Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH DASAR-DASAR AGRONOMI

FASE PERTUMBUHAN VEGETATIF

KELOMPOK 3 :
APRIANTO SIMON
MIUH.FAWZUL ALIF NUGROHO
MUH.FARAS
IKLAN PRIYANTO
DEWI SHINTA
RESKI LEME PIRI
IRMA
AZWAR
HARDIANTI
ROMIANTO
TUPAN
YULI ISPIANI
AGIL FERGIAWAN
RISKI WAHYUNI
IRSAM

E 281 13 047
E 281 13 002
E 281 13 024
E 281 13 006
E 281 13 011
E 281 13 015
E 281 13 027
E 281 13 028
E 281 13 033
E 281 13 040
E 281 13 049
E 281 13 053
E 281 13 057
E 281 13 060
E 281 09 042

FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur, penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
segala berkat, bimbingan dan pertolonganNya Penulis dapat menyelesaikan makalah
ini tepat waktu. Penulis berharap makalah ini dapat memberikan suatu dampak positif
bagi pembaca dan penulis sendiri.
Makalah yang berjudul Fase pertumbuhan vegetative disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi Pertanian. Dan juga untuk menjelaskan bahwa
sosiologi pertanian adalah salah satu pokok bahasan sosiologi yang sangat penting.
Penulis menyadari dalam makalah ini masih terdapat banyak kesalahan. Baik
dalam penulisan, penyampaian, dan lain-lain. Oleh sebab itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membanguun dari para pembaca untuk
menyempurnakan makalah ini.Semoga setiap kata dan tulisan yang ada dalam makalah
ini dapat memberi kontribusi yang nyata untuk membawa kehidupan kita bersama ke
arah yang lebih baik.

Palu, 2 oktober 2014

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Tujuan ...................................................................................................... 2
C. Manfaat Penulisan .................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pertumbuhan Vegetatif ...........................................................................
B. Struktur Biji ............................................................................................
C. Proses Perkecambahan
D. Pertumbuhan dan Perkembangan Akar ...................................................
E. Pertumbuhan dan Perkembangan Batang ...............................................
F. Pertumbuhan dan Perkembanagan Daun ................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ..............................................................................................
B. Saran .........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Selama pertumbuhan dan perkembangannya, tanaman akan membentuk berbagai
macam organ. Secara umum, organ tanaman terdiri dari organ vegetatif dan organ
generatif. Akar, batang, dan daun dikelompokkan sebagai organ vegetatif, sedangkan
bunga, buah, dan biji digolongkan sebagai organ generatif. Organ-organ vegetatif akan
terbentuk lebih awal dibandingkan organ-organ generatif. Fase dimana tanaman hanya
membentuk organ-organ vegetatif disebut fase pertumbuhan vegetatif.
Pertumbuhan vegetatif dicirikan dengan berbagai aktivitas pertumbuhan dan
perkembangan tanaman yang berhubungan dengan pembentukan dan pembesaran daun,
pembentukan meristem apikal atau lateral dan pertumbuhannya menjadi cabang-cabang,
dan ekspansi sistem perakaran tanaman. Pertumbuhan generatif atau pertumbuhan
reproduktif dimulai dengan pembentukan bunga. Bunga kemudian berkembang menjadi
buah. Biji terbentuk bersama dengan perkembangan buah. Pada beberapa spesies, bunga
mulai terbentuk hanya dalam waktu beberapa bulan setelah ditanam. Kelompok
tanaman ini secara agronomis digolongkan sebagai tanaman semusim. Pada beberapa
spesies lainnya, bunga baru terbentuk setelah tanaman berumur beberapa tahun. Pada
tanaman duku (Lansium domesticum) yang diperbanyak secara generatif, bunga
terbentuk setelah tanaman berumur lebih dari 5 tahun. Kelompok tanaman yang
berbunga setelah berumur beberapa tahun digolongkan pada tanaman tahunan.Beberapa

