Lumpuh
Seorang anak laki-laki berusia 12 tahun dibawa oleh ibunya ke UGD
dengan keluhan lemah pada tungkai. Sebelumnya 1 miggu yang lalu pasien
mengalami demam dan batuk pilek yang sembuh dalam tiga hari, namun
kemudian pasien mendadak kedua tungkainya lemah dan semakin berat, dan
akhirnya kedua lengan tanganya juga ikut lemah. Pada pemeriksaans tanda-tanda
vital dalam batas normal. Pada pemeriksaa neurologis ditemukan tetrapaese lower
motor neuron (LMN) dengan kedua tangan dan kedua kaki mengalami parastesia
dengan ciri glove stocking phenomenon.
STEP 1
1. Tetraparese
kelumpuhan
pada
ekstremitas
(kelumpuhan ringan)
2. Glove stocking phenomenon =
proximal
3. LMN
kelumpuhan
saraf
motorik
yang
b. flaksid (LMN)
STEP 4
1. Diferential diagnosis dan diagnosis pada kasus
1. Poliomeilitis
Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang
disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang
dinamakan poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, mengifeksi
saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke
sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan
(paralisis).
a. Patofisiologi
b. Manifestasi klinis
Gejala klinisnya berupa panas dan jarang melibihi 39,5 derajat
C,sakit
tenggorokkan,sakit
kepala,mual,muntah,malaise,dan faring
ekstremitas
inferior
yang
terdapat
pada
femoris,tibialis
2. Botulisme
Botulisme merupakan intoksikasi, seperti halnya dengan tetanus.
Toksin botulisme diproduksi oleh Closytrodium botulinum. Botulisme
adalah penyakit langka tapi sangat serius. Merupakan penyakit paralisis
gawat yang disebabkan oleh racun (toksin) yang menyerang saraf yang
diproduksi bakteri Clostridium Botulinum.
a.
Patofisiologi
Clostridium Botulinum berbiak melalui pembentukanspora dan
produksi toksin. Racun botulisme diserap di dalam lambung,
duodenum dan bagian pertama jejunum. Setelah diedarkan oleh aliran
darah sistemik, maka racun tersebut melakukan blokade terhadap
penghantaran serabut saraf kolinergik tanpa mengganggu saraf
adrenegik. Karena blokade itu, pelepasan asetilkolin terhalang. Efek
ini berbeda dengan efek kurare yang menghalang-halangi efek asetil
kolin terhadap serabut otot lurik. Maka dari itu efek racun botulisme
menyerupai khasiat atropin, sehingga manifetasi klinisnya terdiri dari
kelumpuhan flacid yang menyeluruh dengan pupil yang lebar (tidak
bereaksi terhadapt cahaya), lidah kering, takikardi dan perut yang
mengembung. Kemudian otot penelan dan okular ikut terkena juga,
sehingga kesukaran untuk menelan dan diplopia menjadi keluhan
penderita. Akhirnya otot pernafasan dan 7 penghantaran impuls
jantung sangat terganggu, hingga penderita meninggal karena apnoe
dan cardiac arrest.
b. Manifestasi Klinis
Gejala dari botulisme adalah diplopia, penglihatan kabur, mulut
kering, kesulitan menelan, kelumpuhan flacid yang menyeluruh
dengan pupil yang lebar (tidak bereaksi terhadap cahaya), lidah
kering, takikardi dan perut yang mengembung. Otot pernafasan dan
penghantaran impuls jantung sangat terganggu, hingga penderita
meninggal karena apnoe dan cardiac arrest.
