Anda di halaman 1dari 19

KOEFISIEN KORELASI PARAMETRIK DAN NON PARAMETRIK

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas
dalam mata kuliah Statistika yang dibimbing oleh
Dr. Eddy Sutadji, M. Pd
Oleh:
Khoirudin Asfani (140551807227)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PROGAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEJURUAN
SEPTEMBER 2014

Daftar Isi
Daftar Isi.......................................................................................................................i
A. Pendahuluan.............................................................................................................1
B. Koefisien Korelasi Parametrik.................................................................................1
Korelasi Product Moment (Pearson)......................................................................1
Korelasi Ganda.......................................................................................................4
Korelasi Parsial.......................................................................................................9
C. Koefisien Korelasi Nonparametrik..........................................................................13
Korelasi Rank/Spearmen........................................................................................13
Korelasi Kendall Tau..............................................................................................15
Korelasi Kontingensi..............................................................................................17
Daftar Pustaka...............................................................................................................18

ii

A. Pendahuluan
Analisis korelasi (hubungan) merupakan suatu bentuk analisis inferensial yang
digunakan untuk mengetahui derajat atau kekuatan hubungan, bentuk atau hubungan
kausal dan hubungan timbal balik diantara variabel-variabel penelitian. Pengertian dari
koefisien korelasi menurut Spiegel (2007:349) adalah mengukur seberapa baik kecocokan
(goodness of fit) antara persamaan yang diasumsikan dengan data aktualnya.
Koefisien korelasi sering dilambangkan dengan huruf (r). Koefisien korelasi
dinyatakan dengan bilangan, bergerak antara 0 sampai +1 atau 0 sampai -1. Notasi positif
(+) atau negatif (-) menunjukkan arah hubungan antara kedua variabel. Notasi positif (+)
berarti hubungan antara kedua variabel searah (positive correlation), jika variabel satu
naik maka variabel yang lain juga naik. Notasi negatif (-) berarti kedua variabel
berhubungan terbalik (negative correlation), artinya kenaikan satu variabel akan dibarengi
dengan penurunan variabel lainnya.
Tingkat-tingkat nilai koefisien korelasi dan kekuatan hubungannya diinterpretasikan
seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan

No
1
2
3
4
5

Nilai Korelasi
0.00 0.199
0.20 0.399
0.40 0.599
0.60 0.799
0.80 1

Tingkat Hubungan
Sangat lemah
Lemah
Cukup
Kuat
Sangat kuat

Sumber: Syofian (2014:337)

B. Koefisien Korelasi Parametrik


Koefisien korelasi parametrik memiliki beberapa teknik uji, diantaranya adalah: (1)
korelasi product moment (pearsong); (2) korelasi parsial; dan (3) korelasi ganda.
Korelasi Product Moment (Pearson)
Analisis korelasi Pearson digunakan untuk menguji hubungan antara variabel yang
datanya berbentuk/berskala interval/rasio. Beberapa asumsi yang digunakan apabila
dilakukan analisis korelasi product moment atau korelasi Pearson,antara lain :
1. Sampel diambil secara acak (random).
2. Distribusi nilai dari variabel berdistribusi normal atau mendekati normal.
3. Dua variabel yang akan dicari korelasinya adalah variabel kontinu yang bersifat
rasional atau minimal bersifat interval.
4. Hubungan dari kedua variabel yang akan dikorelasikan adalah linier.
Rumus korelasi product moment (Supardi, 2013:169) adalah sebagai berikut:
1

Keterangan:
n = banyaknya pasang data (unit sampel)
x = variabel bebas
y = variabel terikat
Konversi nilai r menjadi t hitung menggunakan rumus berikut:

Kriteria pengujian dengan tabel r dengan dk = n adalah H0 diterima jika rhitung < rtabel
atau H0 ditolak jika rhitung > rtabel. Kriteria pengujian dengan tabel distribusi t dengan dk = n2 adalah H0 diterima jika thitung < ttabel atau H0 ditolak jika thitung > ttabel.
Contoh Kasus:
Sebuah penelitian dilakukan untuk mengetahui korelasi antara kecerdasan intelektual (X)
dengan hasil belajar siswa (Y) pada 15 sampel yang diambil secara random. Hasil
pengumpulan data dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Kecerdasan Intelektual
(X)
3
6
5
2
4
7
8
7
6
9
5
6
7
6
4

