu pertanyaan Kapan frequency yang sama tersebut dapat digunakan lagi? . Hal inilah
yang merupakan feature dasar dalam strategi penyusunan cell. Perhatikan Gambar 1.8, yang
memperlihatkan tujuh group daro 7-cell cluster. Di bagian tengah dari setiap cell terdapat
base station yang dimungkinkan mempunyai group frekuensi yang sama. Jarak antara pusat cell
yang mempunyai sama disebut reuse distance.
Frekuensi reuse tersut adalah merupakan salah satu prinsip atau teknik yang rumit dalam
mendesain sistem yang sebenarnya.
Pada Gambar 1.7 terlihat bahwa ukuran dasar cluster adalah 3,4,dan 7. Sedangkan pada cell
sektoral, dimana base station terletak pada salah satu sudut hexagon degan sudut radiasi 120
o
seperti yang terlihat pada Gambar 1.6. Cell-cell sektoral tersebut kemudian dikelompok-
kelompokkan menjadi cluster dengan ukuran 3/9, 4/12, dan 7/21. Dalam satu cluster reuse
cell jadi tidak tampak, sebab berada diluar dari cluster tersebut.







Gambar 1.8 set of seven-cell clusters showing surrounding cells that can have the same
operating radio frequency (RF) set because are sparated by the reuse distance.

Dalam praktek dilapangan, ukuran cell tidak sama. Sebagai contoh diperlihatkan melalui
Gambar 1.9 yaitu layout atau susunan cell pada saat awal perencanaan untuk London oleh
Vodafone company yang beroperasi pada sistem Total Access Communications System
(TACS). Cell-cell yang ada dibagi=bagi lagi mennjadi cell-cell yang lebih kecil. Besar kecilnya
ukuran cell ada kaitannya dengan trafik. Dan biasanya kepadatan trafik pada setiap cell tidaklah
sama. Pada unit area yang kepadatan tinggi dengan sendirinya membutuhkan jumlah kanal
yang lebih besar, untuk meningkatkan jumlah kanal didalam sistemcellular dilakukan dengan
pembelahan cell atau Cell splitting. Oleh sebab itu ukuran cell dari suatu sistem radio cellular
tidak selalu sama.







Gambar 1.9 A cell layout plan typical for city, drawing attention tp cell size and possible
cluster sizes

Ukuran cluster N menentukan perencanaan pengalokasian spektrum frekuensi dalam
sistem radio cellular seperti yang terlihat pada Gambar 1.9 diatas N ditentukan berdasarkan
besarnya cochannel interface yang dapat diterima akibat adanya frequency reuse.
Feature atua kelengkapan lain dari cell cluster adalah strategi penandaan atau marking
secara elektronik. Pada saat Mobile Station ingin mengenali atau mengetahui cluster dimana dia
berada, Signal Digital Color code (DCC) dikirim ke mobile station base-base station yang
berada dalam cluster tersebut. Disamping itu dengan cara yang sama, supervisory audio tones
(SAT) pada sistem analog atau digital access grand channel messages pada sistem digital
dikirimkan ke mobile station untuk pengenalan cell.
Seperti yang dijelaskan diatas, ukuran cluster berpengaruh terhadap perencanaan radio
cellular. Dengan demikian, misalnya dalam sistem tersebut menggunakan susunan 7 cell cluster
seperti yang terlihat pada Gambar 1.8, maka diperlukan 7set frekuensi untuk dialokasikan pada
7 cell dalam cluster tersebut. Sehingga jika di dalam system radio celuler tersebut dialokasikan
210 frekuensi (channels), maka rata-rata untuk setiap cell hanya terdapat 30 kanal yang dapat
dialokasikan. Jika diperlukan 14 kanal control di dalam cluster tersebut, berarti rata-rata hanya
terdapat 28 kanal voice dalam setiap cell.
Aspek lainnya adalah jarak rata-rata antar cell yang menggunakan kanal sama. Jarak
antar cell yang menggunakan frekuensi sama disebut reuse distance (D). Reuse Distance
terkait erat dengan radius atau jari-jari cell. Perbandingan D terhadap R (D/R) disebut reuse
ratio:
(1.1)

Untuk 7-cell cluster dengan radius cell 2 mile, besarnya D adalah 9,2 mile. Yang
menyebabkan cochannel interface adalah frekuensi pancardari pada base station. Pengaruh dari
interfernsi dalam setiap cell dianggap berasal dari 6 penjuru. Perkiraan besarnya Carrier-to-
Interference ratio (CIR), dapat dirumuskan sbb:

Dengan menggunakan D/R ratio:

(1.2)

Dari rumus 1.2 diatas memperlihatkan bahwa CIR merupakan fungsi N, dan ditetapkan
sebagai C, sebagai contoh jika N=7, maka besarnya C lebih kecil atau sama dengan 73. Atau 18
dB
Disamping itu, ada dua faktor lain yang juga harus diperhitungkan, yaitu :
1. Adjucent Channel Interferance, yaitu interferensi yang berasal dari cell-cell yang
berdekatan. Bagi cluster dengan ukuran cell yang kecil pengaruhnya lebih jelek
2. Multipath Fading

Hal tersebut sangat berguna untuk menentukan jumlah kanal per cluster dan C ratio versus
cluster size N. Gambar 1.10 memperlihatkan hubungan antara jumlah kanal dan CIR dengan
N.
Sektorisasi lebih baik bagi cell-cell yang kecil, sebab dengan pengarahan dapat
memperbaiki performansi front-to-back ratio pada cell site, akan tetapi menurunkan jumlah
kanal radio yang dapat digunakan dalam cell, sebab jumlah cell yang ada di dalam cluster
meningkat menjadi tiga kalinya (untuk 120 sector cell). Umbrella Pattern Cell kadang-kadang
digunakan dalam operasi pada tingkat kepadatan pelanggan yang tinggi.

2.4.Sistem Cellular
Konsep dasar dari frequency planning dan reuse, serta mengontrol intererensi cochannel,
dapat diaplikasikan di dalam seluruh layanan radio. Pada sistem cellular, coverage area antara
base station yang satu dengan yang lainnya harus membentuk area cakupan yang kontinyu. Dua
buah features kunci pada sistem cellular, yaitu : penentuan lokasi mobile station dan handover.

Gambar 1.10 Number of radio channels per cell and the CIR plotted against cell cluster
size N

Penentuan Lokasi Mobile Station (Mobile Location)
Pada saat ada panggilan dari luar atau incoming call yang ditujukan pada salah satu
mobile station maka panggilan tersebut harus dirutekan ke arah cell dimana mobile station
tersebut berada, sehingga panggilan tersebut dapat dihubungkan. Salah satu cara untuk
mendapatkan kepastian lokasi mobile station tersebut adalah dengan memancarkan paging
message atau pesan panggilan yang ditujukan pada mobile station tersebut keseluruhan cell
site yang terdapat di dalam jaringan. Jelas disini bahwa, jika di dalam jaringan radio cellular
tersebut terdapat ratusan cell dan ribuan mobile station kapasitas signaling yang diperlukan
terlalu tinggi dan tidak praktis. Oleh sebab itu, jaringan radio cellular membagi area layanannya
menjadi beberapa location areas, setiap location area mempunyai nomer identitasnya sendiri-
sendiri. Identitas ini kemudian dipancarkan secara regular oleh base station-base station yang
berada pada location area tersebut sebagai bagian dari informasi kontrol sistem. Mobile station
pada saat bergerak di dalam area layanan dan dalam kondisi idle selalu locked atau terkunci
pada kanal control yang dipancarkan oleh base station terdekat (signalnya yang paling baik),
sehingga dimungkinkan pindah dari kanal kontrol yang berasal dari base station yang satu ke
lainnya. Disamping itu pada saat mobile station bergerak di dalam area layanan dapat
mendeteksi nomer indentitas dari location area dimana ia berada, sehingga apabila mobile
station tersebut pindah ke location area yang baru, secara otomatis akan melaporkan ke jaringan
tentang keberadaannya, sehingga jaringan akan mengetahui lokasi dan mobile station tersebut.
Informasi location area tersebut oleh jaringan selalu dicatat dan di-update sesuai dengan
keberadaannya mobile station.

