Pada acara Wisuda ke 68 UNISSULA Jumat, 17 Oktober 2014
Assalamualaikum wr. wb. Yth. Koordinator Kopertis Wilayah VI Jateng Yth. Koordinator Kopertais Wilayah X Jateng Yth. Dewan Pembina, Pengawas dan Pengurus YBWSA Yth. Anggota Senat Universitas dan seluruh civitas akademika Unissula Para Wisudawan/wisudawati beserta orang tua/wali Tamu undangan yang tidak dapat kami sebut satu per satu yang berbahagia
Saudara-saudara, hadirin dan hadirat yang berbahagia, Wisudawan/wisudawati yang kami banggakan dan cintai. Marketability dan employability barangkali merupakan mantra yang paling dipuja-puja di lingkungan pengelola lembaga penyedia jasa training dan pendidikan, terutama lembaga pendidikan tinggi pada dekade-dekade terakhir ini. Pertanyaannya adalah: apa salah dengan mantra ini? Persoalan pendidikan adalah persoalan perennial. Setiap generasi dan setiap komunitas masyarakat pasti telah, sedang, dan akan dihadapkan persoalan ini. Masing-masing tentu merespon dengan caranya sendiri. Namun yang paling mencolok dalam perkembangan terakhir dunia pendidikan abad ini adalah bahwa market (pasar) telah muncul secara meyakinkan sebagai trend-setter dan mind-setter, sehingga sebagian besar (kalau tidak semua) institusi pendidikan bertekuk-lutut di hadapannya. Gambaran sistem pendidikan dasar dan menengah di negara kita cukup menjadi saksi kedigdayaan market ini. Anak didik hanya ditargetkan mencapai nilai tinggi dalam pelajaran, karena itu sistem kejar nilai tinggi selalu ditekankan oleh guru-guru dan sekolah. Jangan heran lembaga Bimbel tumbuh subur karena murid dan orang tua membutuhkannya agar anak-anak mereka menjadi juara dan terbaik di sekolahnya, cepat terserap oleh pasar kerja (marketable/employable) di pabrik-pabrik dan perusahaan-perusahaan. Belajar hanya untuk mengejar nilai semata, sementara kreativitas dan soft skill yang penting untuk bekal kehidupan terabaikan. Sistem pendidikan seperti ini membuat anak didik tumbuh menjadi anak penurut (untuk tidak mengatakan robot hidup) ketimbang anak kreatif. Demikian juga kurang-lebih keadaannya system pendidikan tinggi kita.
Saudara-saudara, wisudawan/wati yang kami banggakan dan cintai. Sebagai sarjana, apa yang harus dilakukan ketika system pendidikan di negeri ini miskin akan kreativitas dan inovasi? Renungkanlah apakah tinggal diam saja? Atau mencoba menggerakkan bersama masyarakat untuk mencari jalan keluarnya? Sebagai sarjana peran kalian sangat menentukan maju-mundurnya bangsa ini. Di negara kita, stereotype masyarakat cenderung menjadikan mindset generasi mudanya untuk belajar agar bisa menjadi pegawai, khususnya PNS, sehingga jurusan yang diminati adalah jurusan teknik, ekonomi, akuntansi, atau kedokteran. Selain jurusan tersebut, dianggap kurang menjual, sehingga mengakibatkan kurangnya keminatan terhadap bidang- bidang lain. Padahal sebenarnya tidak ada bidang ilmu yang tidak bermanfaat di dunia ini. Justru negara kita yang konon merupakan negara agraris dan maritim seharusnya bisa dikembangkan melalui sumber daya insaninya yang melimpah. Namun pada kenyataannya, dari tahun ke tahun sumber daya manusia di bidang pertanian dan kelautan semakin lama semakin langka dan nyaris punah. Sistem pendidikan di Indonesia terlalu mengacu pada dunia industri, sehingga pengetahuan mendasar soal bercocok-tanam atau kelautan malah 2 terabaikan. Jika semua generasi muda dididik untuk menjadi pegawai, lalu siapa yang akan mengelola pertanian dan kelautan Indonesia? Akibatnya, banyak lulusan dan sarjana yang berebut lowongan pekerjaan yang sangat terbatas, padahal sumber daya alam Indonesia masih banyak yang belum tergarap dengan baik. Seharusnya pendidikan anak dispesifikasikan sejak tingkat menengah untuk dapat mengembangkan potensi alam daerahnya dengan baik. Dengan demikian, Indonesia dapat menjadi makmur akibat optimalisasi sumber daya manusia dan alamnya yang terintegrasi dengan baik. Dan dengan demikian juga, ketahanan strategis nasional akan dapat terbangun dengan kuat.
