112210101031
112210101033
Ekananda Putri.
112210101035
Prisma Wahyuning I.
112210101037
Prenagia Aldina
112210101041
Mely Novyyandani
112210101049
BAGIAN FARMASETIKA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2014
TUJUAN
Mahasiswa dapat memahami dan mampu melakukan sterilisasi sediaan dengan menggunakan
metode pemanasan kering
TEORI DASAR
A. Sediaan Steril
Sediaan steril adalah bentuk sediaan obat dalam bentuk terbagi bagi yang bebas dari
mikroorganisme hidup. Pada prinsipnya, yang termasuk sediaan ini antara lain sediaan parental
preparat untuk mata dan preparat irigasi (misalnya infus). Sediaan parental merupakan jenis
sediaan yang unik di antara bentuk sediaan obat terbagi bagi, karena sediaan ini disuntikan
melalui kulit atau membran mukosa ke bagian tubuh yang paling efesien, yaitu membran kulit
dan mukosa, maka sediaan ini harus bebas dari kontaminasi mikroba dan dari bahan bahan
toksis lainnya, serta harus memiliki tingkat kemurnian yang tinggi. Semua bahan dan proses
yang terlibat dalam pembuatan produk ini harus dipilih dan dirancang untuk menghilangkan
semua jenis kontaminasi, apakah kontaminasi fisik, kimia atau mikrobiologis (Priyambodo, B.,
2007).
Produk steril yang banyak diproduksi di industri farmasi adalah dalam bentuk larutan
terbagi (ampul) dan bentuk serbuk padat siap untuk digunakan dengan diencerkan terlebih
dahulu dengan larutan pembawa (vial). Sediaan parental, bisa diberikan dengan berbagai rute :
intra vena (i.v), sub cutan (s.c), intradermal, intramuskular (i.m), intra articular, dan intrathecal.
Bentuk sediaan sangat mempengaruhi cara (rute) pemberian. Sediaan bentuk suspensi, misalnya
tidak akan pernah diberikan secara intravena yang langsung masuk ke dalam pembuluh darah
karena adanya bahaya hambatan kapiler dari partikel yang tidak larut, meskipun suspensi yang
dibuat telah diberikan dengan ukuran partikel dari fase dispersi yang dikontrol dengan hati hati.
Demikian pula obat yang diberikan secara intraspinal (jaringan syaraf di otak), hanya bisa
diberikan dengan larutan dengan kemurnian paling tinggi, oleh karena sensivitas jaringan syaraf
terhadap iritasi dan kontaminasi (Priyambodo, B., 2007).
Wadah berhubungan erat dengan produk. Tidak ada wadah yang tersedia sekarang ini
yang benar benar tidak reaktif, terutama dengan larutan air. Sifat fisika dan kimia
mempengaruhi kestabilan produk tersebut, tetapi sifat fisika diberikan pertimbangan utama
dalam pemilihan wadah pelindung (Lachman, 1994).
Wadah terbuat dari berbagai macam bahan, wadah plastik, wadah gelas, dan wadah dari
karet. Wadah plastik, bahan utama dari plastik yang digunakan untuk wadah adalah polimer
termoplastik, unit struktural organik dasar untuk masing masing type yang biasa terdapat dalam
bidang medis. Sesuai dengan namanya, polimer termoplastik meleleh pada temperatur yang
meningkat. Wadah plastik digunakan terutama karena bobotnya ringan, tidak dapat pecah, serta
bila mengandung bahan penambah dalam jumlah kecil, mempunyai toksisitas dan reaktivitas
dengan produk yang rendah. Suatu golongan plastik baru, poliolefin, patut disebut secara khusus,
yang saat ini mendapat perhatian dalam bidang parenteral adalah polipropilen dan kopolimer
polietilen polietilen (Lachman, 1994).
Wadah Gelas masih tetap merupakan bahan pilihan untuk wadah produk yang dapat
disuntikkan. Gelas pada dasarnya tersusun dari silkon dioksida tetrahedron, dimodifikasi secara
fisika dan kimia dengan oksida oksida seperti oksida natrium, kalium, kalsium, magnesium,
alumunium, boron, dan besi. Gelas yang paling tahan secara kimia hampir seluruhnya tersusun
dari silikon dioksida, tetapi gelas tersebut relatif rapuh dan hanya dapat dilelehkan dan dicetak
pada temperatur tinggi (Lachman, 1994).
