Anda di halaman 1dari 29

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Konsep Dasar Telekomunikasi Seluler

Konsep dasar dari suatu sistem seluler adalah pembagian pelayanan

telekomunikasi menjadi daerah-daerah kecil yang disebut sebagai cell.

Tujuannya agar pelanggan mampu melakukan komunikasi secara bebas

didalam area layanan tanpa terjadi pemutusan hubungan. Setiap cell

mempunyai daerah cakupannya masing-masing. Jumlah cell pada suatu

daerah geografis ditentukan berdasarkan jumlah user atau pelanggan yang

sedang beroperasi di daerah tersebut. Suatu cell pada dasarnya merupakan

pusat komunikasi radio yang berhubungan dengan pusat pembangunan

hubungan telekomunikasi atau MSC (Mobile Switching Center) dalam

pengaturan panggilan yang masuk. Terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi jangkauan pengiriman sinyal pada sistem telekomunikasi

bergerak seluler dapat diterima dengan baik yaitu kuat sinyal batasan cell

dari para pelanggan dan faktor geografis di area tersebut.

Pembagian beberapa cell dalam sistem seluler berbentuk

heksagonal. Cell merupakan gambaran dari cakupan area (coverage). Tiap

cell nya mengacu pada satu frekuensi kanal dan setiap masing-masing kanal

tidak boleh memiliki frekuensi yang berdekatan atau sama agar tidak terjadi

gangguan pada sinyal. (Adam Kurnia, 2019)

9
10

Cell/
area
Cell/
area
Cell/
area

Gambar 2.1 Cell Heksagonal (Hendy Setiawan, 2008)

➢ Ukuran cell pada sistem komunikasi seluler dapat dipengaruhi oleh:

a. Kepadatan pada traffic.

b. Daya pemancar, seperti Base Station (BS) dan Mobile Station (MS).

c. Faktor alam, seperti udara, laut, gunung, gedung-gedung, dan lain-lain.

Akan tetapi batasan-batasan tersebut akhirnya ditentukan sendiri oleh

kuatnya sinyal radio antar Base Station (BS) dan Mobile Station (MS).

(Nurhasa, 2013)

2.2 Sistem Komunikasi Seluler

Sistem komunikasi seluler merupakan salah satu jenis komunikasi

bergerak antar dua terminal satu atau kedua terminal berpindah tempat ke

tempat yang lain. Dengan adanya sistem perpindahan tempat ini, sistem

komunikasi bergerak tidak menggunakan perantara kabel sebagai media

transmisi. Sistem komunikasi seluler dapat melayani banyak pengguna pada

cakupan area geografis yang luas dalam frekuensi terbatas. Untuk

mencangkup area geografis seluruhnya dapat dilakukan penambahan

kapasitas pada setiap cell di area tersebut. Berikut prinsip kerja dari sistem

komunikasi seluler:
11

Gambar 2.2 Prinsip Kerja Sistem Seluler (Anantoep, 2016)

Pada gambar 2.2 menunjukan komponen utama suatu sistem

seluler, berikut penjelasannya:

a. PSTN (Public Switched telephone Network)

PSTN (Public Switched telephone Network) dapat membuat

sambungan antara pelanggan tetap terjaga dan tidak terkena interferensi

saat pengguna seluler berpindah dari satu cell ke cell lain dengan

menggunakan salah satu teknik switching, yaitu handoff. (William

Stallings, 2007)

b. MTSO (Mobile Tellecommunication Switching Office) atau Mobile

Switchig Center (MSC)

MTSO berfungsi sebagai pusat penyambungan pembicaraan

dalam telekomunikasi. MTSO juga dikenal sebagai MSC (Mobile

Switching Central). Dalam sistem telekomunikasi seluler, MSC

berfungsi untuk menghubungkan antara telepon seluler dengan PSTN.

Dalam sistem analog, MSC (Mobile Switchig Center) berfungsi untuk


12

mengatur sistem agar saling beroperasi. MSC merupakan perangkat

yang terhubung dengan 1 BSC (Base Station Controller) atau lebih.

Suatu MSC dapat menangani 100.000 pelanggan seluler dan 5.000

panggilan dalam waktu yang bersamaan.

c. BSC (Base Station Controller)

Merupakan perangkat yang mengontrol BTS (Base Transceiver

Station). BSC menyediakan fungsi pengaturan pada beberapa BTS yang

dikendalikan, seperti handover, konfigurasi cell site, pengaturan sumber

daya radio dan pengaturan frekuensi pada suatu BTS.

d. BS (Base Station)

BS bisa disebut juga sebagai BTS (Base Transceiver Station).

