Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ANGGARAN PERBANKAN
MENGELOLA PEMBIAYAAN DALAM BANK SYARIAH

Dosen Pembimbing : FIRMANSYAH, S.PI, MH

Disusun Oleh Kelompok 4 :


1.
2.
3.
4.

ERIK PUJIANTO
SEPTIYANA NURUL FATIMAH
DIAH AGI PRADITA
SITI SRIWAHYUNI

1294908
1296038
1294648
1296158

Program Study Perbankan Syariah (C)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)


JURAI SIWO METRO
T.A 2013 / 2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah Mengelola
Pembiayaan Dalam Bank Syariah dengan baik dan lancar .
Makalah ini disusun untuk membantu mengembangkan kemampuan
pemahaman pembaca terhadap Mengelola Pembiayaan Dalam Bank Syariah.
Pemahaman tersebut dapat dipahami melalui pendahuluan, pembahasan masalah,
serta penarikkan garis kesimpulan dalam makalah ini .
Makalah Mengelola Pembiayaan Dalam Bank Syariah ini disajikan dalam
konsep dan bahasa yang sederhana sehingga dapat membantu pembaca dalam
memahami makalah ini. Dengan makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami
mengenai Mengelola Pembiayaan Dalam Bank Syariah.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Dosen pembimbing mata
kuliah Anggaran Perbankan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk berkarya menyusun makalah Mengelola Pembiayaan Dalam Bank Syariah.
Tidak lupa penulis sampaikan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah
memberikan bantuan berupa konsep dan pemikiran dalam penyusunan makalah ini .
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, kritik dan
masukan sangat penulis harapkan dari seluruh pihak dalam proses membangun mutu
makalah ini .
Metro, 20 Oktober 2013
Penulis

Kelompok 4

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembiayaan ........................................................................ 3
B. Tujuan Pembiayaan .............................................................................. 3
C. Fungsi Pembiayaan ............................................................................... 4
D. Unsur-Unsur Pembiayaan ................................................................... 4
E. Ketentuan Kebijakan Pada Bank Syariah ............................................ 6
F. Penyusunan Rencana Pembiayaan Syariah ........................................... 7
G. Kelayakan Pemberian Pembiayaan Syariah ......................................... 8
H. Jaminan Kredit ..................................................................................... 8

I. Proses Administrasi Pembiayaan Syariah ............................................. 10


J. Pengamanan Pembiayaan Syariah ......................................................... 11
K. Jenis Rambu-Rambu Kesehatan Bank Islam ....................................... 12
L. Kebijakan Dalam Penentuan Nisbah Bagi Hasil .................................. 13

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ......................................................................................... 16
B. Saran ..................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sejak diundangkannya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang


Perbankan ada bentuk alternatif lain disamping bank konvensional yang sudah
dikenal masyarakat yaitu bank yang berdasarkan pada prinsip bagi hasil. UndangUndang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan sama sekali belum menggunakan
secara tegas istilah bank syariah atau bank Islam. Penyebutannya masih
menggunakan istilah prinsip bagi hasil. Belum ada ketentuan yang lebih rinci
mengenai bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.

Seperti halnya bank konvensional, bank syariah berfungsi juga sebagai


lembaga intermediasi (intermediary institution), yaitu berfungsi menghimpun dana
dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana-dana tersebut kepada masyarakat
yang membutuhkannya dalam bentuk pembiayaan. Pembiayaan atau financing, yaitu
pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung
investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan
kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung
investasi yang telah direncanakan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat


dirumuskan permasalahan yang akan dijadikan obyek penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pengertian pembiayaan, tujuan pembiayaan dan fungsi
pembiayaan?
2. Apa saja unsur-unsur pembiayaan dan ketentuan kebijakan pada bank syariah?
3. Bagaimanakan penyusunan rencana pembiayaan syariah serta kelayakan
pemberian pembiayaan syariah?
4. Apa jaminan kredit dan bagaimana proses administrasi pembiayaan syariah ?
5. Bagaimana pengamanan pembiayaan syariah dan rambu-rambu kesehatan bank
Islam ?
6. Bagaimanakah kebijakan dalam penentuan nisbah bagi hasil ?

