Anda di halaman 1dari 10

TEORI KEPERAWATAN MADELEINE LEININGER CULTURE CARE"

TEORI KEPERAWATAN MADELEINE LEININGER CULTURE CARE"


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Banyak model konseptual dan teori yang telah dikembangkan para ahli keperawatan, dimana
teori dan model konseptual merupakan suatu cara untuk memandang, menilai situasi kerja
yang menjadi petunjuk bagi perawat dalam mendapatkan informasi untuk menjadikan
perawat peka terhadap apa yang terjadi dan apa yang harus dia lakukan.
Teori-teori keperawatan juga digunakan dalam praktik, penelitian dan proses belajar-
mengajar dalam bidang keperawatan sehingga perlu diperkenalkan, dikaji dan dikembangkan
untuk memperkuat profesi keperawatan.
Perawat perlu memiliki latar belakang pengetahuan baik secara teoritis maupun empiris
terhadap teori-teori keperawatan yang ada sehingga perawat dapat memahami dan
mengaplikasikan teori-teori tersebut dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada klien
sesuai keadaannya.
Salah satu teori keperawatan yang ada adalah teori keperawatan yang dikembangkan oleh
Madeleine Leininger yang lebih dikenal dengan teori Trans Cultural.

B. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah : menyajikan teori model keperawatan Trans Cultural
dan analisis model keperawatan dari Madeleine Leininger

C. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan yang berisikan latar belakang, tujuan penulisan dan sistematika penulisan,
Bab II Konsep Model Madeleine Leininger , Bab III Analisis Teori Leininger, BAB IV
Penutup meliputi kesimpulan dan saran.

