Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Selain respons struktular oleh suatu individu tumbuhan terhadap
lingkungan yang spesifik, seluruh spesies telah mengakumulasikan berbagai
adaptasi morfologi , atau bentuk eksternal, melalui seleksi alam, yang sedikit
bervariasi di antara tumbuh-tumbuhan dalam suatu spesies. Sebagai contoh,
sebagian besar spesies kaktus, terlepas dari lingkungan lokalnya, memiliki daun
yang sangat tereduksi-duri-sehingga batang merupakan organ fotosintetik utama.
Adaptasi dalam morfologi daun ini meningkatkan kesintasan dan keberhasilan
reproduktif kaktus karena dengan area permukaan daun yang tereduksi, tumbuhan
gurun ini kehilangan sedikit air (Campbell, 2013).
Baik faktor-faktor genetic maupun lingkungan memengaruhi bentuk
tumbuhan dan hewan, namun efek lingkungan lebih besar pada tumbuhan.
Sebagai akibatnya, dalam sebuah spesies tumbuhan biasanya terdapat lebih
banyak variasi daripada hewan. Semua singa, misalnya memiliki empat kaki dan
berukuran kira-kira sama saat dewasa. Sebaliknya, pohon ginkgo sangat bervariasi
dalam jumlah, ukuran, dan posisi akar, cabang, dan daun. Karena tidak bias
berpindah tempat, tumbuhan harus beradaptasi terhadap lingkungannya dengan
cara-cara lain. Dengan demikian, bentuk tumbuhan sangat penting untuk
memahami bagaimana tumbuhan berkopetensi di alam. Seiring peningkatan
populasi manusia di dunia, kebutuhan terhadap tumbuhan sebagai penyuplai
makanan, bahan bakar, serat, dan obat-obatan, sehingga memahami bagaimana
tumbuhan dapat tumbuh berkembang (Campbell, 2013).
1

I.2 Tujuan Laporan


1. Untuk mengetahui cara pencandraan pada tanaman
2. Untuk mengetahui kunci determinasi Buntut Tikus Heliotropium indicum L.
3. Untuk mengetahui morfologi Buntut Tikus Heliotropium indicum L.

I.3 Alasan Memilih Judul


Alasan penulis meilih Buntut Tikus Heliotropium indicum sebagai judul
laporan pencandraan karena tumbuhan ini mudah ditemukan di lingkungan
sekitar. Selain itu tanaman ini memiliki banyak keuntungan dalam aspek
keindahan dan ekonomi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Tinjauan Umum


Suatu jenis makhluk hidup yang baru ditemukan harus dicandra terlebih
dahulu. Mencandra adalah mengidentifikasi atau mendeskripsikan cirri-ciri suatu
makhluk hidup yang baru saja dikenal, kita memerlukan alat pembanding. Alat
pembanding tersebut dapat berupa gambar, specimen (awetan hewan atau
tumbuhan), hewan atau tumbuhan yang sudah diketahui namanya, serta kunci
identifikasi disebut juga kunci determinasi (Steenis, 2013).
Pencandraan atau pertelaan (deskripsi, deskriptio) adalah teknik
penggambaran sifat-sifat tumbuhan dalam tulisan verbal yang dapat dilengkapi
dengan gambar, data penyebaran, habitat, asal-usul, manfaat dari golongan
tumbuhan yang dimaksud. Pertelaaan golongan (takson) tumbuh dapat pada
tinglkat suku (familia), marga (genus), jenis (spesies), dan dibawah tingkat jenis
yaitu anak jenis (sub jenis), varitas (varietas), dan forma. Pertelaan suatu jenis
takson tumbuhan dilakukan untuk populasi dalam wilayah penyebarannya
sehingga dapat menggambarkan variasi sifat yang ada. Untuk mempertelakan
suatu takson tumbuhandiperlukan adanya aturan baku tertentu (Issirep, 2005).
Kunci identifikasi atau kunci determinasi pertama kali diperkenalkan oleh
Carolus Linnaeus. Namun sebenarnya Jean Baptiste de Lammarck-lah yang
menggunakan kunci modern untuk tujuan identifikasi. Salah satu kunci
identifikasi adalah kunci analisis menggunakan cirri taksonomi yang saling
berlawanan. Tiap langkah dalam kunci tersebut dinamakan kuplet yang terdiri atas
dua bait pernyataan atau lebih. Kedua bait tersebut berisi dua cirri yang saling
3