spesies tanaman hanya akan memasuki fase pertumbuhan generatif jika mendapat
perlakuan lama penyinaran (panjang hari tertentu) atau suhu rendah.
Secara umum, bunga akan berkembang menjadi buah setelah bunga tersebut
mengalami penyerbukan, yakni peristiwa dimana tepung sari jatuh pada kepala putik.
Walaupun perlu diingat bahwa buah pada spesies tanaman tertentu akan tetap tumbuh
membesar walaupun tidak terjadi penyerbukan. Tidak semua bunga pada satu individu
tanaman akan berkembang menjadi buah, karena keberhasilan pembentukan buah ini
tergantung pada proses penyerbukan dan kondisi lingkungan.
Buah yang terbentuk tidak selalu mengandung biji. Buah yang tidak mengandung
biji disebut buah parthenokarpi. Buah tanpa biji umumnya dijumpai pada tanaman
pisang (Musa sp.). Buah tanpa biji ini lebih disukai konsumen, oleh sebab itu sekarang
telah banyak dikembangkan tanaman buah-buahan tanpa biji, misalnya semangka.
B. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memahami dan mengetahui
proses dan fase pertumbuhan vegetatif
C. Manfaat penulisan
Dalam makalah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami dan mengetahui proses
dan fase pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pertumbuhan vegetative
Fase vegetative tanaman merupakan fase berkembangnya bagian vegetative dari
suatu tanaman. Bagian vegetative dari tanaman adalah akar, batang dan daun.Fase
pertumbuhan vegetatif mencakup pertumbuhan akar, batang, dan daun. dalam fase ini
tanaman memerlukan banyak cadangan makanan (karbohidat) yang akan dirombak
menjadi energy untuk pertumbuhan. Pada fase pertumbuhan vegetative ini ada tiga
aspek penting yang perlu dikeahui yaitu pembelahan sel (cell defision), pembelahan sel
(cell enlargement) dan deferensiasi (penggandaan) (cell deferentation).Apabila
tumbuhan ditanam dengan menggunakan bijinya, maka oertumbuhan vegetative diawali
dari proses perkecambahan.
Pada fase ini berhubungan dengan 3 proses : pembelahan sel, perpanjangan sel
dan tahap pertama diferensiasi. Pada proses pembelahan sel, memerlukan karbohidrat
dalam jumlah yang besar, karena dinding sel terbentuk dari selulosa dan
protoplasmanya dari gula. Pembelahan sel terjadi dalam jaringan merismatis pada titik
tumbuh batang daun ujung akar dan kambium.Untuk kegiatan perpanjangan sel, hal ini
terjadi pada saat pembesaran sel, proses ini membutuhkan pemberian air yang cukup.
Lalu hormon untuk merentangkan dinding sel. Dan yang terakhir adalah dengan adanya
ketersediaan gula.
Diferensiasi adalah suatu situasi dimana sel-sel meristematik berkembang
menjadi dua atau lebih macam sel/jaringan/organ tanaman yang secara kualitatif

berbeda satu dengan yang lainnya. Merupakan proses hidup yang menyangkut
transformasi sel tertentu ke sel-sel yang lain menurut spesialisasinya (baik spesialisasi
dalam hal proses biokimia, fisiologi, maupun struktural) Misalnya pada pembentukan
jaringan xylem dan phloem.
Proses diferensiasi sendiri mempunyai tiga syarat, yaitu :
Hasil assimilasi yang tersedia dalam keadaan berlebihan untuk dapat dimanfaatkan pada
kebanyakan kegiatan metabolisme Temperatur yang menguntungkan Terdapat sistem
enxzym yang tepat untuk memperantarai proses diferensiasi.Fase vegetatif ini sendiri
berlangsung selama periode tertentu. Setiap tanaman memiliki periode fase vegetatif
yang berbeda-beda. Selama fase vegetatif ini berjalan pada periode tertentu, maka
tanaman juga akan berangsur-angsur masuk dan berganti ke fase generatif.
Dalam satu daur pertumbuhan tanaman, fase vegetatif dan fase generatif saling
bergantian.pertumbuhan vegetatife sendiri sudah dimulai sejak tanaman di tanam dalam
media yang sudah paten. Hal ini berarti, sejak masa pembenihan dan perkecambahan.
Setelah masa penyiangan maka pertumbuhan vegetatif baru akan berjalan secara
maksimal. Pertumbuhan ini yaitu mulai tumbuhnya akar sejati yang sudah kuat dan
berkembang terus kedalam tanah. Untuk batangnya sendiri juga akan terus bertambah
besar dan tinggi.Jika pada tanaman yang berkambium, maka tanaman ini juga akan
tumbuh melebar dan menjadi semakin keras. Pada daun sendiri akan terus bertambah
sampai nanti memasuki fase generatifnya.
Meristem apical

Pertumbuhan dan perkembangan bagian-bagian vegetatif tanaman di atas tanah


terutama ditentukan oleh aktivitas meristem apikal karena disini primordia daun
terbentuk, karena pemanjangan batang permulaannya tergantung pada jaringan batang
baru yang terbentuk pada ujung dan karena banyak rangsangan hormonal yang
menentukan pertumbuhan dan perkembangan semua bagian tanaman berikutnya,
diketahui berasal baik dari ujung itu sendiri maupun daun-daun muda yang terbungkus
rapat membentuk tunas apikal. Dua deerah ujung biasanya dibedakan. Pertama adalah
tunika dimana sel-selnya membelah dengan membentu dinding-dinding baru dalam
suatu bidang antiklinal, yaitu tegak lurus pada permukaan ujung. Jadi, tunika membesar
untuk melindungi ujung yang tumbuh tetapi ketebalannya, biasanya beberapa lapisan
sel secara komperatif tetap konstan. Dalam korpus tidak ada keteraturan dalam bidangbidang pembelahan dan karena itu struktur lapisan yang nyata tidak didapat pada bagian
tengah. Pembelahan tunika-korpus hanya dapat diterapkan untuk ujung itu sendiri, yaitu
kubah jaringan antara dua primordia daun termuda. Sementara primordia berkembang,
pola sel menjadi berubah karena pengaturan yang khas pada ujung berubah menjadi
primordia.
Pengaturan daun-daun pada batang (filotaksis) dapat dilacak secara langsung
terhadap kedudukan geometrik dan waktu pembentukan primordia daun yang baru. Jadi,
dalam suatu jenis tumbuhan dengan filotaksis spiral (misalnya kapas) primordia
termuda muncul dengan pusatnya dan primordia tertua berikutnya membentuk suatu
sudut tertentu pada pusat ujung jika dipandang dari irisan melintang. Primordia yang
lebih muda juga terpancang lebih tinggi di kubah apikal. Dalam filotaksis yang