BAB II
TEORI KEPERAWATAN MADELEINE LEININGER
CULTURE CARE : DIVERSITY AND UNIVERSALITY THEORY

A. Sejarah Teori Culture Care
Madeline Leininger adalah pelopor keperawatan transkultural dan seorang pemimpin dalam
keperawatan transkultural serta teori asuhan keperawatan yang berfokus pada manusia. Ia
adalah perawat professional pertama yang meraih pendidikan doctor dalam ilmu antropologi
social dan budaya. Dia lahir di Sutton, Nebraska, dan memulai karir keperawatannya setelah
tamat dari program diploma di St. Anthonys School of Nursing di Denver.
Tahun 1950 ia meraih gelar sarjana dalam ilmu biologi dari Benedictine College, Atchison
Kansas dengan peminatan pada studi filosofi dan humanistik. Setelah menyelesaikan
pendidikan tersebut ia bekerja sebagai instruktur, staf perawatan dan kepela perawatan pada
unit medikal bedah sererta membuka sebuah unit perawatan psikiatri yang baru dimana ia
menjadi seorang direktur pelayanan keperawatan pada St. Josephs Hospital di Omaha.
Selama waktu ini ia melanjutkan pendidikan keperawatannya di Creigthton University di
Omaha. Tahun 1954 Leininger meraih gelar M.S.N. dalam keperawatan psikiatrik dari
Chatolic University of America di Washington, D. C. Ia kemudian bekerja pada College of
Health di Univercity of Cincinnati, dimana ia menjadi lulusan pertama (M. S. N ) pada
program spesialis keperawatan psikiatrik anak . Ia juga memimpin suatu program pendidikan
keperawatan psikiatri di universitas tersebut dan juga sebagai pimpinan dalam pusat terapi
perawatan psikiatri di rumah sakit milik universitas tersebut.
Pada tahun 1960, Leininger bersama C. Hofling menulis sebuah buku yang diberi judul
Basic Psiciatric Nursing Consept yang dipublikasikan ke dalam sebelas bahasa dan
digunakan secara luas di seluruh dunia. Selama bekerja pada unit perawatan anak di
Cincinnati, Leininger menemukan bahwa banyak staff yang kurang memahami mengenai
faktor-faktor budaya yang mempengaruhi perilaku anak-anak. Dimana diantara anak-anak ini
memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda. Ia mengobservasi perbedaan- perbedaan
yang terdapat dalam asuhan dan penanganan psikiatri pada anak-anak tersebut. Terapi
psikoanalisa dan terapi strategi lainnya sepertinya tidak menyentuh anak-anak yang memiliki
perbedaan latar belakang budaya dan keutuhan.
Leininger melihat bahwa para perawat lain juga tidak menampilkan suatu asuhan yang benar-
benar adequat dalam menolong anak tersebut, dan ia dihadapkan pada berbagai pertanyaan
mengenai perbedaan budaya diantara anak-anak tersebut dan hasil terapi yang didapatkan. Ia
juga menemukan hanya sedikit staff yang memiliki perhatian dan pengetahuan mengenai
faktor-faktor budaya dalam mendiagnosa dan manangani klien.
Pada satu ketika, Prof. Margaret Mead berkunjung pada departemen psikiatri University of
Cincinnati dan Leiniger berdiskusi dengan Mead mengenai adanya kemungkinan hubungan
antara keperawatan dan antropologi. Meskipun ia tidak mendapatkan bantuan langsung,
dorongan, solusi dari Mead , Leininger memutuskan untuk melanjutkan studinya ke program
doktor (Ph.D) yang berfokus pada kebudayaan, sosial, dan antropologi psikologi pada
Universitas Washington.
Sebagai seorang mahasiswa program doktor, Leininger mempelajari berbagai macam
kebudayaan dan menemukan bahwa pelajaran antroplogi itu sangat menarik dan merupakan
area yang perlu diminati oleh seluruh perawat. Kemudia ia menfokuskan diri pada
masyarakat Gadsup di Eastern Highland of New Guinea, dimana ia tinggal bersama
masyarakat tersebut selama hampir dua tahun. Dia dapat mengobservasi bukan hanya
gambaran unik dari kebudayaan melainkan perbedaan antara kebudayaan masyarakat barat
dan non barat terkait dengan praktek dan asuhan keperawatan untuk mempertahankan
kesehatan.
Dari studinya yang dalam dan pengalaman pertama dengan masyarakat Gadsup, ia terus
mengembangkan teori perawatan kulturalnya dan metode ethno nursing. Teori dan
penelitiannya telah membantu mahasiswa keperawatan untuk memahami perbedaan budaya
dalam perawatan manusia, kesehatan dan penyakit. Dia telah menjadi pemimpin utama
perawat yang mendorong banyak mahasiswa dan fakultas untuk melanjutkan studi dalam
bidang anthropologi dan menghubungkan pengetahuan ini kedalam praktik dan pendidikan
keperawatan transkultural. Antusiasme dan perhatiannya yang mendalam terhadap
pengembangan bidang perawatan transkultural dengan fokus perawatan pada manusia telah
menyokong dirinya selama 4 dekade.
Tahun 1950-an sampai 1960-an, Leininger mengidentifikasi beberapa area umum dari
pengetahuan dan penelitian antara perawatan dan anthropologi formulasi konsep keperawatan
transkultural, praktek dan prinsip teori. Bukunya yang berjudul Nursing and anthropology :
Two Words to Blend ; yang merupakan buku pertama dalam keperawatan transkultural,
menjadi dasar untuk pengembangan bidang keperawatan transkultural, dan kebudayaan yang
mendasari perawatan kesehatan. Buku yang berikutnya, Transcultural Nursing : Concepts,
theories, research, and practise (1978 ) , mengidentifikasi konsep mayor, ide-ide teoritis,
praktek dalam keperawatan transkultural, bukti ini merupakan publikasi definitif pertama
dalam praktek perawatan treanskultural. Dalam tulisannya, dia menunjukkan bahwa
perawatan treanskultural dan anthropologi bersifat saling melengkapi satu sama lain,
menkipun berbeda. Teori dan kerangka konsepnya mengenai Cultural care diversity and
universality dijelaskan dalam buku ini.
Sebagai perawat profesional pertama yang melanjutkan pendidikan ke jenjang doktor dalam
bidang antropologi dan untuk memprakarsai beberapa program pendidikan magister dan
doktor, Leininger memiliki banyak bidang keahlian dan perhatian. Ia telah memepelajari 14
kebudayaan mayor secara lebih mendalam dan telah memiliki pengalaman dengan berbagai
kebudayaan. Disamping perawatan transkultural dengan asuhan keperawatan sebagai fokus
utama , bidang lain yang menjadi perhatiannya adalah administrasi dan pendidikan
komparatif, teori-teori keperawatan, politik, dilema etik keperawatan dan perawatan
kesehatan, metoda riset kualitatif, masa depan keperawatan dan keperawatan kesehatan, serta
kepemimpinan keperawatan. Theory of Culture Care saat ini digunakan secara luas dan
tumbuh secara relevan serta penting untuk memperoleh data kebudayaan yang mendasar dari
kebudayaan yang berbeda.

