Anda di halaman 1dari 7

98

ANALISIS TRAFIK HANDOFF DENGAN SKEMA SOFT HANDOFF


DALAM SISTEM SELULER CDMA
Sofia Naning Hertiana
Jurusan Teknik Elektro Sekolah Tinggi Teknologi Telkom, Bandung
snh@stttelkom.ac.id
Abstrak
Teknologi CDMA merupakan salah satu teknologi yang dipertimbangkan untuk sistem komunikasi
bergerak masa depan karena memiliki berbagai keunggulan. Salah satu keunggulan adalah kemampuan
soft handoff. Dalam sistem CDMA yang menggunakan soft handoff, MS dalam daerah soft handoff
menggunakan multiple channel radio dan menerima sinyal dari multiple base station. Dalam penelitian ini
dianalisis efek dari daerah soft handoff terhadap performansi sistem seperti probabilitas blocking,
probabilitas kegagalan handoff, kapasitas sistem dan beban trafik tiap sel. Performansi soft handoff
dibandingkan dengan performansi hard handoff.
Kata kunci : CDMA, soft handoff, probabilitas blocking, probabilitas kegagalan handoff
Abstract
CDMA is one of the technologies considered for future mobile communication system due to its
advantages, one of which is soft handoff capability. In CDMA system with soft handoff, MS in the soft
handoff region utilizes multiple radio channel and receives signal from multiple base station. In this
research, investigation is done on the effects of soft handoff region to system performance such as
blocking probability, probabiliby of handoff failure, system capacity, and traffic load per cell. Soft
handoff performance is compared to hard handoff performance.
Keyword : CDMA, soft handoff, blocking probability, handoff failure probability
1. Pendahuluan
Teknologi CDMA (Code Division Multiple
Access) merupakan salah satu teknologi utama untuk
sistem komunikasi bergerak generasi ketiga. Salah
satu keunggulan CDMA adalah kapasitas yang dapat
diberikan lebih besar dibandingkan teknologi akses
lainnya. Kapasitas pada teknologi FDMA dan
TDMA sangat tergantung pada lebar pita frekuensi
yang digunakan (bandwidth limited), dalam hal ini
makin sempit pita frekuensi per kanal yang
dipergunakan, maka kapasitasnya akan makin tinggi.
Kapasitas sistem seluler CDMA dibatasi oleh
interferensi yang terjadi. Pengurangan interferensi
akan langsung berpengaruh terhadap peningkatan
kapasitas. Pada sistem seluler CDMA performansi
sistem ditentukan oleh tiga karakteristik utama yang
saling terkait, yaitu: kapasitas, wilayah cakupan
(coverage) dan kualitas. Kapasitas pada sistem
CDMA disebut soft capacity. Hal ini dikarenakan
kapasitasnya bersifat fleksibel, tergantung pada
kualitas komunikasi yang diinginkan. Makin tinggi
kualitas yang dikehendaki, maka kapasitasnya
semakin berkurang.
Keunggulan lain yang ditawarkan sistem
CDMA adalah kemampuan soft handoff. Karena
tidak terjadi perubahan frekuensi ketika pengguna
berpindah sel, maka terminal pengguna dapat
berkomunikasi dengan Base Station (BS) terdekat
yang memberikan sinyal terbaik pada pengguna
tersebut. Pada daerah perbatasan sel sebuah terminal
akan dimonitor oleh dua atau lebih BS, sehingga

terminal pengguna tersebut akan memilih sinyal


terbaik yang dapat diterimanya, oleh karena itu pada
perpindahan antar sel tersebut tidak sampai
menyebabkan putusnya hubungan pembicaraan. Soft
handoff disebut juga dengan make before break.
Tidak seperti pada sistem TDMA, dimana handoff
terjadi pada batas antara dua sel dan hanya
melibatkan satu kanal radio yang digunakan oleh
satu panggilan. Hard handoff dikenal juga dengan
istilah break-before-make dimana hubungan sel
asal terputus terlebih dahulu baru kemudian
dibentuk hubungan dengan sel baru.
Dalam sistem CDMA dengan soft handoff,
mobile station (MS) dalam sebuah soft handoff
region (SR) menggunakan multiple kanal radio dan
menerima sinyal dari multiple base station secara
simultan. Sehingga soft handoff region (SR) dapat
dipertimbangkan untuk menganalisis handoff dalam
sistem CDMA
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi
sejauh mana efek dari soft handoff terhadap
performansi sistem CDMA khususnya efek dari
ukuran
soft handoff region (SR) terhadap
probabilitas soft handoff, probabilitas blocking dan
besarnya trafik soft handoff
2. Handoff
Dalam sistem komunikasi bergerak seluler,
area cakupan atau pelayanan dibagi ke dalam sel-sel
dengan sebuah base station yang melayani masingmasing sel tersebut. Mobilitas pengguna akan