berselang-seling (misalnya jagung), sudut antara primordia yang berurutan adalah 180o
sehingga semua primordia terpusat dalam satu bidang tegak melewati ujung. Antara
ujung dan primordia daun, berkembang primordium suatu tunas samping yang dalam
kondisi yang sesuai dapat berkembang menjadi cabang samping (lateral). (Goldsworthy
and Fisher, 1996)
B. Struktur biji
Biji dilindungi oleh kulit biji yang terdiri atas jaringan-jaringan yang secara genetik
identik dengan tanaman induknya dan biasanya berkembang dari integumen bakal biji,
dalam beberapa biji, kulit biji dapat

menjadi satu dengan struktur-struktur lain,

sebenarnya lebih merupakan bagian buah daripada biji. Pada tanaman padi-padian, biji
adalah buah berbiji tunggal yang disebut kariopsis. Embrio biasanya merupakan hasil
pembuahan dan karena itu secara genetik tak sama dengan tanaman induk atau paling
sedikit secara potensial demikian. Suatu radikula dapat dikenali yang berkembang
membentuk akar tumbuhan anak dan pluma berkembang membentuk tunas. Endosperm
berasal dari sebuah inti yang terbentuk dari peleburan tiga inti yaitu dua inti induk dan
satu inti jantan. Dalam beberapa spesies, endosperm hampir hilang dalam proses
pemasakan biji tetapi pada tanaman padi-padian, ia menempati sebagian besar volume
biji yang merupakan jaringan penyimpanan utama. (Goldsworthy and Fisher, 1996)

Gambar. Struktur biji dikotil dan monokotil

C. Proses perkecembahan
Pertumbuhan pada tumbuhan spermatophyta diawal biji. Bentuk,ukuran, dan
struktur biji bervariasi. Biji memilki tiga bagian, yaitu inti biji, tali pusar, dan kulit biji.

Gambar 1. Bagian-bagian Biji


Perkecambahan adalah proses pertumbuhan embrio dan bagian-bagian biji lainnya
untuk tumbuh secara normal menjadi tumbuhan baru. Biji dapat mengalami masa tidak
aktif (dormansi) akibat kandungan air dalam biji yang rendah, yaitu 5-10%. Dormansi

pada biji dapat dilihat pada kulit biji yang keras yang menghalangi penyerapan air dan
oksigen. Dormansi sangat bermanfaat pada situasi yang tidak menguntungkan seperti
suasana sangat dingin atau kekeringan. Pada kondisi tertentu yang memungkinkan biji
untuk tumbuh, biji akan mengakhiri masa dormansinya dan mulai berkecambah
(germinasi).
Tahap awal perkecambahan dimulai pada saat biji menyerap air. Penyerapan air
(imbibisi) terjadi melalui liang biji (mikrofil). Penyerapan air merupakan tahap penting
dalam perkecambahan. Biji yang telah menyerap air akan membesar sehingga
mengakibatkan robeknya kulit biji.
Peningkatan kandungan air dalam biji memicu pengaktifan enzim-enzim dalam
kotiledon yang akan merombak cadangan makanan menjadi molekul-molekul
sederhana, yang selanjutnya akan diangkut menuju lokasi pertumbuhan pada embrio.
Gejala awal dari perkecambahan biasanya terlihat dari pembengkakan akar lembaga
yang menyebabkan kulit biji sobek dan kecambah mulai tumbuh. Perkecamabahan biji
dipengaruhi faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam yang mempengaruhi
perkecambahan biji antara lain viabilitas atau kemampuan berkecambahan biji,
cadangan makanan dalam biji, dan hormon yang terkandung dalam biji. Viabilitas biji
menentukan kecepatan perkecambahan. Cadangan makanan dalam biji mempengaruhi
proses perkembangan kecambah. Hormon yang terkandung dalam biji akan memacu
proses perkecambahan dengan mengaktifkan enzim-enzim untuk perkecambahan.
Faktor luar yang mempengaruhi perkecambahan biji antara lain ketersediaas
air,oksigen, dan cahaya. Air berfungsi untuk melunakkan kulit biji dan melarutkan

cadangan makanan. Oksigen diperlukan dalam proses oksidasi dan respirasi biji untuk
menghasilkan energi yang diperlukan untuk perkecambahan, sedangkan cahaya akan
memicu perkecambahan.
Ada 2 tipe perkecambahan, yaitu perkecambahan epigeal dan perkecambahan
hipogeal. Pada perkecambahan epigeal, kotiledon dan pucuk tunas terangkat ke atas
permukaan tanah. Tanaman dikotil seperti kacang tanah dan kacang buncis mengalami
perkecambahan epigeal. Pada perkecambahan hipogeal, bagian yang terangkat ke atas
permukaan tanah hanya pucuk tunas dan daun pertama sedangkan kotiledon tetap
berada di dalam tanah, misalnya perkecambahan pada jagung. (Furqonita, 2007)