B. Paradigma Keperawatan
1. Manusia
Manusia adalah individu atau kelompok yamg memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang
diyakini dan berguna untuk menentukan pilihan serta melakukan tindakan. Menurut
Leininger, manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap
saat dimanapun ia berada.

2. Kesehatan
Kesehatan mengacu pada keadaan kesejahteraan yang didefinisikan secara kultural memiliki
nilai dan praktek serta merefleksikan kemampuan individu maupun kelompok untuk
menampilkan kegiatan budaya mereka sehari-hari, keuntungan dan pola hidup.

3. Lingkungan
Lingkungan mengacu pada totalitas dari suatu keadaan, situasi, atau pengalaman-pengalaman
yang memberikan arti bagi perilaku manusia, interpretasi, dan interaksi sosial dalam
lingkungan fisik, ekologi, sosial politik, dan atau susunan kebudayaan.

4. Keperawatan
Keperawatan mengacu kepada suatu pembelajaran humanistik dan profesi keilmuan serta
disiplin yang difokuskan pada aktivitas dan fenomena perawatan manusia yang bertujuan
untuk membantu, memberikan dukungan, menfasilitasi, atau memampukan individu maupun
kelompok untuk memperoleh kesehatan mereka dalam cara yang menguntungkan yang
berdasarkan pada kebudayaan atau untuk menolong orang-orang agar mampu menghadapi
rintangan dan kematian.