BS merupakan bagian paling penting yang harus ada pada site. Fungsi

dari BS adalah mengalokasikan frekuensi dan daya yang digunakan oleh

user. BS memiliki peralatan fisik radio yang digunakan untuk

mentransmisi dan menerima sinyal ke user atau sebaliknya. Setiap BS

menyediakan kanal radio untuk suatu area cakupan. Kanal radio

digunakan untuk hubungan antara MS dan BSC. Untuk mencakup suatu

daerah pelayanan dibutuhkan satu atau lebih BS, menyesuaikan pada

jumlah cell di dalam pelayanan. BTS terdiri dari unit kontrol dan unit

kanal, berikut penjelasannya:

1. Unit Kontrol

Unit kontrol digunakan untuk komunikasi data dengan

MTSO data signaling dengan Mobile Station (MS) dalam jaringan

radio. Unit kontrol ini berfungsi sebagai managemen kanal radio,


13

misalnya menangani handoff dan mengontrol level daya pancar pada

Mobile Station dan Mobile Unit. (Sapta Nugraha, 2011)

2. Unit Kanal

Perangkat pemancar dan penerima akan diberikan dalam

setiap unit kanal. Sebagian besar unit kanal adalah unit kanal bicara.

Unit kanal pada suatu ketika akan berfungsi menyalurkan

panggilan, tergantung pada jumlah panggilan pada BTS yang akan

dilakukan. (Sapta Nugraha, 2011)

2.2.1 Bentuk Komunikasi Bergerak

Dalam kaitannya dengan telekomunikasi, bentuk komunikasi jarak

jauh dibedakan dalam tiga macam, yaitu:

1. Komunikasi Satu Arah (Simplex)

Merupakan jenis komunikasi yang dimana antara pengirim dan

penerima informasi tidak dapat menjalin komunikasi yang

berkesinambungan melalui media yang sama, contohnya seperti radio

dan televisi.

Gambar 2.3 Komunikasi Satu Arah (Simplex) (Informatikalogi, 2017)

2. Komunikasi Dua Arah (Full Duplex)

Merupakan jenis komunikasi yang dimana antara pengirim dan

penerima dapat menjalin komunikasi yang berkesinambungan melalui

media yang sama, contohnya seperti telepon.


14

Gambar 2.4 Komunikasi Dua Arah (Full Duplex) (Informatikalogi, 2017)

3. Komunikasi Semi Dua Arah (Half Duplex)

Merupakan jenis komunikasi yang disana antara pengirim dan

penerima informasi secara bergantian tetapi tetap berkesinambungan,

contohnya seperti Handy Talkie (HT).

Gambar 2.5 Komunikasi Semi Dua Arah (Full Duplex) (Informatikalogi,

2017)

2.3 Proses Terbentuknya Sebuah Panggilan Telepon Seluler

Proses terbentuknya sebuah panggilan telepon seluler ada dua cara

dengan melewati kanal, dimana kanal tersedia antara unit bergerak dan BS,

berikut penjelasannya:

a. Kanal Kendali

Pada umumnya untuk setiap sistem seluler, kanal-kanal

kendali ditentukan dan distandarisasikan di seluruh wilayah geografi

yang mencakup wilayah. Biasanya kanal kendali dibuat sekitar 5%

dari jumlah keseluruhan kanal yang tersedia dalam sistem dan 95%

lainnya dikhusukan untuk lalu lintas percakapan dan data bagi

pelanggan (Sapta Nugraha, 2011). Kanal kendali berfungsi untuk

pertukaran informasi yang berhubungan dengan pembentukan dan


15

pengelolaan panggilan serta pembentukan hubungan antara suatu unit

bergerak dan BS terdekat.

b. Kanal Lalu Lintas

Berfungsi untuk membawa sambungan suara atau data antar

pengguna. Biasanya antara dua pengguna bergerak dalam satu daerah

yang dikendalikan oleh MTSO tunggal. Berikut proses kanal lalu

lintas:

➢ Ketika sebuah telepon seluler dihidupkan, tetapi belum

terlibat kesibukan dalam percakapan, telepon akan memindai

(melakukan scanning) sekelompok kanal yang akan dituju untuk

menentukan satu yang memiliki sinyal kuat. Kemudian memantau

kanal kendali ini apakah sinyal jatuh di bawah taraf atau ambang

terendah yang dapat digunakan. Jika hal ini terjadi, ponsel akan

memindai lagi kanal-kanal kendali yang ada dalam mencari sinyal

yang terkuat dari BTS-BTS yang ada di sekitar ponsel.