B. Sterilisasi
Metode-metode sterilisasi berdasarkan Ansel (1989), yakni:
1. Sterilisasi uap (lembab panas), yakni sterilisasi yang dilakukan dalam autoklaf dan
menggunakan uap air dengan tekanan.
2. Sterilisasi panas kering, yakni sterilisasi yang biasa dilakukan dengan oven pensteril yang
dirancang khusus untuk tujuan sterilisasi. Oven dapat dipanaskan dengan gas atau listrik
dan umumnya temperatur diatur secara otomatis.
3. Sterilisasi dengan penyaringan, yakni sterilisasi yang tergantung pada penghilangan
mikroba secara fisik dengan adsorpsi pada media penyaring atau dengan mekanispe
penyaringan, digunakan untuk sterilisasi larutan yang tidak tahan panas. Sediaan obat
yang disterilkan dengan cara ini, diharuskan menjalani pengesahan yang ketat dan
memonitoring karena efek produk hasil penyaringan dapat sangat dipengaruhi oleh
banyaknya mikroba dalam larutan yang difiltrasi.
4. Sterilisasi gas, sterilisasi gas dilakukan pada senyawa-senyawa yang tidak tahan terhadap
panas dan uap dimana dapat disterilkan dengan cara memaparkan gas etilen oksida atau
protilen oksida. Gas-gas ini sangat mudah terbakar bila tercampur dengan udara, tetapi
dapat digunakan dengan aman bila diencerkan dengan gas iner seperti karbondioksida,
atau hidrokarbon terfluorinasi yang tepat sesuai.
5. Sterilisasi dengan radiasi pengionan, yakni teknik-teknik yang disediakan untuk sterilisasi
beberapa jenis sediaan-sediaan farmasi dengan sinar gama dan sinar-sinar katoda, tetapi
penggunaan teknik-teknik ini terbatas karena memerlukan peralatan yang sangat khusus
dan pengaruh-pengaruh radiasi pada produk-produk dan wadah-wadah.
C. Talk
Talk mengandung sedikit alumunium silikat yang merupakan bahan alam yang terkadang
mengandung beberapa mikroba seperti Chlostridium welchii, Chlostridium tetani, dan Bacillus
antrachis. Menurut Martindale, talk steril memilki beberapa fungsi anatara lain sclerosant
setelah terjadi drainase ganas pada efusi pleura dan pneumotoraks spontan berulang. Mekanisme
aksi terapetik talk yang dimasukkan ke dalam rongga pleura diduga dapat mengurangi reaksi
inflamasi dengan meningkatkan kerja pleura, mengurangi celah yang ada dalam pleura dan
menghindari reakumulasi cairan pleura. Selain itu, talk untuk efusi pleura bekerja dengan
mengeluarkan udara, darah atau cairan lain dalam paru-paru, mengembangkan paru-paru dan
mencegah cairan atau udara kembali ke dalam paru-paru. Talk memiliki ukuran partikel yang
kecil sehingga mudah terpenetrasi ke dalam rongga pleura dan menghasilkan onset yang cepat
(Amin, et al, 2007).
D. Efusi Pleura
Efusi pleura merupakan keadaan di mana cairan menumpuk di dalam rongga pleura.
Dalam keadaan normal, rongga pleura diisi cairan sebanyak 10-20 ml yang berfungsi
mempermudah pergerakan paru di rongga dada selama bernapas. Jumlah cairan melebihi volum
normal dapat disebabkan oleh kecepatan produksi cairan di lapisan pleura parietal yang melebihi
kecepatan penyerapan cairan oleh pembuluh limfe dan pembuluh darah mikropleura viseral.
Keadaan ini dapat mengancam jiwa karena cairan yang menumpuk tersebut dapat menghambat
pengembangan paru-paru sehingga pertukaran udara terganggu. Banyak penyakit yang mungkin
mendasari terjadinya efusi pleura.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 119 pasien dengan efusi pleura di
RumahSakit Persahabatan pada tahun 2010-2011, efusi pleura kebanyakan disebabkan oleh
keganasan (42.8%) dan tuberkulosis (42%). Penyakit lain yang mungkin mendasari terjadinya
efusi pleura antara lain pneumonia, empiema toraks, gagal jantung kongestif, sirosis hepatis
(Khairani dkk., 2012).