C. Tujuan Penulisam
Tujuan dari makalah ini
1. Menjelaskan

Pengelolaan

Pembiayaan

Dalam

Bank

Syariah

sehingga

mendapatkan gamabaran yang jelas mengenai Pembiayaan Dalam Bank Syariah.


2. Memberikan suatu penjelasan dan pemahaman mengenai proses pemberiaan
pembiayaan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembiayaan
Menurut undang-undang perbankan No.10 tahun 1998, kredit adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu. Sedangkan
pembiayaan adalah penyediaaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut
setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Perbedaan antara kredit yang diberikan oleh bank konvensional dengan
pembiayaan yang diberikan oleh bank berdasarkan prinsip syariah adalah terletak
pada keuntungan yang diharapkan. Pada bank konvensional keuntungan diperoleh
melalui bunga sedangkan pada bank syariah keuntungan diperoleh melalui imbalan
atau bagi hasil.

B. Tujuan Pembiayaan
Adapun tujuan pembiayaan, diantaranya:
1) Mencari Keuntungan
Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian pembiayaan
tersebut. Hal tersebut terutama dalam bentuk bagi hasil yang diterima oleh bank
sebagai balas jasa dan biaya administrasi pembiayaan yang dibebankan kepada
nasabah

2) Membantu Usaha Nasabah


Dalam penyaluran dananya secara tidak langsung bank membantu usaha
nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun modal kerja. Dengan
dana tersebut pihak debitur dapat mengembangkan dan memperluas usahanya.
3) Membantu Pemerintah
Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak
perbankan maka semakin baik karena bisa meningkatkan pembangunan diberbagai
sector.

C. Fungsi Pembiayaan
Sedangkan fungsi pembiayaan adalah sebagi berikut;
1. Meningkatkan daya guna uang
2. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
3. Meningkatkan daya guna barang
4. Meningkatkan peredaran barang
5. Sebagai alat stabilitas ekonomi
6. Meningkatkan kegairahan berusaha
7. Meningkatkan pemerataan pendapatan
D. Unsur-Unsur Pembiayaan
Unsur-unsur yang terkandung dalam pembiayaan suatu fasilitas kredit adalah
kepercayaan, jangka waktu, kesepakatan, risiko, balas jasa. Selain unsur-unsur
pembiayaan tersebut, adapula prinsip-prinsip dalam pemberian pembiayaan yaitu:
1) Capital (Modal)
Kemampuan pemohon untuk menyediakan modal/ kemampuan keuangan
calon secara umum

2) Capacity (kemampuan)
Kemampuan calon nasabah untuk mengelola usahanya
3) Character (kepribadian)
Suatu keyakinan watak atau sifat dan kepribadian pemohon. Penilaian
terhadap aspek ini dilakukan antara lain dengan cara meneliti riwayat hidup,
reputasi, informasi bank dan hasil pengecekan pasar.
4) Collateral (agunan)
Jaminan yang diberikan nasabah baik secara fisik maupun non-fisik.
Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan, jaminan juga harus
diteliti keabsahannya sehingga jika terjadi suatu masalah maka jaminan yang
dititipkan akan dapat dipergunakan dengan cepat.
5) Condition (kondisi ekonomi)
Dalam menilai kredit kondisi perekonomian secara mikro maupun makro
merupakan faktor penting untuk dianalisis sebelum kredit diberikan, terutama yang
berhubungan langsung dengan bisnisnya pihak debitur.
Dalam makalahnya, Pradjoto menguraikan tentang pembiayaan syariah dengan
menyatakan bahwa;1 Sumber pendapatan suatu perbankan syariah berasal dari
distribusi pembiayaan (debt financing) yang dilakukan oleh perbankan syariah yang
terdiri dari:

(l) Bagi hasil atas kontrak mudharabah dan kontrak musyarakah;


(2) Keuntungan atas kontrak jual beli (al bai ');
(3) Hasil sewa atas kontrak ijarah dan ijarah wal iqtina,; dan
(4) Fee dan biaya administrasi atas jasa-jasa syariah lain.

Pradjoto and Associates, op cit.

Berdasarkan Pasal 1 angka (12) UU No. 10 Tahun l998 tentang perbankan,


dijelaskan bahwa pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang
atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan
imbalan atau bagi hasil.