Jurnal Penelitian dan Pengembangan TELEKOMUNIKASI, Desember 2004, Vol. 9, No. 2

99

menyebabkan variasi kualitas link dan tingkat


interferensi, yang dapat menyebabkan pengguna
mengalami perpindahan base station (BS) yang
melayani. Perubahan ini disebut handoff. Dalam
sistem seluler, handoff merupakan salah satu
komponen penting karena proses handoff harus
menjamin kualitas dan kelangsungan hubungan
sebuah panggilan. Terdapat beberapa tipe handoff
yang masing-masing didasarkan pada: struktur
jaringan, aturan penyelenggaraan handoff, cara
pembentukan link baru.
2.1 Berdasarkan Struktur Jaringan
Berdasarkan elemen jaringan pada sistem
seluler yang terlibat dalam proses handoff, dapat
diklasifikasikan:
a. Intracell Handoff, adalah proses handoff yang
terjadi di dalam sel. Handoff dapat dilakukan
antara sektor dalam sel yang sama atau panggilan
dapat dialihkan (handoff) ke link yang berbeda
pada base station yang sama, jika link yang
sedang digunakan terganggu oleh interferensi,
sementara link yang lain dalam BS yang sama
mempunyai kualitas yang lebih baik.
b. Intercell Handoff, adalah proses handoff antara
dua atau lebih base station dalam MSC yang
sama. Mobile station (MS) membuat daftar dari
base station yang potensial dan mengirimkan
daftar ini ke MSC. Berdasarkan algoritma yang
digunakan, MSC memutuskan BS mana yang
panggilannya akan dialihkan.
c. Inter-MSC Handoff, adalah handoff dalam
sistem yang berbeda. Sebagai contoh handoff
dari sistem GSM ke sistem CDMA.
2.2 Berdasarkan Aturan Penyelenggaraan
Berdasarkan aturan penyelenggaraannya,
handoff dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Network Controlled Handoff (NCHO), adalah
proses handoff yang dikontrol oleh jaringan.
Skema ini termasuk skema yang terpusat dimana
base station melayani sebuah panggilan dan
MSC membuat keputusan handoff. BS yang
sedang melayani dan BS sekitarnya memonitor
link dari MS secara terus-menerus dan informasi
ini diberikan ke MS, sebagai dasar pembentukan
handoff. Karena seluruh informasi tersedia di
satu lokasi (MSC), maka alokasi resource baru
lebih mudah, tetapi mengakibatkan delay
pembentukan handoff. Delay pada sistem ini
berkisar 5-10 detik [11], sehingga sistem ini
tidak cocok untuk sistem seluler dengan mikrosel
yang sering terjadi intersel handoff dan sistem
berkapasitas besar yang memerlukan pemrosesan
informasi besar pula. NCHO digunakan pada
sistem seluler generasi pertama seperti AMPS.
b. Mobile Assited Handoff (MAHO). Pada skema
ini, untuk membuat keputusan handoff
digunakan parameter kuat sinyal MS. Mobile

