Anda di halaman 1dari 5

Resensi: Bagaimana Memulai dan Mengembangkan Sekolah Kristen

Resensi Buku
Judul

Pengarang
Penerjemah
Penerbit

:
:
:

Cetakan
:
Tebal/Ukuran :
Oleh
:

Bagaimana Memulai dan


Mengembangkan Sekolah Kristen
James W Braley, LL.D
Agustien, S.S.
Association of Christian Schools
International
1, 2004
140 halaman / 21 x 27 cm
Imma Helianti Kusuma*)

Pedoman Praktis Membangun Sekolah Kristen


anajemen Berbasis Sekolah memberikan peluang yang besar bagi
seseorang atau sekelompok orang untuk ikut berpartisipasi dalam
peningkatan mutu pendidikan. Kesempatan ini tentunya perlu
dimanfaatkan sebaik-baiknya. Bentuk partisipasi itu dapat dilakukan
dengan mendirikan sekolah baru atau mengembangkan sekolah yang sudah ada.
Tetapi bagi orang awam yang belum mengenal dunia persekolahan akan bertanya,
Bagaimana memulai mendirikan sekolah baru? atau Bagaimana mengembangkan
sekolah yang sudah ada? Apalagi masih diberi embel-embel Kristen.
Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas dapat Anda temukan dalam
buku yang berjudul Bagaimana Memulai dan Mengembangkan Sekolah Kristen
karangan James W. Braley. Sejauh penulis ketahui memang belum banyak referensi
atau buku-buku yang secara khusus memberi informasi praktis cara memulai dan
mengembangkan sekolah Kristen. Ada satu buku yang telah beredar di masyarakat
sejak tahun 1993 yang berjudul Pedoman Penyelenggaraan Sekolah Kristen.
Buku yang ditulis oleh Nathanael Daldjoeni dkk, terbitan Pusat Pengembangan
Pendidikan Kristen MPPK Salatiga dapat juga menjadi acuan. Di dalamnya mengupas
tentang hakikat dan implikasi sekolah Kristen, kelembagaan dan pengelolaan
sekolah Kristen, sekolah Kristen dan administrasi pendidikannya, tenaga pendidikan
sekolah Kristen dan persyaratannya, guru dan tugasnya sebagai pembimbing,
alat pendidikan dan pengajarannya. Tetapi penyajiannya cenderung teoritis, kurang
mendarat pada sasaran. Berbeda dengan buku karangan James W Braley yang
dapat menjadi panduan praktis dalam mengambil keputusan untuk mendirikan,
merencanakan dan mengembangkan sekolah Kristen.
Dalam mengelola sekolah Kristen ada beberapa prinsip yang membedakan
dengan sekolah lain. Prinsip-prinsip kekristenan mewarnai setiap kegiatan yang
ada. Prinsip tersebut menekankan: (1) Kristus merupakan tokoh pusat,
menerapkan pengajaran Alkitabiah seperti lebih diberkati untuk memberi daripada
menerima. Oleh karena itu kegiatan yang ada menekankan kepada melayani. (2)
Allah memberikan tanggung jawab kepada orang tua untuk mendidik anaknya.
Karena itu kegiatan yang ada harus didesain sedemikian rupa agar orang tua

