Anda di halaman 1dari 3

IDENTIFIKASI MORFIN DALAM URINE

ARMAN SAIBI
Bagian Kimia
Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
Morfin adalah komponen utama dari opium/candu yang diperoleh tumbuhan
Papaver Somniferum. Secara kimia, marfin adalah sealkaloid yang termasuk derivat
fenantren. Dalam Farmakologi morfin merupakan obat yang berkhasiat untuk
menghilangkan rasa (analgetik narkotik). Selagi pemakaian morfin di bawah
pengawasan yarlg ketat, tidak akan terjadi akibat sampingan yang bahaya. Tetapi,
sudah umum diketahui telah terjadi penyalah gunaan morfin yang sangat luas di
dunia saat ini, yang berakibat timbulnya efek samping yang serius yang disebabkan
karena keracunan morfin.
Keracunan morfin dapat terjadi secara akut dan secara kronis. Keracunan
akut biasanya terjadi akibat percobaan bunuh diri atau dosis yang berlebihan.
Keracunan kronis terjadi akibat pemakaian berulang-ulang dan inilah yang sering
terjadi. Adiksi (kecanduan) atau "morfinisme" tidak lain dari pada suatu keadaan
keracunan kronis. Adiksi morfin ditandai dengan adanya habituasi, ketergantungan
fisik dan toleransi. Gejalanya antara lain merasa sakit, iratabilitas, tremor, lakrimasi,
berkeringat, menguap, bersin-bersin, anoreksia, midriasis, deman, pernafasan cepat,
muntah-muntah, kolik, diare dan pada akhirnya penderita mengalami dehidrasi,
ketosis, asidosis, kolaps kardiovackuler yang bisa berakhir dengan kematian.
Morfin dapat diabsorpsi oleh usus, tetapi efek analgetik yang tinggi diperoleh
melalui parentral. Dari satu dosis morfin, sebanyak 10 % tidak diketahui nasibnya,
sebagian mengalami konyugasi dengan asam glukoronat di hepar dan sebagian
dikeluarkan dalam bentuk bebas.
Ekskresi martin terutama melalui ginjal. Urine mengandung bentuk bebas dan
bentuk konyugasi. Berdasarkan hal ini, dapat dilakukan identifikasi morfin dalam
urine dari penderita yang diduga keracunan morfin. Di bawah ini diterangkan salah
satu cara untuk mengidentifikasi morfin dalam urine.
BAHAN DAN CARA PEMERIKSAAN
Metode yang diterangkan di bawah ini adalah metode ekstraksi Deckert yang
dimodifikasi oleh F.W.Oberst.
Alat-alat yang digunakan :
gelas beker
corong pemisah (separatory funnel)
kertas saring (Whatman no. 42)
cawan porselein
tabung reaksi
corong untuk menyaring
mikro pipet dengan skala
Reagensia :

1.
2.
3.
4.

Asam Khorida 0,5 % v/v


Asam sulfat 7 % v/v
Ammonium molibdat 10 % w/v
Ammonium vanadat 2 % w/v

2004 Digitized by USU digital library

PROSEDUR KERJA
1. Masukkan 35 ml urine ke dalam sebuah gelas beker, dijenuhkan dengan
kristal Natriumbikarbonat, disaring, ambil filtratnya.
2. Masukkan 25 ml filtrat ke dalam corong pemisah, ditambahkan larutan etil
asetat dengan jumlah volume yang sarna, dikocok kuat-kuat selama 3 menit,
dibiarkan sehingga terbentuk dua lapisan etil-asetat nya.
3. Ekstraksi diulangi sekali lagi.
4. Saring ekstrak etil-aetat dengan kertas saring yang kering untuk
menghilangkan sisa-sisa urine yang masih ada.
5. Tambahkan kepada ekstrak 0,2 ml larutan asam khlorid 0,5 %, diuapkan
sampai kering di dalam sebuah cawan porselein.
6. Larutkan residu dengan 1,5 ml aquadest dan 0,2 ml larutan asam sulfat 7 %.
Tambahkan 0,2 ml larutan ammonium molibdat 10 %, biarkan selama 20
menit.
7. Saring dengan kertas saring basah ke dalam sebuah tabung reaksi. Cuci
kertas saring tiga kali, setiap kalinya dengan 0,5 ml aquadest. Air pencuci
biarkan bercampur dengan filtrat. Volume total filtrat ditambah air pencuci
jangan lebih dari 3 ml.
8. Tambahkan 0,1 ml (2 tetes) ammonium vanadat 2 %, diaduk.
9. Jika martin ada, maka dalam waktu yang singkat campuran akan menjadi
keruh karena terbentuknya granula warna putih molibdat-vanadat kompleks.
INTERPRETASI HASIL
Kekeruhan larutan menentukan banyaknya martin dalam urine. Makin keruh
berarti makin banyak morfinnya. Larutan yang sedikit jernih menunjukkan tidak
terdapatnya morfin dalam urine. Senyawa Kinina, dengan cara di atas menghasilkan
endapan berwarna kuning yang terjadi dengan segera.
Ekskresi morfin terutama melalui urine, baik dalam bentuk bebas ataupun
bentuk konyugasi. Dalam waktu 8 jam, ekskresi telah mencapai 50 %; dalam waktu
24 jam telah diekskresi 90 %. Tetapi dalam waktu 48 jam masih terdapat sedikit
morfin dalam urine, berarti dalam waktu itu masih dapat dideteksi dengan metode di
atas. Dengan metode ini masih dapat dideteksi 0,03 mgr morfin dalam 25 ml urine.
Metode yang telah diterangkan di atas adalah salah satu dari beberapa metode yang
dapat dipakai untuk mengidentifikasi morfin. Metode lain misalnya dengan tes
warna, tes kristal, khromatografi dan spektrofotometri.
KESIMPULAN

Morfin adalah alkaloid utama dari opium/candu yang terdapat pada pohon
Papaver Somniferum. Morfin berkhasiat analgetik - narkotik.
Penyalahgunaan pemakaian morfin dapat menimbulkan gejala keracunan
yang serius. Keracunan dapat terjadi secara akut dan kronis (morfinisme).
Morfin sebagian besar diokstraksi melalui urine sehingga dapat diidentifikasi.
Salah satu metode identifikasi morfin dalam urine adalah metode ekstraksi
Deckert yang dimodifikasi oleh F.W. Oberst.

2004 Digitized by USU digital library

KEPUSTAKAAN
Clark E.C.G. : Isolation and Identification of Drug, General Medical Counsil, London,
1969.
Finar I.L.: Organic Chemistry, 6 th ed. Longmans, London, 1973
Fergusson L.N. : Textbook of Organic Chemistry, 2 nd ed. Van Nostrand Reinhold
Company, New York, 1969
Gelsen Toro, Ackerman P.G. : Practical Clinical Chemistry, Little Brown Company,
Boston, 1975
Meyers F.H., Jawetz E., Goldfien A. : Review of Medical Pharmacology, 6 th ed.
Lange Medical publications, Los Altos California, 1978.
Rice E.W.: Principles and methods of Clinical Chemistry for Medical Techmologist,
Charles Thomas Publishers, Springfield, USA, 1970.

2004 Digitized by USU digital library

Anda mungkin juga menyukai