Anda di halaman 1dari 34

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Telekomunikasi Seluler

Konsep dasar dari suatu sistem selular adalah pembagian pelayanan

menjadi daerah-daerah kecil yang disebut sel. Setiap sel mempunyai daerah

cakupannya masing-masing dan beroperasi secara khusus. Jumlah sel pada

suatu daerah geografis adalah berdasarkan pada jumlah pelanggan yang

beroperasi di daerah tersebut. Suatu sel pada dasarnya merupakan pusat

komunikasi radio yang berhubungan dengan MSC yang mengatur panggilan

yang masuk. Jangkauan pengiriman sinyal pada sistem komunikasi bergerak

selular dapat diterima dengan baik tergantung pada kuatnya sinyal batasan

sel para pemakainya. Tetapi, masih terdapat faktor lain yang dapat menjadi

kendala untuk sinyal yang dikirim dapat diterima dengan baik. Faktor lain

yang dimaksud adalah faktor geografis (alam). Ukuran sel pada system

komunikasi seluler dapat dipengaruhi oleh:

1. Kepadatan pada traffic.

2. Daya pemancar, yaitu Base Station (BS) dan Mobile Station (MS).

3. Dan faktor alam, seperti udara, laut, gunung, gedung-gedung, dan

lain-lain. Akan tetapi batasan-batasan tersebut akhirnya ditentukan

sendiri oleh kuatnya sinyal radio antar Base Station (BS) dan Mobile

Station (MS). ( Nurhasa .2013 )

Sistem komunikasi seluler merupakan salah satu jenis komunikasi

bergerak, yaitu suatu komunikasi antara dua buah terminal dengan salah

8
9

satu atau kedua terminal berpindah tempat. Dengan adanya perpindahan

tempat ini, sistem komunikasi bergerak tidak menggunakan kabel sebagai

medium transmisi. Sistem komunikasi seluler dapat melayani banyak

pengguna pada cakupan area geografis yang cukup luas dalam frekuensi

yang terbatas. Untuk menambah kapasitas, daerah jangkauannya dibatasi

dengan adanya pembagian area menjadi sel-sel. Pada jaringan selular

diperlukan sistem yang mempunyai kemampuan untuk pindah ke

lingkungan sel lain untuk tetap menjaga kelangsungan komunikasi.

Dalam kaitan nya dengan telekomunikasi , bentuk komunikasi jarak

jauh di bedakan dalam tiga macam, yaitu :

1. Komunikasi satu arah (Simplex)

Merupakan jenis komunikasi yang dimana antara pengirim dan

penerima informasi tidak dapat menjalin komunikasi yang

berkesinambungan melalui media yang sama , contoh : Radio dan televisi

STASIUN 1 STASIUN 2

Gambar 2.1 Metode Simplex (Haq,Danang Yaqinudin .2017)

2. Komunikasi Dua Arah (Full Duplex)

Merupakan jenis komunikasi yang dimana antara pengirim dan

penerima dapat menjalin komunikasi yang berkesinambungan melalui

media yang sama , contoh : Telepon dan Voice offer Internet Protocol

(Voip)
STASIUN 1 STASIUN 2

Gambar 2.2 Metode Full Duplex (Haq,Danang Yaqinudin .2017)


10

3. Komunikasi Semi Dua Arah (Half Duplex)

Merupakan jenis komunikasi yang dimana antara pengirim dan

penerima informasi secara bergantian tetapi tetap berkesinambungan,

contoh : Handy Talkie , FAX , chat room

STASIUN 1 STASIUN 2

Gambar 2.3 Metode Half Duplex (Haq,Danang Yaqinudin .2017)

Pada Gambar 2.4 akan memperlihatkan konfigurasi dasar dari sistem

komunikasi bergerak selular yang setiap komponennya akan diuraikan

diuraikan sebagai berikut :

Gambar 2.4 Konfigurasi Dasar Sistem Komunikasi Bergerak (Ep,

Ananto .2009)

1. PSTN

PTSN tersusun atas local networks, exchange area networks, dan

long-haul network. PSTN menginterkoneksikan antara telepon dengan

peralatan komunikasi lain.


11

2. Mobile Switching Center (MSC) atau Mobile Telephone Switching

Office (MTSO)

Dalam sistem komunikasi seluler, MSC berfungsi untuk

menghubungkan antara telepon seluler dengan PSTN. Dalam sistem seluler

analog, MSC berfungsi untuk mengatur agar sistem tetap beroperasi. Suatu

MSC dapat menangani 100.000 pelanggan seluler dan 5.000 panggilan

dalam waktu yang bersamaan.

3. Base Station

Sering disebut juga sebagai Base Transceiver Station (BTS) pada

sistem GSM, cell site (site). BTS merupakan bagian penting dalam cell site,

yang berfungsi mengalokasikan frekuensi dan daya serta kode walsh yang

akan digunakan oleh user. BTS memiliki peralatan fisik radio yang

digunakan untuk mentransmisikan dan menerima sinyal ke user dan

sebaliknya. BTS terdiri dari :

a. Unit Kontrol

Unit kontrol digunakan untuk komunikasi data dengan MTSO serta

data signaling dengan Mobile Station (MS) dalam jaringan radio. Unit

kontrol ini berfungsi sebagai manajemen kanal radio, misalnya untuk

menangani handoff dan untuk mengontrol level daya pancar pada Base

Station dan mobile unit.

b. Unit Kanal

Perangkat pemancar dan penerima akan diperlengkapi atau diberikan

dalam setiap unit kanal. Sebagian besar unit kanal adalah unit kanal bicara.
12

Unit kanal pada suatu ketika akan berfungsi menyalurkan panggilan,

tergantung pada jumlah panggilan pada BTS yang harus dilaksanakan.