Hasil Belajar
Siswa (Y)
3
4
5
7
6
6
9
10
9
8
9
9
10
9
8

Menetapkan hipotesis:
H0 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan intelektual (X) dengan hasil
belajar siswa (Y).
H1 : Ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan intelektual (X) dengan hasil belajar
siswa (Y).
Mentukan nilai r tabel pada n=15 dengan =0,05 (pada tabel r) yaitu 0,412

Membuat tabel bantu korelasi product moment antara kecerdasan intelektual (X) dengan
hasil belajar siswa (Y).
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Kecerdasan

Hasil Belajar

Intelektual (X)
3
6
5
2
4
7
8
7
6
9
5
6
7
6
4
85

Siswa (Y)
3
4
5
7
6
6
9
10
9
8
9
9
10
9
8
112

XY

X2

Y2

9
24
25
14
24
42
72
70
54
72
45
54
70
54
32
661

9
36
25
4
16
49
64
49
36
81
25
36
49
36
16
531

9
16
25
49
36
36
81
100
81
64
81
81
100
81
64
904

Hipotesis = H0 ditolak
Pengujian dengan tabel distribusi t dengan dk = n-2

Dari tabel distribusi t, untuk = 0,05 dan dk = n-2 = 13, diperoleh t tabel = 1,771. Karena
thitung lebih besar daripada ttabel (1,842 > 1,771), maka h0 ditolak, sehingga dapat
disimpulkan terdapat korelasi positif yang signifikan antara kecerdasan intelektual (X)
dengan hasil belajar siswa (Y).
Korelasi Ganda
Korelasi ganda (multiple correlation) adalah korelasi antara dua atau lebih variabel
bebas (independet) secara bersama-sama dengan satu variabel terikat (dependent). Rumus
korelasi ganda (Supardi, 2013:189) adalah sebagai berikut:

Keterangan:
Ry.12 = koefisien korelasi ganda antara X1 dan X2 bersama-sama dengan Y

r
r

y1

= koefisien korelasi antara X1 dengan Y

y2

= koefisien korelasi antara X2 dengan Y


3

12

= koefisien korelasi antara X1 dengan X2

Contoh Kasus:
Sebuah penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan numerik
(X1) dan kecerdasan emosional (X2) dengan konsistensi diri siswa (Y), pada 30 sampel.
Hitung koefisien korelasi ganda Y atas X1 dan X2.
Hasil pengumpulan data dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

(X1)
62
63
61
64
64
67
69
62
63
65
63
67
66
65
68
62
61
63
62
63
64
65
66
62
65
62
66
65
67
64

(X2)
11
21
31
41
61
71
81
71
31
21
41
51
61
51
61
31
71
61
71
71
51
61
41
51
31
21
91
51
51
61

(Y)
16
21
23
26
24
31
31
36
21
46
41
56
61
21
23
24
28
43
44
50
48
38
36
44
51
49
39
29
28
26

Menetapkan hipotesis:
H0 : Tidak ada hubungan antara kecerdasan numerik (X 1) dan kecerdasan emosional (X2)
dengan konsistensi diri siswa (Y).
H1 : Ada hubungan antara kecerdasan numerik (X1) dan kecerdasan emosional (X2) dengan
konsistensi diri siswa (Y).

Membuat tabel bantu korelasi korelasi ganda antara kecerdasan numerik (X 1) dan
kecerdasan emosional (X2) dengan konsistensi diri siswa (Y).
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

(X1)
62
63
61
64
64
67
69
62
63
65
63
67
66
65
68
62
61
63
62
63
64
65
66
62
65
62
66
65
67
64
1926

(X2)
11
21
31
41
61
71
81
71
31
21
41
51
61
51
61
31
71
61
71
71
51
61
41
51
31
21
91
51
51
61
1520

(Y)
16
21
23
26
24
31
31
36
21
46
41
56
61
21
23
24
28
43
44
50
48
38
36
44
51
49
39
29
28
26
1054

X12
3844
3969
3721
4096
4096
4489
4761
3844
3969
4225
3969
4489
4356
4225
4624
3844
3721
3969
3844
3969
4096
4225
4356
3844
4225
3844
4356
4225
4489
4096
123780

X22
121
441
961
1681
3721
5041
6561
5041
961
441
1681
2601
3721
2601
3721
961
5041
3721
5041
5041
2601
3721
1681
2601
961
441
8281
2601
2601
3721
88310

Y2
256
441
529
676
576
961
961
1296
441
2116
1681
3136
3721
441
529
576
784
1849
1936
2500
2304
1444
1296
1936
2601
2401
1521
841
784
676
41210