3. SGB
SGB adalah suatu polineuropati yang bersifat ascending dan akut yang
sering terjadi setelah 1 sampai 3 minggu setelah infeksi akut. Menurut
Bosch, SGB merupakan suatu sindroma klinis yang ditandai adanya
paralisis flasid yang terjadi secara akut berhubungan dengan proses
autoimun dimana targetnya adalah saraf perifer, radiks, dan nervus kranialis.
a. Patogenesis
Mekanisme bagaimana infeksi, vaksinasi, trauma, atau faktor lain
yang mempresipitasi terjadinya demielinisasi akut pada SGB masih
belum diketahui dengan pasti. Banyak ahli membuat kesimpulan bahwa
kerusakan saraf yang terjadi pada sindroma ini adalah melalui
mekanisme imunlogi. Bukti-bukti bahwa imunopatogenesa merupakan
mekanisme yang menimbulkan jejas saraf tepi pada sindroma ini
adalah:
1. didapatkannya antibodi atau adanya respon kekebalan seluler (celi
mediated immunity) terhadap agen infeksious pada saraf tepi.
2. adanya auto antibodi terhadap sistem saraf tepi
3. didapatkannya penimbunan kompleks antigen antibodi dari peredaran
padapembuluh darah saraf tepi yang menimbulkan proses
demyelinisasi saraf tepi.
Proses demyelinisasi saraf tepi pada SGB dipengaruhi oleh
respon imunitas seluler dan imunitas humoral yang dipicu oleh
berbagai peristiwa sebelumnya, yang paling sering adalah infeksi
virus.
b. Manifestasi klinis
2. Tetraparese
a. Patofisiologi Tetraparese
Tetraparese dapat disebabkan karena kerusakan Upper Motor
Neuron(UMN) atau kerusakan Lower Motor Neuron (LMN). Kelumpuhan/
kelemahanyang terjadi pada kerusakan Upper Motor Neuron (UMN)
disebabkan karena adanya lesi di medula spinalis. Kerusakannya bisa dalam
bentuk jaringan scar,atau kerusakan karena tekanan dari vertebra atau diskus
intervetebralis. Hal ini berbeda dengan lesi pada LMN yang berpengaruh
pada serabut saraf yang berjalan dari horn anterior medula spinalis sampai
ke otot.
dari
servikal
dan
lumbosakral
dapat
menyebabkan
3.
neuron
susunan
neuromuskuler
yang
langsung
berhubungan dengan otot. LMN dapat dijumpai di batang otak sebagai selsel motorik dari inti saraf kranialis dan di medulla
spinalis sebagai sel-sel motorik di cornu anterior. Gangguan
pergerakan LMN terjadi apabila terdapat lesi pada Motoneuron, Neuroaxis
(axon), Motor end plate & otot.
6. Klasifikasi tetraparese
a. Tetrapares spastic
Tetraparese spastik terjadi karena kerusakan yang mengenai upper
motor neuron (UMN), sehingga menyebabkan peningkatan tonus otot atau
hipertoni.
b. Tetraparese flaksid
Tetraparese flaksid terjadi karena kerusakan yang mengenai lower
motor neuron (LMN), sehingga menyebabkan penurunan tonus atot atau
hipotoni.
7.
8. Mekanisme neuromuskular
Gerakan otot lurik tentu dibawah komando atau suatu kontrol yang
disebut impuls saraf motor. Sejak tahun 1940, ion Kalsium diyakini turut
berperan serta dalam pengaturan kontraksi otot. Kemudian, sebelum 1960,
Setsuro bashi menunjukkan bahwa pengaruh Ca2+ ditengahi oleh Troponin
dan Tropomiosin. Ia menunjukkan aktomiosin yang diekstrak langsung dari
otot (sehingga mengandung ikatan dengan troponin dan tropomiosin)
berkontraksi karena ATP hanya jika Ca2+ ada pula. Kehadiran troponin dan
tropomiosin pada sistem aktomiosin tersebut meningkatkan sensitivitas
merupakan pembungkus-pembungkus
semacam
saraf pada
membran plasma fiber. Tubula tersebut mengelilingi tiap miofibril pada disk
Z masing-masing. Semua sarkomer pada sebuah otot akan menerima sinyal
untuk berkontraksi sehingga otot dapat berkontraksi sebagai satu kesatuan
utuh. Sinyal elektrik itu dihantar (dengan proses yang belum begitu
dimengerti) menuju retikulum sarkoplasmik (SR).