Handover
Pada saat mobile station melakukan panggilan, kemudian bergerak keluar dari coverage area
base station dimana ia berkomunikasi, akan terjadi pemutusan hubungan. Untuk menghindari
terjadinya pemutusan hubungan tersebut di dalam sistem radio cellular, harus ada pelimpahan
penanganan atau handover antara base station yang satu dengan yang lainnya dimana mobile
station tersebut berada. Ada beberapa metode di dalam proses handover, tergantung pada
teknologi yang digunakan. Di dalam sistem cellular analog, pengontrolan handover oleh sistem
dengan cara secara kontinyu memonitor signal yang berasal dan mobile station yang sedang
melakukan panggilan atau call untuk mengecek kekuatan dan kualitas signal yang diterima.
Ketika signal turun dibawah treshold yang didahului yang lebih baik. Selanjutnya sistem
mengalokasikan kanal pada base station yang baru untuk menghandle percakapan mobile
station tersebut, mobile station diperintahkan untuk pindah ke kanal frekuensi yang baru
melalui kanal kontrol. Ke seluruhan proses pengukuran, pengalokasian kanal, dan handover
hanya ditempuh dalam waktu yang sangat cepat sehingga tidak dirasakan oleh pelanggan.
Perlu disadari oleh para operator radio cellular, bahwa yang dituntut oleh pelanggan tidak
hanya kemampuan handover saja, akan tetapi juga pengontrolan terhadap interferensi dan
pemeliharaan performansi operasi sistem seperti misalnya meningkatkan jumlah kanal jika
disinyalir kanal yang ada sudah tidak mampu lagi menghandle trafik. Salah satu cara yang
digunakan untuk meningkatkan jumlah kanal tersebut adalah dengan memperkecil ukuran cell.
Pengontrolan terhadap interferensi cochannel melalui mobile power control atau
pengontrolan daya pancar mobile station secara otomatis. Pada saat base station menerima
signal dari mobile station, mobile station tidak perlu memancar dengan daya ekstra, base station
dapat memerintah mobile station untuk menurunkan daya pancarnya melalui pesan signaling.
Dengan demikian, dengan menurunkan daya pancar mobile station penyebab interfensi dapat
dikurangi, sehingga membantu proses pengontrolan interferensi. Daya pancar dari base station
dijaga konstan karena berkaitan dengan ukuran cell.
Dalam teknologi digital, tidak hanya base station saja yang melakukan pengukuran signal
penerimaan, akan tetapi mobile station juga turut membantu proses handover. Mobile station
dapat mengukur signal yang diterimanya dari base station terdekat pada saat non-aktif times
slots, kemudian hasil pengukuran tersebut dilaporkan ke jaringan dan jaringan yang
menentukan dan melakukan handover.

The Fixed Supporting Network
Di dalam sistem radio cellular terdapat jaringan tetap atau fixed network yang digunakan
untuk mendukung operasi sistem radio cellular. Fixed network ini terdiri dari beberapa bagian
sesuai dengan fungsinya, yaitu :
Bagian yang menghubungkan seluruh base station untuk penyaluran signal informasi
maupun signaling dari dan ke pelanggan yang beroperasi dalam jaringan
Bagian yang merupakan pusat switching atau switching centers yang bertugas
mengarahkan trafik. Pusat switching di dalam sistem radio cellular disebut Mobile
Switching Centers (MSC). MSC tidak selalu berada dalam area cell cluster, akan tetapi
biasanya ditempatkan di tengah-tengah populasi pelanggan.
Transit Switching Center (TSC) yang berfungsi untuk hubungan dengan jaringan lain
seperti misalnya dengan PSTN, ISDN, atau lainnya.
Home Location Register (HLR) dan Visitor Location Register (VLR) yang berkaitan
dengan MSC walaupun secara fisik tidak menyatu dengan MSC.
Approach link. Yang tidak kalah pentingnya di dalam jaringan radio cellular adalah
approach link. Approach link adalah jaringan transmisi yang berfungsi menghubungkan
base station dengan pusat switching.

Secara konsep, diagram dari supporting fixed network diperlihatkan oleh gambar 1.11.
Dalam praktek, dalam suatu jaringan radio cellular terdapat beberapa MSC dan Base Station.
Network Management Center atau Operation and Maintenance Center (OMC) yang berfungsi
untuk :
Mengenali kesalahan
Strategi diversi kesalahan
Pengawasan pengarahan trafik (trafik routing)
Pencatatan kondisi interferensi
Program pemeliharaan
Monitoring kerja sistem
Dalam register juga menyediakan fasilitas untuk authentikasi pelanggan. Aunthentikasi
biasanya menyatu dengan HLR, seperti terlihat pada gambar 1.11. AuC terletak di bagian
Switching system seperti halnya HLR.

Seluruh Mobile Station yang digunakan di dalam jaringan, apakah jenis handheld,
portable, atau car mounted memiliki nomor identitas elektronik atau Mobile Identity Number
(MIN). MIN ini biasanya terdiri dari sepuluh digit yang diprogram di dalam memory Mobile
station oleh service provider. EIR bertugas melakukan pengecekan terhadap Nomor Identitias
Pelanggan. Lamanya waktu percakapan dicatat di dalam billing center. Secara umum
charge dibuat berdasarkan pada jarak antara dua user yang berkomunikasi.
Didalam fixed network terdapat koneksi trunk dengan PSTN, yang berfungsi untuk
menghubungkan antara pelanggan PSTN atau fixed subscriber dengan pelanggan bergerak.
Untuk menghubungi pelanggan bergerak, fixed subscriber men-dial nomer identitas pelanggan
(MSISDN dalam GSM). Sedangkan pelanggan bergerak untuk berkomunikasi dengan
pelanggan tetap atau fixed subscriber yaitu didahului dengan men-dial nomer kode area
sebelum nomer teleponnya. Dalam kedua kasus tersebut masalah pentarifannya disesuaikan
dengan tarif komunikasi bergerak.

1. Numbering Plans
Numbering plans atau penomeran di dalam sistem radio cellular terkait dengan
penomoran di dalam PSTN dan Mobile Equipment Identification Plan.
Numbering plan untuk jaringan telepon internasional dijelaskan di dalam rekomendasi
Consultative Commitee for International Telegraphy and Telephony (CCITT) E.163. Skema
dari sutruktur penomeran terlihat pada gambar 1.12. Dalam skema penomeran, setiap negara
atau zone ditetapkan kode negara atau Country Code (CC) yang terdiri dari satu, dua, atau
tiga digit, dengan panjang maksimum seluruhnya (nomer internasional) dua belas digit diluar
access prefixes seperti misalnya 0.00, dan 0.10, dll.
Numbering plan untuk ISDN, dijelaskan sesuai dengan rekomendasi CCITT E.164.
Prinsip utama dari numbering plan ISDN sama dengan numbering plan PSTN Rec CCITT
E.163 namun ada penambahan panjang nomer internasional menjadi 15 digit. Hal ini
memungkinkan adanya Network Destination Code (NDC) untuk mencakup E.163 trunk code
dan juga identitas jaringan khusus. Untuk jelasnya perhatikan gambar 1.12


