Anda di halaman 1dari 9

PRIAPISMUS

Pendahuluan
(1,2)

Priapismus adalah suatu gangguan berupa ereksi penis yang terjadi
terus-menerus dalam waktu lebih dari 6 jam. Ereksi yang berkepanjangan ini
terjadi tanpa adanya rangsangan seksual. Keadaan ini jelas merupakan
gangguan, bukan sesuatu yang layak dibanggakan.
Beberapa tahun terakhir ini, kejadian priapismus di Indonesia cukup
sering dan penyebabnya sama, yaitu pada umumnya setelah menerima suntikan
pada penis. Fenomena ini cukup menarik perhatian karena sebelumnya sangat
jarang terjadi, bahkan tidak pernah diberitakan. Fenomena ini menjadi semakin
menarik kalangan kedokteran karena dikaitkan dengan suntikan pada penis
dalam upaya untuk mengatasi disfungsi ereksi atau impotensi.
Tujuan penanganan pasien priapismus adalah untuk terjadinya
detumesensi dan mempertahankan fungsi ereksi.

Definisi
(1,2,4,5)

Priapismus adalah suatu keadaan yang jarang terjadi dimana penis terus
menerus ereksi dan sangat sakit.
Priapismus merupakan keadaan dimana terjadi ereksi penis yang nyeri
dan menyakitkan tanpa disertai dorongan atau hasrat seksual.
Priapismus adalah keadaan medis yang sangat nyeri dan berbahaya
dimana penis yang ereksi tidak kembali ke fase flaksid, meskipun tidak ada
rangsangan fisik dan psikologis, dalam waktu 4 jam. Priapismus
dipertimbangkan sebagai kegawatdaruratan medis yang harus segera ditangani.
Frekuensi
(6)

Amerika Serikat
Frekuensi priapismus tergantung pada populasi. Kombinasi obat-obat intrakavernosa dan obat
lainnya adalah 21-80% penyebab priapismus pada orang dewasa. Obat-obat yang digunakan untuk
mengobati disfungsi ereksi adalah penyebab paling sering di Negara-negara barat. Angka keseluruhan
terjadinya priapismus pada kelompok yang menggunakan obat-obatan berkisar antara 0.05-6%. Kelompok
ini cenderung lebih mengetahui tentang resiko priapismus, dan lebih cepat berobat.
Di tempat lain, penyakit sel sabit mendominasi penyebab priapismus pada orang dewasa. Angka
priapismus pada penyakit ini sebesar 89%. Sekitar 2/3 dari seluruh pasien pediatric yang mengalami
priapismus juga mengalami penyakit sel sabit. Angka priapismus pada anak penderita sel sabit adalah
sebesar 27%.
Mortalitas/Morbiditas
Priapismus onsetnya sangat nyeri. Fibrosis corpora akibat priapismus yang
persisten dapat menghasilkan infeksi jaringan dalam penis.
Morbiditas kronis utama yang berhubungan dengan semua tipe priapismus
adalah disfungsi ereksi dan impotensi.
Lama gejala adalah faktor yang paling penting dalam menentukan hasil
akhirnya. Suatu penelitian Skandinavia terbaru melaporkan bahwa 92% pasien
dengan priapismus yang kurang dari 24 jam tetap poten, dan hanya 22% pasien
priapismus lebih dari 7 hari yang tetap poten.
Ras
Priapismus sering pada orang Afrika Amerika dengan penyakit sel sabit.

Usia
Priapismus dapat terjadi pada pria umur berapa saja, dengan puncaknya pada
usia 5-10 tahun dan 20-50 tahun.
Pada pasien penyakit sel sabit, priapismus lebih sering pada pria usia 19-
21 tahun.