E. Ketentuan Kebijakan Pada Bank Syariah


Secara garis besar, kebijakan perbankan terdiri dari:

a. program penyehatan perbankan, meliputi penjaminan pemerintah bagi bank


umum dan BPR, rekapitalisasi bank umum dan restrukturisasi kredit
perbankan;
b. pemantapan ketahanan system perbankan yang meliputi pengembangan
infrastruktur perbankan, peningkatan good corporate governance dan
penyempurnaan pengaturan dan pemantapan system pengawasan bank;
c. upaya pengembangan UMKM dalam rangka pemulihan fungsi intermediasi
perbankan.

Berdasarkan Laporan Perekonomian Bank Indonesia tahun 2003, peran Bank


Indonesia dalam pengembangan UMKM dilakukan dengan tiga pendekatan, yaitu:
(1) kebijakan
(2) kredit perbankan;
(3) pengembangan kelembagaan;
(4) pemberian bantuan teknis.
Keterbatasan UMKM dalam memperoleh pelayanan kepada sektor perbankan
merupakan salah satu kendala belum optimalnya fungsi intermediasi perbankan.
Menyikapai hal tersebut, selama tahun 2003, upaya yang ditempuh Bank Indonesia
dalam pengembangan UMKM lebih ditekankan pada upaya peningkatan akses

UMKM kepada sector perbankan. Melalui pendekatan kebijakan kredit, upaya yang
dilakukan Bank Indonesia antara lain dengan senantiasa mendorong bank umum dan
BPR untuk meningkatkan penyaluran kredit UMKM sesuai dengan rencana bisnis
masing-masing bank dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian.1

F. Penyusunan Rencana Pembiayaan Syariah


Proses pemberian pembiayaan pada bank syariah maka tahapan yang dilakukan
oleh bank syariah tidak jauh berbeda dengan tahapan yang dilakukan oleh bank
konvensional dalam memberikan kreditnya. Proses pemberian pembiayaan diawali
dengan tahapan :
1) Tahap sebelum pemberian pembiayaan diputuskan oleh bank syariah, yaitu tahap
bank syariah mempertimbangkan permohonan pembiayaan calon nasabah
penerima fasilitas . Tahap ini disebut tahap analisis kelayakan penyaluran dana.
2) tahap setelah permohonan pembiayaan diputuskan pemberiannya oleh bank
syariah dan kemudian penuangan keputusan tersebut kedalam perjanjian
pembiayaan (akad pembiayaan) serta dilaksanakannya pengikatan agunan untuk
pembiayaan yang diberikan itu. Tahap ini disebut tahap dokumentasi pembiayaan
3) tahap setelah perjanjian pembiayaan (akad pembiayaan) ditandatangani oleh
keduabelah pihak dan dokumentasi pengikatan agunan telah selesai dibuat serta
selama pembiayaan itu digunakan oleh nasabah penerima fasilitas sampai jangka
waktu pembiayaan berakhir. Tahap ini disebut tahap penggunaan pembiayaan.
4) tahap setelah pembiayaan menjadi bermasalah tetapi usaha nasabah penerima
fasilitas masih memiliki prospek sehingga pembiayaan yang bermasalah itu dapat
diselamatkan untuk menjadi lancar kembali. Tahap ini disebut tahap
penyelamatan pembiayaan
5) tahap setelah pembiayaan menjadi macet. Tahap ini disebut tahap penyelesaian
pembiayaan.

G. Kelayakan Pemberian Pembiayaan Syariah

Pemberian pembiayaan mengandung risiko bagi perusahaan yang berupa


kerugian yang harus diderita apabila debitur tidak membayar kewajibannya oleh
karena itu penjualan kredit, terutama yang berjumlah besar hanya dapat dilakukan
pada pihak yang bonafud. Menurut (Syafii Antonio 2002:235) pemberian
pembiayaan tak terlepas dari prinsip 5C. yakni Character (karakter), Capital (modal),
Collateral (jaminan), capasity (kapasitas usaha), dan condition (kondisi usaha).
1. Character artinya sifat atau karakter nasabah pengambil pembiayaan.
2. Capacity artinya kemampuan nasabah untuk menjalankan usaha dan
mengembalikan pembiayaan yang diambil.
3. Capital artinya besarnya modal yang diperlukan pembiayaan.

