Anda di halaman 1dari 68

PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN

DENGAN IMUNODEFISIENSI &


REAKSI HIPERSENSITIFITAS

Dr Ligat Pribadi S, SpPD, FINASIM

PENDAHULUAN

Imunodefisiensi : suatu keadaan dimana sistem imun tidak


berfungsi dengan benar sebagaimana mestinya sebagai
sistem pertahanan tubuh manusia

Reaksi Hipersensitifitas : suatu respon imun yang berlebihan


yang tidak diinginkan sehingga dapat menimbulkan
kerusakan jaringan tubuh

IMUNODEFISIENSI
Defisiensi imun dicurigai bila :
Menurunnya kerentanan terhadap infeksi rekuren, kronis,
dengan ciri-ciri: - sebab tidak biasa (oportunistik)
- dapat disebabkan flora normal
- mikroba dalam lingkungan biasa
Respon buruk terhadap antibiotik

Manifestasi lain berupa:


- diare kronis
- pembesaran organ RES (spt hepatosplenomegali)
- dapat disertai penyakit autoimun

Sistem Pertahanan Tubuh

I. Imunodefisiensi nonspesifik (alamiah / innate)


Defisiensi Sistem Fagositik
- gangguan fungsi fagositik (Netrofil & Makrofag)
- fagosit dapat menghancurkan mikroorganisme dengan atau
tanpa bantuan komplemen
- sering disertai dengan infeksi berulang
- lebih ditekankan pada fungsi sel PMN
a. Defisiensi kuantitatif (Neutropenia atau Granulositopenia)
penurunan produksi leukemia, efek kemoterapi
peningkatan destruksi hipersplenisme, autoimun
karena obat

b. Defisiensi kualitatif (fungsi fagosit spt kemotaksis, menelan


/ memakan & membunuh mikroba intraseluler)
Defisiensi Glucosa-6-phosphate dehydrogenase (G6PD)
Defisiensi Mieloperoksidase
Chronic Granulomatous Disease
Sindroma Leukosit malas (lazy leucocyte)
Sindroma Job
Sindroma Chediak-Higashi
Defisiensi Adhesi leukosit (leucocyte adhesion deficiency)

Defisiensi Sel NK
- dapat terjadi pada osteoporosis (defek osteoklas & monosit)

Defisiensi Interferon dan Lisozim


- kongenital dpt menimbulkan infeksi mononukleosis yg fatal
- didapat dpt terjadi pada malnutrisi protein / kalori
Defisiensi Komplemen
- komplemen diperlukan untuk membunuh kuman, opsonisasi,
kemotaksis, pencegahan penyakit autoimun dan eliminasi
kompleks antigen antibodi

- defisiensi komplemen dapat menimbulkan berbagai akibat


seperti infeksi bakteri yg rekuren & peningkatan sensitivitas
terhadap penyakit autoimun
- kebanyakan defisiensi komplemen adalah herediter
- konsekuensi defisiensi komplemen tergantung dari
komponen yang kurang
Defisiensi komplemen kongenital (def inhibitor esterase
C1,2,4,3 dst)
Defisiensi komplemen fisiologis (pada neonatus)
Defisiensi komplemen didapat (malnutrisi, sirosis hati)

II. Imunodefisiensi primer


- disebabkan kelainan intrinsik sistem imun, hampir selalu
ditentukan oleh genetik & mengenai imunitas spesifik
(humoral ataupun seluler)
Defisiensi Imun Primer Sel B
Ig A deficiency dan Common Variable Immunodeficiency
(CVID) imunodefisiensi primer yg paling umum, mewakili
keadaan yg ekstrim dari defisiensi imunoglobulin
Transient Hypo--Globulinemia bayi tidak mampu
memproduksi cukup IgG, sel T belum matang, infeksi
pernafasan berulang, masalah serius pada bayi prematur,
membaik sendiri pada usia 16-30 bulan

Defisiensi Imun Primer Sel T


- fungsi sel T tidak ada atau lemah
- rentan terhadap infeksi oportunistik
- berpengaruh buruk terhadap kekebalan humoral
- disfungsi sel T memungkinkan munculnya alergi, keganasan
limfoid dan sindroma autoimun
Sindroma DiGeorge : Aplasia timus kongenital krn defek dlm
perkembangan embrio, kelenjar paratiroid jg terkena
Kandidiasis mukokutan kronik
Sindroma Nezelof