Gambar 2. Tahapan perkecambahan


D. Pertumbuhan dan perkembangan akar
Organ pertama yang terbentuk pada kebanyakan tanaman adalah akar. Pada saat
perkecambahan, radikel akan tumbuh menembus kulit biji lebih dahulu dibanding
hipokotil pada saat perkecambahan berlangsung pada kebanyakan spesies tanaman.
Walaupun tentu terddapat beberapa spesies sebagai pengecualian. Radikel ini
selanjutnya berkembang menjadi akar primer atau disebut akar tunggang (top root) pada

tanaman dikotil. Pada tanaman monokotil, beberapa (1 sampai 4) akar seminal akan
pula terbentuk dari embrio benih.
Pertumbuhan lebih lanjut dari akar primer tergantung pada aktivitas dari
meristem apikalnya. Pembelahan sel berlangsung sangat aktif pada bagian meristem
akar ini. Bagian meristem akar ini dilindungi oleh tudung akar (root cap). Peranan
tudung akar penting sekali dalam proses pemanjangan akar, pada saat akar melakukan
penetrasi ke dalam tanah. Tudung akar juga menghasilkan sejenis bubur polisakarida
yang disebut musigel (mucigel) yang berfungsi sebagai pelumas untuk mempermudah
penetrasi akar dalam tanah. Musigel juga mungkin penting artinya dalam mengikat
mikroorganisme tanah untuk bersimbiosis dengan akar tanaman, misalnya jamur
mikoriza dan bakteri Rhizobium.
Sel-sel muda yang terbentuk pada meristem kemudian berkembang menjadi selsel epidermis, korteks, endodermis, perisikel, xilem, dan floem. Zona meristem akar
dapat dideteksi dengan mengamati secara mikroskopik letak sel-sel yang sedang aktif
membelah diri (mitosis) atau dengan mendekteksi dimana sintesis DNA berlangsung
dengan menggunakan senyawa thimidin (digunakan dalam sintesis DNA) yang
bermuata radioaktif. Sintesis DNA dan mitosis berlangsung pada lokasi yang sama
walaupun pada waktuk yang agak berbeda. (Lakitan, 1996)
Di balik tudung akar (di depan meristem) terdapat suatu zona yang terdiri dari
beberapa sel yang tidak aktif membelah diri. Zona ini disebut quiescent center. Zona ini
berfungsi sebagai pengganti tudung akar atau meristem jika mengalami kerusakan.

Gambar 1. Anatomi Akar


Menurut Lakitan (1996), zona pemanjangan (elongation zone) akar berkisar antara
0,5 cm sampai 1,5 cm pada bagian ujung akar. Laju pemanjangan akar dapat mencapai
2 cm/hari, akar primer memanjang lebih cepat dibandingkan akar sekunder. Demikian
pula akar sekunder memanjang lebih cepat dibandingkan akar tertier. Laju pemanjangan
akar juga dipengaruhi oleh faktor internal dan berbagai faktor lingkungan. faktor
internal yang mempengaruhi adalah pasokan fotosintat (umumnya dalam bentuk
sukrosa) dari daun. Faktor lingkungan yang mempengaruhi antara lain adalah suhu
tanah dan kandungan air tanah.
Di belakang zona pemanjangan terdapat zona bulu akar (root hair zone). Beberapa
sel epidermis pada zona ini membentuk tonjolan yang tumbuh memanjang antara 0,5
mm sampai 1,5 mm. Tonjolan pada sel epidermis ini disebut bulu akar. Keberadaan

bulu akar memperluas total las permukaan akar, sehingga penting artinya dalam serapan
air dan unsur hara bagi tanaman.
Selain tumbuh memanjang, akar juga tumbuh secara radial. Akar tanaman
gimnosperma dan tanaman dikotil mempunyai kambium vaskuler yang terletak pada
posisi diantara pembuluh floem dan xilem. Kambium ini yang berperan dalam
penambahan diameter akar (pertumbuhan radial), terutama karena kambium ini
berperan dalam pembentukan sel-sel xilem (ke arah internal) dan sel-sel floem (ke arah
eksternal). Tanaman monokotil tidak memiliki kambium vaskuler. Pertumbuhan radial
pada

akar

tanaman

monokotil

hanya

disebabkan

oleh

pembesaran

sel-sel

nonmeristematik. Dengan demikian, pertumbuhan radial pada akar tanaman monokotil


sangat terbatas.
Pada spesies tanaman tertentu, pertumbuhan radial akar berlangsung secara luar
biasa, sehingga membentuk organ tanaman yang disebut umbi, misalnya pada tanaman
bit (Beta vulgaris) dan ketela rambat (Ipomoea batatas). Umbi ini terbentuk karena
pada bagian akar ini terdapat 8-12 lingkaran kambium, dimana pada akar biasa hanya
terdapat 1 lingkaran kambium. Inisiasi lingkaran-lingkaran kambium tersebut dimulai
sejak awal perkembangan akar tanaman ini. pembesaran umbi selanjutnya disebabkan
karena pembentukan sel-sel baru (pembelahan sel) pada masing-masing kambium
tersebut, sedangkan ukuran sel pada umbi relatif kostan.