Saudara-saudara, hadirin dan hadirat yang berbahagia. Sistem pendidikan yang ada sudah menjadi kurang relevan jika dibandingkan dengan tuntutan zaman sekarang. Sistem pendidikan dengan standar kelulusan tertentu juga cenderung melahirkan generasi dengan mindset pintar di bidang akademis namun belum tentu mampu bertahan hidup. Anak-anak diberi standar kelulusan tertentu, sehingga mereka harus belajar untuk mengejar target tersebut, namun membuat mereka melupakan soft skills lain yang penting dan bermanfaat untuk mereka dalam kepentingan bertahan dan/atau pengembangan kualitas hidup. Padahal apa sebenarnya tujuan mereka belajar sedemikian giatnya, kalau bukan untuk bisa bertahan hidup dan mengembangkan kualitasnya? Kembali kondisi ini hanya akan menghasilkan lulusan/sarjana yang berebut lowongan pekerjaan di dunia industri, padahal masih banyak peluang lain untuk menghasilkan uang jika saja mereka mau berpikir sedikit lebih kreatif dan inovatif. Sementara itu, perebutan pasar ini ke depan jelas semakin seru dan membimbangkan dengan mulai disingkirkannya trade barriers diantara masyarakat ekonomi ASEAN pada tahun 2015 yang tinggal 3 bulan lagi. Di sinilah issue ketahanan strategis nasional akan benar-benar teruji. Apakah AFTA 2015 ini akan menjadi boon (keuntungan, nimah, berkah) atau bane (kerugian, kesengsaraan, niqmah) bagi bangsa Indonesia?
Saudara-saudara, wisudawan/wati yang kami banggakan dan cintai. Kuncinya, sistem pendidikan seharusnya bisa melahirkan generasi yang mau dan mampu berpikir kreatif dan inovatif serta holistic agar negara kita, tidak hanya sekadar bisa survive, tapi bahkan bisa lebih maju. Dengan adanya generasi yang kreatif dan inovatif, bidang pekerjaan tidak melulu terpusat pada dunia industri saja, tapi yang lebih penting, potensi sumber daya alam serta sumber daya insani Indonesia dapat teroptimalisasi. Oleh karena itu, institusi pendidikan, dan pendidikan tinggi khususnya, tidak boleh hanya sebatas market-driven (dikendalikan oleh pasar), sebagaimana yang selama ini diyakini dan diamalkan di semua perguruan tinggi secara umum yang menduplikasi sistem pendidikan Barat, tapi sekaligus harus mampu menjadi market-drive (mengendalikan pasar) dan trend- setter. Saya sepenuhnya yakin, bahwa sebagai sarjana lulusan Unissula, Anda telah mendapatkan training, pendidikan, pembekalan yang cukup komprehensif dan holistic selama menempuh program studi Anda dari para dosen dan staf pengajar di universitas Islam ini. Lebih-lebih semangat ajaran dan prinsip Islam yang tidak mengenal dikotomisasi ilmu dan kehidupan, yang senatiasa menjadi soul (ruh) yang menjiwai institusi ini, terus-menerus diintegrasikan kedalam setiap kurikulum mata kuliah secara intensif. Maka tidak ada alasan bagi Anda untuk berkecil-hati (pesimistis). Sebaliknya, Anda mesti merasa lebih beruntung (optimistis) dan bangga ketimbang teman-teman Anda lulusan dari perguruan tinggi yang lain. Sebab Anda memiliki kelebihan. Oleh karena itu, Anda harus menjadi pencipta dan penggerak pasar (market), dinamisator pembangunan (development), pencipta lapangan kerja (employment) minimal bagi diri-sendiri (self-entrepreneurship) dalam kerangka besar 3 pengabdian atau ibadah secara total kepada Allah SWT. Inilah kriteria generasi khayra ummah yang dicitakan oleh para pendiri dan pengelola institusi kita. Dengan uraian singkat ini, mudah-mudahan pertanyaan di depan tadi, yakni: apa salah dengan marketability dan employability? sudah bisa terjawab.
Saudara-saudara, wisudawan/wati yang kami banggakan dan cintai. Pada kesempatan yang berbahagia ini saya, atas nama pimpinan dan seluruh sivitas akademika Universitas Islam Sultan Agung, perkenankan saya mengucapkan selamat kepada para wisudawan/wati atas keberhasilannya dalam menyelesaikan studi di Universitas Islam Sultan Agung. Congratulations to you all! Wishing you all the best of luck and the blessings of Allah SWT! Selamat juga kami ucapkan kepada bapak ibu (orang tua/wali) sekalian yang berbahagia atas keberhasilan putra-putrinya menyelesaikan program studi dan memperoleh gelar kesarjanaan.
Saudara-saudara, hadirin/hadirat yang berbahagia Akhirnya, kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusinya terhadap keberlangsungan pendidikan di UNISSULA ini kami ucapkan terima kasih dan jazakumullah. Semoga Allah mencatatnya sebagai amal shalih dan membalasnya dengan kerahmatan, keridloan, keberkahan dan ampunan dariNya. Mohon maaf bila dalam sambutan ini ada yang tidak berkenan di hati bapak/ibu sekalian.
Era Pascaperindustrian Dan Pascaglobalisasi Yang Serba Mencabar Akal Dan Minda Kita Telah Banyak Menunjukkan Kepentingan Dalam Kemajuan Pendidikan Rakyat Malaysia