SR merupakan suatu sistem dari vesicles (saluran yang mengandung
air di dalamnya) yang pipih, bersifat membran, dan berasaldari retikulum
endoplasma. Sistem tersebut membungkus tiap-tiap miofibril hampir seperti
rajutan kain. Membran SR yang secara normal non-permeabel terhadap
Ca2+ itu mengandung sebuah transmembran Ca2+-ATPase yang memompa
Ca2+ kedalam SR untuk mempertahankan konsentrasi [Ca2+] bagi otot
rileks. Kemampuan SR untuk dapat menyimpan Ca2+ ditingkatkan lagi oleh
adanya protein yang bersifat amat asam yaitu kalsequestrin (memiliki situs
lebih dari 40 untuk berikatan dengan Ca2+).
Kedatangan impuls saraf membuat SR menjadi permeabel terhadap
Ca2+.Akibatnya, Ca2+ berdifusi melalui saluran-saluran Ca2+ khusus
menuju interior miofibril, dan konsentrasi internal [Ca2+] akan bertambah.
Peningkatan konsentrasi Ca2+ ini cukup untuk memicu perubahan
konformasional dalam troponin dan tropomiosin. Akhirnya, kontraksi otot
terjadi dengan mekanisme perahu dayung tadi. Saat rangsangan saraf
berakhir, membran SR kembali menjadi impermeabel terhadap Ca2+
sehingga Ca2+ dalam miofibril akan terpompa keluar menuju SR.
Kemudian otot menjadi rileks seperti sediakala.
SGB
patologi
Poliomileitis
Botulisme
piramid
UMN
struktur
ekstrapiramid
Neuromuscular
motor neuron
LMN
struktur
cabang cornu
anterior
LESI:
UMN
Patofiologi
LMN
DD
MEKANISME
STEP 5
1. Diferential diagnosis dan diagnosis pada kasus ?
2. Bagaimana pasien dapat mengalami tetraparese?
3. Faktor yang dapat menyebabkan tungkai pasien lemah?
4. Tanda-tanda klinis LMN?
5. Perbedaan LMN dan UMN?
6. Klasifikasi tetraparese?
7. Etiologi dan mekannisme kelumpuhan?
kelemahan
STEP 6
Belajar Mandiri
STEP 7
1.
: Picornaviridae
3. Genus
: Enterovirus
4. Spesies
: Poliovirus
d. Penularan Poliomielitis
Cara penularan Poliomielitis dapat melalui :
1. Inhalasi
2. Makanan dan minuman
3. Bermacam serangga seperti lipas, lalat, dan lain-lain.
Penularan melalui oral berkembambang biak diususverimia
virus+DC faecese beberapa minggu. (Dian Rakyat, 2010)
e. Pencegahan Poliomielitis
Cara pencegahan dapat dilalui melalui :
1. Imunisasi
2. Jangan masuk daerah endemis
SGB adalah suatu kelainan sistem saraf akut dan difus yang mengenai
radiks spinalis dan saraf perifer, dan kadang-kadang juga saraf kranialis,
yang biasanya timbul setelah suatu infeksi. Manifestasi klinis utama dari
SGB adalah suatu kelumpuhan yang simetris tipe lower motor neuron dari
otot-otot ekstremitas, badan dan kadang-kadang juga muka. (Dian Rakyat,
2010)
tersebut
langsung
mengenai
sistem
saraf
perifer.
ini
dan
pada
pemeriksaan
patologis.
Periode laten antara infeksi dan gejala polineuritis memberi dugaan bahwa
kemungkinan kelainan yang terdapat disebabkan oleh suatu respons
terhadap reaksi alergi saraf perifer. Pada banyak kasus, infeksi sebelumnya
tidak ditemukan, kadang-kadang kecuali saraf perifer dan serabut spinal
ventral dan dorsal, terdapat juga gangguan medula spinalis dan medula
oblongata.
Sampai saat ini belum ada terapi spesifik untuk SGB. Pengobatan secara
simtomatis dan perawatan yang baik dapat memperbaiki prognosisnya.