Gambar 1.12 The E. 164 number structure and mobile numbering structure
Identifikasi atau Identification Plan untuk pelanggan bergerak tercantum di dalam
rekomendasi CCITT E. 212 dan alokasi Mobile Station Roaming Numbers atau MSRN
terdefinisi di dalam CCITT E.213.
Pada gambar 1.12 terlihat bahwa, nomer terdiri dari country code yang menunjukkan di
negara mana mobile station tersebut terdaftar, diikuti dengan National (significant) Mobile
Number yang terdiri dari Network Destination Code (NDC) dan Subscriber Number (SN).
Kode identifikasi pelanggan bergerak atau Mobile Identification Code dalam
kenyatannya terdiri dari 10 digit (tidak 15 digit), terdiri dari Country Code, NDC, dan SN. Di
dalam sistem radio cellular nomer tersebut dikenal sebagai MIN.
MIN 1 adalah merupakan country code, yang sekarang disebut sebagai Mobile Country
Code (MCC) terdiri dari tiga digit. Digit pertama menunjukkan Word Numbering Zone, zona
ini tidak sama dengan yang digunakan di dalam fixed network.
MIN 2 terdiri dari tujuh digit yang berkaitan dengan Mobile Unit Telephone Number.
Di dalam rekomendasi CCITT E.213 menetapkan hal-hal sbb :
Numbering plan harus memungkinkan diaplikasikannya prinsip-prinsip charging dan
accounting sistem telepon standar
Setiap administrasi (operator) harus dapat mengembangkan numbering plan-nya
sendiri
Numbering plan harus memungkinkan pergantian International Riaming Identity
tanpa merubah nomer telepon yang telah dialokasikan kepada pelanggan bergerak.
Dimungkinkan adanya Roaming tanpa kesulitan
Numbering plan berpedoman hanya untuk interkoneksi dengan PSTN.
Tidak dengan sistem radio mobile lainnya sebab tidak interkoneksi secara langsung

Nomer MIN dimuatkan ke dalam MS sebagai bagian dari Number Assignment Module
(NAM).

1.4 Performance Criteria

Jika dirinci, terdapat tiga kategori unjuk kerja (performance criteria) didalam
sistem Radio bergerak, yaitu :

1.4.1 Kualitas suara

Kualitas suara adalah merupakan hal yang sangat penting yang dibutuhkan oleh
user. Dan dikalangan engineer tidak dapat membayangkan, bagaimana suatu sistem
komunikasi dibuat tanpa ada jaminan kualitas suara.
Untuk komunikasi di kalangan militer, situasinya sangat berbeda, dimana prajurit harus
menggunakan peralatan yang sudah ditentukan, dengan demikian kualitas suara tidak
menjadi persyaratan utama.
Sedangkan didalam sistem komunikasi komersial, kualitas suara adalah merupakan
kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi. Penilaian kualitas suara (voice) didasarkan pada
kriteria (Circuit Merits) sbb :
CM5
Sangat baik, pembicaraan sangat jelas (excellent).
CM4
Baik, pembicaraan mudah dimengerti dengan sedikit noise.
CM3
Cukup, pembicaraan dapat dimengerti dengan sedikit perkiraan, dan kadang kadang
perlu diulangi.
CM2
Kurang, pembicaraan dapat dimengerti dengan cara diulang ulang.
CM1
Sangat kurang, pembicaraan sama sekali tidak dapat dimengerti.
1.4.2 Kualitas layanan

Terdapat tiga item yang diperlukan untuk memberikan jaminan kualitas pelayanan.

Luas cakupan (Coverage)

Sistem akan memberikan pelayanan pada suatu area dengan luas area yang
dimungkinkan. Oleh sebab bentuk permukaan area yang tidak rata, maka cakupan radio
tidak dapat mencapai 100 % dari luas area yang harus dilayani.
Ada 2 hal penting yang harus diperhatikan untuk memperluas area yaitu :
Menaikan daya pancar. Untuk memperluas area cakupan dengan mempertinggi
daya pancar dapa dilakukan untuk mengimbangi adanya kehilangan daya akibat
loss propagasi, dengan sendirinya menambah besarnya biaya.
Dengan daya pancar yang tinggi. Daya pancar tinggi akan dapat meningkatkan
kemungkinan terjadinya interferensi sehingga diperlukan pengontrolan
interferensi yang lebih baik.
Oleh sebab itu biasanya pada area yang datar, berbagai sistem mencoba untuk mencapai
cakupan 90 % dari area, sedangkan pada area yang berbukit bukit (tidak merata) adalah
75 % dari area. Untuk mendapatkan kualitas suara dan area cakupan, didalam sistem
cellular AMPS misalnya, menetapkan 75 % dari user mendapatkan kualitas suara antara
baik (good) dan sangat baik (excellent) didalam 90 % area pelayanan yang datar. Kualitas
suara dan kriteria area cakupan akan berubah sesuai dengan bentuk dan kondisi dari
permukaan area. Pada daerah yang berbukit bukit, kualitas suara antara baik dan sangat
baik harus didapatkan oleh 90 % user yang berada pada area seluas 75 % dari luas area
pelayanan.
Kebutuhan Tingkat pelayanan (Grade of service)
Pada saat permulaan (start) dalam kondisi normal, tingkat pelayanan dispesifikasikan
bagi suatu blocking probability 0,02 (2 %) untuk initiating call pada jam sibuk. Ini
adalah merupakan harga rata rata. Dalam kenyataannya kemungkinan terjadinya
blocking (blocking probability) pada setiap cell tidaklah sama. Pada jam sibuk, misalnya
pada lokasi dekat jala bebas hambatan (freeway), biasanya trafik kendaraan sangat padat,
dengan demikian kemungkinan terjadinya blocking pada cell yang berkaitan akam lebih
tinggi daripada 2 %, terlebih lagi pada saat terjadi kecelakaan. Untuk mengurangi tingkat
kegagalan (blocking probability) tersebut harus dilakukan sistem perencanaan yang baik
dan jumlah kanal radio yang mencukupi.

Banyaknya panggilan yang gagal (Number of dropped calls)
Misalkan, Q adalah banyaknya panggilan (call) dalam satu jam, jika dalam saatu jam
tersebut terdapat 1 panggilan yang drop (gagal) dan Q-1 panggilan yang berhasil, maka
besarnya call drop rate adalah 1/Q. Call drop rate tersebut harus selalu dijaga agar tetap
kecil, sebab apabila call drop rate tersebut besar, kemungkinan disebabkan oleh adanya
problem pada area cakupan atau terjadi problem handoff yang berkaitan dengan tidak
cukupnya jumlah kanal yang dapat digunakan pada area tersebut.

1.4.3 Special feature

Suatu sistem biasanya akan memberikan berbagai special features selama
dimungkinkan. Misalnya seperti call forwarding, call waiting, voice stored (VSR) box, automatic
roaming, atau navigation services. Walaupun demikian adakalanya customers tidak dapat biaya
tambahan untuk special service tersebut.

1.5 Propagation Issues

Propagasi radio didalam sistem radio cellular adalah merupakan hal yang sangat penting.
Propagasi atau perambatan gelombang radio dalam Sistem Komunikasi Radio Bergerak terdapat
hal hal yang unik yang tidak terjadi pada sistem komunikasi radio lainnya (Fixed Radio
Communication System), ada 3 hal pokok yang perlu dibahas, yaitu :

1.5.1 Mean signal level

Didalam free space atau ruang bebas, besarnya level signal penerimaan berbanding terbalik
dengan jarak, artinya jika jarak antara pemancar dan penerima semakin jauh maka besarnya level
penerimaan semakin kecil. Jadi besarnya redaman propagasi berbanding lurus dengan besarnya
frekuensi radio yang dipancarkan. Semakin besar frekuensi radio yang dipancarkan semakin
besar pula besarnya loss propagasi yang dialami oleh gelombang radio tersebut. Gambar 1.13
memperlihatkan hubungan daya signal atau signal strength dengan jarak.
Didalam decibel besarnya loss didalam free space dirumuskan sbb :

L = 32 + 20 log f
MHz
+ 20 log d
km
(1.3)

Dari rumus diatas dapat dihitung, misalnya pada frekuensi 900 MHz besarnya loss adalah 20 dB
lebih besar dibandingkan dengan besarnya loss pada frekuensi 90 MHz, sama halnya dengan
selisih loss pada jarak 9 km, besarnya loss pada jarak 90 km, 20 dB lebih besar dibandingkan
dengan loss pada jarak 9 km.
Rumus tersebut hanya akurat jika digunakan pada ruang bebas atau pada alur Line of Sight bebas
hambatan. Sedangkan pada sistem radio bergerak cellular lingkungannya sangat berbeda,
pengaruh refleksi dari permukaan (darat dan laut), gedung gedung, dll sangat menentukan,
sehingga rumur loss propagasi harus disesuaikan, seperti misalnya secara garis besar sbb.