Jenis Pripismus
(2,3,6)

Sebenarnya priapismus ada dua jenis, Pertama, priapismus karena
tersumbatnya jalan keluar aliran darah dari penis (low flow priapism). Akibatnya,
aliran darah yang masuk ke dalam penis terus tertumpuk dan tidak dapat keluar.
Kedua, priapismus karena kebocoran pembuluh darah nadi di dalam penis (high
flow priapism). Akibatnya, darah terus mengalir di dalam penis walaupun masih
mengalami aliran keluar.
Kedua jenis priapismus tersebut mempunyai perbedaan. Priapismus
karena tersumbatnya aliran darah keluar sangat kaku dan menimbulkan rasa
sakit serta iskemik. Sedang priapismus karena kebocoran pembuluh darah nadi
tidak terlalu kaku dan tidak menimbulkan rasa sakit.
Fisiologi Ereksi
(9)

Penis mendapatkan aliran darah dari arteri pudenda yang kemudian
menjadi arteri penis komunis. Selanjutnya arteri ini bercabang menjadi arteri
kavernosa atau arteri sentralis, arteri dorsalis penis, dan arteri bulbo-uretralis.
Arteri penis komunis ini melewati kanal dari alcock yang berdekatan dengan os
pubis dan mudah mengalami cedera jika terjadi fraktur pelvis. Arteri sentralis
memasuki rongga kavernosa kemudian bercabang menjadi arteriole helisin
yang mengisi darah ke dalam sinusoid. Sedangkan darah vena dari sinusoid
dialirkan melalui anyaman/pleksus yang terletak dibawah tunika albuginea.
Anyaman ini bergabung membentuk venule emisaria dan menembus tunika
albuginea ke vena dorsalis penis.
Proses fisiologis ereksi dimulai rangsangan seksual yang menimbulkan
peningkatan aktivis saraf parasimpatis yang mengakibatkan terjadinya dilatasi
arteriole dan kontriksi venule sehingga inflow meningkat dan outflow menurun
hal ini menyebabkan peningkatan volume darah dan ketegangan pada corpora
sehingga penis ereksi. Persaraf penis terdiri atas sistem saraf otonomik dan
somatic yang berpusat di nucleus intermediolateralis medulla spinalis pada
segmen S
2-4
dan Th
12
- L
2.
Saraf ini memacu neurotransmiter

untuk memulai
proses ereksi serta mengakhirinya pada proses detumesensi.













Fisiologi Ereksi

Patofisiologi Priapismus
(2,3,4,6)

Priapismus terjadi saat keseimbangan fisiologis dari aliran darah menuju
dan keluar dari corpora cavernosa terhalang (interrupted). Ini menyebabkan
ereksi badan cavernosa tanpa disertai ereksi corpus spongiosum atau glans.
Priapismus biasanya disebabkan karena obat-obatan, trauma atau
karena suatu penyakit; bukan disebabkan karena gairah seksual. Pada ereksi
penis yang normal; darah akan mengisi dan memenuhi tabung ereksi sehingga
penis menjadi ereksi. Tidak seperti penis normal dimana ereksi akan mereda
setelah aktivitas seksual selesai.
Sedangkan pada keadaan priapismus, ereksi terjadi terus menerus
karena darah yang berada dalam tabung ereksi tidak dapat mengalir keluar.
Batang penis menegang dengan keras sedangkan ujung penis lembek. Jika
keadaan ini tidak segera teratasi maka priapismus dapat menyebabkan
kerusakkan jaringan penis dan selanjutnya mengganggu ereksi penis yang
normal.

Penyebab
(1,2,3,4,6,7)