C. Teori Keperawatan Leininger
Teori ini diambil dari disiplin ilmu antropologi dan keperawatan. Ia mendefinsikan
keperawatan transkultural sebagai bagian utama dari keperawatan yang berfokus pada studi
perbandingan dan analisa perbedaan budaya serta bagian budaya di dunia dengan tetap
menghargai nilai-nilai asuhan, pengalaman sehat sakit dan juga kepercayaan yang dimiliki
oleh masyarakat.
1. Konsep Utama dan definisi teori Leininger
a. Care mengacu kepeada suatu fenomena abstrak dan konkrit yang berhubungan dengan
pemberian bantuan, dukungan, atau memungkinkan pemberian pengalaman maupun perilaku
kepada orang lain sesuai dengan kebutuhannya dan bertujuan untuk memperbaiki kondisi
maupun cara hidup manusia.
b. Caring, mengacu kepada suatu tindakan dan aktivitas yang ditujukan secara langsung
dalam pemberian bantuan, dukungan, atau memungkinkan individu lain dan kelompok
didalam memenuhi kebutuhannya untuk memperbaiki kondisi kehidupan manusia atau dalam
menghadapi kematian.
c. Kebudayaan merupakan suatu pembelajaran, pembagian dan transmisis nilai, keyakinan,
norma-norma, dan gaya hidup dalam suatu kelompok tertentu yang memberikan arahan
kepada cara berfikir mereka, pengambilan keputusan, dan tindakkan dalam pola hidup.
d. Perawatan kultural mengacu kepada pembelajaran subjektif dan objektif dan transmisi
nilai, keyakinan, pola hidup yang membantu, mendukung, memfasilitasi atau memungkinkan
ndividu lain maupun kelompok untuk mempertahankan kesjahteraan mereka, kesehatan, serta
untuk memperbaiki kondisi kehidupan manusia atau untuk memampukan manusia dalam
menghadapi penyakit, rintangan dan juga kematian.
e. Cultural care diversity (perbedaan perawatan kultural) mengacu kepada variabel-variabel,
perbedaan-perbedaan, pola, nilai, gaya hidup, ataupun simbol perawatan di dalam maupun
diantara suatu perkumpulan yang dihubungkan terhadap pemberian bantuan, dukungan atau
memampukan manusia dalam melakukan suatu perawatan.
f. Cultural care universality (Kesatuan perawatan kultural) mengacu kepada suatu pengertian
umum yang memiliki kesamaan ataupun pemahaman ang paling dominan, pola-pola, nilai-
nilai, gaya hidup atau simbol-simbol yang dimanifestasikan diantara banyak kebudayaan
serta mereflesikan pemberian bantuan, dukungan, fasilitas atau memperoleh suatu cara yang
memungkinkan untuk menolong orang lain (Terminlogy universality) tidak digunakan pada
suatu cara yang absolut atau suatu temuan statistik yang signifikan.
g. Keperawatan mengacu kepada suatu pembelajaran humanistik dan profesi keilmuan serta
disiplin yang difokuskan pada aktivitas dan fenomena perawatan manusia yang bertujuan
untuk membantu, memberikan dukungan, menfasilitasi, atau memampukan individu maupun
kelompok untuk memperoleh kesehatan mereka dalam suatu cara yang menguntungkan yang
berdasarkan pada kebudayaan atau untuk menolong orang-orang agar mampu menghadapi
rintangan dan kematian.
h. Pandangan dunia mengacu kepada cara pandang manusia dalam memelihara dunia atau
alam semesta untuk menampilkan suatu gambaran atau nilai yang ditegakkan tentang hidup
mereka atau lingkungan di sekitarnya.
i. Dimensi struktur sosial dan budaya mengacu pada suatu pola dinamis dan gambaran
hubungan struktural serta faktor-faktor organisasi dari suatu bentuk kebudayaan yang
meliputi keagamaan, kebudayaan, politik, ekonomi, pendidikan, teknologi , nilai budaya dan
faktor-faktor etnohistory serta bagaimana faktor-faktor ini dihubungkan dan berfungsi untuk
mempengaruhi perilaku manusia dalam lingkungan yang berbeda.
j. Lingkungan mengacu pada totalitas dari suatu keadaan, situasi, atau pengalaman-
pengalaman yang memberikan arti bagi perilaku manusia, interpretasi, dan interaksi sosial
dalam lingkungan fisik, ekologi, sosial politik, dan atau susunan kebudayaan.
k. Etnohistory mengacu kepada keseluruhan fakta-fakta pada waktu yang lampau,
kejadian-kejadian, dan pengalaman individu, kelompok, kebudayaan serta suatu institusi yang
difokuskan kepada manusia/masyarakat yang menggambarkan, menjelaskan dan
menginterpretasikan cara hidup manusia dalam suatu bentuk kebudayaan tertentu dalam
jangka waktu yang panjang maupun pendek.
l. Sistem perawatan pada masyarakat tradisional mengacu kepada pembelajaran kultural dan
transmisi dalam masyarakat tradisional (awam) dengan menggunakan pengetahuan dan
keterampilan tradisonal untuk memberikan bantuan, dukungan atau memfasilitasi tindakan
untuk individu lain, kelompok maupun suatu institusi dengan kebutuhan yang lebih jelas
untuk memperbaiki cara hidup manusia atau kondisi kesehatan ataupun untuk menghadapi
rintangan dan situasi kematian.
m. Sistem perawatan profesional mengacu kepada pemikiran formal, pembelajaran, transmisi
perawatan profesional, kesehatan, penyakit, kesejahteraan dan dihubungkan dalam
pengetahuan dan keterampilan praktek yang berlaku dalam institusi profesional biasanya
personil multi disiplin untuk melayani konsumen.
n. Kesehatan mengacu pada keadaan kesejahteraan yang didefinisikan secara kultural
memiliki nilai dan praktek serta merefleksikan kemampuan individu maupun kelompok untuk
menampilkan kegiatan budaya mereka sehari-hari, keuntungan dan pola hidup
o. Mempertahankan perawatan kultural mengacu kepada semua bantuan, dukungan, fasilitas
atau pengambilan keputusan dan tindakan profesional yang memungkinkan yang dapat
menolong orang lain dalam suatu kebudayaan tertentu dan mempertahankan nilai perawatan
sehingga mereka dapat memperthanakan kesejahteraannya, pulih dari penyakit atau
menghadapi rintangan mapun kematian.
p. Negosiasi atau akomodasi perawatan kultural mengacu pada semua bantuan, dukungan,
fasilitas, atau pembuatan keputusan dan tindakan kreatifitas profesional yang memungkinkan
yang menolong masyarakat sesuai dengan adaptasi kebudayaan mereka atau untuk
bernegosiasi dengan fihak lain untuk mencapai hasil kesehatan yang menguntungkan dan
memuaskan melalui petugas perawatan yang profesional
q. Restrukturisasi perawatan transkultural mengacu pada seluruh bantuan, dukungan, fasilitas
atau keputusan dan tindakan profesional yang dapat menolong klien untuk mengubah atau
memodifikasi cara hidup mereka agar lebih baik dan memperoleh pola perawatan yang lebih
menguntungkan dengan menghargai keyakinan dan nilai yang dimiliki klien sesuai dengan
budayanya.
r. Perawatan kultural yang konggruen mengacu kepada kemampuan kognitif untuk
membantu, mendukung, menfasilitasi atau membuat suatu keputusan dan tindakan yang dapat
memperbaiki kondisi individu, atau kelompok dengan nilai budaya, keyakinan dan cara hidup
yang berbeda, yang bertujuan untuk memperoleh kesejahteraan dan kesehatan.