L = 40 log d
m
- 20 log h
T
h
R
(1.4)

Dari persamaan diatas terlihat tiga perubahan penting dalam penentuan besarnya loss propagasi :
Besarnya Loss sangat dipengaruhi oleh jarak antara pemancar dan penerima diukur dalam
meter.
Tinggi kedua antena terhadap tanah (dalam cellular planning permukaan dianggap datar),
antena base station h, dan mobile station h
R
diukur dalam meter.
Besarnya frekuensi operasi.
Persamaan 1.4 memungkinkan penghitungan range atau ukuran cell secara garis besar dengan
menggunakan antena omni pada base station.

Gambar 1.13 Signal strength versus distance according to CCIR recomendation for a base station height of 5.6 m PT
= 10 W and hR = 1.5 m different frequencies are shown.
1.5.2 Actual propagation
Dari observasi memperlihatkan bahwa, propagasi gelombang radio didalam sistem radio
cellular harus memperhitungkan pengaruh pengaruh berikut ini.
Bentuk permukaan tanah yang tidak rata
Obstacle atau gedung penghalang LOS
Gedung - gedung dan pepohonan
Area pegunungan
Sehingga loss propagasi dapat dirumuskan sbb :
L = 40 log d
m
- 20 log h
T
h
R
+

(1.5)
adalah merupakan loss tambahan. Jika loss tambahan nilainya konstant, maka radio cell
bentuknya lingkaran dan besarnya jarak sama dengan radius atau jari jari lingkaran. Dalam
kenyataannya tidak konstant karena dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sehingga bentuk cell
radio tidak berupa lingkaran.
Besarnya loss propagasi dilingkungan radio cellular sangat bervariasi sesuai dengan kondisi
lingkungannya. Oleh Okumura Hatta secara riil dirumuskan sbb :
Loss = 92,44

+ 20 log f(GHz) x d(km)


Pada area metropolitan dengan ciri ciri : lebar jalan lebih dari 15 meter, tinggi gedung lebih
dari lima tingkat :
L = 69,5

+ 26,16 log f 13,82 log h1 3,2(log 11,72 x h2)
2
4,97 +
(44,9 6,55 log h1) x log d
Pada area perkotaan dengan ciri ciri : lebar jalan kurang dari 15 meter, tinggi gedung kurang
dari lima tingkat :
L = 69,5

+ 26,16 log f 13,82 log h1 (11 log f 0,7) x h2 - (1,56 log f
0,8) + (44,9 6,55 log h1) x log d
Daerah pinggiran kota dengan ciri : area rural dengan pemantulan (scater)rumah rumah dan
pepohonan.
L = 69,5

+ 26,16 log f 13,82 log h1 (1,1 log f 0,7) x h2 - (1,56 log
f 0,8) + (44,9 6,55 loh h1) x log d 2 log (f/28)
2
5,4
Area rural dengan ciri : padang rumput dan persawahan :
L = 69,5

+ 26,16 log f 13,82 log h1 (1,1 log f 0,7)

x h2 - (1,56 log f
0,8) + (44,9 6,55 log h1) x log d 4,78 (log f)
2
+ 18,33 log f
Dimana h1 = tinggi antena CS, h2 = tinggi antena terminal station (ST), f = frek (MHz), d =
jarak CS dengan ST (km).

1.5.3 Multipath Propagation

Situasi multipath didalam sistem radio bergerak disebabkan oleh adanya refleksi dan
penghamburan oleh gedung gedung, dan obstacle lain sepanjang alur radio sehingga muncul
level signal yang bervariasi dibagian penerima. Gelombang radio tiba di Mobile Station berasal
dari arah yang berlawanan dan delay waktu yang berlawanan pula, yang terdiri dari gelombang
langsung, gelombang pantul (tanah, gedung gedung, pepohonan, dll). Sehingga pada antena
terima, level gelombang yang diterima berupa resultante dari kombinasi level signal yang datang,
dan hal itu tergantung pada besarnya perbedaan alur signal (alur langsung & alur refleksi).
Mobile Station atau handheld bergerak dari satu lokasi ke lokasi yang lainnya, sehingga phase
dari gelombang yang datang sangat bervariasi, dengan demikian besarnya resultante signal
berubah ubah. Hal ini juga berkaitan dengan kecepatan gerak dari mobile station, dan
menimbulkan efek atau pergeseran droppler pada komponen frekuensi signal yang diterima. Dari
uraian tersebut, terlihat bahwa untuk mengenali sifat atau karakter kanal sistem komunikasi radio
bergerak adalah merupakan tugas yang sangat sulit.
Ada dua kasus yang secara umum dapat diidentifikasikan. Pertama, signal menduduki bandwidth
yang sempit. Dengan bandwidth yang sempit (narrowband) penyebaran delay waktu didalam
lingkungan multipath relatif kecil sehingga seluruh komponen yang ada didalam lingkungan
multipath relatif kesil sehingga seluruh komponen yang ada didalam lingkungan spectrum seolah
olah melalui jalan yang sama. Delay waktu mengacu pada waktu perjalanan gelombang radio
dari transmitter atau base station menuju mobile station, sehingga waktu tiba dari beberapa
gelombang yang datang (gelombang langsung dan pantul) variasinya sangat tergantung pada
perbedaan alurnya.
Jadi didalam narrowband, boleh dikatakan tidak ada frequency selective effects, dan
karakteristik dari kanal dapat diekspresikan melalui pengaruhnya terhadap pesan yang dibawa.
Sedangkan kasus kedua terjadi Pada signal wideband (band lebar), yaitu adanya frekuensi selective
effects problem atau permasalahan yang timbul di dalam narrowband, terjadi khusunya pada daerah
perkotaan, sebab antena dari mobile station lebih rendah dari gedung-gedung atau bangunan di sekitarnya.
Sehingga hubungan antara base station dengan mobile station tidak dapat LOS (line of sight), mobile
station posisinya tertutup oleh gedung-gedung atau bangunan di sekitarnya. Karna panjang gelombang
dari band UHF kurang dari 1 m, maka posisi antena MS tidak dapat dirubah secara drastic, sehingga tidak
dapat merubah signal yang diterima sampai dengan puluhan dB. Gambar 1.14 memperlihatkan propagasi
gelombang radio di area perkotaan, dimana banyak gedung-gedung atau bangunan disekitarnya yang
berfungsi sebagai pemantul dan penghambur.




Gambar 1.14 Illustrasi propagasi radio di daerah perkotaan


Gambar 1.15 Illustrasi sebuah pola tipe pesan dari sinyal VHF yang diterima pada kondisi
multipath.