Akar

primer

selanjutnya

akan memebentuk cabangyang disebut sebagai akar sekunder. Akarsekunder umumnya


tumbuh secara lateral (horizontal) oleh sebab itu sering pula disebut sebagai akar lateral.

Akar sekunder ini terbentuk beberapa milimeter atau beberapa sentimeter dari ujung
akar primer.
Pertumbuhan akar sekunder dimulai pada sel-sel perisikel akar primer, sel-sel
perisikel akar sekunder ini sangat aktif membelah diri dan tumbuh menembus lapisan
sel-sel korteks dan epidermis akar primer. Sel-sel perisikel calon akar sekunder ini
diduga menghasilkan enzim hidrolitik yang berperan mengurai bahan-bahan penyusun
dinding sel korteks dan epidermis yang dilalui dalam proses ertumbuhannya. Melalui
proses yang sama, akar-akar tertier akan tumbuh dari sel-sel perisikel akar sekunder.
Faktor yang mempengaruhi atau merangsang pembentukan cabang akar belum
banyak mendapat perhatian, tetapi diyakini bahwa pembentukan akar sekunder akan
lebih terangsang jika pertumbuhan akar primer mendapat hambatan atau gangguan.
Sebagai contoh, akar lateral (dan akar adventif) lebih dominan peranannya pada
tanaman yang akar primernya mengalami kerusakan akibat tergenang. Fenomena ini
telah dilaporkan pada tanaman buncis (Phaeolus vulgaris). Akar adventif merupakan
akar yang tumbuh dari pangkal batang atau ruas batang pada tanaman monokotil atau
organ tanaman lainnya, selain akar primer (dari radikel), akar seminal, dan cabangcabang dari akar ini. daerah penyebaran sistem perakaran tanaman secara horizontal
umumnya 1,5 sampai 2 kali diameter tajuknya. Luas penyebaran sistem perakaran
tanaman ini juga dipengaruhi oleh sifat fisik tanah.

E. Pertumbuhan pada batang


Pada batang yang sedang aktif tumbuh, zona pembelahan sel (meristem) terletak
lebih jauh dari ujung batang, dibanding posisi meristem pada akar. Pada tanaman
gimnosperma dan dikotil, pembelahan dan pembesaran sel terjadi pada jaringan yang
terletak beberapa sentimeter dari ujung batang. Ada yang dilaporkan terjadi pada posisi
sejauh 10 cm dari ujung batang.
Pada tanaman rumput-rumputan (graminae), pembelahan dan pembesaran sel dapat
terjadi jauh dari ujung batang, tetapi hanya pada posisi tertentu, yakni pada bagian
pangkal masing-masing ruas (internode) batang. Zona meristematik pada pangkal ruas
ini disebut meristem interkalari (intercalary meristem), karena terletak antara jaringanjaringan tua yang sel-selnya tidak lagi aktif membelah diri. Dengan demikian, masingmasing ruas terdiri dari sel-sel tua pada bagian atas dan sel-sel muda pada bagian
bawah.
Sel-sel meristem batang mula-mula membesar secara radial dan setelah itu terjadi
diferensiasi. Mula-mula terbentuk prakambium, kemudian floem san xilem. Diferensiasi
ini berlangsung secara akropetal, mulai dari sel-sel yang lebih tua. Setelah diferensiasi
terjadi, sel-sel ini membesar secara longitudinal, mengakibatkan pemanjangan batang.
Sebagaimana yang terjadi pada akar, pertumbuhan batang secara radial terjadi sebagai
akibat dari aktivitas kambium.
Laju pemanjangan batang berbeda antara spesies dan dipengaruhi oleh lingkungan
dimana tanaman tersebut tumbuh. Laju pemanjangan yang paling tinggi terjadi pada
tanaman bambu. Pada tanaman bambu muda (rebung), laju pemanjangan batang dapat