➢ Jika terjadi suatu panggilan telepon ditujukan kepada

seorang pelanggan komunikasi seluler, MSC akan mengirimkan

permintaan hubungan ini ke semua BTS dalam sisitem seluler yang

dimiliknya. Kemudian nomor telepon pelanggan akan dipancarkan ke

BTS sebagai pesan panggil di semua kanal kendali tuju di seluruh

sitem seluler tersebut. Ponsel yang dituju akan menerima pesan

panggil yang dikirim oleh BTS yang dipantaunya, dan menjawab

dengan cara mengidentifikasi data pada kenal kembali balik. BTS ini

kemudian akan meneruskan balasan yang dikirim oleh ponsel, dan


16

MSC akan terhubung. Setelah itu, MSC mengintruksikan BTS

tersebut untuk memindahkan hubungan ke sebuah kanal percakapan

yang sedang tidak digunakan dalam cell cakupan.

➢ Pada saat yang sama, BTS ini juga mengirim pesan data

lainnya (pesan peringatan) yang ditransmisikan melalui kanal

percakapan tuju, berisi perintah bagi ponsel yang dituju untuk

menghidupkan nada panggil. Dengan cara ini pengguna dapat

mengetahui adanya panggilan masuk.

➢ Saat percakapan berlangsung, MSC mengatur daya yang

ditransmisikan dari ponsel, serta mengganti pasangan kanal yang

digunakan ponsel dan BTSnya, apabila pelanggan tersebut memang

bergeraak masuk atau keluar dari rentang wilayah cakupan dari BTS

atau sering disebut juga handoff. Hal ini bisa dikatakan sebagai

pemindahan. Ada persinyalan kendali khusus yang dikirimkan melalui

kanal-kanal percakapan untuk menjamin agar dapat dikendalikan oleh

BTS nya dan MSC selagi percakapan berlangsung. (Sapta Nugraha,

2011).

2.4 Sejarah Perkembangan Teknologi Seluler

Perkembangan teknologi seluler berkembang begitu cepat dalam

jangka waktu yang singkat. Perkembangan teknologi seluler ini dimulai dari

generasi pertama (1G) sampai dengan generasi keempat (4G) dan bahkan

sekarang sudah dikembangkan menjadi generasi kelima (5G). Arti G dalam

jaringan adalah singkatan atau kepanjangan dari Generation atau Generasi,


17

sedangkan angka di depannya merupakan tingkatannya. Angka yang lebih

tinggi sebelum G berarti memiliki kemampuan fitur yang lebih baik dalam

mengirim dan menerima informasi. Berikut perkembangan teknologi

seluler:

Gambar 2.6 Perkembangan Teknologi Seluler (Agung, 2018)

2.4.1 Teknologi 1 G

Teknologi 1G merupakan teknologi seluler generasi pertama yang

diperkenalkan di era 80-an dan masih menggunakan sistem analog atau

hanya dapat melayani komunikasi suara. Secara bentuk, ponsel dari

teknologi ini memiliki layar dengan ukuran kecil dan memiliki desain

ponsel yang sangat sederhana. Pada teknologi ini menggunakan teknik

komunikasi yang disebut Frequency Division Multiple Acces (FDMA).

Teknik ini memungkinkan pembagian alokasi frekuensi pada suatu cell

yang digunakan setiap pelanggan yang ada di cell tersebut, sehingga pada

saat pelanggan sedang melakukan pembicaraan akan memiliki frekuensi

sendiri yang berbeda dengan frekuensi pelanggan lain. Prinsip ini sama

seperti cara kerja stasiun radio dimana satu stasiun radio hanya

menggunakan satu frekuensi untuk siarannya. Kelemahan jaringan ini


18

terdapat pada ketersediaan jaringan yang rendah (low-speed) dengan

kecepatan hanya mencapai 2.4 kbps.