2. Asumsi Mayor
Asumsi mayor untuk mendukung teory cultural care : diversity and universality yang
dikemakan ole Leininger :
a. Care adalah esensi keperawatan serta focus yang mempersatukan perbedaan sentral dan
dominant dalam suatu pelayanan.
b. Perawatan (Caring) yang didasarkan pada kebudayaan adalah sutau aspek esensial unuk
memperoleh kesejahteraan, kesehatan, pertumbuhan dan ketahanan, serta kemampuan untuk
enghadapi rinangan maupun kematian.
c. Perawatan yang berdasarkan budaya adalah bagian yang paling komprehensif dan holistic
untuk mengetahui, menjelaskan, menginterprestasikan dan memprediksikan fenomena asuhan
keperawatan serta memberikan panduan dalam pengambilan keputusan dan tindakan
perawatan.
d. Keperawatan traskultural adalah disiplin ilmu perawatan humanistic dan profesi yang
memiliki tujuan utama untuk melayani individu, dan kelompok.
e. Caring yang berdasarkan kebudayaan adalah suatu aspek esensial untuk mengobati dan
menyembuhkan dimana pengobatan tidak akan mungkin dilakukan tanpa perawatan,
sebaliknya perawatan dapat tetap eksis tanpa pengobatan.
f. Konsep keperawatan cultural, arti, ekspresi, pola-pola, proses dan struktur dari bentuk
perawatan transkultural yang beragam dengan perbedaan dan persamaan yang ada.
g. Setiap kebudayaan manusia memiliki pengetahuan dan praktek perawatan tradisional serta
praktik professional yang bersifat budaya dan individual.
h. Praktek perawatan keyakinan dan nilai budaya dipengaruhi oleh dan cenderung tertanam
dalam pandangan dunia, bahasa, filosofi, agama, kekeluargaan, sosial, politik, pendidikan,
ekonomi, teknologi, etnohistory, dan lingkungan kebudayaan.
i. Keuntungan, kesehatan dan kepuasan terhadap budaya perawatan mempengaruhi kesehatan
dan kesejahteraan individu, keluarga, kelompok, komunitas di dalam lingkungannya.
j. Kebudayaan dan keperawatan yang konggruen dapat terwujud apabila pola-pola, ekspresi
dan nilai-nilai perawatan digunakan secara tepat, aman dan bermakna.
k. Perbedaan dan persamaan perawatan cultural tetap berada diantara masyarakat tradisioal
dan professional pada setiap kebudayaan manusia.
l. Konflik cultural, beban praktek kebudayaan, stress kultural merefleksikan kurangnya
pengetahuan perawatan kultural untuk memberikan perawatan, rasa aman, tangung jawab
yang koggruen dengan kebudayaan.
m. Metode penelitian kualitatif ethnonursing memberikan intepretasi dan temuan yang
penting mengenai pemberian asuhan keperawatan dengan kebudayaan komplek yang
berbeda.