Umumnya pasien datang dengan gejala sesak napas, nyeri dada, batuk, dan demam. Pada
pemeriksaan fisik dapat ditemukan abnormalitas seperti bunyi redup pada perkusi, penurunan
fremitus pada palpasi, dan penurunan bunyi napas pada auskultasi paru bila cairan efusi sudah
melebihi 300 ml. Foto toraks dapat digunakan untuk mengkonfirmasi terjadinya efusi pleura
(Khairani dkk., 2012).
E. Pleurodesis
Pleurodesis adalah penyatuan pleura viseralis dengan parietalis baik secara kimiawi,
mineral ataupun mekanik, secara permanen untuk mencegah akumulasi cairan maupun udara
dalam rongga pleura. Pleurodesis merupakan terapi simptomatis jangka panjang serta diharapkan
dapat meningkatkan kualitas hidup dan aktivitas kehidupan sehari-hari, sehingga pleurodesis
dapat dilakukan untuk terapi paliatif pada penderita efusi pleura ganas. (Amin et al, 2007)
Secara umum tujuan dilakukannya pleurodesis adalah untuk mencegah berulangnya efusi
berulang (terutama bila terjadi dengan cepat), menghindari torakosintesis berikutnya dan
menghindari diperlukannya insersi chest tube berulang, serta menghindari morbiditas yang
berkaitan dengan efusi pleura atau pneumothoraks berulang. Efusi pleura ganas merupakan
indikasi paling utama pada pleurodesis. Hal ini disebabkan karena kurang efektifnya terapi tumor
lanjut sedangkan terapi paliatif perlu dilakukan untuk mengurangi gejala pada pasien. Tidak ada
kontraindikasi absolut untuk pleurodesis. Meskipun demikian, perlu dipertimbangkan
kemungkinan tingkat keberhasilan prosedur pada pasien serta risiko dilakukannya prosedur agar
pasien mendapat manfaat optimal dari tindakan yang dilakukan. Penggunaan teknik yang tepat,
agen sklerosis dan kriteria pemilihan pasien merupakan hal yang menentukan keberhasilan
tindakan. (Amin et al, 2007).
Beberapa agen yang sering digunakan diantaranya adalah talk (baik dalam bentuk poudrage atau
slurry), corynebacterium parvum, tetracyclin (atau derivatnya terutama doxyciclin), bleomycin,
quinacrin, silver nitrate, povidon iodin. (Amin Z et al, 2007)
Bahan atau obat yang digunakan untuk pleurodesis menurut antara lain :
1. Nitrogen mustard
Nitrogen mustard adalah obat antineoplastik yang paling sering digunakan dan cukup
efektif sampai 87% (Dekade 1960-1970). Semula diduga bahwa efikasi obat antineoplastik
disebabkan oleh efek antitumornya, ternyata terbukti bahwa pleurodesis terjadi walau
tumornya tidak terkontrol sehingga pleurodesis yang terjadi dihubungkan dengan efek fibrosis
obat antitumor tersebut.
2. Mitoxantron
Merupakan obat antineoplastik yang digunakan sebagai bahan pleurodesis, namun tidak
lagi direkomendasikan karena dosis yang dipakai harus cukup tinggi untuk dapat
menimbulkan perlekatan pleura parietal dan visceral.
3. Tetrasiklin
Pada decade 1980 tetrasiklin adalah obat yang paling sering digunakan terutama karena
penelitian pada kelinci terbukti merupakan bahan yang paling efektif
4. Talk
Talk dapat diberikan baik dalam bentuk aerosol (Insuflasi) atau suspensi (slurry)
5. Darah pasien sendiri
Memberikan darah pasien sendirir (autoglous blood) dengan dosis 1ml/kg BB, talk slurry
70 mg/ml/kg BB dan doksisiklin 10 mg/ml/kg BB melalui kateter thoraks.
6. Fibrin glue
Fibrin glue disiapkan dalm dua spuit, yaitu satu spuit berisi 2500 unit trombinbovine
topical dalam 5 ml kalsium klorida 10% dan satu spuit lagi berisi 5 ml cryoprecipitate.
7. OK-432
Pada penelitian menggunakan OK-432 (preparat streptococcus pyogenes) dan
doksorubisin pada 20 pasien dengan efusi pleura ganas yang telah terbukti secara sitologis.
Kateter toraks 20F diinsersikan kedalam rongga pleura dengan anastesi local, kateter
dihubungkan dengan sistim salir gembok air (WSD). Setelah 4 jam klem dibuka dan WSD
dihubungkan dengan continous suction sampai jumlah cairan pleura < 100-150 ml/hari.