mencapai 2,5 cm/jam, tetapi laju pemanjangan batang yang umum adalah 10 sampai
100 kali lebih lambat dibanding tanaman bambu tersebut.
Faktor lingkungan yang besar pengaruhnya terhadap pemanjangan batang adalah
suhu dan intensitas cahaya. Suhu optimum untuk pemanjangan batang bervariasi
tergantung jenis tanaman. Laju pemanjangan batang berbanding terbalik dengan
intensitas cahaya. Pemanjangan batang lebih terpacu jika tanaman ditumbuhkan pada
tempat dengan intensitas cahaya rendah. Berdasarkan ini, maka sesungguhnya panjang
batang (tinggi tanaman) merupakan indikator yang buruk untuk mengukur
pertumbuhan. Peristiwa pemacuan pemanjangan batang pada intensitas cahaya rendah
disebut etiolasi. Fitokrom berperan penting dalam peristiwa etiolasi ini.
Meristem apikal batang merupakan tempat dimana daun, cabang, dan organ
generatif akan terbentuk. Pembentukan daun dan organ generatif akan diuraikan
tersendiri. Kemampuan tanaman untuk membentuk cabang batang sangat bervariasi.
Tanaman bunga matahari (Helianthus annuus) dan jagung (Zea mays) sangat jarang
membentuk cabang. Cabang tumbuh dari tunas aksiler atau tunas lateral. Pada beberapa
spesies tanaman, tunas aksiler berada dalam keadaan dorman dan hanya akan
terangsang untuk tumbuh menjadi cabang jika tunas apikal dibuang. Gejala ini disebut
dominansi apikal. Dominansi apikal ini berhubungan dengan peranan auksin.
Pembentukan cabang dapat menguntungkan dan dapat pula merugikan dalam upaya
meningkatkan hasil tanaman. Secara umum, pembentukan cabang akan menguntungkan
jika cabang-cabang tersebut akan terbentuk organ hasil. Sebaliknya, akan merugikan

jika cabang-cabang yang terbentuk tidak produktif, sehingga menjadi pesaing bagi
organ hasil dalam memanfaatkan fotosintat yang dihasilkan daun.
Umbi kentang merupakan penggemukan batang atau stolon yang berlangsung secara
eksesif (berlebihan). Inisiasi umbi kentang dipacu oleh kondisi hari pendek, kekurangan
nitrogen, kekurangan fosfor, intensitas cahaya tinggi, atau suhu rendah. Pembentukan
umbi pada kentang mulai terdeteksi jika sel-sel pada ruas paling muda pada batang
diogeotropik yang tumbuh di dalam tanah (stolon) membesar secara radial. Pembesaran
radial ini akan membentuk bakal umbi.Pembelahan bakal umbi selanjutnya berlangsung
pada semua selnya, sehingga penampang melintang (diameter) umbi bertambah dengan
cepat. Perkembangan daun pada stolon atau umbi terhenti pada stadia yang sangat awal.
Ukuran umbi pada dasarnya tergantung pada aktivitas pembelahan sekunder yang
terjadi pada semua sel umbi, tetapi laju pembelahan dam pembesaran sel tidak seragam
pada semua bagian umbi. Pembelahan sel umumnya lebih aktif pada jaringan korteks
dan jaringan disebelah luar dari korteks tersebut dibandingkan pada bagian internal
(pith).
Faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan umbi adalah laju dan kuantitas
fotosintat yang dipasok dari tajuk tanaman. Pada tanaman kentang, ukuran umbi ratarata berbanding langsung dengan pertumbuhan tajuk dan berbanding terbalik dengan
jumlah umbi yang terbentuk. Pertumbuhan umbi akan terhenti jika tajuk tanaman mati,
karena pasokan fotosintat untuk menopang pertumbuhan umbi terhenti. Laju
pertambahan berat umbi lebih ditentukan oleh fotosintat yang dihasilkan selama periode

perkembangan umbi yang bersangkutan, sedangkan asimilat yang sintesis sebelum


inisiasi umbi disimpan pada batang hanya memberikan konribusi sekitar 10%.
Umbi dapat berperan sebagai penyangga parsial (partial buffer) untuk penyedia air
bagi daun dan pada kondisi kekurangan air. Jika air diangkut dari umbi ke daun, maka
pertumbuhan umbi akan terhambat , tetapi pertumbuhan umbi akan berlangsung
kembali jika kemudian air tersedia. Pada kondisi yang ekstrem, pertumbuhan umbi akan
terhenti sama sekali dan stolon hanya akan tumbuh memanjang. (Lakitan, 1996)

F. Pertumbuhan dan perkembangan daun


Tanda awal dari perkembangan daun pada tanaman gimnosperma dan angiosperma
umumnya adalah pembelahan sel pada 3 lapisan sel terluar pada ujung batang (shoot
apex). Pembelahan secara periklinal yang diikuti pembesaran sel-sel yang muda akan
membentuk primordia daun. Pembelahan sel secara antiklinal yang berlangsung
kemudian akan memperluas permukaan primordia daun ini.
Primordia daun berkembang pada posisi yang teratur (tidak secara acak) pada ujung
batang. Masing-masing spesies mempunyai tata letak posisi daun (filotaksis atau
phyllotaxis) yang spesifik. Faktor yang menyebabkan tata letak daun masih perlu
pengkasijan lebih mendalam. Ada 2 teori yang dikembangkan untuk menjelaskan
tentang keteraturan tata letak daun. Teori pertama, primordia daun yang telah terbentuk
akan menghasilkan suatu senyawa penghambat (inhibitor) yang berperan mencegah
terbentuknya primordia daun lain pada zona di sekitar primordia daun yang telah
terbentuk tersebut. Diasumsikan bahwa senyawa penghambat ini akan berangsur-angsur