4. Mobile Station (MS).

MS merupakan suatu perangkat yang digunakan oleh pelanggan jasa

komunikasi seluler untuk memperoleh layanan. Beberapa komponen yang

ada pada MS adalah transceiver, antena, rangkaian pengontrol, dan

sebagainya. Selain itu, MS juga dilengkapi dengan kartu Subscriber Identity

Module (SIM) yang berisi nomor identitas pelanggan.

2.1.1. Teknologi Seluler

Teknologi seluler mengalami perkembangan yang sangat pesat dari

generasi pertama 1G sampai dengan generasi ke empat 4G .Teknologi

seluler dapat dibedakan menjadi dua standar, yaitu standar 3GPP dan

3GPP2. Pada standar 3GPP, perkembangan teknologi dimulai dari AMPS

yang bersifat analog. Pada perkembangannya ada perbedaan antara

standarisasi 3GPP dengan 3GPP2. Termasuk dalam perkembangan 3GPP

adalah teknologi GSM yang merupakan generasi kedua (2G) sampai dengan

LTE yang merupakan generasi keempat (4G). sedangkan yang termasuk

dalam perkembangan 3GPP2 adalah CDMA yang juga merupakan teknologi

seluler generasi kedua (2G) sampai pada CDMA EVDO .( Haq,Danang

Yaqinudin .2017)

Adapun perkembangan teknologi seluler :

1. Generasi Pertama ( 1G )

Merupakan sinyal radio yang ditransmisikan secara analog, yang

artinya penggunaan nya sangat terbatas karena hanya dapat digunakan


13

sebagai telepon , kecepatan nya hanya mencapai 2.4 kbps . contoh teknologi

seluler generasi pertama yang penggunaan nya menggunakan sistem analog

adalah NMT (Nordic Mobile Telephone) dan AMPS (Advance Mobile

Phone System).

2. Generasi Kedua (2G)

Merupakan teknologi seluler yang sudah menggunakan sistem digital ,

teknologi ini memungkinkan untuk mengirim SMS (Short Message Service)

selain panggilan suara . Kecepatan jaringan pada teknologi ini yaitu dari 9

kbps ke 14,4 kbps . Contoh teknologi seluler generasi kedua yang sudah

menggunakan sistem digital yaitu GSM (Global System for Mobiles) dan

CDMA (Code Division Muliple Accses).

3. Generasi ketiga (3G)

Merupakan teknologi seluler yang sudah menggunakan sistem digital

yang juga di kenal sebagai WCDMA (Wideband Code Division Multiple

Accses) atau UMTS (Universal Mobile Telecommunications) dengan

memiliki kecepatan jaringan mencapai 480 kbps yang memungkinkan

penggunanya untuk melakukan video streaming dan panggilan video (video

calls).

4. Generasi keempat (4G)

4G di ciptakan untuk memperbaiki teknologi sebelumnya.

Kemampuan dan keunggulan dari 4G terhadap teknologi sebelumnya selain

dari kecepatannya dalam transfer data tetapi juga karena 4G dapat

memberikan coverage dan kapasitas dan layanan yang lebih besar . Contoh

dari jaringan seluler ini adalah 4G LTE


14

Gambar 2.5 Arsitektur Dasar Komunikasi Seluler (Rustanto 2010)

Terdapat empat bagian utama dalam jaringan sistem Komunikasi Seluler :

1. Mobile Station (MS)

Bagian ini merupakan salah satu bagian terpenting dari sistem telepon

seluler. Mobile Station merupakan bagian yang berdiri sendiri dan dapat

digunakan untuk bantuan hubungan dengan terminal luar, seperti sebagai

interface untuk komputer personal atau mesin faksimili.

Pada MS terdapat Mobile Equipment (ME) dan subscriber identity

module (SIM). Pada ME terdapat nomor identitas dari peralatan dan

disimpan secara permanen , nomor ini memungkinkan pendeteksian dari

peralatan ME yang dicuri . Nomer identitas ini disebut dengan International

Mobile Equipment Identity (IMEI)

2. Base Station Subsystem

Base Station Subsystem dihubungkan ke mobile station melalui suatu

radio interface yang juga berhubungan dengan Network And Switching

Subsystem (NSS) . BSS terdiri dari


15

a. Base Transceiver Station (BTS) BTS merupakan perangkat pemancar

dan penerima yang memberikan pelayanan radio kepada MS.

