Mengelola Pembiayaan Dalam Bank Syariah
Mengelola Pembiayaan Dalam Bank Syariah
ANGGARAN PERBANKAN
MENGELOLA PEMBIAYAAN DALAM BANK SYARIAH
ERIK PUJIANTO
SEPTIYANA NURUL FATIMAH
DIAH AGI PRADITA
SITI SRIWAHYUNI
1294908
1296038
1294648
1296158
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah Mengelola
Pembiayaan Dalam Bank Syariah dengan baik dan lancar .
Makalah ini disusun untuk membantu mengembangkan kemampuan
pemahaman pembaca terhadap Mengelola Pembiayaan Dalam Bank Syariah.
Pemahaman tersebut dapat dipahami melalui pendahuluan, pembahasan masalah,
serta penarikkan garis kesimpulan dalam makalah ini .
Makalah Mengelola Pembiayaan Dalam Bank Syariah ini disajikan dalam
konsep dan bahasa yang sederhana sehingga dapat membantu pembaca dalam
memahami makalah ini. Dengan makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami
mengenai Mengelola Pembiayaan Dalam Bank Syariah.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Dosen pembimbing mata
kuliah Anggaran Perbankan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk berkarya menyusun makalah Mengelola Pembiayaan Dalam Bank Syariah.
Tidak lupa penulis sampaikan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah
memberikan bantuan berupa konsep dan pemikiran dalam penyusunan makalah ini .
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, kritik dan
masukan sangat penulis harapkan dari seluruh pihak dalam proses membangun mutu
makalah ini .
Metro, 20 Oktober 2013
Penulis
Kelompok 4
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembiayaan ........................................................................ 3
B. Tujuan Pembiayaan .............................................................................. 3
C. Fungsi Pembiayaan ............................................................................... 4
D. Unsur-Unsur Pembiayaan ................................................................... 4
E. Ketentuan Kebijakan Pada Bank Syariah ............................................ 6
F. Penyusunan Rencana Pembiayaan Syariah ........................................... 7
G. Kelayakan Pemberian Pembiayaan Syariah ......................................... 8
H. Jaminan Kredit ..................................................................................... 8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisam
Tujuan dari makalah ini
1. Menjelaskan
Pengelolaan
Pembiayaan
Dalam
Bank
Syariah
sehingga
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembiayaan
Menurut undang-undang perbankan No.10 tahun 1998, kredit adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu. Sedangkan
pembiayaan adalah penyediaaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut
setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Perbedaan antara kredit yang diberikan oleh bank konvensional dengan
pembiayaan yang diberikan oleh bank berdasarkan prinsip syariah adalah terletak
pada keuntungan yang diharapkan. Pada bank konvensional keuntungan diperoleh
melalui bunga sedangkan pada bank syariah keuntungan diperoleh melalui imbalan
atau bagi hasil.
B. Tujuan Pembiayaan
Adapun tujuan pembiayaan, diantaranya:
1) Mencari Keuntungan
Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian pembiayaan
tersebut. Hal tersebut terutama dalam bentuk bagi hasil yang diterima oleh bank
sebagai balas jasa dan biaya administrasi pembiayaan yang dibebankan kepada
nasabah
C. Fungsi Pembiayaan
Sedangkan fungsi pembiayaan adalah sebagi berikut;
1. Meningkatkan daya guna uang
2. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
3. Meningkatkan daya guna barang
4. Meningkatkan peredaran barang
5. Sebagai alat stabilitas ekonomi
6. Meningkatkan kegairahan berusaha
7. Meningkatkan pemerataan pendapatan
D. Unsur-Unsur Pembiayaan
Unsur-unsur yang terkandung dalam pembiayaan suatu fasilitas kredit adalah
kepercayaan, jangka waktu, kesepakatan, risiko, balas jasa. Selain unsur-unsur
pembiayaan tersebut, adapula prinsip-prinsip dalam pemberian pembiayaan yaitu:
1) Capital (Modal)
Kemampuan pemohon untuk menyediakan modal/ kemampuan keuangan
calon secara umum
2) Capacity (kemampuan)
Kemampuan calon nasabah untuk mengelola usahanya
3) Character (kepribadian)
Suatu keyakinan watak atau sifat dan kepribadian pemohon. Penilaian
terhadap aspek ini dilakukan antara lain dengan cara meneliti riwayat hidup,
reputasi, informasi bank dan hasil pengecekan pasar.