X1Y
992
1323
1403
1664
1536
2077
2139
2232
1323
2990
2583
3752
4026
1365
1564
1488
1708
2709
2728
3150
3072
2470
2376
2728
3315
3038
2574
1885
1876
1664
67750

X2Y
176
441
713
1066
1464
2201
2511
2556
651
966
1681
2856
3721
1071
1403
744
1988
2623
3124
3550
2448
2318
1476
2244
1581
1029
3549
1479
1428
1586
54644

Koefisien korelasi Y atas X1:


Hipotesis:
H0 : Tidak ada hubungan antara kecerdasan numerik (X 1) dengan konsistensi diri siswa
(Y).
H1 : Ada hubungan antara kecerdasan numerik (X1) dengan konsistensi diri siswa (Y).

Koefisien Determinasi Y atas X1:


KD = (ry1)2 . 100%
= (0,1125)2 . 100%
= 0,0121 . 100% = 1,21 %
Koefisien korelasi antara kecerdasan numerik (X1) dengan konsistensi diri (Y)
adalah sebesar 0,1125 tergolong sangat lemah. Kontribusi kecerdasan numerik terhadap
konsistensi diri hanya sebesar 1,21%, sedangkan 98,79% keberadaan skor konsistensi diri
ditentukan oleh faktor (variabel) lain.
Menguji keberartian koefisien korelasi

ry1 dimana harga ttabel pada = 0,05 dan dk =

n-2 = 28 untuk uji dua pihak ttabel adalah 2,048 menggunakan uji-t sebagai berikut:

Karena thitung lebih kecil daripada ttabel (0,61 < 2,048), maka h0 diterima, sehingga
dapat disimpulkan tidak terdapat korelasi yang signifikan antara kecerdasan numerik (X 1)
dengan konsistensi diri siswa (Y).
Koefisien korelasi Y atas X2:
Hipotesis:
H0 : Tidak ada hubungan antara kecerdasan emosional (X 2) dengan konsistensi diri siswa
(Y).
H1 : Ada hubungan antara kecerdasan emosional (X2) dengan konsistensi diri siswa (Y).

Koefisien Determinasi Y atas X1:


KD = (ry1)2 . 100%
= (0,18)2 . 100%
= 0,0324 . 100% = 3,24 %
Koefisien korelasi antara kecerdasan emosional (X2) dengan konsistensi diri (Y)
adalah sebesar 0,1807 tergolong sangat lemah. Kontribusi kecerdasan numerik terhadap
konsistensi diri hanya sebesar 3,24%, sedangkan 96,76% keberadaan skor konsistensi diri
ditentukan oleh faktor (variabel) lain.
Menguji keberartian koefisien korelasi

ry2 dimana harga ttabel pada = 0,05 dan dk =

n-2 = 28 untuk uji dua pihak ttabel adalah 2,048 menggunakan uji-t sebagai berikut:

Karena thitung lebih kecil daripada ttabel (0,98 < 2,048), maka h0 diterima, sehingga
dapat disimpulkan tidak terdapat korelasi yang signifikan antara kecerdasan emosional
(X2) dengan konsistensi diri siswa (Y).
Menghitung koefisien korelasi X1 dan X2:

Menghitung dan menguji koefisien korelasi ganda:


Hipotesis:
H0: Tidak ada hubungan antara kecerdasan numerik (X1) dan kecerdasan emosional (X2)
bersama-sama dengan konsistensi diri siswa (Y).
H1: Ada hubungan antara kecerdasan numerik (X 1) dan kecerdasan emosional (X2)
bersama-sama dengan konsistensi diri siswa (Y).

Koefisien determinasi ganda:


R2 = (ry.12)2 . 100%
= (0,20)2 . 100%
= 0,04 . 100% = 4 %
Koefisien korelasi ganda antara kecerdasan numerik (X1) dan kecerdasan emosional
(X2) dengan konsistensi diri (Y) sebesar 0,20 tergolong sangat lemah. Kontribusi variabel
X1 dan X2 secara bersama-sama terhadap Y hanya sebesar 4%, sedangkan 96% ditentukan
oleh faktor lain.
Menguji keberartian koefisien korelasi Ry.12 dimana harga Ftabel pada = 0,05 dan
dkpembilang = 2 dan dkpenyebut = n-k-1 = 27 adalah 3,35, dilakukan dengan menggunakan uji-F
sebagai berikut:

Tingkat keberartian koefisien korelasi ganda diuji dengan uji F, dan diperloh F hitung =
< Ftabel (0,5 < 3,34) pada taraf signifikansi 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa secara
bersama-sama tidak terdapat korelasi (hubungan) yang signifikan antara kecerdasan
numerik (X1) dan kecerdasan emosional (X2) dengan konsistensi diri siswa (Y).
Korelasi Parsial
Korelasi parsial adalah korelasi tentang tingkat keeratan hubungan suatu variabel
bebas (independent) dengan variabel terikat (dependent) dalam suatu sistem korelasi
ganda, setelah mengontrol atau mengendalikan variabel independet lainnya. Rumus
korelasi parsial dua variabel independent dan satu variabel dependent adalah sebagai
berikut:
Rumus untuk nilai koefisien korelasi parsial X 1 dan Y, setelah mengendalikan X2 (Supardi,
2013:201).

Keterangan:

r
r
r
r

y1.2

= koefisien korelasi parsial antara X1 dan Y, setelah mengendalikan X2

y1

= koefisien korelasi antara X1 dengan Y

y2

= koefisien korelasi antara X2 dengan Y

12

= koefisien korelasi antara X1 dengan X2

Contoh Kasus:
Sebuah penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan numerik
(X1) dan kecerdasan emosional (X2) dengan konsistensi diri siswa (Y), pada 30 sampel.
Hitung koefisien korelasi parsial ry1.2 dan koefisien korelasi parsial ry2.1.
Hasil pengumpulan data dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
No
1
2
3
4
5
6
7

(X1)
62
63
61
64
64
67
69

(X2)
11
21
31
41
61
71
81

(Y)
16
21
23
26
24
31
31
8

8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

62
63
65
63
67
66
65
68
62
61
63
62
63
64
65
66
62
65
62
66
65
67
64

71
31
21
41
51
61
51
61
31
71
61
71
71
51
61
41
51
31
21
91
51
51
61

36
21
46
41
56
61
21
23
24
28
43
44
50
48
38
36
44
51
49
39
29
28
26

Menetapkan hipotesis:
H0 : Tidak ada hubungan antara kecerdasan numerik (X 1) dan kecerdasan emosional (X2)
dengan konsistensi diri siswa (Y).
H1 : Ada hubungan antara kecerdasan numerik (X1) dan kecerdasan emosional (X2) dengan
konsistensi diri siswa (Y).
Membuat tabel bantu korelasi korelasi parsial antara kecerdasan numerik (X 1) dan
kecerdasan emosional (X2) dengan konsistensi diri siswa (Y).
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

(X1)
62
63
61
64
64
67
69
62
63
65
63
67
66
65

(X2)
11
21
31
41
61
71
81
71
31
21
41
51
61
51

(Y)
16
21
23
26
24
31
31
36
21
46
41
56
61
21

X12
3844
3969
3721
4096
4096
4489
4761
3844
3969
4225
3969
4489
4356
4225

X22
121
441
961
1681
3721
5041
6561
5041
961
441
1681
2601
3721
2601

Y2
256
441
529
676
576
961
961
1296
441
2116
1681
3136
3721
441

X1Y
992
1323
1403
1664
1536
2077
2139
2232
1323
2990
2583
3752
4026
1365

X2Y
176
441
713
1066
1464
2201
2511
2556
651
966
1681
2856
3721
1071

X1X2
682
1323
1891
2624
3904
4757
5589
4402
1953
1365
2583
3417
4026
3315
9

15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

68
62
61
63
62
63
64
65
66
62
65
62
66
65
67
64
1926

61
31
71
61
71
71
51
61
41
51
31
21
91
51
51
61
1520

23
24
28
43
44
50
48
38
36
44
51
49
39
29
28
26
1054

4624
3844
3721
3969
3844
3969
4096
4225
4356
3844
4225
3844
4356
4225
4489
4096
123780

3721
961
5041
3721
5041
5041
2601
3721
1681
2601
961
441
8281
2601
2601
3721
88310

529
576
784
1849
1936
2500
2304
1444
1296
1936
2601
2401
1521
841
784
676
41210

1564
1488
1708
2709
2728
3150
3072
2470
2376
2728
3315
3038
2574
1885
1876
1664
67750

1403
744
1988
2623
3124
3550
2448
2318
1476
2244
1581
1029
3549
1479
1428
1586
54644

4148
1922
4331
3843
4402
4473
3264
3965
2706
3162
2015
1302
6006
3315
3417
3904
98006

Koefisien korelasi Y atas X1:

Koefisien korelasi Y atas X2:

Menghitung koefisien korelasi X1 dan X2:

Koefisien korelasi parsial antara Y dan X1 dengan X2 dikendalikan:


Hipotesis:

10

H0: Tidak ada hubungan antara kecerdasan numerik (X 1) dengan konsistensi diri siswa (Y)
setelah kecerdasan emosional (X2) dikendalikan.
H1: Ada hubungan antara kecerdasan numerik (X1) dengan konsistensi diri siswa (Y)
setelah kecerdasan emosional (X2) dikendalikan.

