Pencandraan
Pencandraan
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
berlawanan. Tiap langkah dalam kunci tersebut dinamakan kuplet yang terdiri atas
dua bait pernyataan atau lebih. Kedua bait tersebut berisi dua cirri yang saling
berlawanan sehingga disebut kunci dikotomis. Jika salah satu ciri ada yang cocok
dengan ciri makhluk hidup yang diidentifikasi, ciri atau alternatif lainnya gugur
(Steenis, 2013).
Pengklasifikasian makhluk hidup didasarkan pada banyaknya persamaan
dan perbedaan, baik morfologi, fisiologi, maupun anatominya. Makin banyak
persamaan
(Ardiawan, 2010).
Untuk
mengklasifikasikan,
perlu
dilakukan
dterminasi
ataupun
atau kelompok yang ditekankan adalah tingkat atau kedudukan golongan dalam
suatu hierarki tertentu (Ardiawan, 2010).
Untuk mendeterminasi tumbuhan pertama sekali yang perlu dilakukan
adalah mempelajari sifat morfologi tumbuhan tersebut. Ciri-ciri morfologis yang
dilakukan yang digunakan dalam klasifikasi ialah bagian vegetative atau bagian
yang ada kaitannya dengan reproduksi. Contoh bagian vegetatif antara lain yaitu
ada tidaknya jaringan pembuluh, macam serta reproduktif lebih luas penggunanya
dibandingkan dengan struktur vegetatif. Banyak studi tentang morfologi
tumbuhan memperlihatkan bahwa struktur yang berhubungan dengan alat
reproduktif ternyata hanya sedikit yang mengalami perubahan selama evolusi
dibandingkan dengan struktur vegetatif (Tjitrosoepomo, 1964).
Setelah dilakukan pengamatan terhadap ciri-ciri morfologi, langkah
selanjutnya adalah membandingkan atau mempersamakan cirri-ciri tumbuhan tadi
dengan tumbuhan lainnya yang sudah dikenal dengan menggunakan salah satu
cara yang sudah dikenal identitasnya, dengan menggunakan salah satu cara
berikut
diantaranya
yaitu
ingatan,
bantuan
ahli,
specimen,
pustaka
(Ardiwan, 2010).
Biasanya proses determinasi akan lebih mudah jika menggunakan kunci
determinasi. Kunci determinasi dibuat secara bertahap, sampai bangsa saja, suku,
marga atau jenis dan seterusnya. Ciri-ciri tumbuhan disusun sedimikaian rupa
sehingga selangkah demi selangkah si pemakai kunci dipaksa memilih satu
diantara dua atau beberapa sifat yang bertentangan, begitu seterusnya hingga
akhirnya diperoleh suatu jawaban berupa identitas tumbuhan yang diinginkan
(Ardiwan, 2010).
sangketan, cocok bero, tlale gajah, tulale gajah (jawa), mostor in talun (sulawesi)
(Mardiana, 2005).
Sifat kimiawi dan efek farmakologis daun atau seluruh bagian tanaman
dalam keadaan segar atau setelah dikeringkan yaitu memiliki efek pewarna, antirematik dan obat sariawan. Daun heliotropium indicum L. juga memiliki aktifitas
relaksan yang berguna untuk mengurangi ketegangan otak dan saraf. Kandungan
kimia seluruh bagian tanaman ini mengandung alkaloida, kardenolin dan
flavonoid (Mardiana, 2005).
Heliotropium indicum L. sangat bermanfaat karena dapat digunakan
sebagai obat, selain itu dapat juga meningkatkan nilai ekonomi atau nilai jual.
Bagian yang digunakan yaitu daun. Khasiat daun pada tanaman ini adalah untuk
menyembuhkan penyakit, diantaranya (Nono, 2011) :
1.
Obat rematik : daun dan batang tanaman buntut tikus segar 20 gram dicuci.
Direbus dengan 400 ml air sampai mendidih selama 15 menit, disaring,
setelah dingin diminum sekaligus, dilakukan sehari 2-3 kali sehari.
2.
Obat sariawan : daun buntut tikus segar 30 gram dicuci. Direbus dengan 400
ml air sampai mendidih selama 15 menit, disaring, setelah dingin diminum 2
kali sehari pagi dan sore.
3.
Infeksi paru-paru, abses paru dan empyema : 60 gram daun buntut tikus
segar direbus kemudian dicampur dengan madu lalu diminum.
4.
5.
tunggal, tersebar, berbentuk oval, tepi bergerigi atau beringgit, permukaan daun
bagian atas dan bawah berambut halus, bunga kecil bergerombol diujung batang,
berbentuk bulir dan berwarna lembayung, berakar serabut dan berwarna putih
kotor (Nono, 2011).
Tumbuh liar di pinggir-pinggir jalan, sawah kering, kebun, semak belukar,
tanah kosong yang tidak terawat dan di tempat panas. Tumbuh baik pada tanah
yang bertekstur liat, dari dataran rendah sampai menengah dari ketinggian 200 m800 m di atas permukaan laut. Berbunga pada bulan april-juni. Waktu panen yang
tepat yaitu bulan april-mei (Nono,2011).