(Dian Rakyat, 2010)
a. Epidemiologi
Epidemiologi penyakit ini 1,11 per 100.000 orang/tahun dan lebih
sering menyerang anak-anak di atas 2 tahun. 30% Penderita GBS juga
mengalami infeksi dari Campylobacter jejuni dan 10% terkena infeksi
CMV. Infeksi lain yang biasa timbul dengan GBS adalah EBV, Virus
Varicella-zoster, dan Mycoplasma pneumonia.(Dian Rakyat, 2010)
b. Patogenesis
Akibat suatu infeksi atau keadaan tertentu yang mendahului
SGB akan timbul autoantibodi atau imunitas seluler terhadap jaringan
sistim saraf-saraf perifer. Infeksi-infeksi meningokokus, infeksi virus,
sifilis ataupun trauma pada medula spinalis, dapat menimbulkan
perlekatan-perlekatan selaput araknoid. Di negara-negara tropik
penyebabnya adalah infeksi tuberkulosis. Pada tempat-tempat tertentu
perlekatan pasca infeksi itu dapat menjirat radiks ventralis (sekaligus
radiks dorsalis). Karena tidak segenap radiks ventralis terkena jiratan,
namun kebanyakan pada yang berkelompokan saja, maka radiksradiks yang diinstrumensia servikalis dan lumbosakralis saja yang
paling umum dilanda proses perlekatan pasca infeksi. Oleh karena itu
kelumpuhan LMN paling sering dijumpai pada otot-otot anggota
gerak, kelompok otot-otot di sekitar persendian bahu dan pinggul.
Kelumpuhan tersebut bergandengan dengan adanya defisit sensorik
pada
kedua
tungkai
atau
otot-otot
anggota
gerak.
polimorfonuklear
pada
permulaan
penyakit.
2. Fase plateau. Fase infeksi akan diikuti oleh fase plateau yang stabil,
dimana tidak didapati baik perburukan ataupun perbaikan gejala.
Serangan telah berhenti, namun derajat kelemahan tetap ada sampai
dimulai
fase
penyembuhan.
Terapi
ditujukan
terutama
dalam
a. Penyebab kelumpuhan
1. Kerusakan saraf yang dapat menyebabkan paralisis mungkin di dalam
otak atau batang otak ( pusat sistem saraf ) atau mungkin di luar batang
otak (sistem saraf perifer). Lebih sering penyebab kerusakan pada otak
adalah stroke, tumor, truma (disebabkan jatuh atau pukulan), multiple
sclerosis (penyakit yang merusak bungkus pelindung yang menutupi
sel saraf), serebral palsy (keadaan yang disebabkan injuri pada otak
yang terjadi sesaat setelah lahir ), gangguan metabolik (gangguan
dalam penghambatan kemampuan tubuh untuk mempertahankannya).
2. Kerusakan pada batang otak lebih sering disebabkan trauma, seperti
jatuh atau
kecelakaan mobil. Kondisi lainnya yang dapat menyebabkan
kerusakan saraf dalam atau dengan segera berdekatan pada tulang
belakang termasuk : tumor, herniasi sendi juga disebut ruptur sendi,
spondilosis, rematoid artrirtis pada tulang belakang atau multiple
sklerosis.
3. Kerusakan pada saraf tepi mungkin disebabkan trauma, carpal tunel
sindrom, Gullain Barre Syndrom, radiasi, toksin atau racun, CIDP,
penyakit dimielinisasi.(Dian rakyat,2008)
2.
3.
4.
3.
Patomekanisme Hemiparesis
Pada susunan traktus piramidalis, dapat dilihat bahwa serabut
piramidalis yang menghantarkan impuls motorik ini mengadakan
persilangan di decussatio piramidum. Bila terjadi lesi pada salah satu
hemisperium otak, misalnya lesi pada korteks motorik hemisperium
kanan, maka akan mengganggu impuls motorik pada daerah ini,
akibatnya akan terjadi lemah separuh badan (hemiparese bagian kiri).