station mendapatkan data kualitas sinyal base


station lain dan secara periodik menyampaikan
informasi ini ke BS yang melayani. BS yang
melayani dan MSC kemudian membuat
keputusan handoff. MAHO banyak digunakan
untuk sistem handoff intra sel dan inter sel, delay
yang terjadi pada sistem ini sekitar 1-2 detik
[11]. MAHO dipakai di sistem GSM dan IS-95
c. Mobile Controlled Handoff (MCHO). Skema
ini termasuk skema desentralisasi, dimana
keputusan handoff dibuat oleh MS, MS
memonitor sinyal dari BS lain dan jika sinyal BS
tersebut lebih besar dari BS yang sedang
melayani untuk ukuran tertentu (histerisis), maka
MS meminta sebuah kanal dari BS tujuan.
Keuntungan dari skema ini adalah waktu reaksi
yang pendek dan cocok untuk mikrosel. Sistem
ini digunakan pada sistem digital cordless
telephone seperti DECT (digital enhance
cordless telecommunication).
2.3 Berdasarkan Cara Pembentukan Link Baru
Berdasarkan dari cara pembentukan link baru,
handoff dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Hard Handoff. Dalam skema ini, sebuah MS
hanya dihubungkan dengan satu base station.
Jika terjadi handoff, hubungan yang sedang
berlangsung putus terlebih dahulu baru kemudian
hubungan baru dibuat. Hard handoff sering
disebut dengan break before make. Skema ini
digunakan dalam sistem TDMA seperti GSM.
b. Soft
Handoff.
Sistem
seluler
CDMA
menggunakan frekuensi yang sama dalam setiap
sel, sehingga memungkinkan untuk membuat
hubungan
dengan
sel
baru
sebelum
meninggalkan sel lama. Teknik ini disebut
dengan Soft handoff, dimana MS yang berada di
dekat batas sel dapat berkomunikasi dengan dua
BS atau lebih secara simultan. Soft handoff
menyediakan macrodiversity, dimana lebih dari
satu BS yang terlibat dalam proses komunikasi.
Proses soft handoff sering disebut dengan make
before break.
3. Model Soft Handoff
Soft Handoff merupakan salah satu
keunggulan dari sistem seluler CDMA. Beberapa
penelitian menyebutkan bahwa penerapan soft
handoff dapat meningkatkan performansi sistem
CDMA dan mengurangi outage probability pada
daerah batas sel. Selain itu, soft handoff dapat
mengurangi efek ping-pong yang biasa terdapat di
hard handoff [9]. Di lain pihak, soft handoff
menyebabkan
pemakaian
resource
berlebih
dibandingkan dengan hard handoff, karena satu
hubungan dalam soft handoff ditangani oleh satu
atau lebih satu base station (BS)
Untuk menganalisis performansi sistem soft
handoff CDMA, pada penelitian ini dibuat asumsi-

Analisis Trafik Handoff dengan Skema Soft Handoff dalam Sistem Seluler CDMA (Sofia Naning Hertiana)

100

asumsi sebagai berikut: Struktur sel digambarkan


sebagai daerah hexagonal seperti terlihat pada
gambar 1. Untuk penyederhanaan, secara geometris
satu sel diasumsikan dibagi menjadi 3 daerah, yaitu:
a. Daerah bagian dalam sel (inner cell region)
b. Daerah soft handoff (soft handoff region)
c. Daerah bagian luar sel (outer cell region)
Daerah-daerah ini dilingkupi oleh sebuah batas
dalam atau inner boundary dan sebuah batas luar
atau outer boundary. Daerah yang dilingkupi oleh
sebuah batas sel disebut dengan ordinary cell.
Dalam pemodelan struktur sel diberikan
daerah yang dinamakan overlap region, yaitu daerah
antara bagian luar sel yang berdekatan dan saling
tumpang tindih. Dalam struktur sel ini soft handoff
region (SR) adalah bagian dari 6 daerah overlap.
Daerah di luar SR dalam ordinary cell disebut
dengan sebuah non-SR (NSR).
Dalam penelitian ini, diasumsikan sebuah MS
berada dalam daerah soft handoff (SR) yang dilayani
oleh dua BS yang mempunyai sinyal yang terkuat
dan handoff lain dapat terjadi jika sinyal pilot dari
BS ketiga menjadi lebih kuat dari sinyal pilot asli.

sel 3

panggilan handoff (h), pertama kali yang harus


dipertimbangkan adalah kedatangan panggilan baru
dalam daerah non soft handoff (NSR) dan daerah
soft handoff (SR).
Jika diasumsikan panggilan baru datang
mempunyai distribusi seragam, maka probabilitas
panggilan baru datang pada NSR (P NS) dapat
dinyatakan sebagai berikut:
NSR area
PNS
(1)
Sel area
dan probabilitas panggilan baru datang pada SR
dapat dinyatakan sebagai berikut:

PS

(2)