Gambar 2.7 Ponsel 1 G (Dwi Susi, 2016)

2.4.2 Teknologi 2 G

Teknologi 2G merupakan teknologi seluler generasi kedua yang

sudah menggunakan sistem digital. Teknologi ini memungkinkan untuk

mengirim SMS (Short Message Service) selain panggilan suara. Kecepatan

jaringan 2G mencapai 9 kbps hingga14.4 kbps. Contoh teknologi generasi

kedua yang sudah menggunakan sistem digital adalah GSM (Global

System for Mobiles) dan CDMA (Code Division Muliple Acces).

Gambar 2.8 Ponsel 2 G (Wahyu Noor, 2015)


19

2.4.3 Teknologi 3 G

Teknologi 3G merupakan teknologi seluler generasi ketiga yang

sudah menggunakan sistem digital dan sering dikenal sebagai WCDMA

(Wideband Code Division Multiple Acces) atau UMTS (Universal Mobile

Telecommunications System). Jaringan 3G ini menyediakan kecepatan

tranfer data yang cepat dari 144kbps hingga 2Mbps. Ketersediaan jaringan

memungkinkan pengguna untuk melakukan video streaming dan panggilan

video (video calls).

Gambar 2.9 Ponsel 3 G (Suci Hardina, 2016)

2.4.4 Teknologi 4 G

Teknologi 4G merupakan teknologi seluler generasi ke empat yang

sering dikenal sebagai LTE (Long Term Evolution). Jaringan 4G

merupakan pengembangan dari teknologi jaringan 2G dan 3G dari segi

kecepatan transfer data yang lebih cepat sehingga memungkinkan

pengguna dapat melakukan panggilan suara dan video, TV online, game

online, melihat video dengan kualitas tinggi dan masih banyak lagi.
20

Gambar 2.10 Ponsel 4 G (Rizal Hasani, 2018)

2.5 Long Term Evolution (LTE)

Long Term Evolution (LTE) diciptakan untuk memperbaiki

teknologi sebelumnya. LTE merupakan pengembangan dari sistem The

Third Generation Partnership Project (3GPP) yang sebelumnya dikenal

sebagai Universal Mobile Telecommunication System (UMTS), yang

merupakan evolusi dari Global Sysyem For Mobile Communications

(GSM). LTE mendukung kecepatan hingga 100 Mbps dalam kondisi

diunduh (donwlink) dan 50 Mbps dalam kondisi diunggah (uplink) pada

channel bandwidth 20 MHz. (Cox, Christoper.2012). Long Term Evolution

(LTE) diciptakan untuk memperbaiki teknologi sebelumnya selain dari

kecepatan dalam transfer data, juga karena Long Term Evolution (LTE)

dapat memberikan coverage dan kapasitas dari layanan yang lebih besar,

mengurangi biaya dalam operasional, mendukung penggunaan multiple

antena, fleksibel dalam penggunaan bandwidth operasinya dan juga dapat


21

terhubung atau terintegrasi dengan teknologi yang sudah ada. (Karina Putri

Rahayu, 2018).

2.5.1 Arsitektur LTE

Arsitektur LTE sering dikenal dengan SAE (System Architecture

Evolution) yang merupakan evolusi sistem LTE menuju ke jaringan radio

akses lain. Berikut gambar arsitektur LTE:

Gambar 2.11 Arsitektur LTE (Pranoto Slamet, 2015)

LTE memliliki 3 komponen utama yaitu UE (User Equipment), E-

UTRAN (Evolved UMTS Terrestial Radio Acces Network) dan EPC

(Evolved Packet Core):

a) UE (User Equipment)

UE merupakan perangkat komunikasi pengguna. Perangkat

ini dapat berupa telepon genggan (smartphone), tablet, komputer,

maupun segala perangkat cerdas yang dapat terhubung dengan

internet.

b) E-UTRAN (Evolved UMTS Terrestial Radio Acces Network)

E-UTRAN berfungsi menangani komunikasi radio antara

Mobile Equipment (ME) dan Evolved Packet Core (EPC) dan hanya

mempunyai satu komponen yaitu evolved Node B (eNodeB). eNodeB


22

merupakan unit fisik dari transmisi radio dengan menggunakan sela

tau bisa dibilang antar muka jaringan LTE dengan pengguna. eNodeB

mempunyai fungsi sebagai transmiter sinyal radio ke ME baik arah

uplink maupun downlink menggunakan sinyal analog dan digital.

c) EPC (Evolved Packet Core)