4. Collateral artinya jaminan yang telah dimiliki yang diberikan nasabah


Pembiayaan kepada bank.
5. Condition artinya keadaan usaha atau nasabah prospek atau tidak.

H. Jaminan Kredit
Adanya risiko kerugian di mana nasabah tidak sanggup lagi untuk membayar
semua kewajibannya baik untuk sementara waktu atau selamanya harus segera
diantisipasi

oleh

dunia

perbankan,

kalau

tidak

maka

sudah

dapat

dipastikan kredit tersebut macet alias tidak terbayar lagi. Ketidakmampuan


nasabah dalam melunasi kreditnya, dapat ditutupi dengan suatu jaminan kredit.
Fungsi jaminan kredit adalah untuk melindungi bank dari kerugian. Dengan
adanya jaminan kredit di mana nilai jaminan, biasanya melebihi nilai kredit maka
bank akan aman.

Dalam praktiknya yang dapat dijadikan jaminan kredit oleh calon debitur
adalah sebagai berikut :
a. Jaminan dengan barang-barang
1)Tanah
2) Bangunan
3) Kendaraan bermotor
4) Mesin-mesin/peralatan
5) Barang dagangan
6) Tanaman/kebun/sawah
7) Dan barang-barang berharga lainnya.
b. Jaminan surat berharga seperti:
1) Sertifikat Saham
2) Sertifikat Obligasi
3) Sertifikat Tanah
4) Sertifikat Deposito
5) Promes
6) Wesel
7) Dan surat berharga lainnya
c. Jaminan orang atau perusahaan.
Jaminan yang diberikan oleh seorang atau perusahaan kepada bank
terhadap fasilitas kredit yang diberikan. Apabila kredit tersebut macet maka
orang atau perusahaan yang memberikan jaminan itulah yang diminta
pertanggungjawabannya atau menanggung risiko.
d. Jaminan asuransi.
Bank menjaminkan kredit tersebut kepada pihak asuransi, terutama
terhadap phisik obyek kredit, seperti kendaraan, gedung dan lainnya. Apabila
terjadi kehilangan, maka pihak asuransilah yang akan menanggung kerugian
tersebut.

I. Proses Adminstrasi Pembiayaan Syariah


Administrasi merupakan pengelolaan mengenai pencatatan. Penyimpanan
dokumen dan pembuatan laporan yang berhubungan dengan pemberian fasilitas
pembiayaan. Administrasi pembiayaan merupakanrangkaian kegiatan hubungan
beberapa komponen yang saling terkait antara satu dan lainnya, seperti software,
brainware (SDM) dan hardware.
Proses administrasi menghasilkan output berupa system informasi. Dengan
demikian fungsi administrasi pembiayaan adalah :
1. data/informasi dari manajemen
2. alat komunikasi antara bank dengan debitur
3. Sebagai instrument pengawasan pembiayaan
4. Sebagai pertanggungan jawab
5. Sebagai alat bukti apabila terjadi sengketa
6. Sumber dana untuk laporan berkala.

Tahapan Administrasi Pembiayaan


1. Sebelum pembiayaan diberikan
2. Proses analisis pembiayaan
3. Keputusan pembiayaan
4. Pembukaan rekening
5. Pembiayaan berjalan
6. Pelunasan
7. Pembiayaan bermasalah2