4) Collateral (agunan)
Jaminan yang diberikan nasabah baik secara fisik maupun non-fisik.
Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan, jaminan juga harus
diteliti keabsahannya sehingga jika terjadi suatu masalah maka jaminan yang
dititipkan akan dapat dipergunakan dengan cepat.
5) Condition (kondisi ekonomi)
Dalam menilai kredit kondisi perekonomian secara mikro maupun makro
merupakan faktor penting untuk dianalisis sebelum kredit diberikan, terutama yang
berhubungan langsung dengan bisnisnya pihak debitur.
Dalam makalahnya, Pradjoto menguraikan tentang pembiayaan syariah dengan
menyatakan bahwa;1 Sumber pendapatan suatu perbankan syariah berasal dari
distribusi pembiayaan (debt financing) yang dilakukan oleh perbankan syariah yang
terdiri dari:
UMKM kepada sector perbankan. Melalui pendekatan kebijakan kredit, upaya yang
dilakukan Bank Indonesia antara lain dengan senantiasa mendorong bank umum dan
BPR untuk meningkatkan penyaluran kredit UMKM sesuai dengan rencana bisnis
masing-masing bank dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian.1
H. Jaminan Kredit
Adanya risiko kerugian di mana nasabah tidak sanggup lagi untuk membayar
semua kewajibannya baik untuk sementara waktu atau selamanya harus segera
diantisipasi
oleh
dunia
perbankan,
kalau
tidak
maka
sudah
dapat
Dalam praktiknya yang dapat dijadikan jaminan kredit oleh calon debitur
adalah sebagai berikut :
a. Jaminan dengan barang-barang
1)Tanah
2) Bangunan
3) Kendaraan bermotor
4) Mesin-mesin/peralatan
5) Barang dagangan
6) Tanaman/kebun/sawah
7) Dan barang-barang berharga lainnya.
b. Jaminan surat berharga seperti:
1) Sertifikat Saham
2) Sertifikat Obligasi
3) Sertifikat Tanah
4) Sertifikat Deposito
5) Promes
6) Wesel
7) Dan surat berharga lainnya
c. Jaminan orang atau perusahaan.
Jaminan yang diberikan oleh seorang atau perusahaan kepada bank
terhadap fasilitas kredit yang diberikan. Apabila kredit tersebut macet maka
orang atau perusahaan yang memberikan jaminan itulah yang diminta
pertanggungjawabannya atau menanggung risiko.
d. Jaminan asuransi.
Bank menjaminkan kredit tersebut kepada pihak asuransi, terutama
terhadap phisik obyek kredit, seperti kendaraan, gedung dan lainnya. Apabila
terjadi kehilangan, maka pihak asuransilah yang akan menanggung kerugian
tersebut.
blog.ub.ac.id/pamuladila/
Secara sederhana dapat diaktakan bahwa bank yang sehat adalah bank yang
dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik. Dengan kata lain, bank yang sehat
adalah bank yang menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat , dapat
menjalankan fungsi intermediasi, dapat membantu kelancaranlalu lintas pembayaran
serta dapat digunakan oleh pemerintah dalam melaksanakan berbagai kebijakan,
terutama kebijakan moneter.
Prinsip
rambukesehatan
5C
di
bank
dalam
atau
pelaksanaannya
biasa
dituangkan
disebut prudential
dalam rambu-
standart. Rambu-
rambu kesehatan ini lebih ditujukan agar bank wajib memelihara tingkat kesehatan
bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen,
likuiditas, rentabilitas, solvabilitas dan aspek lain yang berhubungan dengan kegiatan
usaha
Bank adalah sebagai sebuah lembaga penghimpun dana masyarakat guna
menyalurkannya kembali kepada masyarakat yang kekurangan dana, dapat
melakukan kegiatan usahanya dengan aman. Sehingga bank tersebut selalu terjaga
kondisinya dalam keadaan sehat. Dengan demikian rambu-rambu kesehatan bank
harus mendapatkan perhatian yang cermat dari setiap bank, baik bank syariah
maupun bank konvensional.