b. Base Station Control (BSC) BSC berfungsi untuk memonitor dan

mengontrol sejumlah BTS yang bergantung pada kapasitas trafik di lokasi

pelayanan dan juga berperan dalam menjaga hubungan komunikasi radio

3. Network Switching Subsystem (NSS)

Berfungsi sebagai switching pada jaringan GSM, Manajemen

jaringan, dan berfungsi sebagai antarmuka antara jaringan GSM dengan

jaringan lainnya. Komponen NSS pada jaringan GSM terdiri dari :

a) Mobile Service Switching Center (MSC)

Pada sistem jaringan GSM , kanal data dan suara dipertukarkan melalui

digital exchanges yang disebut MSC. MSC ini merupakan inti dari jaringan

seluler, ysng bertanggung jawab terhadap set up , routing dan pengawasan

panggilan untuk dan dari MS.

b) Home Location Register (HLR)

HLR merupakan database yang berisi data-data pelanggan tetap yang berisi

layanan pelanggan, layanan tambahan, dan informasi mengenai lokasi

pelanggan terkini.

c) Visitor Location Register (VLR)

VLR merupakan database yang berisi data-data sementara mengenai

pelanggan, terutama mengenai lokasi dari pelanggan pada cakupan area

jaringan.
16

d) Authentification Center (AuC)

Berisi database yang menyimpan informasi rahasia yang disimpan dalam

bentuk kode yang digunakan untuk mengontrol pengguna jaringan yang sah

dan mencegah pelanggan yang melakukan kecurangan.. Dengan kata lain

AuC menyimpan data data penting dalam mengidentifikasi pelanggan untuk

keamanan dan juga untuk menghindari penyalahgunaan pemakaian

e) Equipment Identification Register (EIR)

Sebagai database terpusat yang berfungsi untuk validasi International

Mobile Eqiupment Identities (IMEIs), yang merupakan nomor seri

perangkat dan tipe code tertentu.

4. Operation and Support System (OSS)

Bagian ini yang mengizinkan network provider untuk membentuk dan

memelihara jaringan dari lokasi sentral.

a) Operation and Maintance Centre( OMC ) Sebagai pusat pengontrolan

operasi dan pemeliharaan jaringan. Fungsi utamanya adalah mengawasi

alarm perangkat dan perbaikan terhadap kesalahan operasi.

b) Network Management Centre ( NMC ) Berfungsi untuk pengontrolan

operasi dan pemeliharaan jaringan yang lebih besar dari OMC.

2.2 Teknologi LTE

Long Term Evolution (LTE) diciptakan untuk memperbaiki teknologi

sebelumnya. LTE merupakan pengembangan dari sistem 3GPP sebelumnya

yang dikenal sebagai Universal Mobile Telecommunication System

(UMTS), yang merupakan evolusi dari Global System For Mobile

Communications (GSM) (Cox, Christopher.2012). Dalam memberikan


17

kecepatan, jaringan LTE memiliki kemampuan transfer data dapat mencapai

100 Mbps pada sisi downlink dan 50 Mbps pada sisi uplink. Selain memiliki

kecepatan transfer data , LTE juga dapat memberikan coverage dan

kapasitas dari layanan yang lebih besar, mengurangi biaya dalam

operasional, mendukung penggunaan multiple antenna, fleksibel dalam

penggunaan bandwidth operasinya dan juga dapat terintegrasi dengan

teknologi yang sudah ada (Adiono, Trio. Kusmawati, Astrini. 2017)

2.2.1 Arsitektur LTE

Arsitektur LTE terdiri atas dua bagian utama yakni LTE itu sendiri

yang dikenal juga sebagai E-UTRAN dan SAE (System Architecture

Evolution) yang merupakan jantung dari sistem LTE ysng dikenal juga

sebagai EPC (Evolved Packet Core) . Berikut merupakan gambar dari

arsitektur LTE :

Gambar 2.6 Arsitektur LTE (Pranoto, Slamet . 2015)


18

1. Bagian Akses Radio ( LTE)

a) UE (User Equipment), adalah perangkat komunikasi pengguna.

Perangkat ini dapat berupa telepon genggam, tablet , komputer, maupun

segala perangkt cerdas yang dapt terhubung dengan internet .

b) eNodeB (evolved NodeB), adalah antar-muka jaringan LTE dengan

pengguna. Pada jaringan GSM dikenal sebagai BTS dan pada jaringan

UMTS dikenal sebagai NodeB. Perbedaan eNodeB dengan BTS maupun

NodeB adalah kemampuannya untuk melakukan fungsi kontrol sambungan

dan handover . Dengan demikian tidak ada lagi pengatur tambahan seperti

BSC atau RNC pada sistem LTE.

2. Bagian Sentral (SAE):

a) S-GW (Serving Gateway), bertugas mengatur jalan dan meneruskan

data yang berupa paket dari setiap UE. S-GW bersama denga SGSN juga

berfungsi sebagai penghubung antara LTE dengan teknologi 3GPP lainnya

seperti GSM/EDGE Radio Acces Network (GERAN) dan UMTS Terrestrial

Radio Acces Network (UTRAN)


19

Gambar 2.7 Konfigurasi S-GW (Wardhana , Lingga Dkk . 2012)

b) P-GW (Packet Data Network Gateway), bertugas mengatur hubungan

jaringan data antara UE denga Jaringan Paket data lain di luar 3GPP seperti

WLAN,Wimax, CDMA2000 1x , dan EVDO .