EPC merupakan jaringan yang menggunakan protokol IP

(Internet Protocol) dengan basis paket data. EPC menyediakan

fungsionalitas core mobile pada generasi sebelumnya (2G, 3G) yang

memiliki dua bagian terpisah yaitu Circuit Switch (CS) untuk voice

dan Packet Switch (PS) untuk data. EPC ini sangat penting untuk

layanan pengiriman IP secara end to end pada LTE. Selain itu,

berperan dalam memungkinkan pengenalan model bisnis baru, seperti

penyedia aplikasi. EPC terdiri dari MME (Mobility Subscription

Service), PCRF (Policy and Cgarging Rules Function) dan PDN-GW

(Packet Data Network Gateway). Berikut penjelasannya:

1. MME (Mobility Subscription Service)

Pengatur utama setiap bagian dari LTE. Pada saat UE

(User Equipment) tidak aktif, MME berfungsi untuk senantiasa

melacak keberadaan pelanggan dengan melakukan tracking dan

paging. Saat UE aktif, MME (Mobility Subscription Service

berfungsi untuk memilihkan S-GW (Serving Gateway) yang

tepat selama berlangsungnya komunikasi. S-GW merupakan

termination point di LTE yang berfungsi mengatur jalannya

sinyal dan meneruskan data dari setiap UE (User Equipment).


23

2. PCRF (Policy and Cgarging Rules Function)

Berfungsi mengumpulkan informasi dari dan ke

jaringan, sistem pendukung operasional, dan sumber lainnya

seperti portal secara real time, yang akan membuat keputusan

kebijakan untuk setiap pelanggan aktif dijaringan.

3. PDN-GW (Packet Data Network Gateway)

Berfungsi mengatur hubungan jaringan data antara UE

dengan jaringan paket data lain, seperti WLAN (Wireless Local

Area Network). WLAN merupakan suatu jenis jaringan

computer yang menggunakan gelombang radio sebagai alat atau

media transmisi data.

2.5.2 Prinsip Kerja LTE

Teknologi LTE menggunakan sistem OFDMA pada sisi downlink

dan SC-FDMA pada sisi uplink. Berikut penjelasan dari sistem OFDMA

dan sistem SC-FDMA:

a) OFDMA

OFDMA (Ortogonal Frequency Division Multiple Acces)

merupakan suatu teknik transmisi data menggunakan beberapa frekuensi

(multicarrier) yang saling tegak lurus (orthogonal). Teknologi OFDMA

mampu menghemat pengguna bandwidth yang cukup besar dikarenakan

OFDMA sendiri dapat membagi bandwidth menjadi banyak subcarrier.

Sistem OFDM dapat dilihat pada gambar 2.3.


24

Gambar 2.12 OFDMA (Efrilia Khusna, 2015)

b) SC-DMA

SC-DMA (Single Carrie Frequency Division Multiple Acces)

merupakan teknik multiple acces single carrier, dimana symbol data dalam

domain waktu ditransformasi ke domain frekuensi dengan menggunakan

operasi DFT. SCDMA dipengaruhi oleh nilai PAPR (Peak Average Power

Ratio) yang kecil. Hal ini dikarenakan sistem transmisi yang memiliki

durasi waktu yang lebih singkat dengan lebar subcarrier yang besar juga

sehingga apabila terkena noise, variasi daya yang terjadi antara carrier nya

tidak terlalu besar. PAPR (Peak Average Power Ratio) yaitu pengukuran

dari sebuah gelombang yang dihitung dari puncak bentuk gelombang yang

dibagi dengan nilai RMS dari bentuk gelombang.

Gambar 2.13 SC-FDMA (Efrilia Khusna, 2015)

2.6 Parameter Jaringan 4G LTE

2.6.1 PCI (Physical Cell Id)

PCI merupakan kode identitas fisik tiap cell. Setiap cell akan

melakukan broadcast informasi mengenai cell id yang dimiliknya agar user


25

mengetahui site tersebut. PCI memiliki beberapa aturan dalam

perancangannya yaitu:

a. Kode PCI tiap cell dalam suatu area harus unik, karena kondisi terjadi

ketika dua site tetangga memiliki kode PCI yang berbeda atau tidak

sama.

b. Sebuah kode PCI tidak boleh sama atau berdekatan diantara dua site atau

lebih.

c. Jika kode PCI sama antara site yang berdekatan, maka dapat

mengakibatkan handover (terjadi pada saat perpindahan serving cell).