*) Kepala Pengkajian dan Pengembangan Pendidikan (3) BPK PENABUR Jakarta


Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV/ Juli 2005

131

Resensi: Bagaimana Memulai dan Mengembangkan Sekolah Kristen

terlibat dalam proses pendidikan itu. (3) Sekolah membantu menemukan dan
mengembangkan bakat, mengenali dan menghargai kelebihan setiap individu.
Memberikan penghargaan ketika siswa menggunakan dan mengembangkan bakat
mereka. Menurut hemat penulis prinsip ini sebenarnya dapat merupakan tantangan
bagi pengelola dan pengembang sekolah Kristen untuk memikirkan bagaimana
mengaplikasikannya dalam setiap perancangan program sekolah.
Sekolah Kristen ada sebagai panggilan untuk melayani Allah dan sesama.
Sekolah Kristen memiliki misi pendidikan bagi generasi muda dengan mendasarkan
pada prespektif Kristen yang berasal dari nilai-nilai Alkitabiah yang diakui oleh
gereja dan keluarga Kristen. Sekolah mengajarkan seluruh segi kehidupan dan
kebenaran yang berpusat pada Tuhan Yesus yang ada di dalam Alkitab. Dengan
mendirikan sekolah Kristen berarti Allah memberikan sebuah tantangan dan
kesempatan untuk memberitakan Kristus kepada orang tua dan anak-anak. Dalam
hal ini berarti sekolah Kristen menjadi kitab terbuka yang dapat dibaca oleh setiap
orang yang memandangnya, sekolah Kristen menjadi panutan dalam
lingkungannya.
Ditegaskan dalam buku ini bahwa langkah awal yang harus ditempuh untuk
mendirikan sekolah Kristen adalah (1) Ide tentang sekolah Kristen harus
dimatangkan di dalam doa. Doalah yang harus menuntun keseluruhan kegiatan
karena doa membawa berkat Allah. (2) Membentuk sebuah panitia studi untuk
melakukan penelitian tentang kemungkinan memulai sebuah sekolah. Siapa saja
yang menjadi anggota panitia ini? Perencanaan apa saja yang harus dibuat? Kemana
saja hubungan harus dijalin? Bahkan sampai pada survei biaya untuk memperkirakan
pendapatan. (3) Presentasikan ide sekolah Kristen kepada majelis atau dewan
gereja, anggota gereja atau pendukung pendanaan sekolah untuk mendapat
persetujuan. (4) Rekruitmen pimpinan sekolah dan guru (5) Analisis untuk fasilitas
sekolah. (6) Mulai promosikan sekolah. (7) Kebijakan finansial (hal. 1-5).
Sebelum memulai sebuah proyek, akan lebih bijaksana bila didahului dengan
penelitian. Buku ini juga membahas tentang data-data yang diperlukan untuk
kemungkinan memulai sebuah sekolah Kristen pada suatu daerah sebagai bahan
penelitian, bahkan dilengkapi dengan formulir survei. Setelah mengadakan
penelitian maka dilanjutkan dengan perencanaan ekstensif. Dalam materi ini
disediakan checklist perencanaan tentang informasi utama, sasaran dan daftar
periksa untuk mengembangkan sekolah Kristen. Bagian ini akan lebih terarah
apabila dilengkapi dengan bagaimana memproses dan menganalisis data survei
sehingga dapat dimanfaatkan untuk penentuan sebuah keputusan yang tepat.
Filosofi merupakan dasar atau pondasi utama dari semua yang dilakukan sekolah
yang di dalamnya menyangkut seluruh proses belajar dan aktifitas lain. Oleh karena
itu filosofi penting untuk dikembangkan dan dinyatakan secara sederhana. Selain
filosofi, dalam mengembangkan perencanaan sekolah perlu dipikirkan juga tentang:
(1) pernyataan iman yang merupakan kepercayaan sekolah dengan fokus
pertanyaan untuk apa diajarkan, apa yang melatarbelakangi rohaninya. (2)
menentukan tujuan dan lingkup sekolah, mengatur struktur sekolah. (3) sekolah
harus mempunyai misi yang jelas; dan (4) mengetahui kriteria dalam proses
akreditasi karena sangat membantu dalam mengembangkan suatu sekolah. Dalam