Gambar 2.8 Konfigurasi P-GW (Wardhana , Lingga Dkk . 2012)

c) MME (Mobility Management Entity), merupakan pengatur utama

setiap bagian dari LTE/SAE. Pad saat UE tidak aktif, MME bertugas untuk
20

senantiasa melacak keberadaan pelanggan dengan melakukan tracking dan

paging. Saat UE aktif untuk memilihkan S-GW yang tepat selama

berlangsungnya komunikasi

Gambar 2.9 Konfigurasi MME (Wardhana , Lingga Dkk.2012)

d) PCRF (Policy and Charging Rules Function), berfungsi menentukan

Quality Of Service (QoS) dan charging untuk masing-masing UE

e) HSS (Home Subsriber Server), berupa sistem database yang bertugas

untuk membantu MME dalam melakukan manajemen pelanggan dan

pengamanan. Penerimaan atau penolakan UE pada saat autentikasi

bergantng pada database HSS

2.2.2 LTE Air Interface

Pada sisi Interface LTE menggunakan teknologi OFDMA pada sisi

downlink dan menggunakan SC-FDMA pada sisi uplink.

a) OFDMA

OFDMA merupakan kepanjangan Orthogonal Frequency Division

Multiplexing Acces, yakni suatu teknik transmisi data yang melewatkan


21

sejumlah data ke dalam subcarrier sempit yang palng orthogonal (Wardhana

, Lingga Dkk . 2012) . Teknologi OFDMA mampu menghemat penggunaan

bandwidth yang cukup besar dikarenakan OFDMA sendiri dapat membagi

bandwidth menjadi banyak sub-carrier. Teknologi tersebut memiliki

beberapa kelebihan diantaranya :

1. Tahan terhadap Inter Symbol Interference (ISI) dan multipath fading

2. Efesiensi spectrum tinggi

3. Mudah menyesuaikan diri dengan saluran yang buruk

4. Memiliki sensitivitas rendah terhadap error waktu sinkronisasi

Selain memiliki beberapa kelebihan, OFDMA juga memiliki kekurangan

diantaranya :

1. Sensitif terhadap dopler shift

2. Sinkronisasi frekuensi Peak to Average Power Ratio (PAPR) yang

disebabkan oleh kebutuhan daya amplifier linear

OFDMA merupakan kombinasi antara OFDM dan CDMA. OFDMA

digunakan untuk membagi sumber yang ada pada OFDM sehingga dapat

digunakan oleh banyak user dan menggunakan CDMA untuk multiple

access yang mana dapat digunakan untuk membedakan satu user dengan

user yang lain. Struktur OFDMA memiliki tiga jenis subcarrier, yaitu :

1. Data subcarrier untuk transmisi data

2. Pilot subcarrier untuk estimasi dan sinkronisasi

3. Null subcarrier untuk guard band dan tidak untuk transmisi data

(Haq,Danang Yaqinudin .2017)


22

b) SC-FDMA

Pemilihan OFDMA pada LTE dirasa mampu mengakomodir

kebutuhan layanan. Namun penggunaan OFDMA pada sisi uplink belum

optimal, salah satu faktornya adalah tingginya nilai PAPR (Peak Average

Power Ratio). PAPR adalah tingkat perbandingan daya rata-rata dengan

daya puncak (Wardhana , Lingga DKK . 2012) . Sehingga dibutuhkan

teknologi yang mempunyai nilai PAPR yang kecil , teknologi ini yaitu SC-

FDMA . Hal ini dikarenakan sistem transmisi SC-FDMA memiliki durasi

waktu yang lebih singkat dengan lebar subcarrier yang besar juga sehingga

apabila terkena Noise maka variasi daya yang terjadi antara carrier-nya tidak

terlalu besar. SC-FDMA merupakan teknik multiple access single carrier,

dimana symbol data dalam domain waktu ditransformasi ke domain

frekuensi dengan menggunakan operasi DFT. Transmitter SC-FDMA

mengkonversi input sinyal biner menjadi serangkaian modulasi subcarrier.

Pada input transmitter, modulator baseband mentransformasi input biner

menjadi serangkaian multilevel dari bilangan komplek dalam beberapa

format modulasi. (Haq,Danang Yaqinudin .2017)

PAPR yaitu pengukuran dari sebuah gelombang yang dihitung dari

puncak bentuk gelombang dibagi dengan nilai RMS dari bentuk gelombang.

PAPR yang tinggi dapat mengakibatkan ke penyebaran spectral (

interferensi antar adjacent channels) dan mengakibatkan tingginya nilai Bit

Error Rate yang disebabkan kesalahan pada konstelasi. PAPR akan

bermasalah pada sisi uplink dikarenakan keterbatasan daya dari perangkat

(dalam hal ini UE). Namun pada sisi downlink tidak menjadi masalah
23

dikarenakan adanya PA ( power Amplifier) yang diatur titik kompresinya.

Maka dari itu pada sisi uplink digunakan SC-FDMA karena nilai PAPR nya

yang kecil dibanding dengan OFDMA.