2.6.2 RSRP (Reference Signal Received Power)

RSRP (Reference Signal Received Power) merupakan sinyal LTE

power yang diterima user dalam frekuensi tertentu. RSRP ini ada ditiap

titik jangkauan coverage. User berada diluar jangkauan maka tidak akan

mendapatkan layanan LTE. RSRP pada dasarnya memiliki arti sebagai

rata-rata pada kontribusi power resource element yang membawa referensi

signal yang dianggap sebagai pengukuran bandwidth frekuensi. Namun

hanya terukur pada OFDM symbol yang membawa reference signal.

Tabel 2.1 Standar Parameter Nilai RSRP

Warna Nilai RSRP Kategori

-80 to 0 dBm Sangat baik


-95 to -80 dBm Cukup baik
-100 to -95 dBm Baik
-105 to -100 dBm Normal
-140 to -105 dBm Buruk
(Sumber: PT. Nexwave Semarang, 2019)
26

Tabel 2.2 Standar Persentase Nilai RSRP

Coverage (≥-95dBm)

Min Max Keterangan

0% 50% Buruk

50% 70% Normal

70% 80% Cukup Baik

80% 90% Baik

90% 100% Sangat Baik


(Sumber: PT. Nexwave Semarang, 2019)

Gambar 2.14 Konfigurasi RSRP (Berliansa Edvan, 2016)

Pada gambar diatas service dari suatu site yang biasa dianologikan

dengan refrence signal, semakin dekat user dengan serving site, semakin

baik kuat sinyal yang diterima. Tetapi, saat user menjauh dari coverage

serving site semakin buruk kuat sinyal yang akan diterima.

➢ Perhitungan nilai RSRP dapat rumuskan sebagai berikut:

RSRP = RSSI (dBm) – 10log (12 x N) (2.1)

Dimana:

RSSI = Indikator kekuatan sinyal

N = Jumlah RB (Resource Blok)


27

2.6.3 SINR (Signal to Interference Noise Ratio)

SINR merupakan rasio perbandingan antara sinyal utama yang

dipancarkan dengan interferensi dan noise yang diterima oleh user.

Parameter SINR ini digunakan oleh operator telekomunikasi sebagai ukuran

kualitas sinyal jaringan dalam menentukan hubungan antara kondisi akses

radio frekuensi. Berikut tabel standar parameter nilai SINR:

Tabel 2.3 Standar Parameter Nilai SINR

Warna Nilai SINR Kategori

-20 to 0 dB Sangat baik


0 to 6 dB Cukup baik
6 to 8 dB Baik
8 to 12 dB Normal
12 to 30 dB Buruk
(Sumber: PT. Nexwave Semarang, 2019)

Tabel 2.4 Standar Persentase Nilai SINR

Nilai SINR (≥12dB)

Min Max Keterangan

0% 40% Buruk

40% 60% Normal


60% 70% Cukup Baik

70% 90% Baik

90% 100% Sangat Baik


(Sumber: PT. Nexwave Semarang, 2019)
28

f1 = f2
Noise merupakan sinyal yang tidak
Sinyal f2 menginterferensi sinyal f1
dikehendaki sehingga merusak sinyal yang
karena bekerja pada frekuensi yang sama
diterima

Gambar 2.15 Perbedaan Interferensi dan Noise (Berliansa, Edvan. 2016)

➢ SINR dapat dihitung menggunakan rumus:

SINR = S / I + N (2.2)

(Berliansa, Edvan. 2016)

Dimana:

S = Rata-rata kuat sinyal.

I = Power rata-rata interferensi.

N = Power Noise.

2.7 Drive Test

Drive test adalah proses pengukuran sistem komunikasi bergerak

pada sisi gelombang radio di udara yaitu arah BTS ke MS atau sebaliknya,

dengan menggunakan smartphone yang didesain secara khusus untuk

pengukuran (Imanuel, 2018). Hasil dari pengukuran merupakan informasi

jaringan secara real time di lapangan. Informasi yang didapatkan dari hasil

drive test merupakan kondisi aktual Radio Frequency (RF) pada suatu Base
29

Transceiver Station (BTS) maupun pada lingkup Base Station Sub-system

(BSS).

Drive test dilakukan secara bergerak, karena pekerjaanya dilakukan

di dalam mobil dengan kondisi diam lalu berjalan kembali sesuai dengan

rute yang telah ditentukan oleh tim RF. Dalam melakukan drive test,

engineer dilengkapi dengan peta digital, GPS (Global Positioning System),

handset dan software drive test. Adapun tujuan dilakukannya drive test,

yaitu:

1. Mengetahui performansi jaringan (sebelum maupun sesudah dilakukan

optimasi)

2. Mengetahui coverage sebenarnya di lapangan, apakah sudah sesuai

dengan prediksi coverage planning.