1 PNS

struktur sel berbentuk hexagonal seperti pada


gambar 1 Dengan radius sel = a dan lebar overlap
region = b, maka daerah soft handoff adalah :
3
2
2
(3)
SR
3 a
a b
2
Probabilitas panggilan baru datang pada SR dapat
dinyatakan sebagai perbandingan area soft handoff
dengan area sel, maka :
a2 a b 2
PS
(4)
a2
Jika K adalah jumlah dari panggilan handoff selama
waktu pendudukan Tc, maka nilai rataan K adalah:

sel 4

sel 2

BS

k Pr{K

k} K NS

Ks

(5)

dimana K NS adalah rata-rata panggilan yang terjadi


dalam NSR, yaitu:

sel 1
overlap
region

sel 7

sel 5

K Ns

Ps (1 PB ) x i

(1 P fh ) y i x h

sel 6

Gambar 1. Struktur Sel Hexagonal


4. Model Trafik
Untuk menganalisis soft handoff terdapat
beberapa asumsi sebagai berikut :
a. semua MS tersebar secara seragam (uniform),
b. MS bergerak dengan kecepatan konstan dan
tidak pernah berganti arah,
c. panggilan dibangkitkan dalam sel secara seragam
dan MS berjalan untuk tiap arah dengan
probabilitas yang sama,
d. kedatangan panggilan baru (new call arrival)
mengikuti proses poisson dengan rate n,
e. waktu pendudukan panggilan (call holding time)
Tc terdistribusi eksponensial dengan rataan 1/c
4.1 Laju Panggilan Handoff
(Handoff Call Attemp Rate)
Laju kedatangan handoff merupakan fungsi
dari laju panggilan baru, mobilitas dari user, skema
reservasi dan sebagainya. Untuk menghitung laju

2 (1 P fh ) y h
{1 (1 P fh ) y h }

(6)
dan K S = adalah rata-rata panggilan yang terjadi
dalam SR, yaitu:
Ks

Ps (1 PB ) xi (1 P fh ) yi (1 P fh ) y h x h

2 (1 P fh ) y h
{1 (1 P fh ) y h }

(7)
dengan:
PB = probabilitas blocking panggilan baru
Pfh = probabilitas kegagalan handoff
xi
= probabilitas panggilan baru yang meminta
handoff tetapi tidak meminta handoff lagi
xh
= probabilitas panggilan handoff yang
meminta handoff tetapi tidak meminta
handoff lagi
yi
= probabilitas panggilan baru yang meminta
handoff dan meminta handoff lagi
yh
= probabilitas panggilan handoff yang
meminta handoff dan meminta handoff
lagi
yaitu:
xi P f h (1 P f ){1 Pvi Pvi Pa (1 PI h )} (8)
h

xh

Pf h

(1 P f ){1 Pv h
h

Jurnal Penelitian dan Pengembangan TELEKOMUNIKASI, Desember 2004, Vol. 9, No. 2

Pv h Pa (1 PI h )}

(9)

101

yi

yh

Pvi ( Pb

(10)

Pa PI h )

Pv h ( Pb

(11)

Pa PI h )

dimana :
Pa = probabilitas kondisional sebuah MS
bergerak dari daerah overlap ke daerah
bagian dalam sel
Pb = probabilitas kondisional sebuah MS
bergerak dari daerah overlap ke daerah
overlap yang lain
Berdasarkan kondisi di atas, maka Pa + Pb = 1. Jika
diasumsikan sebuah MS berjalan dari batas daerah
overlap dengan probabilitas yang sama, maka:
2a b
a b
Pa
(12)
2 a b 4b a b
Karena Pb Pa 1 , maka terdapat hubungan :
dan

1 xi

(1 Pfh ) yi

(13)

1 xh

(1 Pfh ) yh

(14)

Dengan asumsi di atas, nilai K dapat dinyatakan


sebagai:
(1 PB ) x( PNS PI Ps)
(15)
K
1 (1 Pfh ) y 2
maka laju kedatangan panggilan handoff dapat
dinyatakan sebagai :
(16)
nK
h
Secara umum, MS cenderung tinggal lebih
lama dalam sel yang lebih besar. Rata-rata residual
time dalam sebuah sel diketahui proporsional dengan
radius sel dan kebalikan dengan kecepatan MS.
Diasumsikan bahwa rata-rata residual time pada
bagian dalam sel (inner cell), dalam ordinary cell
dan pada bagian luar sel (outer cell) proporsional
dengan jarak dari tengah-tengah ke batas sel. Karena
perbandingan dari inner cell, ordinary cell dan outer
cell adalah (1-k):1:(k+1). Maka terdapat hubungan
antara 1/I, 1/sel, 1/o sebagai berikut:
1