terurai setelah berdifusi cukup jauh dari primordia daun yang menjadi sumbernya. Teori
kedua, primordia daun akan berkompetisi dalam memanfaatkan ruang, dimana
primordia daun akan terbentuk jika cukup ruang tersedia untuk perkembangannya.
Laju pembentukan daun (jumlah daun per satuan waktu) atau nilai indeks
plastokhron (selang waktu yang dibutuhkan per daun tambahan yang terbentuk) relatif
konstan jika tanaman ditumbuhkan pada kondisi suhu dan intensitas cahaya yang juga
konstan. Karena sifatnya yang konstan ini, maka indeks plastokhron sering digunakan
sebagai satuan ukuran perkembangan tanaman. Hal ini telah terbukti paling tidak untuk
tanaman ketimun (Cucumis sativus)
Suhu optimal untuk pembelahan sel daun (berarti juga inisiasi pembentukan daun)
akan bervariasi antara spesies. Pada spesies atau individu tanaman yang sama, suhu
optimum untuk pembelahan sel daun umumnya sekitar 5-6 oC lebih tinggi dibandingkan
dengan suhu optimum untuk pembesaran sel.
Bentuk primordia daun tergantung pada arah pembelahan dan pembesaran sel. Jika
pembelahan daun berlangsung secara periklinal, maka pimordia daun yang dihasilkan
akan berbentuk ramping dan panjang, sedangkan jika pembelahan sel berlangsung
secara antiklinal, maka primordia dauan yang dihasilkan akan berbentuk pendek dan
melebar.

Perkembangan daun lebih lanjut akan sangat bervariasi sebagaimana

tercermin dari berbagai bentuk akhir daun pada berbagai spesies tanaman. Selama
perkembangan daun untuk mencapai bentuk akhir dan ukuran maksimalnya,
pembelahan sel dapat berlangsung baik secara periklinal maupun secara antiklinal.

Pada saat daun masih kecil (dengan panjang sekitar 1 mm), aktivitas meristematik
berlangsung pada seluruh daun. Pada tanaman serealia dan tanaman berdaun jarum,
aktivitas meristematik mula-mula terhenti pada bagian ujung (distal) daun yang
kemudian bergeser ke arah pangkal daun. Penambahan lebar daun pada tanaman
angiosperma disebabkan oleh aktivitas jaringan meristem yang terletak di sepanjang
tepi aksis daun (leaf axis). Aktivitas meristematik ini terhenti jauh sebelum daun
menjadi tua (mature).
Pada daun rumputan, meristem basal pada pangkal daun merupakan intercalary
yang tetap berpotensi meristematik dalam waktu yang lama, walaupun setelah daun
menjadi tua. Aktivitas meristematik pada pangkal daun ini akan terpacu jika terjadi
defoliasi pada helai daun yang bersangkutan, misalnya jika sebagian helai daun
dipangkas atau dimakan ternak.
Pada tanaman dikotil, pembelahan sel umumnya terhenti jauh sebelum daun
mencapai ukuran maksimalnya. Biasanya terhenti setelah daun mencapai ukuran
setengah atau kurang dari setengah ukuran maksimalnya. Sebagai contoh, pembelahan
sel pada daun primer (monofoliat) pada tanaman kacang-kacangan terhenti saat ukuran
daun hanya 20% dari ukuran maksimal. Jadi pertambahan luas daun selanjutnya (80%)
sepenuhnya disebabkan oleh pembesaran individu sel yang telah terbentuk. Pembesaran
sel ini berlangsung pada semua bagian daun, walaupun dengan laju yang tidak sama.
Sel-sel pada daun muda tersusun sangat kompak (rapat). Selama pertumbuhan dan
perkembangan daun (leaf expansion) berlangsung, sel-sel mesofil berhenti membesar
lebih awal sedangkan sel-sel epidermis masih tetap membesar. Sebagai akibatnya sel-

sel mesofil akan tercarai dan rongga-rongga udara akan terbentuk pada bagian internal
daun.

Gambar 4. Penampang melintang daun untuk menunjukkan sel-sel mesofil


dan rongga udara antar sel mesofil
Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan daun
antara lain adalah intensitas cahaya, suhu udara, ketersediaan air dan unsur hara. Berat
dan volume daun maksimum lebih tinggi pada intensitas cahaya yang tinggi, tetapi luas
daun maksimum telah tercapai pada intensitas cahaya yang relatif rendah. Dengan kata
lain, intensitas yang tinggi menyebabkan bahan kering yang terakumulasi lebih banyak
dan daun menjadi lebih tebal, tetapi luas daun tidak dipengaruhinya. Suhu optimum
untuk pertumbuhan dannperkembangan daun berbeda antara spesies.
Daun

pada

kebanyakan

spesies

tidak

terpengaruh

pertumbuha

dan

perkembangannya jika kadar airnya berkisar antara 90-100%, tetapi jika kadar air turun
(<90%), maka pembesaran sel daun menjadi terhambat, dan pembesaran sel daun akan