blog.ub.ac.id/pamuladila/

J. Pengamanan Pembiayaan Syariah

Monitoring dan pengawasan pembiayaan


Monitoring dapat diartikan sebagai alat yang digunakan untuk melakukan
pengamanan pembiayayan, agar dapat diketahui sedini mungkin devasi yang terjadi
yang akan membawa akibat turunnya mutu pembiayaan. Dengan ini , dimungkinkan
mengambil langkah-langkah agar tidak timbul kerugian.
Pengawasan pembiayaan dapat diartikan dapat diartikan sebagai salah satu
fungsi manajemen yang berupaya untuk menjaga dan mengamankan pembiayaan itu
sebagai kekayaan , dan dapat mengetahuiterms of lending serta asumsi-asumsi
sebagai dasar persetujuan pembiayaan tercapai atau terjadi penyimpangan.
Monitoring merupakan alat kendali apakah dalam pemberian pembiayaan telah
dilaksanakan sesuai dengan perencanaan maupun ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan dibidang pembiayaan baik yang berlaku umum maupun khusus.
Sedangkan fungsi pengawasan yanf dilakukan oleh unit pengawasan adalah sebagai
sarana untuk melakukan re-cheking dandinamisator apakah internal control do bidang
pembiayaan telah berjalan sebagai mana mestinya. System dan ketentuan sebagai
dasar financial operation yang dapat dilaksanakan semaksimum mungkin. Penjagaan
dan pengamanan pembiayaan kekayaan harus dikelola dengan baik, agar tidak timbul
resiko yang diakibatkan oleh penyimpangan-penyimpangan, baik oleh debitur
maupun oleh intern perusahaan. Administrasi dan dokumentasi pembiayaan harus
terlaksana sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan. Meningkatkan
efektivitas dalam setiap tahap pemberian pembiayaan, sehingga perencanaan dapat
dilaksanakan dengan baik.

K. Jenis Rambu-rambu Kesehatan Bank Islam

Secara sederhana dapat diaktakan bahwa bank yang sehat adalah bank yang
dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik. Dengan kata lain, bank yang sehat
adalah bank yang menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat , dapat
menjalankan fungsi intermediasi, dapat membantu kelancaranlalu lintas pembayaran
serta dapat digunakan oleh pemerintah dalam melaksanakan berbagai kebijakan,
terutama kebijakan moneter.
Prinsip
rambukesehatan

5C

di

bank

dalam
atau

pelaksanaannya
biasa

dituangkan

disebut prudential

dalam rambu-

standart. Rambu-

rambu kesehatan ini lebih ditujukan agar bank wajib memelihara tingkat kesehatan
bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen,
likuiditas, rentabilitas, solvabilitas dan aspek lain yang berhubungan dengan kegiatan
usaha
Bank adalah sebagai sebuah lembaga penghimpun dana masyarakat guna
menyalurkannya kembali kepada masyarakat yang kekurangan dana, dapat
melakukan kegiatan usahanya dengan aman. Sehingga bank tersebut selalu terjaga
kondisinya dalam keadaan sehat. Dengan demikian rambu-rambu kesehatan bank
harus mendapatkan perhatian yang cermat dari setiap bank, baik bank syariah
maupun bank konvensional.
Diabaikannya rambu-rambu kesehatan bank oleh bank-bank yang berdasarkan
prinsip Islam memberikan dampak kerugian yang jauh lebih besar dibandingkan
apabila hal itu dilakukan oleh bank konvensional. Hal ini terjadi karena alasan
berikut:
Pertama, Resiko yang dihadapi oleh bank Islam dalam hal pembiayaan
diberikan berdasarkan akad mudharabah kepada nasabahnya, jauh lebih besar
dibandingkan resiko yang dihadapi oleh bank konvensional yang memberikan
pembiayaan dengan agunan. Sehingga bank Islam hanya mengandalkan first way
out, yaitu pendapatan (reveneu) bisnis nasabah (debitur) karena dalam pembiayaan

akad mudharabah dalam prinsipnya tidak boleh meminta agunana dari nasabah.
Sedangkan bank konvensional sumber pelunasan pembiayaan berasal dari first way
out yaitu pendapatan bisnis itu sendiri dan juga mengandalkan second way out yaitu
berupa agunan atau jaminan pembiayaan, bila pembiayaan mengalami kegagalan atau
macet.
Kedua, Apabila terjadi kegagalan pada pembiayaan yang diberikan oleh bank
Islam, antara lain dalam bentuk mudharabah dan musyarakah, nasabah tidak
berkewajiban mengembalikan dana bank tersebut apabila terjadi sesuatu dengan
usaha nasabah yang dikarekan faktor yang di luar kemampuannya. Contohnya pada
akad mudharabah, bank Islam yang harus memikul resiko kehilangan dana yang telah
diberikan kepada mudharib(nasabah).
Jenis-jenis rambu-rambu kesehatan bank yang harus diperhatikan oleh bank
khususnya dalam menjalankan usahanya, yaitu adalah salah satu dengan analisis
pembiayaan. Bahwa bank syariah wajib memiliki dan menerapkan pedoman
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia, demikian menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
Tentang Perbankan Pasal 8 Ayat 2.45 Bank harus mengajukan penilaian awal saat
nasabah mengajukan permohonan pembiayaan dengan berpedoman kepada prinsip
5C.3