I
1

cell
1

cell

(1 k )

(17)

(1 k )

(18)

overlap _ ratio

(19)

4.2 Waktu Pendudukan Kanal


Ketika sebuah panggilan diakhiri atau sebuah
MS yang sedang berkomunikasi meninggalkan
bagian luar sel, maka okupansi kanal dilepas. Waktu
pendudukan kanal Tch dapat dinyatakan sebagai:
(20)
T
min (Tc,To )
ch

ch

TO adalah residual time bagian luar sel. Karena Tc


dan TO adalah mutual independent, maka pdf Tch
dinyatakan sebagai berikut:
fT (t ) fT (t )(1 FTo (t )) fTo (t )(1 FT (t )) (22)
c
c
ch
dimana FTc(t) dan FTo(t) adalah cdf dari Tc dan To.
Dengan asumsi terdapat perbedaan distribusi dari
residual time pada bagian luar sel untuk panggilan
baru dan panggilan handoff, maka pdf TO dinyatakan
sebagai berikut:
c

hc

fToh (t ) (23)
c
c
hc
hc
dimana c dan hc adalah carried new call arrival
rate dan carried handoff call attempt rate. Dimana
c dinyatakan sebagai :
(24)
c
n (1 PB )
fTo (t )

fToi (t )

dan hc dinyatakan sebagai


n (1

hc

P fh )

(25)

4.3 Model Hard Handoff


Karena dalam hard handoff tidak ada margin, maka
pada saat handoff pada batas sel terjadi pembentukan
koneksi dengan BS baru dan release dengan BS
lama secara simultan. Kasus dimana b=0 dianggap
mewakili model dari hard handoff. ch dan h untuk
hard handoff dinyatakan sebagai:
(26)
c
ch
sel

cell (1 PB )
c
cell P fh

(27)

4.4 Probabilitas Panggilan Jatuh

dimana 1/cell adalah residual time dalam sebuah


ordinary cell.
Residual time dalam daerah overlap dapat
dinyatakan sebagai:
1

Waktu pendudukan kanal mempunyai distribusi


eksponensial dengan mean 1/ch, yaitu:
1
1
(21)

Dalam sistem seluler dengan jumlah pengguna


tertentu, jumlah kanal aktif diasumsikan terdistribusi
normal. Tetapi pada prakteknya jumlah pengguna
yang berusaha untuk berkomunikasi bisa tidak
terbatas sedangkan kanal yang disediakan terbatas.
Berbagai literatur menyebutkan bahwa jumlah
pengguna yang aktif C dari seluruh pengguna yang
berkomunikasi dan voice activity v, adalah
terdistribusi binomial :
n!
c
n c
(28)
P n, c, v
v 1 v
c! n c !
dengan rata-rata jumlah yang aktif adalah :

n.v

(29)

apabila jumlah pengguna yang aktif melebihi jumlah


kanal maksimum yang disediakan kemungkinan
sebagian panggilan akan ditolak. Probabilitas

Analisis Trafik Handoff dengan Skema Soft Handoff dalam Sistem Seluler CDMA (Sofia Naning Hertiana)

102

dimana kanal yang dibutuhkan melebihi kanal


maksimum yang disediakan disebut dengan
probabilitas jatuhnya panggilan, dengan besarnya
probabilitas sebagai berikut :

max ; c c
max
c
0
; lainnya

p jatuh

(30)

4.5 Probabilitas Blocking (PB)


dan Probabilitas Droping (PfH)

E z'

(32)

Var Z '

dimana :
A

W /R 1

(33)

Eb / I 0

E Z'
Var Z '

W
R
f

(1

f ) exp[
1

f exp[ 2

5. Hasil Simulasi dan Analisis


Dalam sistem CDMA dengan mekanisme soft
handoff, panggilan dalam sebuah daerah soft handoff
menggunakan multiple channel radio dan menerima
sinyal dari multiple base station, seperti ditunjukkan
pada gambar 2.
Cell overlap region