2.3 Propagasi Gelombang Radio LTE

Propagasi pada jaringan selular memegang peran penting karena

sinyal disalurkan melalui media transmisi udara. Kualitas sinyal yang

sampai pada penerima dipengaruhi oleh noise, interferensi, fading, kontur

bumi yang dilalui, jarak, dan lain-lain. Beberapa faktor yang harus

diperhatikan dalam perancangan sebuah sel adalah tinggi antenna, daya

yang dipancarkan, daerah radius sel yang kesemuanya itu sangat

dipengaruhi oleh besarnya redaman yang terjadi di sepanjang saluran

(pathloss).

Pathloss adalah suatu metode yang digunakan untuk mengukur suatu

loss yang disebabkan oleh cuaca, kontur tanah dan lain-lain, agar tidak

menggangu pemancaran antar 2 buah antenna yang saling berhubungan.

Nilai pathloss menunjukkan level sinyal yang melemah (mengalami

attenuation) yang disebabkan oleh propagasi free space seperti refleksi,

difraksi, dan scattering. Path loss sangat penting dalam perhitungan link

budget, ukuran cell, ataupun perencanaan frekuensi. faktor-faktor yang

mempengaruhi nilai level daya dan pathloss adalah jarak pengukuran antara

Tx dan Rx, tinggi antena (Tx dan Rx), serta jenis area pengukuran.

Salah satu model propagasi yang sering digunakan pada range

frekuensi 1500 MHz-2000 MHz yaitu model propagasi Cost 231 Hatta.

Model propagasi ini untuk mengestimasi pathloss didaerah urban. Cara


24

perhitungan pathloss menggunakan metode Cost 231 Hatta dapat

menggunakan persamaan sebagai berikut :

L (Urban) = (46.3 + 33.9 log fc – 13.82 log hte – a(hre)) + (44.9 – 6.55 log

hte) log d + CM ………………………………………..………………… (1)

- Nilai CM sama dengan 0 dB untuk daerah small dan medium city.

- Nilai CM sama dengan 3 dB untuk daerah large city.

Untuk daerah kecil :

a(hre) = ( 1.1 log fc – 0.7) hre – (1.56 log fc – 0.8) ……………..………..(2)

Untuk daerah luas :

a(hre) = (8.29(log 1.54 hre)2 – 1.1) jika fc >= 300 MHz…………….…...(3)

a(hre) = (3.2 (log 11.75 hre)2 - 4.97) jika fc <= 300 MHz…………….....(4)

keterangan :

- Range frekuensi : 1500 – 2000 MHz

- hte (BS) : Tinggi efektif antenna transmitter

- hre(MS) : Tinggi efektif antenna receiver

-d : Jarak hte - hre

- a(hre) : Faktor koreksi untuk tinggi antenna MS yang

tergantung ukuran coverage area (Haq,Danang Yaqinudin .2017)

Link budget adalah perhitungan jumlah daya dan losses pada saat

pengiriman sinyal, mulai dari transmitter (Tx) sampai receiver (Rx). Link

budget menghitung seluruh gain dan loses pada sistem transmisi dari awal

pengiriman sinyal hingga sinyal itu diterima. Adanya penghalang seperti

gedung dan pepohonan juga menjadi alasan diperlukannya perhitugan link


25

budget. Link budget juga dihitung dengan melihat spesifikasi yang ada pada

antenna (C. S. Inc.2016). Manfaat link budget ialah:

a) Untuk menjaga keseimbangan gain dan loss guna mencapai SNR yang

diinginkan di receiver.

b) Mengetahui radius sel sebab maksimum loss diperoleh

Fading adalah gangguan karena pantulan serta lapisan udara yang

tidak seragam. Fading terjadi karena adanya fenomena lebih dari satu

lintasan, dan bahkan banyak/ganda lintasan (multipath fenomena). Fading

bisa terjadi di sembarang tempat, dimana kedua sinyal gelombang tanah

dan gelombang ionosfir/langit diterima. Fading jenis ini dijumpai dalam

komunikasi jarak jauh yang melewati daerah berair dimana propagasi

gelombang bisa mencapai tempat yang jauh. Di tempat/daerah di luar

jangkauan gelombang tanah, yaitu daerah yang hanya bisa dijangkau oleh

gelombang langit. Fading bisa terjadi karena adanya akibat propagasi dari

gelombang radio, meliputi pembiasan, pantulan, difraksi, hamburan,

redaman dan ducting. Pengaruh fading terhadap sinyal terima dapat

memperkuat ataupun memperlemah, tergantung besar phasa dari sinyal

resultan antara sinya langsung dan sinyal tidak langsung.

2.4 Parameter Performansi Jaringan 4G LTE

2.4.1 RSRP (Reference Signal Received Power)

Merupakan sinyal LTE power yang diterima oleh user dalam

Frekuensi tertentu. RS merupakan Reference Signal atau RSRP di tiap titik

jangkauan coverage. User yang berada di luar jangkauan maka tidak akan

mendapatkan layanan LTE. RSRP didefinisikan sebagai rata-rata linear daya


26

yang dibagikan pada resource elements yang membawa informasi reference

signal dalam rentang frekuensi bandwidth yang digunakan. Fungsinya

sendiri yaitu untuk memberikan informasi ke UE mengenai kuat sinyal pada

satu sel berdasarkan perhitungan pathloss dan mempunyai peranan penting

dalam proses handover dan cel selection-reselection. RSRP dapat

dirumuskan sebagai berikut :

……………………...................(5)

Gambar 2.10 RSRP (Berliansa , Edvan . 2016)

2.4.2 RSRQ ( Reference Signal Received Quality )

Merupakan parameter yang menentukan kualitas dari sinyal yang

diterima. RSRQ dapat dihitung dengan formula berikut :

.=……………………………………………………….(6)

- N = Number of Resource block yang digunakan oleh OFDMA.