Menguji keberartian koefisien korelasi ry1.2 dimana harga ttabel pada = 0,05 dan dk =
n-3 = 27 untuk uji dua pihak ttabel adalah 2,052 menggunakan uji-t sebagai berikut:

Karena thitung lebih kecil daripada ttabel (0,28 < 2,052), maka h0 diterima, sehingga dapat
disimpulkan korelasi antara kecerdasan numerik (X 1) dengan konsistensi diri siswa (Y)
setelah kecerdasan emosional (X2) dikendalikan sebesar 0,054 tergolong sangat lemah.
Dengan tingkat signifikansi korelasi tersebut memberikan kesimpulan bahwa dengan
mengendalikan kecerdasan emosional (X2), tidak ada hubungan yang signifikan antara
kecerdasan numerik (X1) dengan konsistensi diri siswa (Y).
Koefisien korelasi parsial antara Y dan X2 dengan X1 dikendalikan:
Hipotesis:
H0: Tidak ada hubungan antara kecerdasan emosional (X2) dengan konsistensi diri siswa
(Y) setelah kecerdasan numerik (X1) dikendalikan.
H1: Ada hubungan antara kecerdasan emosional (X 2) dengan konsistensi diri siswa (Y)
setelah kecerdasan numerik (X1) dikendalikan.

Menguji keberartian koefisien korelasi ry2.1 dimana harga ttabel pada = 0,05 dan dk =
n-3 = 27 untuk uji dua pihak ttabel adalah 2,052 menggunakan uji-t sebagai berikut:

11

Karena thitung lebih kecil daripada ttabel (0,80 < 2,052), maka h0 diterima, sehingga dapat
disimpulkan korelasi antara kecerdasan emosional (X2) dengan konsistensi diri siswa (Y)
setelah kecerdasan numerik (X1) dikendalikan sebesar 0,15 tergolong sangat lemah.
Dengan tingkat signifikansi korelasi tersebut memberikan kesimpulan bahwa dengan
mengendalikan kecerdasan numerik (X1), tidak ada hubungan yang signifikan antara
kecerdasan emosional (X2) dengan konsistensi diri siswa (Y).
C. Koefisien Korelasi Nonparametrik
Koefisien korelasi nonparametrik memiliki beberapa teknik uji, diantaranya adalah:
(1) korelasi rank/spearmen; (2) korelasi kendal tau; dan (3) korelasi koefisien kontingensi.
Korelasi Rank/Spearmen
Korelasi rank/spearmen atau disebut juga rho ( ) merupakan teknik uji yang
digunakan untuk mengukur keeratan hubungan antara variabel yang datanya
berbentuk/berskala ordinal. Rumus korelasi spearman rank (Supardi, 2013:173) adalah
sebagai berikut:

Keterangan:
d = perbedaan antara kedua ranking.
= koefisien korelasi spearman rank
n = banyaknya data
Pengujian hipotesis biasa dilakukan dengan tabel rho/Spearmen rank (dengan dk =
n) atau tabel distribusi t (dengan dk = n - 2). Kriteria pengujian hipotesis dengan tabel rho
adalah H0 diterima jika rhohitung < rhotabel dan H0 ditolak jika rhohitung > rhotabel. Kriteria
pengujian hipotesis dengan tabel distribusi t adalah H0 diterima jika thitung < ttabel dan H0
ditolak jika thitung > ttabel.
Contoh Kasus:
Sebuah penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan antara penilaian guru TKJ
(X) dan penilaian guru RPL (Y) dalam suatu penilaian afektif siswa, pada 10 sampel yang
diambil secara random. Hasil pengumpulan data dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
No
1
2
3
4
5
6
7

X
8
6
5
7
9
7
6

Y
7
5
8
6
8
7
9

d
1
1
-3
1
1
0
-3

d2
1
1
9
1
1
0
9
12

8
9
10

6
8
9

6
6
7

0
2
2

0
4
4
30

Hipotesis:
H0: Tidak ada kesesuaian antara penilaian guru TKJ (X) dan penilaian guru RPL (Y).
H1: Ada kesesuaian antara penilaian guru TKJ (X) dan penilaian guru RPL (Y).