Defisiensi Imun Primer Kombinasi


Severe Combined Immunodeficiency Disease (SCID)
- bentuk paling berat dari Imunodefisiensi primer, kerusakan
pada imunitas seluler & humoral
- autosom resesif, kromosom X
- kegagalan stem sel berdiferensiasi menjadi sel T / B
- lab : limfopenia
- infeksi oportunistik yg berulang & berat meninggal
Defisiensi Adenosin Deaminase

III. Imunodefisiensi fisiologik


Kehamilan
- terjadi peningkatan aktivitas sel Ts atau efek supresif faktor
humoral yg dibentuk trofoblast
Bayi
- sistem imun belum matang
Lanjut Usia
- atrofi timus dgn fungsi yg menurun, jumlah sel T naif &
kualitas respon sel T menurun
- imunitas humoral menurun

IV. Imunodefisiensi sekunder (didapat)


- gangguan sistem imun akibat kondisi / penyakit patologis
- penyebab: malnutrisi, kemoterapi, penyakit berat, obat, trauma
/ tindakan medis, radioterapi, kehilangan imunoglobulin (pada
SN, luka bakar), stress dan infeksi (bakteri, mikroba, virus
terutama AIDS)

AIDS
Acquired
Immuno
Deficiency
Syndrom

Didapat
Kekebalan
Penurunan
Kumpulan
Gejala

Sekumpulan gejala/penyakit yg disebabkan pe


kekebalan tubuh akibat infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) suatu
Retrovirus termasuk family Lentivirus

HIV didapatkan di

darah
cairan sperma

cairan vagina
air susu ibu

Berbagai cara penularan HIV / AIDS


Transfusi darah

Hubungan Seks

Hubungan perinatal (ibu ke janin)

Goldwater, Network

Penggunaan jarum suntik yang


pernah dipakai orang lain

Holmes

HIV TIDAK MENULAR MELALUI


KONTAK SOSIAL

Sel yg menjadi target utama HIV sel yg mempunyai


reseptor CD4 yakni: limfosit CD4+ (sel T helper atau Th)

Th berperan sentral mengatur sistem imun tubuh


jika teraktivasi antigen merangsang respon
imun seluler & humoral
Imunitas seluler (makrofag, cytotoxic T Lymphocyte (Tc),
sel NK) mengatasi organisme intraseluler : parasit,
jamur dan bakteri
Partikel virus bergabung dengan sel DNA pasien sekali
seseorang terinfeksi HIV, seumur hidup tetap terinfeksi

Diagnosis
Berdasarkan gejala klinis
Lab : leukosit normal, meningkat atau rendah
Pemeriksaan Widal serial
Kultur kuman

Perjalanan Infeksi HIV


Akut HIV mononukleosis bisa muncul gejala dini
HIV serokonversi (4-8 mgg setelah terinfeksi) :
demam, rash/ruam, nyeri otot & sendi, malaise,
limfadenopati, sakit kepala & tenggorokan, gejala
gastrointestinal, fotopobia 3-14 hari
2. Infeksi HIV asimptomatik biasanya 8-10 tahun,
bisa 2 tahun atau lebih lama (non-progressor)
3. Limfadenopati generalisata persisten
1.

AIDS Related Complex (ARC) manifestasi pertama


dari defisiensi sistem imun yg progresif : demam
menetap, keringat malam hari, BB turun, diare
kronis, eksema, psoriasis, dermatitis seboroikum,
limfadenitis generalisata, herpes zoster dan
kandidiasis oral
5. AIDS tahap akhir infeksi HIV manifestasi utama:
muncul proses keganasan (Sarkoma Kaposi, Limfoma
Non-Hodkin), infeksi oportunistik (Pneumocystic
carini)
4.

Pengobatan
Diet
Tirah baring
Antibiotika (yg tidak melewati sawar plasenta) gol
seftriaxon & ampisilin
Steroid hanya pd kasus berat (delirium, koma atau syok)

Pemeriksaan HIV
I.

II.