berlawanan. Tiap langkah dalam kunci tersebut dinamakan kuplet yang terdiri atas
dua bait pernyataan atau lebih. Kedua bait tersebut berisi dua cirri yang saling
berlawanan sehingga disebut kunci dikotomis. Jika salah satu ciri ada yang cocok
dengan ciri makhluk hidup yang diidentifikasi, ciri atau alternatif lainnya gugur
(Steenis, 2013).
Pengklasifikasian makhluk hidup didasarkan pada banyaknya persamaan
dan perbedaan, baik morfologi, fisiologi, maupun anatominya. Makin banyak
persamaan

diantara makhluk hidup dikatakan makin jauh kekerabatannya

(Ardiawan, 2010).
Untuk

mengklasifikasikan,

perlu

dilakukan

dterminasi

ataupun

identifikasi, determinasi merupakan upaya membandingkan suatu tumbuhan


dengan suatu tumbuhan yang lain yang sudah dikenal sebelumnya (dicocokkan
atau dipersamakan). Karena di dunia ini tidak ada dua benda yang identik atau
persis sama, maka istilah determinasi (Inggris to determine = menentukan,
memastikan) dianggap lebih tepat daripada istilah identifikasi (Inggris to identify
= mempersamakan) (Ardiawan, 2010).
Klasifikasi tumbuhan pada dasarnya merupakan pembentukan kelompokkelompok dari seluruh tumbuhan yang ada di bumi ini hingga dapat disusun ke
dalam takson-takson secara teratur mengikuti suatu hierarki. Sifat-sifat yang
dijadikan dasar dalam mengadakan klasifikasi yang ingin dicapai dalam
pengklasifikasian itu. Takson yang terdapat pada tingkat takson (kategori) yang
lebih rendah mempunyai kesamaan sifat lebih banyak daripada takson yang
terdapat pada takson (kategori) yang ada di atasnya. Perbedaan antara istilah
takson dengan kategori yaitu istilah takson yang ditekankan adalah pengertian unit

atau kelompok yang ditekankan adalah tingkat atau kedudukan golongan dalam
suatu hierarki tertentu (Ardiawan, 2010).
Untuk mendeterminasi tumbuhan pertama sekali yang perlu dilakukan
adalah mempelajari sifat morfologi tumbuhan tersebut. Ciri-ciri morfologis yang
dilakukan yang digunakan dalam klasifikasi ialah bagian vegetative atau bagian
yang ada kaitannya dengan reproduksi. Contoh bagian vegetatif antara lain yaitu
ada tidaknya jaringan pembuluh, macam serta reproduktif lebih luas penggunanya
dibandingkan dengan struktur vegetatif. Banyak studi tentang morfologi
tumbuhan memperlihatkan bahwa struktur yang berhubungan dengan alat
reproduktif ternyata hanya sedikit yang mengalami perubahan selama evolusi
dibandingkan dengan struktur vegetatif (Tjitrosoepomo, 1964).
Setelah dilakukan pengamatan terhadap ciri-ciri morfologi, langkah
selanjutnya adalah membandingkan atau mempersamakan cirri-ciri tumbuhan tadi
dengan tumbuhan lainnya yang sudah dikenal dengan menggunakan salah satu
cara yang sudah dikenal identitasnya, dengan menggunakan salah satu cara
berikut

diantaranya

yaitu

ingatan,

bantuan

ahli,

specimen,

pustaka

(Ardiwan, 2010).
Biasanya proses determinasi akan lebih mudah jika menggunakan kunci
determinasi. Kunci determinasi dibuat secara bertahap, sampai bangsa saja, suku,
marga atau jenis dan seterusnya. Ciri-ciri tumbuhan disusun sedimikaian rupa
sehingga selangkah demi selangkah si pemakai kunci dipaksa memilih satu
diantara dua atau beberapa sifat yang bertentangan, begitu seterusnya hingga
akhirnya diperoleh suatu jawaban berupa identitas tumbuhan yang diinginkan
(Ardiwan, 2010).