Diabaikannya rambu-rambu kesehatan bank oleh bank-bank yang berdasarkan
prinsip Islam memberikan dampak kerugian yang jauh lebih besar dibandingkan
apabila hal itu dilakukan oleh bank konvensional. Hal ini terjadi karena alasan
berikut:
Pertama, Resiko yang dihadapi oleh bank Islam dalam hal pembiayaan
diberikan berdasarkan akad mudharabah kepada nasabahnya, jauh lebih besar
dibandingkan resiko yang dihadapi oleh bank konvensional yang memberikan
pembiayaan dengan agunan. Sehingga bank Islam hanya mengandalkan first way
out, yaitu pendapatan (reveneu) bisnis nasabah (debitur) karena dalam pembiayaan
akad mudharabah dalam prinsipnya tidak boleh meminta agunana dari nasabah.
Sedangkan bank konvensional sumber pelunasan pembiayaan berasal dari first way
out yaitu pendapatan bisnis itu sendiri dan juga mengandalkan second way out yaitu
berupa agunan atau jaminan pembiayaan, bila pembiayaan mengalami kegagalan atau
macet.
Kedua, Apabila terjadi kegagalan pada pembiayaan yang diberikan oleh bank
Islam, antara lain dalam bentuk mudharabah dan musyarakah, nasabah tidak
berkewajiban mengembalikan dana bank tersebut apabila terjadi sesuatu dengan
usaha nasabah yang dikarekan faktor yang di luar kemampuannya. Contohnya pada
akad mudharabah, bank Islam yang harus memikul resiko kehilangan dana yang telah
diberikan kepada mudharib(nasabah).
Jenis-jenis rambu-rambu kesehatan bank yang harus diperhatikan oleh bank
khususnya dalam menjalankan usahanya, yaitu adalah salah satu dengan analisis
pembiayaan. Bahwa bank syariah wajib memiliki dan menerapkan pedoman
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia, demikian menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
Tentang Perbankan Pasal 8 Ayat 2.45 Bank harus mengajukan penilaian awal saat
nasabah mengajukan permohonan pembiayaan dengan berpedoman kepada prinsip
5C.3
Berbagi hasil dalam bank syariah menggunakan istilah nisbah bagi hasil, yaitu
proporsi bagi hasil antara nasabah dan bank syariah. Misalnya, jika customer service
bank syariah menawarkan nisbah bagi hasil Tabungan sebesar 65:35. Itu artinya
nasabah bank syariah akan memperoleh bagi hasil sebesar 65% dari return investasi
yang dihasilkan oleh bank syariah melalui pengelolaan dana-dana masyarakat di
3
Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, op. cit, hal. 348
sektor riil. Sementara itu bank syariah akan mendapatkan porsi bagi hasil sebesar
35%. Bagaimana menghitung nisbah bagi hasil tersebut?
Untuk produk
http://www.bi.go.id/web/id/Perbankan/Edukasi+Perbankan/Menghitung_Bagi_Hasil_i
B.htm?display=print
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan lainnya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2010).
Veithzal Rivai, Islamic Financial Management, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2008).
O.P. Simorangkir, Pengantar Lembaga Keungan Bank dan Non Bank, (2004).
Rivai Veithzal, Islamic Financial Management, (Jakarta: Raja Grafindo, 2008).
http://www.bi.go.id/web/id/Perbankan/Edukasi+Perbankan/Menghitung_Bagi_Hasil_
iB.htm?display=print
http://ammarawirausaha.blogspot.com/2010/04/kelayakan-pemberian-kredit.html
http://blog.ub.ac.id/pamuladia
http://syafaatmuhari.wordpress.com/tag/arah-kebijakan-bank-syariah/
Antonio,Muhammad syafii.2001.Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik.jakarta: Gema
insane
Machmud ,Amir.2010.Bank Syariah.jakarta:Erlalnggga.