Gambar 2.11 RSRQ Range (Berliansa , Edvan . 2016)


27

2.5 KPI (Key Performance Indikator)

KPI (Key Performance Indicator) adalah parameter-parameter yang

menjadi indicator bagus atau tidaknya performansi dari suatu jaringan GSM.

Parameter yang menjadi indikator dalam KPI ini meliputi Call Setup Sucess

Rate (CSSR), Call Drop Rate (CDR), dan Call Success Rate (CSR).

Sehingga semua perusahaan atau operator harus memenuhi target

yang sudah ditetapkan olek KPI guna mendapatkan performansi yang

maksima yang dibutuhkan oleh user

Tabel 2.1 Target KPI Provider Telkomsel

RSRP RSRQ

EXCELLENT -80 to 0 dBm -6 to -0 dB

GOOD -95 to -80 dBm -10 to -6 dB

MEDIUM -100 to -95 dBm -15 to -10 db

POOR -110 to 100 dBm -20 to -15 db

(PT.GCI Indonesia.2018)

2.5.1 Acuan Performansi Jaringan Berdasarkan KPI

1) Accesbility

Accesbility merupakan salah satu jenis KPI yang mengukuir

kemampuan akses jaringan dalam memberikan layanan bagi user .Parameter

yang di tinjau dalam KPI ini adalah :

a. RRC setup success rate

Dihitung berdasarkan counter pada eNodeB ketika eNodeB menerima

RRC connection request dari UE. Jumlah RRC connection attempt


28

dikumpulkan oleh eNodeB pada pengukuran di titik A, dan jumlah RRC

connection yang sukses di hitung pada titik C. Berikut ilustrasinya:

Gambar 2.12 Pengukuran RRC Connection (Pranoto, Slamet . 2015)

Tabel 2.2 RRC Success Rate

KPI Name RRC Setup Success Rate (Service)


Measurement
Cell or radio network
Scope
Formula

Associsted See Chapter 9 “Counter List”


Counters
Unite Percentage (%)
(Pranoto, Slamet . 2015)

b. ERAB Setup Success Rate

ERAB setup success rate KPI menunjukan probabilitas keberhasilan

ERAB untuk mengakses semua service termasuk VoIP dalam sel atau radio

network. KPI ini dihitung berdasarkan counter ERAB connection setup

attempt (titik A) dan successfull ERAB setup (titik B). Penjelasannya seperti

diberikan pada ilustrasi berikut:


29

Gambar 2.13 Pengukuran ERAB (Pranoto, Slamet . 2015)

Tabel 2.3 ERAB Success Rate

KPI Name ERAB Setup Success Rate (AII)


Measurement
Cell or radio network
Scope
Formula

Associsted See Chapter 9 “Counter List”


Counters
Unite Percentage (%)
(Pranoto, Slamet . 2015)

c. Call Setup Rate

Call Setup Success Rate KPI mengindikasikan probabilitas

keberhasilan call setup untuk semua service pada sel atau radio network.

KPI ini dihitung berdasarkan perkalian antara RRC setup success rate KPI,

S1 connection signalling success rate KPI, dan ERAB success rate KPI.

Tabel dibawah ini menjelaskan definisi Call Setup Success Rate:


30

Tabel 2.4 Call Setup Rate

KPI Name Call Setup Succes Rate


Measurem
Cell or Radio Network
ent Scope

Formula

Associsted
See Chapter 9 “Counter List”
Counters
Unite Percentage (%)
(Pranoto, Slamet . 2015)

2). Retainbility

Retainability KPI menunjukan kemampuan network untuk

mempertahankan service yang diminta oleh user selama durasi dimana

pelanggan terhubung ke service. Yang termasuk retainability adalah call

drop rate (VoiP) dan service drop rate (all).

a) Call Drop Rate

Call drop rate KPI menunujukan call rate pada service VoIP pada sel

atau radio network. VoIP call drop muncul ketika VoIP ERAB release tidak

normal. Setiap ERAB dikaitkan dengan informasi QoS. Biasanya QCI

service VoIP adalah 1. Berikut ilustrasi dua prosedur yang dilakukan untuk

release ERAB yaitu : ERAB release indication dan UE context release

request:
31

Gambar 2.14 ERAB Release Abnormal (Pranoto, Slamet . 2015)

b). Service Drop Rate

Service drop rate KPI menunujukan call drop rate untuk semua

service pada sel atau radio network, termasuk VoIP. Sama dengan KPI call

drop rate KPI ini mengukur release abnormal pada EnodeB. Berikut definisi

untuk Service drop rate:

Tabel 2.5 Service Drop Rate

KPI Name Service Drop Rate (AII)