Secara kontinyu MS bergerak di dalam medan dengan periode waktu dan level signal
penerimaan yang bervariasi yang kemudian juga diperparah dengan adanya pergeseran Doppler.
Fluktuasi sinyal tersebut disebabkan oleh local multipath atau yang dikenal sebagai fast
fading untuk membedakan dan variasi yang lebih panjang yang disebut sebagai slow fading.
Hasil rekaman atau gambar dari fast fading diperlihatkan pada gambar 1.15

Fading dengan kedalaman kurang dari 20 dB lebih sering terjadi, sedangkan yang kedalamannya
mencapai 30 dB jarang terjadi. Kecepatan fading diobservasi dengan jarak kira-kira panjang
gelombang, sehingga pada frekuensi VHF dan UHF dengan kecepatan MS 50 km/jam dapat
terjadi beberapa fading dalam setiap detiknya. Amplitudo atau selubung signal multipath dikenali
melalui fungsi distribusi amplitude yang kemudian disebut Rayleigh fading. Poit terpenting
dari hasil tersebut adalah spectrum signal hasil observasi dari komponen carrier tunggal yang
berasal dari pemancar denga distribusi kepadatan daya spectrum spesifik seperti gambar 1.16.
Batas dari diviasi spectral adalah +/- f
d
dimana f
d
adalah frekuensi pergeseran Doppler maximum
dari kendaraan denga kecepatan v

|

|

Komponen gelombang yang dating dari depan kendaraan disebut pergeseran Doppler positif
(nilai maximum = f
d
) sedangkan yang datang dari belakang kendaraan disebut pergeseran
negative (nilai maximum f
d
)

Contoh
Kecepatan kendaraan 60 km/jam, besarnya frekuensi 900 Mhz, besarnya pergeseran Doppler
maksimum adalah 53 Hz.


= (60 x 1000) : 0,33 x 60 x 60 = 53 Hz
Sehingga perubahan frekuensi atau kecepatan, secara proporsional akan menghasilkan perubahan
pada f
d
.
Penjelasan tersebut menunjukkan variasi selubung (envelope) dan phase dan signal yang
diterima diterima oleh mobile yang bergerak pada saat carrier murni tanpa modulasi dipancarkan
oleh base station.

frekuensi yang terpancar di dalam suatu bandwidth perlu dipertimbangkan .Jika frekuensi-
frekuensi tersebut sama-sama menutup, kemudian perbedaan alur propagasi di dalam medium
multipath memiliki panjang yang hampir sama untuk kedua komponen, maka amplitudo dan
variasi atau penambahan phase mereka hampir sama Hal tersebut adalah kasus pada
narrowband Jika separasi antar frekuensi mengalami kenaikan, maka perilaku antara
frekuensi yang satu dengan lainnya tidak ada korelasmya Hal ini disebabkan karena adanya
perbedaan pergeseran phase dari alur transmisi yang dilalui kedua frekuensi tersebut.



Gambar 1 16 Power spectral density function of an RF carrier caused by rayleigh fading


Gambar 1.17 Power spectrum density function for thee principal path delays

Jauh dekatnya korelasi antar frekuensi tergantung pada besarnya penyebaran perlambatan
waktu (time delay), pergeseran phase muncul sebagai akibat dari panjang akar atau
lintasan yang sangat panjang Untuk penyebaran delay yang besar phase dan komponen-
komponen yang datang bervariasi sampai beberapa radian, walaupun separasi antar
frekuensi tersebut cukup kecil Jika signal yang menduduki suatu bandwidth lebih besar
daripada komponen spectral, melalui cara yang serupa akan timbul distorsi, sehingga
amplitudo dan phase dari berbagai komponen spektral dari signal yang diterima tidak sama
dengan amplitudo dan phase pada saat dikirim fenomena itu disebut sebagai frequency
selective fading


1.18 Typical scattered power profile in suburban environment
Gambar 1.17 mencoba untuk menjelaskan situasi Dari gambar tersebut terdapat tiga
kernungkinan fungsi Rayleigh power spectral density. Waktu perlambatan tergantung pada
masing-masing komponen spectral, walaupun secara prinsip jarak setiap penghambur sangat
menentukan besarnya delay lintasan (path delay) Seluruh scatter atau penghambur
mempunyai sumber signal yang sama yaitu base station, karenanya signal didistribusikan
diantara tiga hal dalam prakteknya, situasi sama dengan yang diperlihatkan gambar 1.18
Pergeseran Doppler dan setiap komponen tetap sama sedangkan selubung spektralnya
dipengaruhi oleh lingkungan

Total signal
level


1.6. Spectral Efficiency
Efisiensi spektral di dalam sistem radio bergerak cellular dapat diukur melalui dua cara.
Pertama adalah jumlah kanal voice per megahertz per kilometer kuadrat. Di dalam sistem
FDMA, pengertian jumlah kanal radio per megahertz bandwidth yang dialokasikan, lebih
mudah dimengerti. Berapa kali kanal yang sama dapat digunakan di dalam area layanan
tergantung pada susunan cluster seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Kedua, efisiensi
spectral juga dapat didefinisikan berdasarkan intensitas trafik yang dapat berikan oleh
jaringan, sehingga memberikan difinisi alternatif . Jumlah Erlang per megahertz per
kilometer kuadrat. Hal ini dapat mengukur kuantitas trafik pada satu kanal voice atau group
kanal voice per unit waktu Besarnya trafik yang dapat ditangani oleh spektrum frekuensi
yang dialokasikan dalam suatu wilayah tergantung pada ukuran cell.

1.6.1. Traffic intensity and Grade of Service
Panggilan telepon dibuat oleh customer sesuai dengan kebiasaannya, keperluannya, atau
kaitannya dengan bisnis* Kebanyakan customer melakukan panggilan sesuai dengan pola
variasi sepanjang hari, dan perangkat jaringan telepon harus mampu memenuhi kebutuhan
maximum dalam suatu periode waktu tertentu, biasanya disebut sebagai jam sibuk, yang
oleh operator telepon merupakan salah satu bahan masukan untuk keperluan perencanaan
jaringan. Faktor-faktor dasar yang berkaitan dengan demand (kebutuhan), adalah call
attemp rate, call holding time , jumlah kanal dan Grade Of Service (GOS)* Hasil dari
kedua faktor pertama adalah merupakan "offered traffic", yang menunjukkan lamanya
waktu yang oleh sejumlah pelanggan diinginkan untuk menduduki saluran. Besarnya beban
yang menduduki satu kanal atau trunk disebut satu Erlang; satu erlang menunjukkan
pendudukan sirkuit selama satu jam, dengan demikian bisa dikatakan bahwa 1 erlang = 1
call-jam/jam .
Bisa juga, kepadatan trafik maksirnum di dalam satu kanal disebut satu erlang.
Persamaan trafik dapat ditulis sbb :

Trafik - n.1/3600 Erlang
Dimana :
n = Jumlah panggilan dalam satu jam T = Waktu/durasi panggilan rata-rata (dalam detik)
Grade of Service (GOS) adalah besarnya probabiiitas/kemungkinan terjadinya kegagalan
panggilan karena kongesti saluran/kanal,.
Misalnya, GOS 1% artinya dalam setiap 100 panggilan terdapat 1 panggilan yang gagal
(blocking call).
GOS digunakan untuk menentukan tingkat kongesti yang dijumlahkan dalam dimensioning
suatu network. Untuk mengetahui jumlah kanal, diperlukan asumsi trafik perpelanggan trafik
per pelanggan didefinisikansebagai jumlah waktu rata-rata satu pelanggan melakukan
panggilan dalam jam paling sibuk Atau dapat dirumuskan :

Trafik per pelanggan = Traffik total (offered load) : Jumlah pelanggan.
Besarnya offered load dapat dicari melaiui tabei Erlang B.