Karena

lebih dari nol, maka ada hubungan positif antara penilaian guru TKJ (X)

dan penilaian guru RPL (Y). Pengujian keberartian koefisien korelasi tersebut
menggunakan tabel distribusi t, yaitu:

karena thitung = 4,055 dan ttabel pada dk = 10-2=8 dengan = 0,05 untuk uji dua pihak
yaitu 2,306. Dengan demikian, maka thitung > ttabel, sehingga Ho ditolak, artinya ada
keseuaian (korelasi) antara penilaian guru TKJ (X) dan penilaian guru RPL (Y).
Korelasi Kendal Tau
Korelasi Kendall Tau atau disebut juga tau ( ) merupakan teknik uji yang digunakan
untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih yang datanya
berbentuk/berskala ordinal. Rumus korelasi kendall tau (Supardi, 2013:174) adalah
sebagai berikut:

Keterangan:
= koefisien korelasi kendall tau.
x = jumlah ranking atas
y = jumlah ranking bawah
n = banyaknya data

13

Pengujian hipotesis menggunakan uji-z, yaitu dilakukan dengan cara menbandingkan


nilai zhitung dengan ztabel. Kriteria pengujian adalah H0 ditolak jika zhitung > ztabel, H0 diterima
jika zhitung < ztabel. Konversi nilai

menjadi zhitung adalah dengan menggunakan rumus:

Keterangan:
= koefisien korelasi kendall tau.
Z = koefisien zhitung
n = banyaknya data
Contoh Kasus:
Sebuah penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan
emosional (X) dan prestasi belajar siswa (Y) pada 15 sampel yang diambil secara random.
Hasil pengumpulan data dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

X
136
136
132
130
124
120
115
111
110
107
102
100
98
96
90

Y
56
45
76
55
69
65
60
80
43
38
50
55
40
67
67

R1(X)
1.5
1.5
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

R2(Y)
8
12
2
9.5
3
6
7
1
13
15
11
9.5
14
4
5

Rx
7
3
11
4
9
6
5
7
2
0
1
1
0
1
0
57

Ry
7
10
1
6
1
3
3
0
4
5
3
2
2
0
0
47

Hipotesis:
H0: Tidak ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional (X) dan prestasi
belajar siswa (Y).
H1: Ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional (X) dan prestasi belajar
siswa (Y).
mencari nilai :

14

konversi nilai

menjadi zhitung:

Untuk =0,05 maka luas kurva normalnya = 0,5 0,05 = 0,45


Untuk luas kurva normal 0,45 makan nilai ztabel = 1,645.
Karena zhitung < ztabel, maka H0 diterima, sehingga disimpulkan tidak ada hubungan yang
signifikan antara kecerdasan emosional (X) dengan prestasi belajar siswa (Y).
Korelasi Koefisien Kontingensi
Koefisien Kontingensi merupakan teknik uji yang digunakan untuk mencari atau
menghitung keeratan hubungan antara variabel yang datanya berbentuk/berskala nominal.
Rumus untuk menghitung korelasi koefisien kontingensi (Supardi, 2013:185) adalah
sebagai berikut:

Keterangan:
C = koefisien kontingensi
X2 = koefisien Xhitung chi-square
n = banyaknya data
Rumus untuk menghitung koefisien Xhitung (Chi Square) adalah sebagai berikut:

Keterangan:
f0 = banyak data/frekuensi objektif
fe = banyak data/frekuensi ekspektasi/harapan
ni = jumlah frekuensi baris ke i
nj = jumlah frekuensi kolom ke j
n = total frekuensi
Pengujian signifikansi koefisien korelasi kontingensi menggunakan uji X2 dengan dk
= (k-1).(b-1), dimana k = banyaknya kolom dan b = banyaknya baris. Kriteria pengujian
adalah H0 diterima (hubungan signifikan) jika X2hitung > X2tabel, dan H0 ditolak (hubungan
tidak signifikan) jika X2hitung < X2tabel.
DAFTAR RUJUKAN
15

Siregar, Syofian. 2014. Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT.
Bumi Aksara
Spiegel, Murray R dan Larry J. Stephens. 2007. Statistik. Jakarta: Erlangga.
U.S. Supardi. 2013. Aplikasi Statistika dalam Penelitian. Jakarta: PT. Prima Ufuk Semesta

16

Anda mungkin juga menyukai