3. Esensi keperawatan dan kesehatan
a. Perbedaan-perbedaan interkultural terhadap keyakinan kepetrawatan, nilai dan praktek
akan merefleksikan perbedaan kemampuan identifikasi dan praktek asuhan keperawatan yang
bersifat umum.
b. Kebudayaan yang memiliki nilai iindividualisme yang tinggi dengan model independen
akan menunjukan tanda-tanda dari nilai dan praktek keperawatan diri, dimana kebudayaan
yang tidak memiliki nilai individualisme dan independen akan menunjukan tanda terbatas
dan praktek keperawatan diri.
c. Jika terdapat hubungan yang erat antara praktek dan keyakinan pemberi dan penerima
pelayanan praktek keperawatan , hasil yang diperoleh klien akan dapat ditingkatkan dan lebih
memuaskan .
d. Klien dari kebudayaan yang berbeda dapat mengidentifikasi nilai caring dan non caring
mereka serta keyakinan terhadap ethnonursing.
e. Perbedaan utama antara nilai perawatan tradisional dengan perawatan profesional,
merupakan tanda dari konflik budaya antara pemberi pelayanan kesehatan profesional dan
klien.
f. Praktek dan tindakan caring yang diterapkan dengan menggunakan teknologi berbeda
secara kultural dan memiliki perbedaan terhadap hasil dalam pencapaian kesehatan dan
kesejahteraan klien.
g. Tanda terpenting dari ketergantungan perawat terhadap teknologi merupakan tanda dari
depersonalisasi asuhan keperawatn humanistik pada klien.
h. Bentuk simbolis dan fungsi ritual dari praktek dan perilaku asuhan keperawatan memiliki
hasil dan makna berbeda dalam kebudayaan yang berbeda.
i. Politik, agama, ekonomi, hubungan kekeluargaan, nilai budaya dan lingkungan
memberikan pengaruh yang besar terhadap praktek budaya untuk mencapai kesejahteraan
individu, keluarga dan kelompok.

4. Konsep kebudayaan menurut Leininger dalam buku Transcutural Nursing; concepts,
theories and practices (1978 & 1995).
a. Kebudayaan yang mempersepsikan penyakit ke dalam bentuk pengalaman tubuh internal
dan bersifat personal (contohnya yang disebabkan oleh kondisi fisik, genetic,stress dalam
tubuh) lebih cenderung menggunakan teknik dan metode keperawatan diri secara fisik dari
pada melakukan perawatan berdasarkan budaya yang memandang penyakit sebagai suatu
keyakinan kultural dan ekstra personal serta pengalaman budaya secara langsung.
b. Budaya sangat menekankan proses, prilaku dan nilai perawatan (caring), memegang
peranan yang lebih cenderung dilakukan wanita daripada pria.
c. Kebudayaan yang menekankan pada prilaku dan proses pengobatan (caring) cenderung
dilaksanakan oleh pria daripada wanita.
d. Klien (masyarakat umum / tradisional) yang membutuhkan pelayanan keperawatan
(caring), pertama sekali cenderung untuk mencari bantuan dari pihak keluarga maupun
relasinya dalam mengatasi masalahnya, baru kemudian mencari pemberi pelayanan kesehatan
professional apabila orang-orang terdekatnya tidak mampu memeberikan kondisi yang
efektif, keadaan klien semakin memburuk atau jika terjadi kematian.
e. Kegiatan perawatan yang banyak dipraktekkan di masyarakat (ethno caring activities),
yang memiliki keuntungan terapeutik bagi klien dan keluarganya, kurang dipahami oleh
kebanyakan perawat professional di Werstern.
f. Jika terdapat prilaku perawatan yang efektif dalam suatu kebudayaan maka kebutuhan
pengobatan dan pelayanan dari petugas professional akan berkurang.
g. Perbedaan mendasar antara praktek keperawatan tradisional dan professional
mengakibatkan konflik budaya dan membebani praktek keperawatan.
h. Perawatan transkultural akan mempersiapkan perawat untuk dapat menyusun asuhan
keperawatan pada setiap budaya yang berbeda, dan dapat menentukan hasil yang tepat sesuai
dengan kebudayaan klien tersebut.
i. Keberhasilan dalam perawatan kesehatan akan sulit dicapai apabila pemberi pelayanan
tersebut tidak menggunakan pengetahuan dan praktek yang didasarkan atas keyakinan dan
nilai budaya klien.