1. Medikasi (misalnya: trazodone, phenothiazine).
2. Cedera medulla spinalis (spinal cord injury).
3. Gangguan sistem perdarahan atau hematologic disorders,misalnya: sickle cell
disease, leukemia.
4. Penyebab iatrogenic, misalnya: injeksi papaverine untuk impotensi.
5. Berbagai penyebab lainnya yang belum diketahui (idiopathic causes).
Priapismus dapat disebabkan karena leukemia, penyakit darah sel sabit
atau trauma pada tulang belakang. Juga dapat terjadi (tetapi jarang) karena efek
samping dari obat trazodone yaitu obat yang digunakan untuk mengatasi
depresi. Pemakaian obat suntik untuk mengatasi impotensi yang tidak sesuai
dengan dosis anjuran sering menyebabkan priapismus. Obat ini disuntikkan
langsung pada penis, dan paling tidak dari seluruh pria yang menggunakan
obat suntik ini dalam waktu lebih dari 3 bulan mengalami priapismus.
Seperti diketahui, sejak beberapa tahun terakhir ini suntikan langsung
pada penis menjadi populer sebagai upaya untuk mengatasi disfungsi ereksi,
seiring dengan munculnya klinik yang menyebut diri sebagai klinik impotensi.
Memang benar suntikan langsung pada penis dengan menggunakan
bahan yang mengaktifkan pembuluh darah merupakan salah satu cara untuk
menimbulkan ereksi pada pria yang mengalami disfungsi ereksi. Tetapi tidak
semua bahan itu aman digunakan. Salah satu bahan yang sering menimbulkan
priapismus ialah papaverin. Bahan ini bila disuntikkan langsung ke dalam ruang
pembuluh darah penis memang dapat menimbulkan ereksi segera.
Tetapi berbagai efek samping dapat terjadi, yaitu priapismus,
perdarahan di bawah kulit, terbentuknya jaringan ikat di dalam ruang pembuluh
darah penis, dan kematian jaringan penis. Keadaan ini pada akhirnya justru
dapat mengakibatkan disfungsi ereksi menjadi semakin buruk. Tetapi mungkin
karena harga papaverin murah, maka masih ada klinik yang menggunakannya
untuk mengatasi disfungsi ereksi.
Padahal seharusnya bahan ini sudah tidak digunakan lagi. Atau kalau
mau digunakan, hanyalah sebagai suatu campuran dengan bahan lain yang lebih
aman. Dengan campuran tersebut, efek sampingnya dapat ditekan dan tidak
menimbulkan akibat buruk.
Beberapa bahan lain yang digunakan sebagai suntikan pada penis
tampaknya lebih aman dan tidak menimbulkan efek samping seperti pada
papaverin. Sebagai contoh, alprostadil. Hanya saja harganya lebih mahal.
Di samping akibat suntikan papaverin pada penis, ada obat dan
penyebab lain yang juga dapat mengakibatkan priapismus. Beberapa obat lain
ialah bahan psikotropika, bahan antipembekuan darah, dan hormon.
Beberapa penyakit darah juga dapat mengakibatkan priapismus, seperti
leukemia dan thalassemia. Gangguan saraf, seperti penyakit pada pembuluh
darah otak, juga dapat mengakibatkan priapismus.

Manifestasi Klinis
(2,4,6)

Pasien datang dengan riwayat ereksi yang nyeri dan berlangsung selama
beberapa jam. Corpus cavernosum mengeras dan nyeri saat dipalpasi. Glans dan
corpus spongiosum lunak dan tak terlibat.

Diagnosis
(3,4)

1. Riwayat pasien.
Riwayat yang lengkap diperlukan untuk mengidentifikasi penyebab yang
mungkin.
2. Pemeriksaan laboratorium
Diperlukan preparat sel sabit (sickle cell) dan hitung darah lengkap (complete
blood count/CBC).
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara seksama. Pemeriksaan
lanjutan untuk memastikan kelainan ini ialah dengan scan nuklir atau
menggunakan dopler ultrasound.