132

Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV/ Juli 2005

Resensi: Bagaimana Memulai dan Mengembangkan Sekolah Kristen

buku ini diuraikan untuk setiap bagian tersebut serta dilengkapi dengan contoh
(hal. 8-14)
Ada beberapa hal yang perlu digumuli untuk membantu panitia
pengembangan sekolah Kristen yang merupakan ciri khusus kekristenan itu
sendiri, misalnya bagaimana guru Kristen menerapkan konsep kristiani? Bagaimana
kita memuliakan Tuhan dan mengajar murid dengan konsep yang tepat mengenai
diri sendiri? Bagaimana kita menerapkan kebenaran Alkitabiah mengenai kejatuhan
manusia? Bagaimana metode mengajar yang baik memberi konsep yang benar
tentang Allah? Siapakah yang bertanggung jawab atas pendidikan anak? Bagaimana
kita mengetahui apakah sekolah berhasil melayani masyarakat atau gagal?
Pertanyaan di atas dijabarkan dengan jelas sampai pada bagaimana membuat dan
mendapatkan dokumen, mengetahui tujuan dari setiap acuan dan proses
memanfaatkan untuk lebih memudahkan dalam penerapan di lapangan, semuanya
dipandu dengan berbagai pertanyaan (hal. 15-18).
Adalah penting untuk menyusun struktur organisasi sekolah dengan baik.
Oleh karena itu struktur organisasi perlu dipersiapkan dengan disertai job description
dan tanggung jawab serta bagian apa saja yang perlu ada untuk mengembangkan
sekolah. Struktur organisasi terbagi atas 2 bagian yaitu pengambil kebijakan dan
panitia kerja. Pengambil kebijakan adalah dewan pengurus, sedangkan panitia
kerja adalah bagian operasional sekolah. Buku ini menampilkan checklist tentang
apa yang harus dilakukan dalam pembuatan struktur organisasi, contoh bagan
organisasi sekolah Kristen berdasarkan lembaga yang mendanai (mensponsori),
dan bagaimana pengorganisasiannya. Dijelaskan juga tentang tugas, tanggung
jawab, fungsi, wewenang, kode etik, dan hubungan satu bagian dengan yang
lainnya misalnya kepala sekolah dan dewan pengurus. Tidak terkecuali tugas dan
tanggung jawab pengurus diuraikan secara jelas, juga disediakan checklist tentang
apa saja yang harus dilakukan oleh dewan pengurus untuk hal yang bersifat
umum, hal berkenaan dengan legal, guru dan staf, keuangan, penerimaan murid,
struktur organisasi dewan pengurus. Selain itu juga diuraikan tentang penetapan
pedoman kebijakan yang merupakan sebuah dasar untuk efisiensi dan konsistensi.
Sebagai bagian dari kebijakan sekolah, prinsip-prinsip disiplin perlu dirumuskan
dengan jelas dan dipahami. Karena bercirikan Kristen maka dalam buku ini dikupas
tentang bagaimana menetapkan disiplin positif yang sesuai dengan kitab suci
dan tetap mengajarkan nilai-nilai Alkitab (hal. 30-43). Jika dalam pembahasan
awal bercirikan kekristenan yang membedakan pengembangan sekolah yang
lain maka dalam kupasan ini akan lebih jelas bedanya apabila disajikan juga tentang
tugas-tugas setiap jabatan yang mencerminkan ciri kekristenan tersebut sehingga
prinsip yang selayaknya dipegang akan teraplikasi dalam setiap tugas yang
dibebankan. Uraian tugas dan wewenang untuk pengurus perlu disosialisaikan
kepada setiap pengurus agar tidak terjadi kerancuan dalam pelaksanaan.
Seleksi terhadap staf pengajar dan karyawan lainnya merupakan salah satu
tugas yang sangat penting dari dewan pengurus dan Kepala Sekolah. Pada hal.
45-71 diuraikan bagaimana merekrut dan mempekerjakan seorang Kepala Sekolah.
Selain dilengkapi dengan hal-hal yang harus dicapai oleh seorang Kepala Sekolah,
juga beberapa contoh formulir misalnya aplikasi awal mengajar guru, kuesioner
Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV/ Juli 2005

133

Resensi: Bagaimana Memulai dan Mengembangkan Sekolah Kristen

tindak lanjut pribadi guru, rekomendasi profesional, tambahan dalam kontrak,


surat penunjukkan, kontrak/uraian jabatan dan uraian tugas guru, penyusunan
pedoman staf. Dalam pengembangan guru agar mampu bertahan pada zamannya
maka pelatihan-pelatihan yang disesuaikan dengan tuntutan dan kondisi perlu
dirancang agar seorang guru Kristen secara berkelanjutan terus mencari
kesempatan untuk bertumbuh dan belajar. Evaluasi guru merupakan suatu
feedback yang dapat dipergunakan untuk pengembangan diri maupun
pengembangan sekolah juga diuraikan dengan jelas dan dilengkapi contoh formulir
evaluasi guru.
Dalam buku kepemimpinan kepala sekolah karangan Wahjosumidjo diuraikan
bahwa kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberikan
tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar
mengajar. Tugas memimpin mengandung arti kemampuan menggerakkan segala
sumber yang ada pada suatu sekolah sehingga didayagunakan secara maksimal
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam praktik organisasi kata
memimpin, mengandung konotasi menggerakkan, mengarahkan, membimbing,
melindungi, membina, memberi teladan, memberi dorongan, memberi bantuan
dan sebagainya. Hal ini memberikan indikasi betapa luasnya tugas dan peranan
kepala sekolah sebagai seorang pemimpin suatu organisasi. Oleh karena itu
sebaiknya dalam buku James W. Braley seyogianya diuraikan secara jelas untuk
setiap perannya, misalnya kepala sekolah sebagai pejabat formal, sebagai manajer,
sebagai pemimpin, sebagai pendidik, sebagai staf dsbnya.
Fasilitas sebagai sarana pendukung kelancaran program sekolah, perlu didesain.
Fasilitas pokok apa saja yang sebaiknya ada untuk suatu sekolah, bagaimana
pengaturan yang baik agar berfungsi sesuai yang diharapkan di kupas pada hal.
72- 81. Fasilitas banyak sekali macamnya. Setiap jenjang pendidikan akan berbeda
satu dengan lainnya sesuai dengan program yang sedang dikembangkan oleh
sekolah tersebut. Fasilitas akan berfungsi mendukung atau mensuport program
ketika diefektifkannya fasilitas tersebut dalam pelaksanaan sebuah program.
Seorang perancang atau pengembang pendidikan perlu mengetahui fungsi setiap
fasilitas sehingga mampu mendayagunakannya, selain itu perlu mengetahui tentang
letak, ukuran, disain interior, pengelolaan, perawatan dari setiap jenis fasilitas.
Kurikulum sebagai bagian pokok dari penyelenggaraan suatu sekolah, menjadi
sorotan dalam buku ini. Kurikulum tidak akan terlepas dari buku teks, buku latihan
dan materi lainnya perlu diseleksi dengan cermat oleh guru sehingga dapat diadaptasi
dan ditambah bila diperlukan guna memasukkan pandangan Alkitab. Guru harus
menyeleksi materi tersebut sampai pada penggunaannya. Di dalam buku ini juga
diinformasikan penerbit-penerbit yang memproduksi materi-materi untuk sekolah
Kristen. Dibahas juga bagaimana merancang kurikulum untuk sekolah Kristen,
dilengkapi dengan checklist langkah merancang kurikulum sekolah dan contoh
menyusun kurikulum (hal. 82-92). Dalam bagian ini akan lebih berbeda bila
mengupas contoh-contoh kurikulum yang bermuatan atau bercirikan kekristenan
sehingga terlihat jelas bedanya dengan sekolah lain.
Sekolah membutuhkan banyak formulir dan materi cetak lainnya. Formulir
yang harus tersedia di suatu sekolah tersebut antara lain formulir pendaftaran,