8. Bleomicin
Bleomicin 60 mg dalam 100 CC Nacl 0,9%.
9. Talk slurry
Menggunakan Talk slurry 4 gram, paket talk steril disiapkan dengan 30 ml Nacl 0,9%
dan 10 ml lignokain. Talk dicampur dan diaduk dengan perlahan dalam kondisi steril
kemudian dimasukan kedalam spuit 50 ml. prosedur secara bedside, campuran tersebut
dimasukan kedalam kateter torak kedalam rongga pleura, kemudian kateter dibilas dengan
Nacl 0,9% secukupnya dan WSD diklem. Pasien diperintahkan untuk tidur dalam posisi
lateral dekubitus kanan dan kiri setiap 15 menit dalam 2 jam, lalu kateter toraks dibuka
klemnya dan dihubungkan dengan continous suction dengan tekanan-20 cm H20 selama 24
jam (Swidarmoko, 2010)
I. PRA FORMULASI
1. Tinjauan farmakologi
a. Efek utama
: - mencegah iritasi
-digunakan sebagai pengobatan efusi pleura maligna dan nonmaligna ( Zulkifli dan Ina. 2007)
b. Efek samping
c. Kontra indikasi
b. Kelarutan
: praktis tidak larut dalam air dan etanol 96%, larut dalam larutan
asam dan alkalihidroksida. (FI IV, 1995)
c. Stabilitas
e. Inkompatibilitas
II. FORMULASI
a. Permasalahan dan penyelesaian :
o Permasalahan : Metode sterilisasi berdasarkan pustaka adalah sterilisasi gas. Gas
yang digunakan merupakan gas etilen oksida . gas ini mudah menguap dan
terbakar. Selain itu residu etilen oksida merupakan bahan yang toksik yang harus
dihilangkan dari bahan-bahan yang disterilkan setelah proses sterilisasi. Juga
perlu dilakukan perlindungan terhadap personel dari efek berbahaya gas ini.
o Penyelesaian : dengan menggunakan pemanasan kering yang sesuai untuk sediaan
talk steril yaitu menggunakan oven dengan suhu 160C tidak kurang dari 1 jam
(HPE. 2006)
b. Formulasi yang akan dibuat :
R/
Talk
10 g
III. PELAKSANAAN
1. Penyiapan Alat
a. Alat alat yang digunakan
No
Nama Alat
Jumlah
Ukuran
Sterilisasi
Waktu
Kaca arloji
7 cm
Oven - 180C
30
Kaca arloji
3 cm
Oven - 180C
30
Pengaduk
Oven - 180C
30
Pinset
Oven - 180C
30
Sendok porselen
Oven - 180C
30
Botol Serbuk
Oven - 180C
30
Tutup botol/Tutup
Oven - 180C
30
q.s
Otoklaf 115C
30
Alumunium
8
Alumunium foil
Mendidihkan dengan aq. dest. 15 menit, kemudian bilas dengan aq. dest.
3kali
Pencucian karet
Merendam dalam HCl 2% selama 2 hari
Merendam dalam tepol 1% dan Na2CO3 0,5% (aa) dan didihkan slm 1 hari
c. Sterilisasi alat
Waktu pengeringan
-
: 15 menit
Oven
1. Waktu Pemanasan
2. Waktu Kesetimbangan
: 0 menit
3. Waktuu Pembinasaan
: 0 menit
5. Waktu Pendinginan
: 68 menit
Otoklaf
1. Waktu Pemanasan
3. Waktu Menaik
4. Waktu Kesetimbangan
: 0 menit
5. Waktu Pembinasaan
: 0 menit
7. Waktu Penurunan
8. Waktu Pendinginan
: 73 menit
2. Cara Kerja
Membuka pembungkus alat bagian luar yang telah steril di ruang kelas 3
2. Waktu Kesetimbangan
3. Waktuu Pembinasaan
5. Waktu Pendinginan
: 107 menit
3. Brosur
Farmakologi
Digunakan sebagai sclerosant pada drainase efusi pleura karena akumulasi sejumlah cairan
dalam rongga pleura melebihi jumlah normal dan pneumotorak yang spontan dan berulang.
Talk steril diberikan ke rongga pleura dalam bentuk aerosol atau serbuk. Hal ini dapat
menghilangkan ruang pada pleura akibat akumulasi cairan dan mencegah akumulasi
kembali dari cairan pleural.