terhenti sama sekali jika kadar air turun sampai 70-75%. Pembelahan sel tidak
terpengaruh secara drastis oleh penurunan status air daun. Penurunan yang drastis dari
laju pembesaran sel jika kadar air daun turun disebabkan karena untuk pembesaran sel
tersebut dibutuhkan tekanan hidrolik internal (internal hydraulic pressure) atau tekanan
turgor.pengaruh ini disebut dengan pengaruh langsung. Pada kondisi kekurangan air
yang berlangsung lama, pembesaran sel juga secara tidak langsung terhambat karena
penurunan laju fotosintesis, penurunan ketersediaan unsur hara, hambatan terhadap
sintesis protein, peningkatan sintesis sukrosa (sebagai hasil penguraian pati), an
gangguan metabolisme lainnya. Unsur hara yang paling berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan daun adalah nitrogen. Konsentrasi nitrogen tinggi
umumnya menghasilkan daun yang lebih besar.
Perubahan struktur fisik daun juga berpengaruh pada komposisi kimia dan aktivitas
fisiologinya. Kandungan nitrogen, protein, senyawa fosfat, RNA, khlorofil, dan
senyawa penyusun dinding sel secara kontinu meningkat sampai mendekati daun
maksimal, setelah itu kandungan nitrogen dan fosfor atau senyawa-senyawa yang
mengandung kedua unsur tersebut mulai menurun.
Perubahan komposisi kimia sebagaimana dijelaskan diatas merupakan refleksi daari
perubahan aktivitas enzim-enzim daun. Laju fotosintesis dan respirasi pada daun juga
berubah. Laju fotosintesis per satuan luas daun mencapai puncaknya pada saat
menjelang tercapainya luas daun maksimal. Selain dipengaruhi oleh kandungan
khlorofil dan aktivitas enzim-enzim yang terlibat, laju fotosintesis juga dipengaruhi oleh
ketersediaan CO2. Ketersediaan CO2 ini ditentukan oleh daya hantar stomata. Secara

umum, terutama pada tanaman C3, daya hantar stomata mencapai maksimum pada saat
daun menjelang ukuran maksimumnya dan setelah itu daya hantar stomata juga
menurun. Pada tanaman C4 misalnya jagung, daya hantar stomata tidak menurun
walaupun ukuran daun telah mencapai ukuran maksimal. Hal ini merupakan
keunggulan tanaman C4 dibandingkan dengan tanaman C3.
Pada awal perkembangannya sampai berukuran 20-30% ukuran maksimalnya, daun
tanaman dikotil tergantung pada karbohidrat yang dikirim dari daun-daun tua. Daun
muda tersebut lebih berperan sebagai limbung (sink) dan belum berfungsi sebagai
sumber (source) karbohidrat bagi tanaman. Daun tanaman ini juga mengimpor nitrogen
(dalam bentuk nitrat atau asam amino), fosfor, dan kalium secara terus-menerus sampai
mencapai ukuran maksimalnya. Pada awal perkembangannya, unsur-unsur hara tersebut
berasal dari daun tua dan kemudian berangsur-angsur menerima lebih banyak unsur
hara yang berasal dari akar.
Daun tua akan menjadi senescence. Senescence dibedakan menjadi progressive
senescence (penuaan yang berlangsung tidak berkaitan dengan pembentukan organ
generatif) dan flowering senescene (penuaan daun yang disebabkanoleh perkembanagn
organ generatif). Pada daun yang telah mengalami senescene, kandungan klorofil
menurun, kerusakan organel dan membran sel meningkat, dan kadar air daun menurun,
dimana pada akhrinya daun tersebut akan mati. Senescene ini akan terpacu pada saat
tanaman aktif tumbuh dan memerlukan banyak unsur-unsur hara tetapi tidak
sepenuhnya dapat dipenuhi dari tanah. (Lakitan, 1996)

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Beberapa faktor lingkungan yang berpengaruh pada pertumbuhan dan


perkembangan tanaman ialah faktor tanah, suhu, dan cahaya.

Pada fase vegetatif berhubungan dengan 3 proses : pembelahan sel,


perpanjangan sel dan tahap pertama diferensiasi

Fase vegetative tanaman merupakan fase berkembangnya bagian vegetative dari


suatu tanaman.

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Adinugraha. 2007. Teknik Pembibitan Dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Hias.


Bogor: World Agroforestry Centre.
Hamid, N. Yusran. 2011. Keberhasilan Okulasi Varietas Jeruk Manis Pada Berbagai
Perbandingan Pupuk Kandang. Jurnal Media Litbang Sulteng Vol IV (2) : 97 104.
Rahardja, P.C. 2003. Aneka Cara Memperbanyak Tanaman. Surabaya:Agromedia
Pustaka.
Sukendro, Andi. 2010. Study of Vegetative Propagation on Intsia bijuga (Colebr.) O.K.
with Grafting. Jurnal Silvikultur Tropika. Vol. 24(7): 6 10.

Anda mungkin juga menyukai