(Sidharta, 2006)
Ada dua system utama lintasan motorik yang digolongkan
sebagai system piramidalis dan ekstrapiramidalis. Traktus piramidalis
(traktus kortikospinalis lateralis dan ventralis) merupakan bagian yang
serabut-serabutnya menyatu dalam medulla oblongata membentuk
piramis, sehingga dinamakan traktus piramidalis. Lintasan motorik
desendens umumnya melibatkan dua neuron utama, yaitu neuron
motorik atas (Upper Motor Neuron) dan neuron motorik bawah
(Lower Motor Neuron). Neuron motorik atas seluruhnya terletak di
rasa. Kulitnya mungkin kering dan bersisik dan kuku serta rambut
tidak tumbuh dengan baik. Sejalan dengan bertambah buruknya
penyumbatan, bisa timbul luka terbuka, terutama di jari kaki atau
tumit dan kadang di tungkai bawah, terutama setelah mengalami
cedera. Tungkai juga bisa mengecil. Penyumbatan yang sangat parah
bisa menyebabkan kematian jaringan (gangren). (Sidharta, 2006)
Penyumbatan total yang terjadi secara tiba-tiba pada arteri
tungkai atau lengan, menimbulkan nyeri yang hebat, kedinginan dan
mati rasa. Tungkai penderita tampak pucat atau kebiruan (sianotik).
Denyut nadi di bawah bagian yang tersumbat tidak teraba. (Sidharta,
2006)
5.
spastisitas otot, tidak ada atropi otot, reflek hiperaktif dan abnormal.
2. LMN
paralysis flaksid otot, atropi otot, tidak ada atau penurunan reflek.
Rangkaian sel saraf berjalan dari otak melalui batang otak keluar
menuju otot yang disebut motor pathway. Fungsi otot yang normal
membutuhkan hubungan yang lengkap disepanjang semua motor pathway.
Adanya kerusakan pada ujungnya menurunkan kemampuan otak untuk
mengontrol pergerakan pergerakan otot.(Dian rakyat,2008)
Hal
ini
menurunkan
efesiensi
disebabkan
kelemahan,
juga
lembek dan tanpa kesehatan yang cukup, atau mungkin kejang, mengetat, dan
tanpa sifat yang normal ketika otot digerakkan.(Dian rakyat,2008)
b. Tipe paralisis :
1. monoplegia yaitu hanya mengenai satu anggota badan
2. diplegia yaitu mengenai bagian badan yang sama pada kedua sisi
badan, contohnya : kedua lengan atau kedua sisi wajah
3. hemiplegia yaitu mengenai satu sisi badan atau separuh badan
4. quadriplegia yaitu mengenai semua keempat anggota badan dan
batang tubuh. (Dian rakyat,2008)
6.
Klasifikasi tetraparese
Tetraparese adalah kelemahan pada keempat ekstremitas.
(Mahar
Mardjono, 2010)
a. Tetraparese
Tetraparese juga diistilahkan juga sebagai quadriparese, yang
keduanya merupakan parese dari keempat ekstremitas. Tetra dari
bahasa yunani sedangkan quadra dari bahasa latin.Tetraparese
adalahkelumpuhan/kelemahan yang disebabkan oleh penyakit atau
trauma pada manusia yang menyebabkan hilangnya sebagianfungsi
motorik
pada
keempat
kelumpuhan/kelemahan
lengan
anggota
lebih
atau
gerak,
dengan
sama
hebatnya
Etiologi Tetraparese
Pembagian tetraparese berdasarkan kerusakan topisnya:
a.
Tetrapares spastic
Tetraparese spastik terjadi karena kerusakan yang
mengenai upper
motor
neuron
(UMN),
sehingga
Tetraparese flaksid
Tetraparese flaksid terjadi karena kerusakan yang
mengenai lower
motor
neuron
(LMN),
sehingga
Patofisiologi Tetraparese
Tetraparese dapat disebabkan karena kerusakan Upper
Motor
Neuron(UMN)
atau
kerusakan Lower
Motor
pada
nervus
spinalis
dari
servikal
dan
bahwa
pada
tingkat
lesi
kelumpuhan
itu
komponen-komponen Lower
Motor
Neuron
berkelompok
di
kornu
umumnya
motoneuron-motoneuron
yang
rusak
LMN
adalah anggota
gerak.