Sifat kimiawi dan efek farmakologis daun atau seluruh bagian tanaman dalam
keadaan segar atau setelah dikeringkan Heliotropium indicum L. yaitu memiliki
efek anti sariawandan anti parasit. Daun Heliotropium indicum L. juga memiliki
aktivitas relaksan yang berguna untuk mengurangi ketegangan otak dan saraf
(Mardiana dkk,2005).
Kandungan kimia Seluruh bagian tanaman Heliotropium indicum L.
mengandung alkaloida, kardenolin dan flavonoid. Tanaman ini sangat bermanfaat,
karena dapat digunakan sebagai obat, selain itu dapat juga meningkatkan nilai
ekonomi atau nilai jual. Bagian yang digunakan yaitu daun, khasiat daun ini
adalah untuk adalah untuk menyembuhkan penyakit (Bambang, 2002) :
1. Luka terpotong/kena gigitan
Daunnya memiliki kepentingan untuk obat, terutama untuk penggunaan
luar. Mengobati luka terpotong atau terkena gigitan. Getah daunnya dipakai untuk
menghentikan luka yang berdarah.
2. Kelamin
Akar digunakan untuk obat penyakit kelamin.
10
3. Sakit Kepala
Daun yang telah dihancurkan diusapkan pada kening untuk menyembuhkan
sakit kepala.
4.
parah
5.
perut.
Tumbuhan buntut tikus atau Heliotropium indicum L. bisa dijumpai di
daerah beriklim kering, khususnya di pinggir-pinggir jalan, sawah kering, kebun,
semak belukar, tanah kosong yang tidak terawat. Tumbuhan ini merupakan
tumbuhan yang dapat diperbanyak menggunakan biji (spermatophyta), dimana
bijinya tertutup (angiospermae) dan berkeping dua (dicotiyledoneae). Buntut tikus
Heliotropium indicum L. termasuk ke dalam bangsa Solanales, suku Boraginaceae
dan marga Heliotropium (Nono, 2011).
Berdasarkan ciri morfologinya, tumbuhan ini berupa tumbuhan herba
annual yang tingginya 20 80 cm. akarnya serabut, berwarna putih kotor.
Batangnya bulat, berambut kasar menyerupai duri dan berwarna hijau. daunnya
tunggal, tersebar, tanpa daun penumpu, tangkai bulat berlekuk, berambut kasar,
panjang 5 -15 cm, berwarna hijau, helaian daun berbentuk oval, panjang 10 18
cm, lebar 6 15 cm, tepi bergerigi atau beringgit, permukaan daun bagian atas
dan bawah berambut halus, ujung runcing, pangkal tumpul, pertulangan daun
tegas, permukaan kasar, berbulu dan berwarna hijau. berbunga Majemuk, bentuk
bulir, bersifat simos ganda, tergulung di ujung batang atau cabang, berkelamin
11
dua, kelopak berbagi, benang sari lima, tangkai sari tidak sama panjang, mahkota
tersusun dari lima daun mahkota yang berlekatan, dalam kuncup yang terpilin,
tajuk mahkota tidak simetris, duduk di atas pangkal buah dan berwarna putih.
Buah kendaga, bentuk bulat, bergerigi, keras dan berwarna hijau. Bijinya kecil,
berbentuk bulat dan berwarna hitam (Nono, 2011).
Tanaman Liar yang satu ini dikenal dengan nama tusuk konde karena
bunganya yang mirip dengan konde, juga dikenal dengan buntut tikus, nama
ilmiahnya Heliotropium indicum. Biasanya tumbuh secara liar di pekarangan
rumah, di ladang atau di pinggiran sawah (Bambang, 2002).
Tanaman liar ini banyak mengandung khasiat obat dan secara tradisional
telah dimanfaatkan oleh masyarakat. efek farmakologis: rasa pahit, netral, toxic.
Anti radang, mematikan parasit (parasiticide), menghilangkan gatal (anti
pruritic). kandungan kimia: indicine, acetyl indicine, indicinine. bagian yang
dipakai: saluruh tanaman (herba) atau akar, segar atau dikeringkan. kegunaan:
Infeksi paru (Pneumonitis), abses paru, pulmonary empyema, radang tenggorok,
sariawan, diare, disenteri, peradangan buah zakar, bisul, radang kulit bernanah,
peluruh haid (Bambang, 2002).
Pemakaian tanaman ini sebagai obat sebagai berikut rebus 30 - 60 gr herba
segar atau ambil air perasan herba segar, dicampur madu, minum. pemakaian luar:
air rebusan herba segar untuk mencuci kelainan kulit, gatal-gatal, atau herba segar
dilumatkan sampai menjadi bubur, tempelkan pada bisul, kelainan kulit, atau
untuk kumur-kumur air perasan herba segar (Bambang, 2002).
12