1.6.2 Calculation of Spectral Efficiency
Jika dilihat dari banyaknya kanal per megahertz per kilometer kuadrat, maka efisiensi
spkertral dapat didefinisiakn sbb:

a
=jumlaha kanal yang dapat digunakan /total bandwidth x cluster area

Dengan berasumsi bahwa ukuran cell sama atau uniform dan di dalamcluster terdapat N
cell, setiap cell mempunyai radius R, maka pernyataan diatas dapat dmyatakan
dalampersamaan berikut:


(1.8)

Dimana F
b
adalah protected voice coding bit rate (jumlah bit rate voice + bit bit proteksi),
dan C
i
adalah Carrier to Interface ratio. Hasil dari persamaan tersebut memperlihatkan
secara langsung kaitannya dengan banyaknya cell dalam setiap cluster (ukuran cluster)
akan tetapi akan lebih menonjolkan hubungannya dengan carrier to interface ratio (C/I).
Faktor lain yang harus dipikirkan adalah bagaimana hubungan antara forward error
correction (FEC) dan C
i
ratio , karena barangkali error correction diperlukan pada C
i
ratio
yang lebih kecil.

1.6.3. Access Efficiency
yang dibahas dalam hal ini dalah jumlah kanal yang digunkan untuk keperluan kanal voice ,
efisiensi dinyatakan dalam jumlah erlang per megahertz per kilometer kuadrat , yang hampir
sama dengan faktor
s
. Untuk membebani setiap kanal , harus menggunakan suatu bentuk
multiaccsess dan di asumsikan lebih banyak user dari pada jumlah kanal. Untuk mengetahui
besarnya accsess efficiency
a
dapaty dihitung melalui persamaan berikut :


a
=


(1.9)

Dalam FDMA diperlukan guard band antar kanal yang saling berdekatan , dan juga untuk
keperluan kanal kontrol. Jadi jelasnya
a
selalu lebih kecil dari 100% sehinggan terdapat
loss effeciency.
Untuk TDMA , efficiency tergantung pada berapa jumlah bit didalam satu time frame
yang digunakan untuk pesan dan beberapa overhead . Untuk Setiap group kanal efisiensi
spektrumnya dinyatakan dengan formula sbb:

a
=


(1.10)

dimana

adalah jumlah time slot untuk voice per frame


Sebagai contoh di dalam sistem GSM , dimana periode time slot adalah = 576,9 s , periode
time frame = 4,615 ms , jumlah time slot per frame = 8 maka :

a
=

x 100 %
Sayangnya , kebanyakan setiap time slot didalamnya sudah memuat error protection bits ,

tail bits ,training squences , dan guard space , sehingga dengan menggunakan formula (1.10)
tidak akurat lagi . Untuk itu , indikasi yang lebih akurat dari access efficiency digunakan
formula alternatif sbb:

a
=



(1.11)

Dimana bit rate kanal voice = 13kbps dan group bandwidth yang digunakan = 270,833
Kbps .
Jadi

a
=

x 100% = 38 %
Dari contoh diatas terlihat bahwa , terdapat loss efficiency , sebab ada beberapa bit yang
digunakan untuk keperluan lain selain kanal voice , akan tetapi hal tersebut sangat
diperlukan untuk perlindungan dan keamanan data yang dikirimkan , sehingga walaupun
ditinjau dari segi efisiensi spektrum berkura,ng namun ada keuntungan lain yang sangat
penting .
Sedangkan i dalam sistem narrow band TDMA , dipasah-pisahkan menjadi beberap
spektrum sesuai dengan prinsip FDMA (TDMA / FDMA ) . Sehinggan setiap carrir dengan
lebar band yang telah ditentukan dibagi-bagi menjadi satugroup kanal. Dengan demikian
Accsess efficiency harus dimodifikasi dengan formula :

a
=


(1.12)

dimana bandwidth per frame = B
F
jumlah carrier =NC , dan lebar band (bandwidth ) sistem
= Bw

a
=

(1.13)

dalam GSM , dimana Bf= 200 KHz NC= 125 dan bandwidth = 25 MHz (double untuk
duplex).

a
=




Sehingga terlihat , bahwa di dalam narrowband TDMA seolah-olah tidak loss efficiency .
Di dalam TACS , Bf = 25 KHz , NC = 1000 , BW = 25 access efficiency kelihatannya 100
%.
Dari kedua contoh tersebut kelihatannya tidak ada loss efficiency , namun kenyataannya
tidak demikian , sebab ada beberapa kanal yang digunakan sebagai kanal kontrol.


1.6.4 Overall efficiency

Overall efficiency adalah merupakan hasil perkalian spektarl efficiency dan access
efficency , sehingga dirumuskan :

0
=
s x

a

jika diperoleh access efficiency (
a
) 100 % , maka overall efficiency tergantung pada
spektral efficiency (
s
). Formula
s
telah diberikan pada persamaan (1.8) , ini adalah
formula pendekatan sebab dalam persamaan tersebut belum memperhitungkan loss
performansi yang berkaitan dengan FEC . Demikian juga dalam narrowband TDMA ,
access efficiency adalah tidak 100 % , sebab harus memperhitungkan adanya seluruh
overhead di dalam algoritma speech , coding , dll. Sehingga loss efficiency selalu ada
.Dengan demikian formula dasar
s
memperlihatkan keterbatasa-keterbatasan yang nyata
dalam sistem radio cellular , yaitu :

Bandwidth voice atau bit rate . Saat inin , dalam teknologi digital mempunyai level yang
sepadan dengan analog.
Carrier to- cochannel interference yang lebih baik .Dengan Ci yang kecil dapat
memperbaiki efisiensi (setiap penurunan 6 dB = 40 % perbaikan efisiensi ) . Dalam
teknologi digital ci yang kecil dimungkinkan.
Memperkecilukuran cell akan memberikan keuntungan nyata . Pengontrolan power pada
base station dan mobile transmitter melalui kontrol digital memungkinkan ukuran cell yang
lebih kecil.





1.7 Interferensi
Interferensi merupakan suatu ganguan yang dimungkinkan didalam sistem komunikasi radio
. Didalam sistem telekomuniksi bergerak cellular , ganguan interferensi dapat dibedakan
menjadi :

Cochannel interference (frequency reuse interference).
Adjacent-Channel interfrence (interferensu dari kanal yang berbatasan / berdekatan.
Interference from other system (interferensi dari sistem lain.

Masing masing jenis interferensi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
Cochannel Interference ( Frequency Reuse Interference)
Interferensi ini dapat terjadi oleh beberapa sebab akan tetapi yang paling menentukan
menjadi sebab terjadinya interferensi jenis ini adalah berasal dari cell-cell yang
menggunakan frekuensi yang sama (Cochannel cell)
Untuk lebih jelasnya lihat gambar berikut

Gambar 1.19 co channel interference from six nterferer
Interferensi ini tidak selalu dialami oleh user akan tetapi terjadi secara temporer .
Bila iterferensi ini terjadi maka akan menutup (memblok) kanal sehingga akan sangat
menggangu user . di dalam sistim AMPS cell-cell yang berdekatan dilengkapi dengan
peralatan SAT (Supervisory Audio Tones ) yang berbeda ( berkisar 6 KHz) yang
du=igunakan untuk mengidentifikasi carrier yang asing (foreign carrier). Tone tersebut
memperkecil kemungkinan terjadinya kesalahan control akibat cochannel atau adjcent
channel interference.