(A.Halim
otot
menjadi
nyata,
terdapat
oleh
adanya
kerusakan
tulang.Mekanisme
khas Central
Cord
Syndrome adalah
medula
spinalis
mengacu
pada
panduan
klinis
utama
dari
SGB
adalah
suatu
kelumpuhan yang simetris tipe lower motor neurondari otototot ekstremitas, badan dan kadang-kadang juga muka.
(Mahar Mardjono, 2010)
Akibat suatu infeksi atau keadaan tertentu yang
mendahului SGB akantimbul autoantibodi atau imunitas
seluler terhadap jaringan sistim saraf-saraf perifer. Infeksiinfeksi meningokokus, infeksi virus, sifilis ataupun trauma
padamedula spinalis, dapat menimbulkan perlekatanperlekatan
selaput
araknoid.
Dinegara-negara
tropik
penyebabnya adalah infeksi tuberkulosis. Pada tempattempat tertentu perlekatan pasca infeksi itu dapat menjirat
radiks ventralis(sekaligus radiks dorsalis). Karena tidak
segenap radiks ventralis terkena jiratan,namun kebanyakan
pada yang berkelompokan saja, maka radiks-radiks yang di
instrumensia servikalis dan lumbosakralis saja yang paling
umum dilandaproses perlekatan pasca infeksi. Oleh karena
itu kelumpuhan LMN paling sering dijumpai pada otot-otot
anggota
gerak,
persendianbahu
kelompok
dan
pinggul.
otot-otot
di
sekitar
Kelumpuhan
tersebut
menyebar
ke
badan
dan
saraf
7.
8.
motoris
2.
3.
4.
5.
6.
7.
potential.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
9.
Mahar Mardjono.
20
Infeksi
Gangguan pernafasan
Menyerang radiks
ventral dan dorsal
Antibodi
Inflamasi
Kerusakan radiks
ventral dan
dorsal
Sitokin
Sel T
Degenerasi myelin
Kompleks Antb-Antg
Peeningkatan
makrofag untuk
menghancurka
n kompleks
yang terbentuk
gangguan pada
S1,L5,L4
GLOVE STOCKING
PHENOMENA
Bisa terus
menyebar keatas
Paralisis
Ascenden
seperti
mononeuritis
multipleks
dapat
menyebabkan
kerusakan pada blok saraf dan dapat melibatkan area tubuh. Gejala
termasuk kehilangan kontrol kandung kemih atau usus, kesemutan,
terbakar, mati rasa, lemah, mati rasa atau bahkan kelumpuhan.
c. Mononeuritis Multiplex
Monoeuritis multipleks adalah gangguan sistem saraf atau
kerusakan otak dengan setidaknya dua wilayah yang berbeda saraf.
Namun, saraf lebih banyak di daerah acak dari tubuh juga dapat
dipengaruhi. Karena berlangsung dan memburuk, tumbuh lebih dan
kurang simetris multifokal. Syndromes untuk neuropati ini dapat
menyebar secara bilateral, serta distal dan proksimal seluruh tubuh.
d. Neuropati otonom
Neuropati otonom adalah jenis umum dari neuropati yang
mempengaruhi saraf otonom mengontrol saluran usus dan organ lain
seperti kandung kemih dan alat kelamin. Neuropati ini dapat
mengganggu pencernaan dan buang air kecil. Ini mempengaruhi sekitar
seperempat dari pasien dengan diabetes, menurut situs Neuropathy.com
Foot. Gejala yang paling umum adalah kehilangan koordinasi dan
keseimbangan, yang biasanya memburuk pada malam hari. Saraf yang
rusak menyebabkan kelemahan otot dan hilangnya refleks dengan kaki
biasanya tumbuh lebih lebar dan lebih pendek.
e. Neuropati kranial
Neuropati
kranial
biasanya
mempengaruhi
saraf
yang
DAFTAR PUSTAKA
A.Halim Mubin. 2008. Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam, EGC. Jakarta.