Indikasi
Diindikasikan untuk mencegah terulangnya efusi pleura ganas
Efek Samping
Efek yangg mungkin timbul : Nyeri , Takikardia, takipnea, pmeumonitis, atau gagal nafas,
edema paru reekspamsi. Umumnyan keadaan ini bersifat rebersible, Demam biasanya
berkaitan dg pleuritia, hilang<48 jam 4. Ekspansi paru inkompkit dan partially trapped lung ,
Reaksi terhadap obat dan Syok neurogenik
Kemasan
Botol berisi 10 gram
No. Reg : DTL 2088764564A1
Batch : C 131007
MD : 09 2014
ED : 09 2017
SIMPAN
DITEMPAT
SEJUK,
KERING,
DAN
TERLINDUNG
Diproduksi Oleh:
CAHAYA
4. Etiket
INDIKASI, KONTRAINDIKASI,
KONTRAINDIKASI, EFEK
SAMPING, PERHATIAN, DOSIS
LIHAT BROSUR
5. Kemasan
KOMPOSISI
Talk Steril........................10 gram
INDIKASI
mencegah terjadinya efusi pleura
ganas
CARA PEMAKAIAN
5 gram serbuk disuntikkan secara
intrapleura dengan chest tube
kecepatan 0,4 g per detik diikuti
dengan penarikan nafas. Atau sesuai
petunjuk tenaga Ahli/Medis.
Diproduksi Oleh:
PT. Stero Pharma
Jember - Indonesia
: 22 Sept 2014
: 22 Sept 2017
Netto : 10 gram
Mfg.date
Exp.date
Netto : 10 gram
IV.
PEMBAHASAN
Pada praktikum ini kami melakukan formulasikan dua kemasan talk steril dengan berat
masing-masing 10 gram. Menurut Martindale, talk steril memilki beberapa fungsi anatara lain
sclerosant setelah terjadi drainase ganas pada efusi pleura dan pneumotoraks spontan berulang.
Mekanisme aksi terapetik talk yang dimasukkan ke dalam rongga pleura diduga dapat
mengurangi reaksi inflamasi dengan meningkatkan kerja pleura, mengurangi celah yang ada
dalam pleura dan menghindari reakumulasi cairan pleura (Anonym, 2006). Selain itu, talk untuk
efusi pleura bekerja dengan mengeluarkan udara, darah atau cairan lain dalam paru-paru,
mengembangkan paru-paru dan mencegah cairan atau udara kembali ke dalam paru-paru. Talk
memiliki ukuran partikel yang kecil sehingga mudah terpenetrasi ke dalam rongga pleura dan
menghasilkan onset yang cepat (Amin, et al, 2007).
Dalam pembuatan talk steril perlu dilakukan sterilisasi karena talk mengandung sedikit
alumunium silikat yang merupakan bahan alam yang terkadang mengandung beberapa mikroba
seperti Chlostridium welchii, Chlostridium tetani, dan Bacillus antrachis. Ketiga jenis bakteri
tersebut merupaka bakteri patogen yang merugikan jika tidak dihilangkan. Sehingga dibutuhkan
proses sterilisasi untuk menghilangkan ketiga bakteri tersebut.
Sterilisasi talk dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu sterilisasi gas, radiasi, dan
panas kering (HPE). Metode sterilisasi gas yaitu menggunakan gasa etilen oksdia. Prinsip dari
metode ini adalah terjadinya alkilasi gugus hidrogen pada sel mikroorganisme diganti dengan
gugus alkil sehingga mengganggu metabolisme bakteri dan selanjutnya dapat menyebabkan
kematian (lisis) pada bakteri, namun metode ini tidak dapat dilakukan karena gas etilen oksida
bersifat toksik, mudah terbakar apabila kontak dengan oksegen, dan dapat menimbulkan efek
sakit pada mata, saraf dan darah. Hal tersebut dapat membahayakan praktikan (Hadioetomo,
1985).
Metode sterilisasi selanjutnya adalah menggunakan radiasi. Mekanisme metode ini adalah
terjadinya ionisasi molekul seluler yang vital pada bakteri (asam nukleat), enzim dan protein.
Serta reaksi radikal bebas pada cairan sel (-OH-) sehingga dapat memutus ikatan phospodiester
pada DNA bakteri.Metode ini tidak dapat dilakukan saat praktikum karena butuh biaya tinggi
dan harus ada perlindungan pada operator agar tidak terkena radiasi sinar (Hadioetomo, 1985).