L. Kebijakan Dalam Penentuan Nisbah Bagi Hasil

Berbagi hasil dalam bank syariah menggunakan istilah nisbah bagi hasil, yaitu
proporsi bagi hasil antara nasabah dan bank syariah. Misalnya, jika customer service
bank syariah menawarkan nisbah bagi hasil Tabungan sebesar 65:35. Itu artinya
nasabah bank syariah akan memperoleh bagi hasil sebesar 65% dari return investasi
yang dihasilkan oleh bank syariah melalui pengelolaan dana-dana masyarakat di
3

Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, op. cit, hal. 348

sektor riil. Sementara itu bank syariah akan mendapatkan porsi bagi hasil sebesar
35%. Bagaimana menghitung nisbah bagi hasil tersebut?

Untuk produk

pendanaan/simpanan bank syariah, misalnya Tabungan dan Deposito, penentuan


nisbah bagi hasil dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: jenis produk simpanan,
perkiraan pendapatan investasi dan biaya operasional bank. Hanya produk simpanan
dengan skema investasi (mudharabah) yang mendapatkan return bagi hasil.
Sementara itu untuk produk simpanan dengan skema titipan (wadiah), return yang
diberikan berupa bonus.
Pertama-tama dihitung besarnya tingkat pendapatan investasi yang dapat
dibagikan kepada nasabah. Ekspektasi pendapatan investasi ini dihitung oleh bank
syariah dengan melihat performa kegiatan ekonomi di sektor-sektor yang menjadi
tujuan investasi, misalnya di sektor properti, perdagangan, pertanian, telekomunikasi
atau sektor transportasi. Setiap sektor ekonomi memiliki karakteristik dan performa
yang berbeda-beda, sehingga akan memberikan return investasi yang berbeda-beda
juga. Sebagaimana layaknya seorang investment manager, bank syariah akan
menggunakan berbagai indikator ekonomi dan keuangan yang dapat mencerminkan
kinerja dari sektoral tersebut untuk menghitung ekspektasi /proyeksi return investasi.
Termasuk juga indikator historis (track record) dari aktivitas investasi bank syariah
yang telah dilakukan, yang tercermin dari nilai rata-rata dari seluruh jenis
pembiayaan yang selama ini telah diberikan ke sektor riil. Dari hasil perhitungan
tersebut, maka dapat diperoleh besarnya pendapatan investasi dalam bentuk
equivalent rate- yang akan dibagikan kepada nasabah misalnya sebesar 11%.
Selanjutnya dihitung besarnya pendapatan investasi yang merupakan bagian
untuk bank syariah sendiri, guna menutup biaya-biaya operasional sekaligus
memberikan pendapatan yang wajar. Besarnya biaya operasional tergantung dari
tingkat efisiensi bank masing-masing. Sementara itu, besarnya pendapatan yang wajar
antara lain mengacu kepada indikator-indikator keuangan bank syariah yang
bersangkutan seperti ROA (Return On Assets) dan indikator lain yang relevan. Dari

perhitungan, diperoleh bahwa bank syariah memerlukan pendapatan investasi -yang


juga dihitung dalam equivalent rate- misalnya sebesar 6 %.
Dari kedua angka tersebut, maka kemudian nisbah bagi hasil dapat dihitung.
Porsi bagi hasil untuk nasabah Dari kedua angka tersebut, maka kemudian nisbah
bagi hasil dapat dihitung. Porsi bagi hasil untuk nasabah adalah sebesar: [11% dibagi
(11%+6%)] = 0.65 atau sebesar 65%. Dan bagi hasil untuk bank syariah sebesar: [6%
dibagi (11%+6%)] = 0.35 atau sebesar 35%. Maka nisbah bagi hasilnya kemudian
dapat dituliskan sebagai 65:35.
Tentu saja dalam prakteknya nasabah tidak perlu terlalu pusing dengan
perhitungan bagi hasil semacam ini. Masyarakat hanya tinggal menanyakan berapa
rate indikatif dari Tabungan atau Deposito yang diminatinya. Rate indikatif ini
adalah nilai equivalent rate dari pendapatan investasi yang akan dibagikan kepada
nasabah, yang dinyatakan dalam persentase misalnya 11% atau 8% atau 12%. Jadi
masyarakat dengan cepat dan mudah dapat menghitung berapa besar keuntungan
yang akan diperolehnya dalam menabung sekaligus berinvestasi di bank syariah.4