II. Tinjauan Khusus


Tanaman buntut tikus Heliotropium indicum L. merupakan jenis tanaman
tahunan yang berbulu. Tanaman ini umumnya dikenal sebagai heliotrop
india. Heliotrupium indicum L. merupakan gulma yang umum di tempat-tempat
sampah dan daerah menetap. Tanaman asli asia ini adalah tanaman yang tegak
dan bercabang. Tanaman ini dapat tumbuh sampai ketinggian sekitar 20 cm
sampai 80 cm (Mardiana, 2005).
Heliotropium indicum L. memiliki batang berbulu, bantalan bundar-telur
atau bentuk bergantian sampai lanset-bundar telur atau bentuk daun. Tumbuhan
ini memiliki bunga kecil berwarna putih dengan kelopak hijau, lima benang sari
ditanggung pada tabung mahkota, gaya terminal dan ovarium empat lobed.
Tanaman ini berasal dari Filipina kemudian menyebar dan tumbuh diberbagai
daerah, antara lain Indonesia (sengketan), South african basil (musik basil),
Inggris (swamp basil), India (auchi-bauchi), Cina (xian guan xun), Vietnam (e sa),
Afrika (mvumbue) (Mardiana, 2005).
Digunakan sebagai tumbuhan penutup tanah di perkebunan dengan tujuan
untuk menghindari erosi serta mencegah kehilangan air. Tumbuhan ini dapat
dijadikan kompos karena mengandung bahan organik yang tinggi sehingga
mampu memperbaiki sifat fisik dan hara tanah. selain itu Heliotropium indicum L.
dipakai dalam jumlah kecil sebagai bumbu penyedap pada ikan dan daging kurakura (Mardiana, 2005).
Spesies ini dapat ditemukan di bagian selatan Missouri. Tanaman ini
mudah diidentifikasi karena daun berkerut dan susunan bunga yang melingkar.
Nama lokal atau nama daerah yang terdapat di indonesia adalah bandotan lombok,
buntut tikus, ekor anjing, tusuk konde (Sumatera) gajahan, langun, uler-uleran,
6

sangketan, cocok bero, tlale gajah, tulale gajah (jawa), mostor in talun (sulawesi)
(Mardiana, 2005).
Sifat kimiawi dan efek farmakologis daun atau seluruh bagian tanaman
dalam keadaan segar atau setelah dikeringkan yaitu memiliki efek pewarna, antirematik dan obat sariawan. Daun heliotropium indicum L. juga memiliki aktifitas
relaksan yang berguna untuk mengurangi ketegangan otak dan saraf. Kandungan
kimia seluruh bagian tanaman ini mengandung alkaloida, kardenolin dan
flavonoid (Mardiana, 2005).
Heliotropium indicum L. sangat bermanfaat karena dapat digunakan
sebagai obat, selain itu dapat juga meningkatkan nilai ekonomi atau nilai jual.
Bagian yang digunakan yaitu daun. Khasiat daun pada tanaman ini adalah untuk
menyembuhkan penyakit, diantaranya (Nono, 2011) :
1.

Obat rematik : daun dan batang tanaman buntut tikus segar 20 gram dicuci.
Direbus dengan 400 ml air sampai mendidih selama 15 menit, disaring,
setelah dingin diminum sekaligus, dilakukan sehari 2-3 kali sehari.

2.

Obat sariawan : daun buntut tikus segar 30 gram dicuci. Direbus dengan 400
ml air sampai mendidih selama 15 menit, disaring, setelah dingin diminum 2
kali sehari pagi dan sore.

3.

Infeksi paru-paru, abses paru dan empyema : 60 gram daun buntut tikus
segar direbus kemudian dicampur dengan madu lalu diminum.

4.

Disentri : 30 60 gram daun buntut tikus direbus, kemudian setelah dingin


diminum.

5.

Bisul : 60 gram akar segar ditambah sedikit garam kemudian direbus,


setelah itu diminum. Kemudian dilumatkan daun segar ditambah nasi
dingin, kemudian ditempelkan pada bisul.
7

6. Peradangan buah zakar (orchitis) : 60 gram akar segar direbus selama 15


menit kemudian setelah dingin diminum.
Bunga ini biasa disebut Heliotrope, warnanya ungu. satu tangkai memiliki
banyak bunga-bunganya yang indah. bunga ini memiliki kisah yang memilukan,
disebutkan seorang dewi yang jatuh cinta pada dewa matahari tetapi sang dewa
tidak pernah mengindahkannya sehingga setiap hari ia sellau menatap ke langit
tempat dewa matahari tersebut berada, sampai kematian datang menjemputnya
(Mardiana, 2015).