Pemeriksaan deteksi virus HIV isolasi & biakan virus,


deteksi antigen dan deteksi materi genetik dlm darah pasien
sulit
Pemeriksaan deteksi antibodi HIV ELISA, PCR, dipstick HIV
Entebe uji saring, sederhana, murah

Tes HIV ELISA negatif :


Infeksi HIV memang negatif
Window period : 4-8 mgg (sampai Antibodi terbentuk)
ulang 3-6 bulan kemudian
Sistem imun jelek
Pemeriksaan konfirmasi: teknik Western Blot

Center for Disease Control and Prevention


(CDC and Prevention)

Menegakkan AIDS :
Antibodi HIV positif
Jumlah sel limfosit T < 200 /ml
Satu atau lebih penyakit berasosiasi dengan AIDS

Pemantauan perjalanan AIDS :


penghitungan jumlah sel limfosit (CD4)
penghitungan virus HIV dalam darah (viral load)

Pemantauan penurunan sistem imun seluler :


- penghitungan jumlah limfosit
- penghitungan jumlah limfosit T
- penghitungan subset limfosit T (CD4 dan CD8)
- pemeriksaan fungsi limfosit T

Menghitung Jumlah Limfosit


Tentukan jumlah sel darah putih (leukosit)
b. Lakukan hitung jenis leukosit
c. Tentukan jumlah sel limfosit dengan cara :
Jumlah total limfosit = jumlah leukosit X % hitung jenis
limfosit
a.

OBAT ARV YANG BEREDAR DI INDONESIA

Kombinasi ARV lini pertama yg umum di Indonesia : Zidovudin (ZDV), Lamivudin (3TC)
dan Nevirapin (NVP)

REAKSI HIPERSENSITIFITAS
Respon imun yg menimbulkan penyakit hipersensitivitas

Gell & Coombs membagi 4 tipe menurut kecepatannya &


mekanisme imun yang terjadi

A. Reaksi Cepat

Terjadi dlm hitungan detik,menghilang dlm 2 jam.


Antigen yg diikat IgE pd permukaan sel mast
menginduksi penglepasan mediator vasoaktif antara
lain Histamin
Manifestasi : anafilaksis sistemik atau anafilaksis
lokal spt asma bronkial, urtikaria, rinitis & eksim

B. Reaksi Intermediat

Terjadi bbrp jam & menghilang 24 jam


Pembentukan kompleks imun IgG & kerusakan jar melalui
aktivasi komplemen & sel NKADCC
Manifestasi brp :
* rx tranfusi darah,eritroblastosis fetalis, AIAH
* rx arthus lokal & rx sistemik spt serum
sicknes,vaskulitis nekrotis,glomerulonefritis,
Artritis Reumatoid, LES

*NKADCC : Natural Killer Antibody Dependent Cell Cytotxicity

C. Reaksi lambat
Terjadi stlh 48 jamakibat aktivasi sel Th
DTH (Delayed Type Hypersensitivity) yg berperan
adalah sitokin yg dilepas sel CD4 Th yg mengaktifkan
makrofag & menimbulkan kerusakan jaringan
Contoh : dermatitis kontak, rx TB, rx penolakan tandur
T Cell Mediated Cytolysis yg berperan adalah sel CD8
(CTL / Tc) yg langsung membunuh sasaran
Contoh : penyakit virus Hepatitis (virus sitopatik)

CTL : Cytotoxic T Lymphocyte

Klasifikasi Penyakit Imun menurut Gell & Coombs yg dimodifikasi Janeway dan
Travers (1995)

Reaksi Tipe I (Reaksi Anafilaktik / Alergi):


1.

2.

3.

Fase sensitisasi: wkt yg dibutuhkan u/ pembtkan IgE


sampai diikat oleh reseptor spesifik (Fce-R) pd
permukaan sel mast & basofil
Fase aktivasi: waktu yg diperlukan antara pajanan
ulang dg antigen spesifik & sel mast melepas isinya
yg berisi granul yg menimbulkan reaksi
Fase efektor: waktu terjadi respons kompleks
(anafilaksis) sbg efek mediator yg dilepas sel mast
dg aktivitas farmakologik

Reaksi Tipe II (Reaksi Sitotoksik) :


Terjadi karena dibentuk antibodi jenis IgG atau IgM
terhadap antigen
Manifestasi klinis:
- organ spesifik Miastenia Gravis, Pemphigus vulgaris
- sitopenia Anemia hemolitik, Reaksi Transfusi

Penyakit-penyakit yg ditimbulkan antibodi terhadap sel atau jaringan spesifik

Reaksi Tipe III (Reaksi Kompleks Imun) :