Metode yang dipilih pada praktikum pembuatan talk steril adalah metode sterilisasi
menggunakan panas kering karena talk stabil terhadap pemanasan. Sterilisasi dengan oven tidak
akan membuat talk rusak. Selain itu sterilisasi ini tidak mengandung uap air yang dapat menetes
pada talk yang dapat menyebabkan talk menjadi basah. Prinsipnyabadalah protein mikroba
pertama-tama akan mengalami dehidrasi sampai kering (Durgin dan Zachary, 2004). Selanjutnya
teroksidasi oleh oksigen dari udara sehingga menyebabkan mikroba mati. Kelebihan lainnya
adalah peralatannya yang murah. Sedangkan kekurangannya adalah memerlukan panas yang
tinggi dan waktu yang lebih lama (Hadioetomo, 1985).
Proses pembuatan sediaan talk steril ini diawali dengan menyemprot meja kerja dengan
alkohol dan mengusapnya searah. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari kontaminasi.
Selanjutnya menyiapkan peralatan yang dibutuhkan. Alat yang sebelumnya telah disterilisasikan
pembungkus pertamanya dibuka dan di semprot dengan alkohol. Setelah itu pembungkus kedua
dibuka. Proses selanjutnya yaitu menimbang talk sebanyak 10 gram mengguanakan kaca arloji.
Spatula dilakukan untuk mengambil talk sedangan pinset dignakan untuk menjepit kaca arloji
agar dapt ditempelkan pada mulut botol. Semua alat yang bersentuhan dengan sediaan tidak
boleh tersentuh alngsung dengan tangan. Pada saat praktikum, praktikan juga diwajibkan
menggunakan sarung tangan dan masker untuk mencegah kontaminasi yang disebabkan oleh
manusia. Talk yang sudah ditimbang dimasukkan dalam wadah. Wadah yang digunakan adalah
botol dengan tutup logam untuk menghindari lelehnya wadah mengingat proses sterilisasi yang
digunakan adalah panas kering (oven) yang dapat menyebabkan plastik meleleh.
Menurut cara pembuatannya talk steril ini merupakan produk yang disterilkan dalam
wadah akhir. Hal tersebut dikarenakan proses sterilisasi dilakukan setelah talk dimasukan ke
dalam wadah primernya. Sterilisasi dilakukan pada suhu 180C dan total waktu 107 menit. Pada
proses sterilisasi ini juga ada waktu kesetimbangan. Waktu kesetimbangan merupakan waktu
yang dibutuhkan untuk menyamakan suhu pada sediaan dan suhu di luar sediaan. Dalam
praktikum waktu kesetimbangan adalah 20 menit. Selain waktu kesetimbangan juga terdapat
waktu jaminan sterilitas. Waktu jaminan sterilisasi merupakan waktu tambahan yang diperlukan
untuk menjamin bahwa sediaan telah benar-benar steril. Lamanya waktu jaminan steilitas adalah
setengah dari waktu kesetimbangan, dalam praktikum adalah 10 menit.
Pengguanaan talk steril pada pengobatan efusi pleuro (pleurodesis) adalah dengan
melarutkan 3-10 gram bubuk talk steril dalam 100 mL NaCl 9%. Bubuk kemudian dimasukkan
ke dalam kolf NaCl 0,9% dikocok lalu dituang ke dalam mangkung steril. Kemudian cairan
diaspirasi dengan syringe. Syringe lalu dipasang pada chest tubeyang sebelumnya telah dipasang
pada pasien, kedua klem dibuka, larutan diinjeksikan melalui chest tube. Kemudian dibilas
dengan NaCl 0,9% (Amin, et al, 2007).
V.
KESIMPULAN
1. Talk powder memiliki indikasi pleurodesis pada efusi pleura
2. Talk memerlukan sterilisasi karena berasal dari bahan alam mudah ditumbuhi
mikroba
3. Proses sterilisasi yang digunakan adalah sterilisasi panas kering dengan oven karena
talk stabil terhadap pemanasan dan agar tidak terkena uap air yang dapat
menyebabkan talk menjadi basah dan menggumpal.
4. Talk powder tidak dilakukan sterilisasi dengan gas etilen oksida karena berbahaya
dan mudah terbakar.
5. Talk powder tidak dilakukan sterilisasi dengan radiasi karena berbahaya dan
memerlukan peralatan khusus
DAFTAR PUSTAKA