3. Mengetahui parameter jaringan di lapangan, apakah sudah memenuhi

standar parameter planning.

4. Mengetahui adanya interferensi antara cell BTS yang berdekatan.

2.7.1 Perlengkapan Drive Test

Perlengkapan drive test digunakan untuk mendukung jalannya

pengukuran jaringan dilapangan agar mendapatkan hasil yang akurat.

Macam-macam perlengkapan drive test yaitu:

a) Laptop

Laptop digunakan sebagai alat monitoring parameter hasil drive

test secara visual. Laptop ini dilengkapi dengan software Genex Probe

5.1 dan Genex Assistant 5.1.


30

Gambar 2.16 Laptop Lenovo (Zukhrufah, 2018)

b) Software Genex Probe 5.1

Sofware Genex Probe digunakan untuk mengumpulkan

informasi jaringan Radio Frequency (RF) dilapangan yang di pancarkan

suatu eNodeB. Perangkat yang terhubung ke laptop seperti: Global

Positioning System (GPS), Handphone, diatur pada software ini.

Gambar 2.17 Capture Software Genex Probe 5.1 (Huawei, 2018)

c) Kabel Data

Kabel data untuk menghubungkan antara laptop ke handphone.

Kabel data yang digunakan yaitu USB, Serial.


31

Gambar 2.18 Kabel Data

d) Global Positioning System (GPS)

GPS adalah sebuah sistem yang dapat menunjukan posisi benda

di permukaan bumi secara cepat, di semua tempat, pada semua kondisi

dan pada setiap waktu. GPS ini digunakan untuk tracking rute

pengukuran sehingga akan diketahui posisi pengambilan data sepanjang

pengukuran drive test.

Gambar 2.19 GPS (Global Positioning System) (lian, 2017)

e) Handphone

Fungsi handphone pada drive test digunakan sebagai terminal

untuk panggilan, upload dan download data dan mengukur kekuatan sinyal
32

yang diterima oleh pelanggan. Ada berbagai jenis handphone yang support

pada software Genex Probe 3.7 diantaranya adalah Samsung S5, S6. Untuk

SIM card harus disesuaikan dari operator yang akan diukur.

Gambar 2.20 Handphone Samsung S5 (lian, 2017)

f) Software Genex Assistant 5.1

Software genex assistant digunakan untuk reporting dari hasil

drive test yang dinamakan logfile. Logfile dapat langsung dijalankan

pada software ini kemudian dilakukan reporting berdasarkan rute yang

telah dibuat sebelumnya. Pada software ini akan diketahui informasi

dari site yang telah dilalui selama proses drive test.

g) MapInfo Profesional 17.0

Fungsi dari MapInfo ini hampir sama dengan software Genex

Assistant 5.1. Perbedaannya hanya logfile tidak dapat langsung

dijalankan melainkan harus dicompile terlebih dahulu agar dapat

dilakukan proses reporting.


33

Gambar 2.21 Capture Tampilan Awal Map Info Pro (Adi, 2017)

2.7.2 Jenis-jenis Drive Test

Jenis-jenis drive test dibagi menjadi dua berdasarkan posisi user, yaitu:

a) Statis

Kondisi dimana drive test dilakukan pada posisi diam pada posisi

tertentu. Misalnya di depan sector 1 atau pada lokasi dimana terjadi

complain dari pelanggan suatu operator. Tujuannya adalah mengetahui

kondisi kuat sinyal yang diterima oleh pengguna pada saat dia diam pada

suatu tempat.

b) Mobility (Bergerak)

Metode ini dilakukan dengan cara melewati suatu rute tertentu

karena pada dasar tujuan dari komunikasi seluler adalah kemampuan

mobilitas dari pengguna, sehinggal perlunya dilakukan metode ini guna

mengetahui kondisi suatu jaringan seluler pada saat pengguna berpindah

dari satu tempat ke tempat lainnya. (Imanuel, 2018)

2.7.3 Metode Drive Test

Metode drive test dibagi menjadi dua mode, berikut penjelasannya:


34

1. Drive Test Idle Mode

Merupakan pengukuran kualitas sinyal yang diterima MS dalam

aktivitas download atau terhubung koneksi. Mode ini bertujuan untuk

mengetahui sinyal jaringan di area yang mengalami low signal.