Terjadi bila kompleks antigen-antibodi ditemukan
dalam sirkulasi, dinding pembuluh darah dan jaringan
Mengaktifkan komplemenmelepas mediator
anafilatoksin (C3a,C5a)memacu sel masthistamin
Menimbulkan agregasi trombosit membentuk
mikrotrombi & melepas amin vasoaktif
Mengaktifkan makrofag yg melepas IL-1

Makrofag yg diaktifkan belum dapat menyingkirkan kompleks imun sehingga


makrofag dirangsang terus untuk melepas bahan yg dapat merusak jaringan

Kompleks imun dan Hipersensitivitas tipe III

Nasib Kompleks Imun


1. Kompleks imun menetap
Normal kompleks imun dlm sirkulasi diikat & diangkut
eritrosit ke hati & limpa dimusnahkan oleh sel fagosit
mononuklear
Kompleks yg besar mudah dimusnahkan, tapi yg kecil
& larut lebih sulit dpt lbh lama berada dlm sirkulasi
Gangguan faktor fagosit salah satu sebab kompleks
sulit dimusnahkan

2. Kompleks imun mengendap di jaringan


Terjadi krn ukuran kompleks imun yg kecil & permeabilitas
vaskular meningkat

Kompleks imun yang patologik

3. Membentuk Reaksi :
A. Reaksi Arthus (bentuk lokal)

Rx Arthus dpt tjd di dinding bronkus atau alveoli &


menimbulkan rx asma lambat yg tjd 7-8 jam setelah
inhalasi antigenasma akibat kerja
Rx Arthus memerlukan antibodi & antigen dlm jumlah
besarantigen yg disuntikkan akan membentuk
kompleks yg tdk larut & msk ke dalam sirkulasi atau
mengendap pd dinding pembuluh darah
Bila agregat menjadi besar, komplemen ml diaktifkan,
C3a & C5a (anafilatoksin) yg terbentuk meningkatkan
permeabilitas pemblh darah & menjadi udem

Komplemen C3a & C5a berfungsi sbg faktor


kemotaktik
Netrofil & trombosit mulai dikerahkan di tempat
reaksi timbul stasis & obstruksi total aliran darah
Netrofil yg diaktifkan memakan kompleks imun &
bersama dgn trombosit yg digumpalkan melepas
protease, kolagenase & bhn vasoaktif terjadi
perdarahan yg disertai nekrosis jaringan setempat.

B. Reaksi Serum Sickness (bentuk sistemik)


Kerusakan patologis pd infeksi korinobakterium &
klostridium disebabkan eksotoksin yg dilepas sedang
kumannya sendiri tdk invasif & tdk berarti
1-2 minggu setelah serum kuda diberikan timbul
panas & gatal,bengkak,kemerahan, rasa skt di sendi &
KGB

4. Penyakit kompleks imun


Kompleks imun lebih mudah diendapkan di tempat dg
tekanan drh yg meninggi disertai putaran arus, mis:
kapiler glomerulus, bifurkasi pemb drh, pleksus koroid &
korpus silier mata
Pada LES, Artritis reumatoid, sel plasma dalam
sinovium membentuk anti-IgG (FR berupa IgM) &
menimbulkan kompleks imun di sendi

Beberapa penyakit kompleks imun

Reaksi Tipe IV
1. Delayed Type Hypersensitivity
Pada DTH, sel CD4+ Th1 mengaktifkan makrofag yg
berperan sbg sel efektor.
Pada DTH, kerusakan jaringan disebabkan oleh
produk makrofag yg diaktifkan seperti enzim
hidrolitik, oksigen reaktif intermediat, oksida nitrat,
sitokin proinflamasi
DTH dapat juga terjadi sbg respon thd bahan yg
tidak berbahaya dlm lingkungan seperti nikel yg
menimbulkan dermatitis kontak

2. T Cell Mediated Cytolysis


Kerusakan terjadi melalui sel CD8+/CTL/Tc yg
langsung membunuh sel sasaran.
Sel CD8+ yg spesifik untuk antigen adalah sel
autologus dpt membunuh sel secara langsung
Peny autoimun yg terjadi melalui mekanisme seluler
biasanya ditemukan sel CD4+ maupun CD8+ spesifik
untuk self antigen & kedua jenis sel tsb menimbulkan
kerusakan

Beberapa penyakit yang diinduksi sel T

Anda mungkin juga menyukai