Terapi
(2,3,6,8)

Ada 3 cara untuk mengatasi keadaan ini. Cara yang paling efektif adalah
dengan menyuntikkan obat ke dalam penis sehingga aliran darah terbuka
kembali. Kompres es batu digunakan untuk meredakan keadaan ini tetapi cara
ini tidak ada gunanya jika priapismus telah terjadi lebih dari 8 jam. Pada kasus-
kasus yang berat yang tidak memberikan respons terhadap kedua cara di atas,
maka gunakan jarum suntik untuk menyingkirkan darah yang terjebak di dalam
tabung ereksi. Jaringan penis dibilas dengan cairan infus dan darah yang
terjebak disedot keluar. Jika dengan cara ini gagal maka dilakukan tindakan
operasi. Salah satunya adalah dengan menghentikan suplai darah ke penis
sehingga penis dapat rileks kembali. Jika masalah ini dikarenakan penyakit
anemia sel sabit, terapi krisis ini cukup diatasi dengan oksigen dan transfusi
darah.
a. Konservatif :
Hidrasi yang baik
Sedativ
Enema es saline
Kompres srotum/penis
Massage prostat
b. Aspirasi dan irigasi intrakavernosa :
Aspirasi 10 20 cc darah intrakavernosa dgn scalp vein no.21G.
Instilasi 10 -20 mg epinefrin yang dilarutkan dalam 1 cc larutan garam fisiologissetiap 5 menit hingga
detumesensi. (jika priapismus < 24 jam)
c. Jalan pintas (shunting) dari kavernosa : untuk jenis iskemik atau gagal medikamentosa/ aspirasi
Pintas korporo-glanular/ winter :

Pintas korporo-spongiosum :
Pintas saveno-kavernosum :

Komplikasi
(2,6,7)

Priapismus iskemik dapat menyebabkan komplikasi yang serius. Darah
yang terperangkap dalam penis menjadi beracun terhadap jaringan. Jika ereksi
berlangsung lebih dari 4 jam, darah yang kekurangan oksigen akan mulai
merusak jaringan penis. Sebagai akibatnya, priapismus yang tidak ditangani
dapat mengakibatkan :
Disfungsi ereksi, ketidakmampuan penis menjadi atau bertahan untuk ereksi
dengan rangsangan seksual.
Impotensi.

Prognosis
(3)

Jika priapismus dapat diatasi dalam waktu 12 hingga 24 jam biasanya
tidak ada kerusakkan jaringan yang serius. Jika lebih dari 24 jam, terjadi
impotensi yang menetap karena tekanan yang tinggi pada penis sehingga
menyebabkan kerusakkan jaringan.

Pencegahan
(3)

Obat-obat antineoplasma (hidroksiurea) dapat mencegah priapismus
berulang pada penderita-penderita anemia sel sabit.



Klasifikasi trauma uretra Colapinto & McCallum 1977 :
Tipe I : uretra teregang (stretched) akibat ruptur ligamentum puboprostatikum dan
hematom periuretra. Uretra masih intack.
Tipe II: uretrra pars membranacea ruptur diatas diafragma urogenital yg masih
intack. Ekstravasasi kontras ke ekstraperitoneal pelvic space.
Tipe III : Uretra pars membranacea ruptur . Diafragma urogenital ruptur. Trauma
uretra bulbosa proksimal. Ekstravassasi kontras ke peritoneum.

Trauma Uretra :
a. Traume uretra Posterior :
KLL 90 % fr. Pelvis
Manipulasi kateterisasi, endoskopi
b. Trauma uretra Anterior :
Manipulasi Kateter, endoskopi
Straddle injury, KLL
Intercourse/ bite
Self manipultion
Diagnosis :
1. Ax/ : riwayat trauma , mekanisme trauma hematome
2. PD/ :
Trias ruptur uretra anterior
- Bloddy discharge
- Retensio urine
- Hematome/jejas peritoneal/ urine infiltrat
Trias ruptur uretra posteriior
- Bloody discharge
- Retensio urine
- Floating prostat
3. Lab. : urinalisis eritrosit positip
4. Radiologis : uretrografi, AP pelvic foto
Terapi :
a. Initial : segera sistostomi transpubik bila ada fr. Pelvis tidak boleh trokar
b. Rekonstruksi : uretrotomia interna/ sachse
Anastomosis uretra

Anda mungkin juga menyukai