Didalam sistem analog . interferensi ini sudah dianggap menggangu apabila
CARRIER to INTERFERER RATIO lebih kecil dari 18 dB. Sedangkan didalam sisitem
digital bisa lebih kecil lagi (kira-kira 11dB).
Di lingkungan multipath rendah (low multipath environments) atau hendheld dalam
kondisi diam (stasionary handheld) problem yang dialami biasannya hanya dari rendahnya
level penerimaan. Besar kecilnya level tersebut sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
operasi di dalam lingkungsn yang banyak kemungkinan terjadi ganguan interferensi.
Untuk mengatsai problem interferensi tersebut di dalam sistem AMPS DETECTION
FOREIGN SAT codes secara temporer melakukan blocking terhadap kanal-kanal yang
tidak digunakan.Dengan demikian kanal-kanal yang kemungkinan menimbulkan
interferensi dapat dikurangi. Disamping itu kemungkinan terjadinya cross talk dan call
dropout juga dapat ditimbulkan oleh co channel cell interference .
Interferensi Cochannel biasanya terjadi pada tempat-tempat (site) yang tinggi
,misalnya bpenggunaan handheld di puncak-puncak gedung yang tinggi atau kendaraan
yang sedang ba=erada pada dataran tingi. Kenaikan kapasitas akan dapat meningkatkan
penggunaan frequency reuse , sehingga kemungkinan terjadi ya problem interferensi juga
semakin meningkat . Dengan demikian harus dicarikan jalan pemecahan untuk mengatasi
meningkatnya kemungkinan terjadinya interferensi sejalan dengan peningkatan penggunaan
frekuensi reuse atau peningkatan kapasitas sistem.

Adjacent- Channel Interference ( interferensi dari kanal yang berdekatn ).
Bentuk lain dari interferensi yang kemungkinan dapat terjadi didalam sistem radio cellular
adalah Adjacent Channel Interference yaitu interfrensi yang disebabkan oleh pengaruh
dari frekuensi kanal yang berdekatan . untuk lebih jelasnya dapat dilihat melalui gambar
berikut :

Adjacent interference dapat menimbulkan kerusakan atau kehilangan data dan dapat
menimbulkan call failure khususnya dalam sistem AMPS dan TACS (Total Access).
Adjacent channel interference dapat diatasi dengan cara perencanaan frekuensi yang benar
misalnya dengan CELL PLANS atau cell planing dengan perencanaan cell yang benar maka
problem interferensi antar cell dapat diperkecil.
Intereferensi ini juga bisa terjadi pada base station yang menggunakan frekuensi kanal
yang berdekatan , dan hal ini akan berpengaruh terhadap besarnya incoming call failure
rates.

Ada dua cara yang paling efektif untuk mengatasi Adjacent Channel Interference
yaitu kyang pertama dengan mengatur kemkringan (sudut pancar) antena dan yang kedua
mengurangi kletinggian antena . Cara ini dapat membatasi bidang pancaran dengan tidak
banyak mengurangi besarnya level penerimaan terutama untuk pesawat penerima yang
lokasinya berdekatan.

Interference from other System (interferensi dari sistem lain )
Interferensi jenis ini disebabkan oleh sistem lain atau cellular lain hyang mempunyai alokasi
frekuensi sama atau berdektan . Misalkan saja diasumsikan bahwa di dalam satu area atau
dua area yang berdekatan .


Gambar 1.20 Adjacent channel interference

Adjacent Interference dapat menimbulkan kerusakan atau kehilangan data dan dapat
menimbulkan call failure khususnya dalam sistim AMPS dan TACS (Total Access).
Adjacent-Channel Interference dapat diatasi dengan cara perencanaan frequensy
yang benar misalnya dengan CELL PLANS atau cell planning, dengan perencanaan cell
yang benar maka problem interferensi antar cell dapat diperkecil.
Interferensi ini juga dapat terjadi antara base station yang menggunakan frekuensi kanal
yang berdekatan, dan hal ini akan berpengaruh terhadap besarnya incoming-call (to the
mobile) failure rates.
Ada dua cara yang paling efektif untuk mengatasi Adjacent-Channel Interference
yaitu yang pertama dengan mengatur kemiringan (sudut pancar) antena dan yang kedua
mengurangi ketinggian antena. Cara ini dapat membatasi bidang pancaran dengan tidak
banyak mengurangi besarnya level penerimaan terutama untuk pesawat penerima yang
lokasinya berdekatan.


Interference From Other System (Interferensi dari sistim lain).
Interferensi jenis ini disebabkan oleh sistem lain atau cellular lain yang mempunyai alokasi
frekuensi sama atau berdekatan. Misalkan saja diasumsikan bahwa di dalam satu area atau
dua area yang berdekatan




Dimana Fb adalah protected voice coding bit rate (jumlah bit rate voice + bit bit proteksi),
dan C
i
adalah Carrier to Interface ratio. Hasil dari persamaan tersebut memperlihatkan
secara langsung kaitannya dengan banyaknya cell dalam setiap cluster (ukuran cluster)
akan tetapi akan lebih menonjolkan hubungannya dengan carrier to interface ratio (C/I).
Faktor lain yang harus dipikirkan adalah bagaimana hubungan antara forward error
correction (FEC) dan C
i
ratio , karena barangkali error correction diperlukan pada C
i
ratio
yang lebih kecil.

1.6.3. Access Efficiency
yang dibahas dalam hal ini dalah jumlah kanal yang digunkan untuk keperluan kanal voice ,
efisiensi dinyatakan dalam jumlah erlang per megahertz per kilometer kuadrat , yang hampir
sama dengan faktor
s
. Untuk membebani setiap kanal , harus menggunakan suatu bentuk
multiaccsess dan di asumsikan lebih banyak user dari pada jumlah kanal. Untuk mengetahui
besarnya accsess efficiency
a
dapaty dihitung melalui persamaan berikut :


a
=


(1.9)

Dalam FDMA diperlukan guard band antar kanal yang saling berdekatan , dan juga untuk
keperluan kanal kontrol. Jadi jelasnya
a
selalu lebih kecil dari 100% sehinggan terdapat
loss effeciency.
Untuk TDMA , efficiency tergantung pada berapa jumlah bit didalam satu time frame
yang digunakan untuk pesan dan beberapa overhead . Untuk Setiap group kanal efisiensi
spektrumnya dinyatakan dengan formula sbb:

a
=


(1.10)

dimana

adalah jumlah time slot untuk voice per frame


Sebagai contoh di dalam sistem GSM , dimana periode time slot adalah = 576,9 s , periode
time frame = 4,615 ms , jumlah time slot per frame = 8 maka :

a
=

x 100 %
Sayangnya , kebanyakan setiap time slot didalamnya sudah memuat error protection bits ,

tail bits ,training squences , dan guard space , sehingga dengan menggunakan formula (1.10)
tidak akurat lagi . Untuk itu , indikasi yang lebih akurat dari access efficiency digunakan
formula alternatif sbb:

a
=



(1.11)

Dimana bit rate kanal voice = 13kbps dan group bandwidth yang digunakan = 270,833
Kbps .
Jadi

a
=

x 100% = 38 %
Dari contoh diatas terlihat bahwa , terdapat loss efficiency , sebab ada beberapa bit yang
digunakan untuk keperluan lain selain kanal voice , akan tetapi hal tersebut sangat
diperlukan untuk perlindungan dan keamanan data yang dikirimkan , sehingga walaupun
ditinjau dari segi efisiensi spektrum berkura,ng namun ada keuntungan lain yang sangat
penting .
Sedangkan i dalam sistem narrow band TDMA , dipasah-pisahkan menjadi beberap
spektrum sesuai dengan prinsip FDMA (TDMA / FDMA ) . Sehinggan setiap carrir dengan
lebar band yang telah ditentukan dibagi-bagi menjadi satugroup kanal. Dengan demikian
Accsess efficiency harus dimodifikasi dengan formula :

a
=


(1.12)

dimana bandwidth per frame = B
F
jumlah carrier =NC , dan lebar band (bandwidth ) sistem
= Bw

a
=

(1.13)

dalam GSM , dimana Bf= 200 KHz NC= 125 dan bandwidth = 25 MHz (double untuk
duplex).

a
=




Sehingga terlihat , bahwa di dalam narrowband TDMA seolah-olah tidak loss efficiency .
Di dalam TACS , Bf = 25 KHz , NC = 1000 , BW = 25 access efficiency kelihatannya 100
%.
Dari kedua contoh tersebut kelihatannya tidak ada loss efficiency , namun kenyataannya
tidak demikian , sebab ada beberapa kanal yang digunakan sebagai kanal kontrol.