Gambar 1. Bunga Buntut Tikus Heliotropium indicum L. (warna ungu)


Sumber : mebilopah.blogspot/heliotro-buntut-tikus-yang-menjadi-cinta-abadi

Gambar 2. Bunga Buntut Tikus Heliotropium indicum L. (warna biru)


Sumber : mebilopah.blogspot/heliotro-buntut-tikus-yang-menjadi-cinta-abadi
8

Sistem perakaran pada tumbuhan Heliotropium indicum L. adalah serabut,


yaitu jika akar lembaga dalam perkembangan selanjutnya mati atau kemudian
disusul oleh sejumlah akar yang kurang lebih sama besar dan semuanya keluar
dari pangkal batang, warna akar putih kotor (Tjitrosoepomo, 1985).
Tanaman Heliotropium indicum L. atau buntut tikus adalah tanaman liar
yang tumbuh tegak, tinggi 20 -80 cm. Batangnya berbentuk bulat, berambut kasar
menyerupai duri dan berwarna hijau (Nono, 2011).
Daun Heliotropium indicum L. merupakan daun tunggal, tersebar, tanpa
daun penumpu, tangkai bulat berlekuk, berambut kasar, panjang 5 -15 cm,
berwarna hijau, helaian daun berbentuk oval, panjang 10 18 cm, lebar 6 15
cm, tepi bergerigi atau beringgit, permukaan daun bagian atas dan bawah
berambut halus, ujung runcing, pangkal tumpul, pertulangan daun tegas,
permukaan kasar, berbulu dan berwarna hijau (Nono, 2011).
Bunga buntut tikus yaitu termasuk dalam bunga majemuk, bentuk bulir,
bersifat simos ganda, tergulung di ujung batang atau cabang, berkelamin dua,
kelopak berbagi, benang sari lima, tangkai sari tidak sama panjang, mahkota
tersusun dari lima daun mahkota yang berlekatan, dalam kuncup yang terpilin,
tajuk mahkota tidak simetris, duduk di atas pangkal buah dan berwarna putih
(Nono, 2011).
Buah kendaga, bentuk bulat, bergerigi, keras dan berwarna hijau. Pada
tanaman Heliotropium indicum L. bijinya kecil, berbentuk bulat dan berwarna
hitam (Tjitrosoepomo, 1985).
Buntut tikus atau Heliotropium indicum L. merupakan jenis tanaman terna
setahun dan termasuk tumbuhan liar yang tumbuh tegak, tinggi dapat mencapai 80
cm, batang bulat, berambut kasar, menyerupai duri dan berwarna hijau, daun
9

tunggal, tersebar, berbentuk oval, tepi bergerigi atau beringgit, permukaan daun
bagian atas dan bawah berambut halus, bunga kecil bergerombol diujung batang,
berbentuk bulir dan berwarna lembayung, berakar serabut dan berwarna putih
kotor (Nono, 2011).
Tumbuh liar di pinggir-pinggir jalan, sawah kering, kebun, semak belukar,
tanah kosong yang tidak terawat dan di tempat panas. Tumbuh baik pada tanah
yang bertekstur liat, dari dataran rendah sampai menengah dari ketinggian 200 m800 m di atas permukaan laut. Berbunga pada bulan april-juni. Waktu panen yang
tepat yaitu bulan april-mei (Nono,2011).
Sifat kimiawi dan efek farmakologis daun atau seluruh bagian tanaman dalam
keadaan segar atau setelah dikeringkan Heliotropium indicum L. yaitu memiliki
efek anti sariawandan anti parasit. Daun Heliotropium indicum L. juga memiliki
aktivitas relaksan yang berguna untuk mengurangi ketegangan otak dan saraf
(Mardiana dkk,2005).
Kandungan kimia Seluruh bagian tanaman Heliotropium indicum L.
mengandung alkaloida, kardenolin dan flavonoid. Tanaman ini sangat bermanfaat,
karena dapat digunakan sebagai obat, selain itu dapat juga meningkatkan nilai
ekonomi atau nilai jual. Bagian yang digunakan yaitu daun, khasiat daun ini
adalah untuk adalah untuk menyembuhkan penyakit (Bambang, 2002) :
1. Luka terpotong/kena gigitan
Daunnya memiliki kepentingan untuk obat, terutama untuk penggunaan
luar. Mengobati luka terpotong atau terkena gigitan. Getah daunnya dipakai untuk
menghentikan luka yang berdarah.
2. Kelamin
Akar digunakan untuk obat penyakit kelamin.
10