134

Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV/ Juli 2005

Resensi: Bagaimana Memulai dan Mengembangkan Sekolah Kristen

slip pembayaran, tes masuk, formulir aplikasi guru dan referensi, formulir evaluasi
diri guru, formulir evaluasi dari kepala sekolah untuk guru, kertas surat, brosur
sekolah dsb. Bagaimana seharusnya bentuk dan isi formulir tersebut & bagaimana
pembuatannya di jelaskan pada hal. 95- 97. Contoh formulir aplikasi siswa,
pernyataan kerjasama antara ayah dan ibu tidak lupa di munculkan.
Komunikasi yang baik antara pihak sekolah dengan orang tua akan mendukung
terlaksananya proses belajar mengajar yang baik. Hal. 98-99 menggambarkan
bagaimana menciptakan komunikasi yang baik dan apa saja yang seharusnya
sekolah siapkan agar orang tua mengetahui dan mampu mendukung
penyelenggaraaan kegiatan sekolah. Sebagai sekolah Kristen tentunya mempunyai
warna kristiani dalam menjalin komunikasi dengan orang tua. Oleh karena itu
perlu di desain kegiatan-kegiatan seperti apa yang dapat digarap oleh sekolah
dalam menjalin hubungan dengan orangtua, sehingga mampu memberikan suatu
pelayanan yang berbeda tehadap orang tua di bandingkan dengan sekolah lain.
Dalam operasional sekolah, keuangan merupakan unsur yang penting.
Bagaimana merencanakan hal-hal yang dibutuhkan, mengajukan anggaran, dan
fungsi pengawasan yang cermat merupakan unsur penting dalam keuangan.
Perlu dipahami juga bahwa setiap sekolah memiliki kebutuhan yang berbeda,
sekolah dikelola dengan tujuan yang berbeda, dan proses penyusunan anggaran
akan mencerminkan tujuan tsb. Apa saja yang perlu dipertimbangkan dalam
menyusun anggaran sekolah dapat dipelajari di hal 100-108. Bagian lain yang
merupakan pendukung dari penyelenggaraan sekolah seperti transportasi,
kesehatan, mengiklankan sekolah dibahas di hal. 109-116.
Keunggulan dari buku ini terletak pada pencantuman pertimbanganpertimbangan Alkitabiah untuk memulai dan mengembangkan sekolah Kristen
dengan pembahasan serta dilengkapi format-format yang dapat langsung
digunakan, contoh-contoh praktis yang dapat diterapkan, kolom checklist tentang
pokok utama yang harus dilakukan pada setiap bagian. Selain itu juga dilengkapi
dengan menempatkan Kristus pada porsi yang sebenarnya pada sistem
persekolahan.
Karena buku ini adalah hasil terjemahan, maka sidang pembaca memerlukan
waktu yang banyak untuk membaca agar benar-benar paham. Inilah kelemahan
mencolok dari buku ini. Selain itu pembahasannya kurang sistematis misalnya
bagian filosofi dan perencanaan yang harus dilakukan,. Pada bab-bab tertentu
misalnya masalah fasilitas tidak di bahas secara tuntas dan tidak terarah. Namun
penulis berpendapat sebagai sebuah buku yang menginformasikan berbagai
langkah yang harus diambil untuk memulai dan mengembangkan sekolah Kristen,
buku karangan James W Braley layak dibaca. Secara khusus penulis menyarankan
kepada para pengelola pendidikan Kristen, Dewan Pengurus yayasan Kristen,
pengembang pendidikan Kristen, Kepala Sekolah, Guru untuk mencerna isi buku
terbitan Association of Christian Schools International.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV/ Juli 2005

135

Anda mungkin juga menyukai