Measurement
Cell or Radio Network
Scope
Formula
Associsted
See Chapter 9 “Counter List”
Counters
Unite Percentage (%)
(Pranoto, Slamet . 2015)

3. Mobility

Bagaimana Pengguna dapat bergerak dengan mudah dari suatu tempat

ke tempat lain tanpa terjadi pemutusan hubungan Ada tiga kategori mobility
32

KPI yang ditentukan berdasarkan tipe handovernya yaitu : intra-frequency,

inter-frequency, dan inter RAT (Radio Access Technology).

a) Intra-Frequency Handover Out Success Rate

Intra-Frequency Handover Our Success Rate KPI menunjukan intra-

frequency handover success rate dari locall cell atau radio network ke intra-

frequency neighboring cell atau radio network. Intra frequency HO

termasuk sel dalam satu eNodeB atau juga beda eNodeB.

Gambar 2.15 Intra-Frequency Handover Out (Pranoto, Slamet . 2015)

Perhitungan HO attempt ada pada point B. Ketika ENodeB

mengirimkan pesan RRC connection reconfiguration ke UE, ia akan

melakukan handover. ENodeB akan menghitung jumlah berapa kali HO

tersebut attempt pada source cell. Perhitungan HO sukses ada pada point C.

ENodeB menghitung jumlah HO tersebut pada source cell ketika ENodeB

menerima pesan RRC connection reconfiguration complete dari UE.


33

Tabel 2.6 Intra-Frequency Handover Out Success Rate

KPI Name Intra-Frequency Handover Out Success Rate


Measurement
Cell or Radio Network
Scope
Formula
Associsted
See Chapter 9 “Counter List”
Counters
Unite Percentage (%)
(Pranoto, Slamet . 2015)

b) Inter frequency Handover Out Success Rate

Menunjukan inter frequency handover success rate dari local cell atau

radio network ke inter frequency neighboring cell atau radio network. Untuk

skenario perhitungannya sama dengan intra Handover, bedanya pada source

cell berbeda frequency dengan target cell.

Tabel 2.7 Inter Frequency Handover Out Success Rate

KPI Name Inter-Frequency Handover Out Success Rate


Measurement
Cell or Radio Network
Scope
Formula
Associsted
See Chapter 9 “Counter List”
Counters
Unite Percentage (%)
(Pranoto, Slamet . 2015)

c) Inter-RAT Handover Out Success Rate

Inter RAT Handover Out Success rate KPI menunjukan success rate

HO dari LTE cell or radio network ke WCDMA cell. Berikut skenario inter

RAT handover out success rate:


34

Gambar 2.16 Inter RAT Handover Out Success Rate (Pranoto, Slamet .

2015)

Tabel 2.8 Inter RAT Hanover Out Success Rate

KPI Name Inter-RAT Handover Out Success Rate (LTE to


WCDMA)
Measurement
Cell or Radio Network
Scope
Formula
Associsted
See Chapter 9 “Counter List”
Counters
Unite Percentage (%)
(Pranoto, Slamet . 2015)

2.6 Handover

Handover adalah proses perpindahan mobile user dari satu cell ke cell

yang lain pada saat mode dedicated atau UE sedang melakukan panggilan.

Handover berfungsi untuk tetap menjaga koneksi sewaktu melakukan

panggilan ketika mobile user berada di luar jangkauan source cell. Terdapat

beberapa kriteria yang menyebabkan terjadinya handover, antara lain yaitu

sinyal yang lemah pada source cell yang telah melewati batas yang telah
35

ditentukan, kualitas yang kurang bagus, dan lainnya. Pada saat terjadi

handover koneksi dengan source cell diputus dan dipindahkan ke target cell.

Hal ini menunjukkan bahwa handover adalah proses yang sangat kompleks

dan kritis pada sistem GSM (Wardana, Lingga., Nuraksa Makodian. 2010)

Apabila terjadi kegagalan handover akan berakibat dropcall yaitu

terputusnya hubungan saat percakapan sedang berlangsung. Faktor-faktor

penyebab gagalnya handover antara lain :

a) Interferensi yang tinggiSetting parameter yang tidak baik

b) Kerusakan Hardware

c) Area cakupan radio jelek

d) Neighbouring cell relation yang tidak perlu

e) Masalah antenna receiver atau hardware BTS

2.7 Optimasi Jaringan

Kegiatan optimasi dilakukan untuk menghasilkan kualitas jaringan

yang baik dalam suatu daerah dengan menggunakan data yang tersedia

seefisien mugkin. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika optimasi

jaringan yaitu:

1. Menemukan dan selanjutnya memperbaiki masalah yang ada setelah

implementasi dan integrasi site yang bersangkutan.

2. Harus dilakukan secara berkala guna meningkatkan kualitas suatu

jaringan secara menyeluruh.

3. Optimasi sebaiknya tidak sampai menurunkan kinerja jaringan yang

lainnya.
36

4. Dilakukan pada cakupan daerah yang lebih kecil yang disebut dengan

cluster agar optimasi jaringan dapat segera dilakukan.