5. The Sunrise Model ( Model matahari terbit)
Sunrise Model dari teori Leininger dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Matahari terbit
sebagai lambang/ symbol perawatan. Suatu kekuatan untuk memulai pada puncak dari model
ini dengan pandangan dunia dan keistimewaan struktur sosial untuk mempertimbangkan arah
yang membuka pikiran yang mana ini dapat mempengaruhi kesehatan dan perawatan atau
menjadi dasar untuk menyelidiki berfokus pada keperawatan profesional dan sistem
perawatan kesehatan secara umum. Anak panah berarti mempengaruhi tetapi tidak menjadi
penyebab atau garis hubungan. Garis putus-putus pada model ini mengindikasikan sistem
terbuka. Model ini menggambarkan bahwa tubuh manusia tidak terpisahkan/tidak dapat
dipisahkan dari budaya mereka.
Suatu hal yang perlu diketahui bahwa masalah dan intervensi keperawatan tidak tampak pada
teori dan model ini. Tujuan yang hendak dikemukakan oleh Leininger adalah agar seluruh
terminologi tersebut dapat diasosiasikan oleh perawatan profesional lainya. Intervensi
keperawatan ini dipilih tanpa menilai cara hidup klien atau nilai-nilai yang akan
dipersepsikan sebagai suatu gangguan, demikian juga masalah keperawatan tidak selalu
sesuai dengan apa yang menjadi pandangan klien. Model ini merupakan suatu alat yang
produktif untuk memberikan panduan dalam pengkajian dan perawatan yang sejalan dengan
kebudayan serta penelitian ilmiah.


Gambar : The Sun Rise Model

Leininger Sunrise Model merupakan pengembangan dari konseptual model asuhan
keperawatan transkultural. Terdapat 7 (tujuh) komponen dalam sunrise model tersebut, yaitu :
1. Faktor Teknologi ( Technological Factors )
Teknologi kesehatan adalah sarana yang memungkinkan individu untuk memilih atau
mendapat penawaran untuk menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Berkaitan
dengan pemanfatan teknologi kesehatan, maka perawat perlu mengkaji berupa persepsi
individu tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan
kesehatan saat ini, alasan mencari kesehatan, persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau
mengatasi masalah kesehatan.
2. Faktor keagamaan dan falsafah hidup ( Religous and Philosofical Factors)
Agama adalah suatu sistem simbol yang mengakibatkan pandangan dan motivasi yang
realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi kuat sekali untuk menempatkan
kebenarannya di atas segalanya bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang
perlu dikaji perawat seperti : agama yang dianut, kebiasaan agama yang berdampak positif
terhadap kesehatan, berikhtiar untuk sembuh tanpa mengenal putus asa, mempunyai konsep
diri yang utuh.
3. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (Kinship and Social Factors)
Faktor sosial dan kekeluargaan yang perlu dikaji oleh perawat : nama lengkap dan nama
panggilan dalam keluarga, umur atau tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe
keluarga, pengambilan keputusan dalam anggota keluarga, hubungan klien dengan kepala
keluarga, kebiasaan yang dilakukan rutin oleh keluarga.
4. Faktor nilai budaya dan gaya hidup (Cultural Values and Lifeways)
Nilai adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia mengenai apa yang dianggap
baik dan buruk. Hal-hal yang perlu dikaji berhubungan dengan nilai-nilai budaya dan gaya
hidup adalah posisi dan jabatan, bahasa yang digunakan, kebiasaan membersihkan diri,
kebiasaan makan, makan pantang berkaitan dengan kondisi sakit, sarana hiburan yang
dimanfaatkan dan persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari.