Dalam sistem seluler dengan metode akses


FDMA dan TDMA, kanal trafik dialokasikan untuk
pengguna sepanjang masih ada kanal yang tersedia.
Pada sistem ini probabilitas blocking ditentukan
dengan analisis sistem erlang M/M/S/S, dimana M
yang pertama menyatakan laju kedatangan poisson
dengan rate panggilan/detik, M kedua menyatakan
waktu pelayana (exponensial) dengan rata-rata 1/
detik/panggilan, S pertama menyatakan jumlah
kanal yang melayani dan S kedua menyatakan
jumlah pengguna maksimum yang dapat dilayani
sebelum terjadi blocking yaitu /.(1Pblocking)
Berdasarkan formula erlang B, probabilitas blocking
adalah:
S
( / ) / S!
Pblocking
(31)
S
k
( / ) / k!
k 0
Dalam reverse link (up link) sistem CDMA,
blocking didefinisikan sebagai kejadian ketika total
collection dari pengguna yang berada di dalam sel
dan di dalam sel yang lain memberikan jumlah
interference density Io lebih besar dari background
noise No. Jika dalam sistem ini diasumsikan
:jumlah panggilan aktif random poisson dengan
mean /, masing-masing pengguna aktif dengan
probabilitas dan probabilitas tidak aktif 1- , Eb/Io
masing-masing pengguna bervariasi tergantung
kondisi propagasi, beban tiap sel sama, maka
probabilitas blocking pada sistem CDMA adalah [8]:

Pblocking

kegagalan handoff (probabilitas droping) sama


dengan probabilitas blocking panggilan baru.

/ 2]
2

= Bandwidth spread spectrum


= bit rate
= factor interferensi sel lain
= ketidakakuratan power control
= (ln 10)/10

Pada penelitian ini, tidak ada perlakuan kusus


untuk panggilan handoff, sehingga probabilitas

Old BS

New BS

Gambar 2. MS dalam Soft Handoff Region


5.1 Sumber Trafik
Pada sistem makro sel dimana radius sel lebih
dari 1 km, akan didapatkan jumlah pelanggan yang
jauh lebih besar dari jumlah kanal yang ada,
sehingga laju kedatangan relatif tetap dan tidak
bergantung jumlah pendudukan yang sedang
berlangsung, maka hal ini relevan bila diasumsikan
bahwa laju kedatangan baru terdistribusi secara
poisson. Pada penelitian ini rata-rata laju kedatangan
panggilan baru n, terdistribusi secara poisson dan
diasumsikan besarannya dapat ditentukan.
5.2 Rata-rata Waktu Pendudukan Panggilan
Rata-rata lama panggilan berlangsung (call
holding time) atau 1/c diasumsikan terdistribusi
secara eksponensial negatif dengan nilai c dapat
ditentukan. Pada penelitian ini diasumsikan rata-rata
tiap pelanggan melakukan panggilan (call holding
time ) selama 108 detik
5.3 Mean Cell Residual Time
Residual time dalam sebuah sel tergantung
pada besarnya radius sel dan kecepatan dari
pelanggan, semakin besar radius sel maka residual
time sebuah sel akan semakin besar sebaliknya
semakin besar kecepatan, pelanggan akan semakin
kecil. Pada penelitian ini rata-rata waktu residu sel
adalah 180 detik.
5.4 Pengaruh Lebar Daerah Soft Handoff
terhadap Rata-rata Waktu Pendudukan
Kanal
Ketika sebuah panggilan diakhiri atau sebuah
MS yang sedang berkomunikasi meninggalkan outer
cell, maka okupansi kanal dilepas, maka waktu
pendudukan kanal dapat dinyatakan sebagai min
(Tc,To). Waktu pendudukan kanal mempunyai
distribusi eksponensial.