http://www.bi.go.id/web/id/Perbankan/Edukasi+Perbankan/Menghitung_Bagi_Hasil_i

B.htm?display=print

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Pembiayaan merupakan sebagian besar asset dari bank syariah sehingga


pembiayaan tersebut harus dijaga kualitasnya dengan mendasarkan pada prinsip
kehati-hatian. Prinsip kehati-hatian adalah pedoman pengelolaan Bank yang wajib
dianut guna mewujudkan perbankan yang sehat, kuat dan efisien sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Penerapan prinsip kehati-hatian oleh Bank
syariah salah satunya diwujudkan dalam melakukan analisa pembiayaan yaitu
menganalisa keyakinan atas kemauan dan kemampuan calon nasabah Penerima
Fasilitas untuk melunasi seluruh kewajiban pada waktunya, sebelum Bank Syariah
menyalurkan dana kepada nasabah Penerima Fasilitas. Keyakinan tersebut diperoleh
dari penilaian dengan seksama terhadap waktak, kemampuan, modal, agunan, dan
prospek usaha dari calon nasabah penerima fasilitas (character, capacity, capital,
collateral, condition). Bank syariah dalam memberikan pembiayaan berharap bahwa
pembiayaan tersebut berjalan dengan lancar, nasabah mematuhi apa yang telah
disepakati dalam perjanjian dan membayar lunas bilamana jatuh tempo. Akan tetapi
bisa terjadi dalam jangka waktu pembiayaan timbul pembiayaan bermasalah. Upaya
yang dilakukan oleh Bank Syariah untuk menangani pembiayaan bermasalah dengan
melakukan penyelamatan pembiayaan bermasalah dengan upaya restrukturisasi
apabila nasabah masih mempunyai itikad baik dalam arti masih mau diajak kerjasama
dalam upaya penyelamatan pembiayaan bermasalah, akan tetapi jika nasabah sudah
tidak beritikad baik dalam arti tidak dapat diajak kerjasama dalam upaya
penyelamatan pembiayaan bermasalah maka bank syariah akan melakukan upaya
penyelesaian pembiayaan bermasalah.

B. Saran

Mengingat bahwa pembiayaan syariah adalah suatu konsep pembiayaan yang


lebih memberikan rasa keadilan dan menghindari hal-hal yang dikategorikan haram
menurut syariah Islam, maka diharapkan lembaga perbankan syariah dan lembaga
keuangan syariah dapat menjadi jawaban dan suatu model bagi sistem ekonomi yang
maslahah dan tetap konsisten dengan taat ketentuan-ketentuan syariah dan
perundang-undangan yang berlaku sehingga pembiayaannya dapat berjalan dengan
aman dan bermanfaat bagi seluruh bangsa Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan lainnya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2010).
Veithzal Rivai, Islamic Financial Management, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2008).
O.P. Simorangkir, Pengantar Lembaga Keungan Bank dan Non Bank, (2004).
Rivai Veithzal, Islamic Financial Management, (Jakarta: Raja Grafindo, 2008).
http://www.bi.go.id/web/id/Perbankan/Edukasi+Perbankan/Menghitung_Bagi_Hasil_
iB.htm?display=print
http://ammarawirausaha.blogspot.com/2010/04/kelayakan-pemberian-kredit.html
http://blog.ub.ac.id/pamuladia
http://syafaatmuhari.wordpress.com/tag/arah-kebijakan-bank-syariah/
Antonio,Muhammad syafii.2001.Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik.jakarta: Gema
insane
Machmud ,Amir.2010.Bank Syariah.jakarta:Erlalnggga.

Anda mungkin juga menyukai