1.6.4 Overall efficiency

Overall efficiency adalah merupakan hasil perkalian spektarl efficiency dan access
efficency , sehingga dirumuskan :

0
=
s x

a

jika diperoleh access efficiency (
a
) 100 % , maka overall efficiency tergantung pada
spektral efficiency (
s
). Formula
s
telah diberikan pada persamaan (1.8) , ini adalah
formula pendekatan sebab dalam persamaan tersebut belum memperhitungkan loss
performansi yang berkaitan dengan FEC . Demikian juga dalam narrowband TDMA ,
access efficiency adalah tidak 100 % , sebab harus memperhitungkan adanya seluruh
overhead di dalam algoritma speech , coding , dll. Sehingga loss efficiency selalu ada
.Dengan demikian formula dasar
s
memperlihatkan keterbatasa-keterbatasan yang nyata
dalam sistem radio cellular , yaitu :

Bandwidth voice atau bit rate . Saat inin , dalam teknologi digital mempunyai level yang
sepadan dengan analog.
Carrier to- cochannel interference yang lebih baik .Dengan Ci yang kecil dapat
memperbaiki efisiensi (setiap penurunan 6 dB = 40 % perbaikan efisiensi ) . Dalam
teknologi digital ci yang kecil dimungkinkan.
Memperkecilukuran cell akan memberikan keuntungan nyata . Pengontrolan power pada
base station dan mobile transmitter melalui kontrol digital memungkinkan ukuran cell yang
lebih kecil.





1.7 Interferensi
Interferensi merupakan suatu ganguan yang dimungkinkan didalam sistem komunikasi radio
. Didalam sistem telekomuniksi bergerak cellular , ganguan interferensi dapat dibedakan
menjadi :

Cochannel interference (frequency reuse interference).
Adjacent-Channel interfrence (interferensu dari kanal yang berbatasan / berdekatan.
Interference from other system (interferensi dari sistem lain.

Masing masing jenis interferensi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
Cochannel Interference ( Frequency Reuse Interference)
Interferensi ini dapat terjadi oleh beberapa sebab akan tetapi yang paling menentukan
menjadi sebab terjadinya interferensi jenis ini adalah berasal dari cell-cell yang
menggunakan frekuensi yang sama (Cochannel cell)
Untuk lebih jelasnya lihat gambar berikut

Gambar 1.19 co channel interference from six nterferer
Interferensi ini tidak selalu dialami oleh user akan tetapi terjadi secara temporer .
Bila iterferensi ini terjadi maka akan menutup (memblok) kanal sehingga akan sangat
menggangu user . di dalam sistim AMPS cell-cell yang berdekatan dilengkapi dengan
peralatan SAT (Supervisory Audio Tones ) yang berbeda ( berkisar 6 KHz) yang
du=igunakan untuk mengidentifikasi carrier yang asing (foreign carrier). Tone tersebut
memperkecil kemungkinan terjadinya kesalahan control akibat cochannel atau adjcent
channel interference.

Didalam sistem analog . interferensi ini sudah dianggap menggangu apabila
CARRIER to INTERFERER RATIO lebih kecil dari 18 dB. Sedangkan didalam sisitem
digital bisa lebih kecil lagi (kira-kira 11dB).
Di lingkungan multipath rendah (low multipath environments) atau hendheld dalam
kondisi diam (stasionary handheld) problem yang dialami biasannya hanya dari rendahnya
level penerimaan. Besar kecilnya level tersebut sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
operasi di dalam lingkungsn yang banyak kemungkinan terjadi ganguan interferensi.
Untuk mengatsai problem interferensi tersebut di dalam sistem AMPS DETECTION
FOREIGN SAT codes secara temporer melakukan blocking terhadap kanal-kanal yang
tidak digunakan.Dengan demikian kanal-kanal yang kemungkinan menimbulkan
interferensi dapat dikurangi. Disamping itu kemungkinan terjadinya cross talk dan call
dropout juga dapat ditimbulkan oleh co channel cell interference .
Interferensi Cochannel biasanya terjadi pada tempat-tempat (site) yang tinggi
,misalnya bpenggunaan handheld di puncak-puncak gedung yang tinggi atau kendaraan
yang sedang ba=erada pada dataran tingi. Kenaikan kapasitas akan dapat meningkatkan
penggunaan frequency reuse , sehingga kemungkinan terjadi ya problem interferensi juga
semakin meningkat . Dengan demikian harus dicarikan jalan pemecahan untuk mengatasi
meningkatnya kemungkinan terjadinya interferensi sejalan dengan peningkatan penggunaan
frekuensi reuse atau peningkatan kapasitas sistem.

Adjacent- Channel Interference ( interferensi dari kanal yang berdekatn ).
Bentuk lain dari interferensi yang kemungkinan dapat terjadi didalam sistem radio cellular
adalah Adjacent Channel Interference yaitu interfrensi yang disebabkan oleh pengaruh
dari frekuensi kanal yang berdekatan . untuk lebih jelasnya dapat dilihat melalui gambar
berikut :

Adjacent interference dapat menimbulkan kerusakan atau kehilangan data dan dapat
menimbulkan call failure khususnya dalam sistem AMPS dan TACS (Total Access).
Adjacent channel interference dapat diatasi dengan cara perencanaan frekuensi yang benar
misalnya dengan CELL PLANS atau cell planing dengan perencanaan cell yang benar maka
problem interferensi antar cell dapat diperkecil.
Intereferensi ini juga bisa terjadi pada base station yang menggunakan frekuensi kanal
yang berdekatan , dan hal ini akan berpengaruh terhadap besarnya incoming call failure
rates.

Ada dua cara yang paling efektif untuk mengatasi Adjacent Channel Interference
yaitu kyang pertama dengan mengatur kemkringan (sudut pancar) antena dan yang kedua
mengurangi kletinggian antena . Cara ini dapat membatasi bidang pancaran dengan tidak
banyak mengurangi besarnya level penerimaan terutama untuk pesawat penerima yang
lokasinya berdekatan.

Interference from other System (interferensi dari sistem lain )
Interferensi jenis ini disebabkan oleh sistem lain atau cellular lain hyang mempunyai alokasi
frekuensi sama atau berdektan . Misalkan saja diasumsikan bahwa di dalam satu area atau
dua area yang berdekatan .


Gambar 1.20 Adjacent channel interference

Adjacent Interference dapat menimbulkan kerusakan atau kehilangan data dan dapat
menimbulkan call failure khususnya dalam sistim AMPS dan TACS (Total Access).
Adjacent-Channel Interference dapat diatasi dengan cara perencanaan frequensy
yang benar misalnya dengan CELL PLANS atau cell planning, dengan perencanaan cell
yang benar maka problem interferensi antar cell dapat diperkecil.
Interferensi ini juga dapat terjadi antara base station yang menggunakan frekuensi kanal
yang berdekatan, dan hal ini akan berpengaruh terhadap besarnya incoming-call (to the
mobile) failure rates.
Ada dua cara yang paling efektif untuk mengatasi Adjacent-Channel Interference
yaitu yang pertama dengan mengatur kemiringan (sudut pancar) antena dan yang kedua
mengurangi ketinggian antena. Cara ini dapat membatasi bidang pancaran dengan tidak
banyak mengurangi besarnya level penerimaan terutama untuk pesawat penerima yang
lokasinya berdekatan.


Interference From Other System (Interferensi dari sistim lain).
Interferensi jenis ini disebabkan oleh sistem lain atau cellular lain yang mempunyai alokasi
frekuensi sama atau berdekatan. Misalkan saja diasumsikan bahwa di dalam satu area atau
dua area yang berdekatan

Anda mungkin juga menyukai