Optimasi merupakan langkah penting dalam siklus hidup suatu

jaringan. Proses awal yang dilakukan adalah melakukan drive test yang

bertujian mengumpulkan data pengukuran daerah tertentu. Setelah data

terkumpul langkah selanjutnya adalah melakukan analisis untuk mengatasi

permaslahan yang terjadi. Kegiatan optimasi yang langsung dapat dilakukan

setelah drive test yaitu mengubah tilt pada antenna. Tilting dibagi menjadi

tiga yaitu mechanical tiltl (pengubahan arah pancar antena secara vertikal) ,

electrical tilt (pengubahan sinyal fasa tiap elemen antena) dam azimuth tilt

(pengubahan arah antena secara horizontal

a. Mechanical Tilt

Mechanical tilt adalah perubahan arah antena tilting dengan

mengubah tilt angle yang terletak di bracket (pengait antena). Derajat

kemiringan dapat di ukur menggunakan tilt meter. Secara sederhana,

mechanical downtilt adalah pengaturan arah antena secara vertikal (ke atas

atau ke bawah). Semakin besar derajat mechanical, maka antena semakin

menunduk yang menyebabkan coverage pada main lobe berkurang,

sedangkan pada sisi side lobe akan melebar.


37

Gambar 2.17 Mechanical Tilt ( Berliansa , Edvan . 2016)

Pengukuran mechanical tilt dapat dilakukan dengan mengacu pada

gambar dan rumus berikut :

Gambar 2.18 Perhitungan Jarak dan Sudut Mechanical Tilt (Al-

Kautsar, Febrian. 2009)


38

Jarak = = ………………………….............……………(8)

Sudut= = …………….............……………….(9)

Keterangan :

- Hb : Tinggi Antenna (m)

- Hr : Tinggi lokasi yang dituju (m)

- A : Sudut tilt antenna

- Bw : vertical beamwidth antenna

Selain itu, suatu sinyal dari antenna memiliki batas dalam dan batas

luar dimana antenna tersebut bekerja secara optimal. Pengukuran batas

dalam dan batas luar sinyal dapat dihitung menggunakan rumus sebagai

berikut :

Gambar 2.19 Pengukuran Batas Dalam dan Batas Luar Antena (Al-

Kautsar, Febrian. 2009)

Inner Radius cvrg = =…………….......…………….(10)

Outer Radius cvrg = =…………………........………...(11)


39

b) Electrical tilt

Electrical tilt adalah perubahan bentuk polarisasi antena yang di atur

secara elektronik. Electrical tilt mengubah karakterisik fasa sinyal setiap

elemen antena. Semakin besar nilai electrical maka semakin kecil pula

coverage yang diberikan. Tidak semua tipe antena dapat di ubah nilai

electrical tilt nya, ada yang difiksasi

Gambar 2.20 Elektrical Tilt (Berliansa , Edvan . 2016)

c) Azimuth Tilt

Sudut azimuth suatu satelit dari suatu titik tertentu adalah sudut yang

dibentuk oleh arah satelit dengan arah utara yang sebenarnya, diukur

berlawanan arah jarum jam. Jika stasiun bumi, satelit, dan titik subsatelit
40

terletak pada bidang yang sama, besarnya sudut azimuth dari stasiun bumi

ke satelit sama dengan dari stasiun bumi ke titik subsatelit. Sudut azimuth

lebih sulit untuk dihitung dibandingkan dengan sudut elevasi karena

perhitungan geometrinya berbeda jika titik subsatelit berada di barat atau

timur stasiun bumi dan jika titik subsatelit dan stasiun bumi berada pada

belahan bumi utara atau selatan . Azimuth Tilt dapat diukur dengan

perhitungan menggunakan rumus :

A’ = ................................................... (12)

2.8 Drive Test

Drive test merupakan suatu kegiatan untuk mengambil data (

collecting ) sebuah jaringan network dengan menggunakan software dan

hardware tertentu. Dari data yang telah diperoleh tersebut kita dapat

mengetahui kondisi jaringan di suatu daerah. Kegiatan mencari data ini

dilakukan baik karena terdapat masalah pada pemancar tersebut atau sebatas

test rutin. Data-data yang dikumpulkan secara umum berupa beberapa

fungsi dasar yg lazimnya disebut dengan KPI (Key Performance Index) ,

Informasi yang dikumpulkan merupakan kondisi aktual Radio Frequency

(RF) di suatu Base Transceiver Station (BTS) maupun dalam lingkup Base

Station sub-system (BSS) yang dilakukan dengan mobil sehingga

pengukuran dilakukan bergerak . Data-data yang di peroleh tersebut antara

lain :

1. Jangkauan sinyal (Signal Coverage)

2. Kualitas Layanan (QoS)

3. Kemampuan Handover
41

4. CSSR(call setup succes rate)

5. CST (Call Setup Time)

Tujuan dari kegiatan drive test sendiri yaitu sebagai berikut :

a. Mengetahui coverage sebenarnya di lapangan apakah sudah sesuai

dengan coverage prediction pada saat perencanaan.

b. Mengetahui parameter jaringan dilapangan apkah sudah sesuai dengan

parameter perencanaan.

c. Mengetahui adanya interferensi dari eNodeB tetangga.

d. Mengetahui adanya RF issue , sebagai contoh berkaitan dengn adanya

drop call atau blocked call

e. Mengetahui adanya poor coverage

Anda mungkin juga menyukai