Jurnal Penelitian dan Pengembangan TELEKOMUNIKASI, Desember 2004, Vol. 9, No. 2

103

Pengaruh lebar daerah soft handoff (variasi


nilai b) terhadap mean channel hoding time untuk
mean residual time yang berbeda ditunjukkan pada
gambar 3. dengan asumsi a=1, 1/c=108 detik dan
1/sel=180 detik. Dari gambar 3 terlihat grafik,
bahwa untuk nilai b yang makin besar maka mean
channel holding time terlihat semakin besar pula.
Apabila dibandingkan dengan hard handoff,
peningkatannya sebesar 48 % untuk b = 0.1, 9%
untuk b = 0.2 dan 13 % untuk b = 0.3
5.5 Pengaruh Variasi Nilai b terhadap Factor
Interferensi
Faktor interferensi sel lain atau f didefinisikan
sebagai interferensi total rata-rata dari sel lain yang
dinormalisir dengan jumlah rata-rata user per sel [9].
Dari hasil simulasi dengan mempertimbangkan 2
tier dari sel pusat, a=1, exponent path loss=4 dan
=8 dB, didapatkan berbagai nilai f
seperti
ditunjukkan pada Tabel 1

Gambar 3. Grafik Waktu Rata-rata


Pendudukan Kanal
Tabel 1. Hasil Simulasi Faktor Interferensi Relatif
dari Sel Lain (f)
B
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
f
2.38 1.38 0.94 0.77 0.68 0.61

semakin besar daerah soft handoff,


peningkatan kapasitas semakin besar.

maka

Tabel 2. Faktor Peningkatan Kapasitas


b
f
F
0
2.38
1.00
0.1
1.38
1.42
0.2
0.94
1.74
0.3
0.77
1.89
0.4
0.68
2.01
0.5
0.61
2.18
5.7 Pengaruh Variasi Nilai b terhadap Kapasitas
Reverse Link CDMA
Kapasitas CDMA didefinisikan sebagai
jumlah total dari pengguna simultan yang secara
bersamaan dapat mengakses sistim dengan kualitas
yang telah ditentukan. Kapasitas sistem CDMA
berbanding terbalik dengan performansi sistem,
besarnya kapasitas yang dapat disediakan bersifat
fleksibel tergantung kepada tingkat kualitas yang
dikehendaki, makin tinggi kualitas komunikasi yang
diinginkan akan semakin berkurang kapasitas yang
disediakan, sehingga sistem CDMA disebut
memiliki soft capacity. Kapasitas CDMA disebut
juga dengan interference limited, artinya kapasitas
CDMA dibatasi oleh interferensi yang terjadi.
Untuk menentukan kapasitas CDMA, dalam
penelitian ini digunakan parameter seperti di tabel 3.
Tabel 3. Parameter Penentuan Kapasitas CDMA
Variabel
Nilai
Satuan
Bandwidht (W)
1.228
MHz
Eb/Io (reverse link)
7
dB
Informasi Baseband (R)
9600
bps
Voice activity
0.4
skalar
Dengan parameter simulasi pada tabel 3,
kapasitas CDMA pada Eb/No=7 dB diperoleh hasil:
untuk single sel adalah 57, b=0 adalah 17, b=0.1
adalah 24, b=0.2 adalah 29 dan b=0.3 adalah 32.

Dari Tabel 1. ditunjukkan bahwa semakin


besar daerah overlap atau daerah soft handoff, faktor
interferensi semakin kecil.
5.6 Faktor Peningkatan Kapasitas.
Faktor peningkatan kapasitas didefinisikan
sebagai perbandingan dari (1+fhard) dengan (1+fsoft )
atau [4]:
(1 f hard)
(34)
F
1 f soft
dimana fhard adalah f untuk hard handoff dan fsoft
adalah f untuk soft handoff. Dari hasil simulasi
eksponent path loss 4, dan = 8 dB didapatkan
faktor peningkatan kapasitas seperti ditunjukkan
pada tabel 2. Dari tabel 2 tersebut terlihat bahwa

Gambar 4. Grafik Kapasitas Sel


Pada gambar 4 terlihat bahwa kapasitas CDMA
meningkat dengan bertambahnya nilai b untuk
berbagai nilai Eb/Eo.

Analisis Trafik Handoff dengan Skema Soft Handoff dalam Sistem Seluler CDMA (Sofia Naning Hertiana)

104

5.8 Pengaruh Variasi Nilai b terhadap


Probabilitas Blocking
Dalam sistem CDMA reverse link (up link),
blocking didefinisikan sebagai kejadian ketika total
collection dari pelanggan yang berada di dalam sel
dan sel yang lain memberikan jumlah interferensi
density Io lebih besar dari background noise No.