3. Sakit Kepala
Daun yang telah dihancurkan diusapkan pada kening untuk menyembuhkan
sakit kepala.
4.

Batuk yang parah


Daun yang telah dihancurkan diminum bersama air untuk batuk yang

parah
5.

Diare dan sakit perut


Daun yang telah dihancurkan dimasukkan ke dalam air untuk diare dan sakit

perut.
Tumbuhan buntut tikus atau Heliotropium indicum L. bisa dijumpai di
daerah beriklim kering, khususnya di pinggir-pinggir jalan, sawah kering, kebun,
semak belukar, tanah kosong yang tidak terawat. Tumbuhan ini merupakan
tumbuhan yang dapat diperbanyak menggunakan biji (spermatophyta), dimana
bijinya tertutup (angiospermae) dan berkeping dua (dicotiyledoneae). Buntut tikus
Heliotropium indicum L. termasuk ke dalam bangsa Solanales, suku Boraginaceae
dan marga Heliotropium (Nono, 2011).
Berdasarkan ciri morfologinya, tumbuhan ini berupa tumbuhan herba
annual yang tingginya 20 80 cm. akarnya serabut, berwarna putih kotor.
Batangnya bulat, berambut kasar menyerupai duri dan berwarna hijau. daunnya
tunggal, tersebar, tanpa daun penumpu, tangkai bulat berlekuk, berambut kasar,
panjang 5 -15 cm, berwarna hijau, helaian daun berbentuk oval, panjang 10 18
cm, lebar 6 15 cm, tepi bergerigi atau beringgit, permukaan daun bagian atas
dan bawah berambut halus, ujung runcing, pangkal tumpul, pertulangan daun
tegas, permukaan kasar, berbulu dan berwarna hijau. berbunga Majemuk, bentuk
bulir, bersifat simos ganda, tergulung di ujung batang atau cabang, berkelamin
11

dua, kelopak berbagi, benang sari lima, tangkai sari tidak sama panjang, mahkota
tersusun dari lima daun mahkota yang berlekatan, dalam kuncup yang terpilin,
tajuk mahkota tidak simetris, duduk di atas pangkal buah dan berwarna putih.
Buah kendaga, bentuk bulat, bergerigi, keras dan berwarna hijau. Bijinya kecil,
berbentuk bulat dan berwarna hitam (Nono, 2011).
Tanaman Liar yang satu ini dikenal dengan nama tusuk konde karena
bunganya yang mirip dengan konde, juga dikenal dengan buntut tikus, nama
ilmiahnya Heliotropium indicum. Biasanya tumbuh secara liar di pekarangan
rumah, di ladang atau di pinggiran sawah (Bambang, 2002).
Tanaman liar ini banyak mengandung khasiat obat dan secara tradisional
telah dimanfaatkan oleh masyarakat. efek farmakologis: rasa pahit, netral, toxic.
Anti radang, mematikan parasit (parasiticide), menghilangkan gatal (anti
pruritic). kandungan kimia: indicine, acetyl indicine, indicinine. bagian yang
dipakai: saluruh tanaman (herba) atau akar, segar atau dikeringkan. kegunaan:
Infeksi paru (Pneumonitis), abses paru, pulmonary empyema, radang tenggorok,
sariawan, diare, disenteri, peradangan buah zakar, bisul, radang kulit bernanah,
peluruh haid (Bambang, 2002).
Pemakaian tanaman ini sebagai obat sebagai berikut rebus 30 - 60 gr herba
segar atau ambil air perasan herba segar, dicampur madu, minum. pemakaian luar:
air rebusan herba segar untuk mencuci kelainan kulit, gatal-gatal, atau herba segar
dilumatkan sampai menjadi bubur, tempelkan pada bisul, kelainan kulit, atau
untuk kumur-kumur air perasan herba segar (Bambang, 2002).

12

Anda mungkin juga menyukai