STATUS PASIEN
: Ny. AJ
Umur
: 20 Tahun
Umur
: 27 Tahun
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Pendidikan
: S1
Pekerjaan
: IRT
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
Alamat
Tanggal Masuk
Yang Merujuk
: Bidan
ANAMNESIS
Autoanamnesis
Keluhan Utama
Riwayat Pengobatan
Riwayat Psikososial
RIWAYAT OBSTETRI
Riwayat Kehamilan
: G1P0A0
HPHT
: 25 Oktober 2013
TP
: 02 Agustus 2014
PNC
: SPOG/1x
KB
Th.
Tempat
Umur
Partus
Partus
Hamil
1.
2.
3.
Jenis
Penolong
Penyulit
Persalinan Persalinan
Hamil ini
BB/
Kel
Riwayat Menstruasi
Riwayat Pernikahan
Menarche
: 12 Tahun
Pernikahan ke:2
pertama 17 th & kedua 19 th
Siklus Haid
: 28 hari
Lama Haid
: 6 hari
Dismenorrhea : Disangkal
Anak
Usia suami
: 26 tahun
Lama Menikah
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Kesadaran
: Compos mentis
:-T
: 110/70 mmHg
-N
-R
-S
: 82 kali/menit
: 20 kali/menit
: 36,5oC
Antropometri
: Tidak diukur
STATUS GENERALIS
STATUS OBSTETRI
Kepala : Normocephal
Inspeksi
- Wajah
- Thorax
: Mammae simetris
- Abdomen
: Datar lembut
Isokor ka=ki
Palpasi
Gerak Simetris
Paru-Paru
- TFU
: VF Simetris (+/+)
: Tidak teraba
Vesikular (+/+)
Jantung
Abdomen
- Vagina
: t.a.k
Ekstremitas
- Portio
: tebal-lunak
- Pembukaan : -
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan
Haemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
Tes Kehamilan
Hasil
*7.3
*28.2
*3.31
*24.3
313
Nilai Rujukan
12 16
37 47
4.2 - 5.4
4.8 - 10.8
150 - 450
+
Satuan
g/dL
%
106/L
103/L
10s/L
INTERPRETASI USG
3
DIAGNOSIS
G1P0A0 gravida 5-6 minggu dengan Kehamilan Ektopik Terganggu
PLANNING
1.
2.
3.
4.
5.
Informed concent
Cek laboratorium darah rutin
Infus, cross-match, sedia darah.
Pasang DC dan
Periksa EKG
LAPORAN PEMBEDAHAN
Tanggal Operasi
: 19 Desember 2013
4
Tindakan
: Salpingektomi kiri
Uraian Pembedahan
1. Dilakukan anestesi dan antiseptik di daerah abdomen dan sekitarnya
2. Dilakukan insisi mediana inferior 10 cm
3. Setelah peritoneum dibuka tampak darah dan bekuan darah mengisi rongga
abdomen 600cc. Pada eksplorasi lebih lanjut, tampak ruptur tuba pars ampularis
4.
5.
6.
7.
8.
FOLLOW UP RUANGAN
Tanggal/
Catatan
Jam
20.12.2013 Post Operasi
POD I
Instruksi
- IVFD : RL : 30 gtt/mnt
KU : CM
- Aff Kateter
T : 120/80 mmHg
R : 20 x/mnt
- Metronidazole 2x500 mg
N : 80 x/mnt
S : Afebris
- Cefotaxim 2x1 g
- Feeding Test
- Observasi KU, T, N, R, S,
Perdarahan
NT (+)
Luka operasi tertutup
verban
Diuresis 300 cc/ 3 jam
BU (+)
Flatus (+)
- Aff infus
21.12.2013 KU : CM
POD II
T : 120/70 mmHg
R : 20 x/mnt
- Metronidazole 2x500mg
N : 80 x/mnt
- Cefadroxil 2x500mg
S : Afebris
- Viliron 1x1
- Observasi KU, T, N, R, S,
Perdarahan
- Ganti verban
- Mobilisasi
22/12/2012 KU : CM
POD III
T : 120/70 mmHg
R : 20 x/mnt
- Metronidazole 2x500mg
N : 80 x/mnt
- Cefadroxil 2x500mg
S : Afebris
- Viliron 1x1
- BLPL
NT (-)
Luka operasi kering
Perdarahan (-)
6
BAB (-)
Flatus (+)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM DARAH RUTIN (21 Desember 2013)
Pemeriksaan
Haemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
Hasil
12.5
*30.8
4.10
*24.2
313
Nilai Rujukan
12 - 16
37 - 47
4.2 - 5.4
4.8 - 10.8
150 - 450
Satuan
g/dL
%
106/L
103/L
10s/L
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Kehamilan ektopik adalah kehamilan di mana sel telur yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uterus. Kehamilan ektopik
dapat terjadi di luar rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga perut, tetapi
dapat juga terjadi di dalam rahim di tempat yang luar biasa misalnya dalam cervik,
pars intertistialis atau dalam tanduk rudimeter rahim.
Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang berbahaya karena tempat
implantasinya tidak memberikan kesempatan untuk tumbuh kembang mencapai aterm.
Kehamilan ektopik terganggu (KET) adalah keadaan di mana timbul gangguan
pada kehamilan tersebut sehingga terjadi abortus maupun ruptur yang menyebabkan
penurunan keadaan umum pasien.
Pada pasien dari kasus diatas sesuai dengan definisi tentang kehamilan
ektopik, pada pasien di dapatkan dan disertai dengan ruuptur dikarenakan oleh
konsepsi yang terus membesar, sehingga pada pasien ini disebut KET.
B. KLASIFIKASI
Klasifikasi kehamilan ektopik berdasarkan tempat terjadinya implantasi dari
kehamilan ektopik, dapat dibedakan menurut :
1. Kehamilan tuba adalah kehamilan ektopik pada setiap bagian dari tuba fallopi.
Sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba (95%). Konseptus dapat
berimplantasi pada ampulla (85%), isthmus (25%), fimbrial (17%), atau pun pada
interstisial (2%) dari tuba. Tuba fallopi mempunyai kemampuan untuk berkembang
yang terbatas, sehingga sebagian besar akan pecah (ruptura) pada umur kehamilan
35-40 hari. (pada pasien mengalami kehamlan tuba , berimplantasi di ampulla)
2. Kehamilan ovarial merupakan bentuk yang jarang (0,5%) dari seluruh kehamilan
ektopik dimana sel telur yang dibuahi bernidasi di ovarium. Meskipun daya
akomodasi ovarium terhadap kehamilan lebih besar daripada daya akomodasi tuba,
kehamilan ovarium umumnya mengalami ruptur pada tahap awal.
3. Kehamilan servikal adalah bentuk dari kehamilan ektopik yang jarang sekali
terjadi. Nidasi terjadi dalam selaput lendir serviks. Dengan tumbuhnya telur, serviks
mengembang. Kehamilan serviks jarang melewati usia gestasi 20 minggu sehingga
umumnya hasil konsepsi masih kecil dan dievakuasi dengan kuretase.
4. Kehamilan Abdominal. Kehamilan ini terjadi satu dalam 15.000 kehamilan, atau
kurang dari 0,1% dari seluruh kehamilan ektopik. Kehamilan Abdominal ada 2
macam :
a. Primer , dimana telur dari awal mengadakan implantasi dalam rongga perut.
b. Sekunder, yaitu pembentukan zigot terjadi ditempat yang lain misalnya di
dalam saluran telur atau ovarium yang selanjutnya berpindah ke dalam
rongga abdomen oleh karena terlepas dari tempat asalnya. Hampir semua
kasus kehamilan abdominal merupakan kehamilan ektopik sekunder akibat
ruptur atau aborsi kehamilan tuba atau ovarium ke dalam rongga abdomen.
Walaupun ada kalanya kehamilan abdominal mencapai umur cukup bulan, hal
ini jarang terjadi, yang lazim ialah bahwa janin mati sebelum tercapai
maturitas (bulan ke 5 atau ke 6) karena pengambilan makanan kurang
sempurna.
5. Kehamilan Heterotopik adalah kehamilan ektopik yang dapat terjadi bersama
dengan kehamilan intrauterin. Kehamilan heterotipik ini sangat langka, terjadi satu
dalam 17.000-30.000 kehamilan ektopik.
Kehamilan heterotopik dapat di bedakan atas :
8
a.
b.
normal.
Kehamilan ektopik rangkap (Compound Ectopic Pregnancy) yaitu terjadinya
kehamilan intrauterin setelah lebih dahulu terjadi kehmilan ektopik yang telah
mati atau pun ruptur dan kehmilan intrauterin yang terjadi kemudian
C. PATOFISIOLOGI
Beberapa hal dibawah ini ada hubungannya dengan terjadinya kehamilan
ektopik:
1. Pengaruh Faktor Mekanik
Faktor-faktor mekanis yang menyebabkan kehamilan ektopik antara lain:
riwayat operasi tuba, salpingitis, perlekatan tuba akibat operasi non-ginekologis
seperti apendektomi, pajanan terhadap diethylstilbestrol, salpingitis isthmica
nodosum (penonjolan-penonjolan kecil ke dalam lumen tuba yang menyerupai
divertikula), dan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR). Hal-hal tersebut secara
umum menyebabkan perlengketan intra- maupun ekstraluminal pada tuba,
sehingga menghambat perjalanan zigot menuju kavum uteri. Faktor mekanik lain
adalah pernah menderita kehamilan ektopik, pernah mengalami operasi pada
saluran telur seperti rekanalisasi atau tubektomi parsial, induksi abortus berulang,
2.
3.
10
5.