Daftar Pustaka
[1] Carolin, 2002, Classification of Handover
Schemes within a Cellular Environment, IEEE.
[2] Chang, J.W., D.K. Sung, J.H. Ahn, and
J.H.Kim, 1999, An Adaptive Channel
Reservation Scheme for Soft Handoff in
Cellular DS-CDMA Systems, IEEE Journal. -7
[3] Dong-wan Tcha, juni 2001, Load Analysis of
Soft Handoff Scheme in a CDMA Cellular
System, IEEE J. Select. Area Commun.,Vol 19,
No. 6. -5
[4] Duk Kyung Kim, july 1999 ,Characterization
of Soft Handoff in CDMA System, IEEE
Tranc.Veh. Tech.,Vol. 48, No. 4.
[5] Insoo Koo, Jeehwan AHN, Jeong-A Lee, and
kiseon KIM, Mei 1999, Analysis of Erlang
Capacity for the Multimedia DS-CDMA
System, IEICE trans, fundamental, Vol. E82-A,
No. 5.

Gambar 5. Grafik Probabilitas Blocking


Probabilitas blocking untuk berbagai variasi
nilai b ditunjukkan pada gambar 5, dan terlihat
bahwa semakin besar b probabilitas blocking untuk
beban trafik yang sama, semakin menurun. Untuk
Probabilitas blocking 2%, beban trafik/sel untuk
single sel adalah 40 Erlang, b = 0 adalah 25,5
Erlang., b = 0,1 adalah 27 Erlang, b = 0,2 adalah 31
Erlang dan b = 0.3 adalah. 32 Erlang.
Jika diasumsikan trafik per pelanggan 50
mErlang, maka banyaknya pelanggan yang dapat
dilayani dalam sel tersebut adalah: Single sel = 800
pelanggan, b = terdapat 510 pelanggan, b = 0.1
terdapat 540 pelanggan, b = 0.2 terdapat 620
pelanggan, dan b = 0.3 terdapat 640 pelanggan.
Probabilitas kegagalan handoff untuk skema
handoff tanpa prioritas/reservasi sama dengan
probabilitas blocking. Karena dalam skema ini tidak
ada perlakuan kusus untuk trafik handoff.
6. Kesimpulan
Dari perhitungan, simulasi dan analisis yang
telah dilakukan, penelitian ini dapat diambil
kesimpulan bahwa penggunaan skema handoff
dalam sistem seluler CDMA apabila ditinjau dari
lebar daerah soft handoff mempengaruhi beberapa
parameter sebagai berikut :
a. Semakin besar daerah soft handoff maka
kapasitas reverse link semakin meningkat,
b. Waktu pendudukan kanal semakin besar,
c. Interferensi normalisir makin kecil dan
d. Probabilitas blocking maupun probabilitas
kegagalan handoff makin kecil.

[6] Lee, Keunmoo, Dongyoung Kim, Cheolhang


Cheon and Kyungwon Kang, A Comparative
Analysis of Soft Handoff Algorithm for IS-95A
and IS-95B/CDMA 2000.
[7] Viswanath, Pramod and Venkat Ananttharam,
Optima Sequences and Sum Capacity of
Synchorunous
CDMA
System,
EECS
Department, UC Berkeley.
[8] Viterbi, Audrey M. and Adrew J. Viterbi,
Agustus 2003 Erlang Capacity of a Power
Controlled CDMA Sistem, IEEE J. Select. Area
Comm.,Vol. 11, No. 6.
[9] Viterbi, Audrey M. and Adrew J. Viterbi,
Oktober 1994, Soft Handoff Extends CDMA
Cell Coverage and Increase Reverse Link
Capacity, IEEE J. Select Area Comm.,Vol 12,
No, 8.
[10] Ramasami,Vijaya Chandran, 2000, Capacity of
CDMA System, EECS Departmen, The
University of Kansas.
[11] Rao, Krishna B. and Laksmi Narayan Misrhra,
2000, Soft Handoff in CDMA System,
Departemen of Electrical Engineering,
Universytas of Texas at Dallas.
[12] Stjin N. P., 2003, Studi of Soft Handover in
UMTS, Technical University of Denmark.

Jurnal Penelitian dan Pengembangan TELEKOMUNIKASI, Desember 2004, Vol. 9, No. 2

Anda mungkin juga menyukai