5. Faktor peraturan dan kebijakan (Polithical and Legal Factor)
Peraturan dan kebijakan yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan
individu dalam asuhan keperawatan transkultural. Misalnya peraturan dan kebijakan yang
berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang menunggu.
6. Faktor ekonomi ( Economical Faktor )
Klien yang dirawat dapat memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki untuk
membiayai sakitnya agar segera sembuh. Sumber ekonomi yang ada pada umumnya
dimanfaatkan klien antara lain asurannsi, biaya kantor, tabungan.
Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat antara lain seperti pekerjaan klien, sumber
biaya pengobatan.
7. Faktor pendidikan (Educational Factor)
Latar belakang pendidikan individu adalah pengalaman individu dalam menmpuh jalur
pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan individu, maka keyakinannya
harus didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan dapat beradaptasi terhadap budaya
yang sesuai dengan kondisi kesehatannya.
Perawat perlu mengkaji latar belakang pendidikan meliputi tingkat pendidikan, jenis
pendidikan, serta kemampuan belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya
sehingga tidak terulang kembali.

BAB III
ANALISA TEORI

A. Kelebihan :
1. Teori ini bersifat komprehensif dan holistik yang dapat memberikan pengetahuan kepada
perawat dalam pemberian asuhan dengan latar belakang budaya yang berbeda.
2. Teori ini sangat berguna pada setiap kondisi perawatan untuk memaksimalkan pelaksanaan
model-model teori lainnya (teori Orem, King, Roy, dll).
3. Penggunakan teori ini dapat mengatasi hambatan faktor budaya yang akan berdampak
terhadap pasien, staf keperawatan dan terhadap rumah sakit.
4. Penggunanan teori trancultural dapat membantu perawat untuk membuat keputusan yang
kompeten dalam memberikan asuhan keperawatan.
5. Teori ini banyak digunakan sebagai acuan dalam penelitian dan pengembangan praktek
keperawatan .

B. Kelemahan :
1. Teori transcultural bersifat sangat luas sehingga tidak bisa berdiri sendiri dan hanya
digunakan sebagai pendamping dari berbagai macam konseptual model lainnya.
2. Teori transcultural ini tidak mempunyai intervensi spesifik dalam mengatasi masalah
keperawatan sehingga perlu dipadukan dengan model teori lainnya






BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Teori ini dapat digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan dengan
mempertimbangkan aspek budaya, nilai nilai, norma dan agama.
2. Teori ini dapat digunakan untuk melengkapi teori konseptual yang lain dalam praktik
asuhan keperawatan.

B. Saran
1. Penerapan teori Leinienger diperlukan pengetahuan dan pemahaman tentang ilmu
antropologi agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik.
2. Pelaksanaan teori Leinienger memerlukan penggabungan dari teori keperawatan yang lain
yang terkait, seperti teori adaptasi, self care dan lain-lain.












DAFTAR PUSTAKA


Carol Taylor, Carol Lillis. (1997). Fundamentals of Nursing : the art and science of nursing
care. Vol I 3ed , Philadelphia, Lippincott.

Chinn & Jacobs. (1983). Theory and Nursing a systematic approach. St. Louis : Mosby
Company.

Folley, Regina & Wurmser, Theresa A (2004). Culture Diversity/A Mobile Worksforce
Command Creative Leadership, New Patterships, and Inovative Approaces to Integration.
Diambil pada 9 Oktober 2006 dari
http://proquest.umi.com/pqdweb?did=650824831&sid=3&clientld=45625&RQT=309&VNa
me

Kozier, Barbara et al. (2000). Fundamental of Nursing : The nature of nursing practice in
Canada. 1st Canadian Ed. Prentice Hall Health, Toronto.

Leahy, Julia M & Kizilay, Patricia E. (1998). Foundations of Nursing Practice : A Nursing
Process Approach. 1st Ed, WB Saunders Company, Philadelphia

Leninger, M. diambil pada 10 Oktober 2006 dari http://en.wikipedia.org/wiki/Madeleine
Leininger.

Robinson & Kish. (2001). Edvance Practice Nursing. St. Louis : Mosby Inc.

The Basic concepts of Trancultural Nursing. Diambil pada 10 Oktober 2006 dari
http://www.culturediversity.org/thirdwrld.htm.

Tomey, Ann Marriner & Alligood, Martha Raile, (1998). Nursing Theorists and their work,
4th Ed. Mosby, St. Louis.

Anda mungkin juga menyukai