2. Drive Test Dedicated Mode

Merupakan pengukuran kualitas sinyal diikuti dengan

pendudukan kanal pada proses download ke alamat server tertentu.

Mode ini bertujuan untuk mengukur dan mengidentifikasi kecepatan

transfer data.

2.7.4 Metode Pengambilan Data Drive Test

Metode pengambilan drive test dibagi menjadi empat metode, antara

lain:

a. Single Site Verification (SSV), merupakan drive test untuk

memverifikasi setiap site dalam kondisi bagus atau tidak.

b. Cluster, merupakan drive test yang mengukur jaringan setiap cluster

atau daerah yang terdiri dari beberapa site namun hanya untuk satu

operator jaringan.

c. Benchmark, merupakan drive test yang membandingkan beberapa

operator dalam satu cluster atau daerah.

d. Optimasi, merupakan bagian analisa gangguan atau kurangnya service

quality pada site yang sudah jadi, tujuannya untuk meningkatkan

kualitas jaringan.
35

2.8 Orientasi Kemiringan Pada Antena (Tilting)

Pada setiap BTS pasti melakukan instalasi antena yang bertujuan

untuk coverage agar provider dapat memenuhi kebutuhan pelanggan atau

user. Tilitng adalah suatu pengaturan orientasi kemiringan pada antena yang

berfungsi untuk menetapkan area yang akan menerima cakupan sinyal. Dan

untuk menentukan atau mengubah coverage area yang akan dilayani oleh

BTS. Tilting dibagi menjadi 2 jenis yaitu Mechanical Tilting dan Electrical

Tilitng.

2.8.1 Mechanical Tilting

Mechanical Tilting adalah perubahan arah antena tilting dengan

mengubah tilt angle yang terletak di bracket (pengait antena). Kemiringan

antena dengan cara menghitungnya dari sisi fisik antena. Secara sederhana,

mechanical downtilt adalah pengaturan arah antena secara vertical (ke atas

atau ke bawah). Semakin besar derajat mechanical, maka antena semakin

menunduk yang menyebabkan coverage pada main lobe berkurang,

sedangkan pada sisi side lobe akan melebar. (Imanuel, 2018).

Gambar 2.22 Pengaturan Mechanical tilt Dan Perangkat Mechanical tilt

(Edvan Berliansah, 2016)


36

Pada gambar 2.22, nomer 1 merupakan cara untuk melakukan

mechanical tilt, yaitu dengan memanjangkan atau memendekkan clamp

penjepit pada penyangga antena. Gambar nomer 2 merupakan pengaruh

pola radiasi pada pengubahan mechanical tilt. Semakin besar mic-tilt nya,

bentuk pola radiasi berubah dan memendek. Gambar nomer 3 merupakan

tilt-meter, alat untuk mengukur kemiringan antena.

2.8.2 Electrical Tilting

Electrical Tilt merupakan perubahan bentuk polarisasi antena yang

diatur secara elektronik. Electrical tilt mengubah karakterisik fasa sinyal

setiap elemen antena. Semakin besar nilai electrical maka semakin kecil

pula coverage yang diberikan. Untuk mengubah fasa dapat dilakukan

dengan mengubah settingan electrical tilt pada antena. Pengaturan electrical

tilt biasanya terletak dibawah antena. (Imanuel, 2018)

Gambar 2.23 Pengaruh Electrical tilt Dan Perangkat Electrical tilt

(Edvan Berliansah, 2016)

Pada gambar 2.23, nomer 1 merupakan pengaruh dari electrical tilt,

yaitu fasa sinyal akan bergeser. Gambar nomer 2 merupakan bentuk

pengaruh dari electrical tilt, semakin besar e-tilt nya maka pola radiasi yang
37

dihasilkan menjadi kecil namun bentuknya tidak berubah. Gambar nomer 3

adalah electrical tilt meter yang terpasang pada antena.

➢ Tilting mempunyai 2 arahan yaitu up tilt dan down tilt. Up tilt yaitu

mengubah arah antena lebih keatas. Sedangkan Down tilt yaitu

mengubah arah cakupan antane lebih kebawah. Berikut gambar up tilt

dan down tilt:

Gambar 2.24 Down tilt Dan Up tilt (Telset, 2016)

Anda mungkin juga menyukai