D. EPIDEMIOLOGI
1. Distribusi Frekuensi
Kehamilan ektopik belum terganggu sulit diketahui, karena biasanya
penderita tidak menyampaikan keluhan yang khas, kehamilan ektopik baru
memberikan gejala bila kehamilan tersebut terganggu. Sehingga insidens
kehamilan ektopik yang sesungguhnya sulit ditetapkan. Meskipun secara
kuantitatif mortalitas akibat KET berhasil ditekan, persentase insidens dan
prevalensi KET cenderung meningkat dalam dua dekade ini. Dengan
berkembangnya alat diagnostik canggih, semakin banyak kehamilan ektopik yang
terdiagnosis sehingga semakin tinggi pula insidens dan prevalensinya.
Keberhasilan kontrasepsi pula meningkatkan persentase kehamilan
ektopik, karena keberhasilan kontrasepsi hanya menurunkan angka terjadinya
kehamilan uterin, bukan kehamilan ektopik, terutama IUD dan mungkin juga
progestagen dosis rendah.
Meningkatnya prevalensi infeksi tuba juga meningkatkan keterjadian
kehamilan ektopik. Selain itu, perkembangan teknologi di bidang reproduksi,
seperti fertilisasi in vitro, ikut berkontribusi terhadap peningkatan frekuensi
kehamilan ektopik.
Kehamilan ektopik lebih sering di temukan pada wanita kulit hitam dari
pada wanita kulit putih. Perbedaan ini diperkirakan karena peradangan pelvis
lebih banyak ditemukan pada golongan wanita kulit hitam.
11
Determinan
a. Usia
Umur merupakan faktor resiko yang penting terhadap terjadinya
kehamilan ektopik. Sebagian besar wanita mengalami kehamilan ektopik
berumur 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Menurut Linardakis
(1998) 40% dari kehamilan ektopik terjadi antara umur 20-29 tahun. (pada
kasus pasien di dapatkan menikah pertama kali pada usia 17 tahun, pasien
sekarang hamil berusia 29 tahun. Kehamlan pertama)
b. Paritas
Insiden kehamilan ektopik meningkat seiring dengan pertambahan
paritas. Kejadian ini lebih banyak terjadi pada multipara. Ada laporan yang
menyebutkan kejadiannya satu dalam 2600 kehamilan.
c. Ras/Suku
Menurut Philip Kotler, banyak faktor yang mempengaruhi perilaku
seseorang, salah satunya adalah faktor sosial dan kebudayaan. Suku termasuk
bagian dari budaya yang tentunya akan mempengaruhi perilaku dalam
menggunakan pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kebidanan. Kehamilan
ektopik lebih sering di temukan pada wanita kulit hitam dari pada wanita kulit
putih. Perbedaan ini diperkirakan karena peradangan pelvis lebih banyak
ditemukan pada golongan wanita kulit hitam. (menurut penelitian dari NEJM
ectopic pregnancy Kurt T. Barnhart, M.D., M.S.C.E.) bahwa ras tidak
memiliki hubungan yang bermakna)
d. Agama
Agama merupakan salah satu
mempengaruhi
penggunaan
pelayanan
faktor
sosio
kesehatan
demografi
termasuk
yang
pelayanan
kebidanan yang merupakan salah satu bentuk dari pelayanan kesehatan yang
bertujuan untuk menjamin agar setiap wanita hamil dan menyusui dapat
12
kesehatan.
Jenis
pekerjaan
ibu
maupun
suaminya
akan
penilaian
kemungkinan
14
lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba, tuanya kehmilan,
derajat perdarahan yang terjadi, dan keadaan umum penderita sebelum hamil.
Nyeri abdomen merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik. Nyeri
dapat unilateral atau bilateral, pada abdomen bagian bawah, seluruh abdomen, atau
hanya di bagian atas abdomen. Umumnya diperkirakan, bahwa nyeri perut yang sangat
menyiksa pada suatu ruptur kehamilan ektopik, disebabkan oleh darah yang keluar ke
dalam kavum peritoneum. Tetapi karena ternyata terdapat nyeri hebat, meskipun
perdarahannya sedikit, dan nyeri yang tidak berat pada perdarahan yang banyak, jelas
bahwa darah bukan satu-satunya sebab timbul nyeri. Darah yang banyak dalam kavum
peritoneal dapat menyebabkan iritasi peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri yang
bervariasi.
Amenorea atau gangguan haid merupakan tanda yang penting pada kehamilan
ektopik. Lamanya amenorea tergantung pada kehidupan janin, sehingga dapat
bervariasi. Sebagian penderita tidak mengalami amenorea karena kematian janin
terjadi sebelum haid berikutnya.
Bercak darah (spotting) atau perdarahan vaginal merupakan juga tanda yang
penting pada kehamilan ektopik terganggu. Hal ini menunjukkan kematian janin, dan
berasal dari uteri karena pelepasan desidua. Perdarahan biasanya sedikit, berwarna
coklat tua, dan dapat intermiten atau terus menerus.
Pada pemeriksaan dalam ditemukan bahwa usaha menggerakkan serviks uteri
menimbulkan rasa nyeri dan kavum Doglas teraba menonjol, berkisar dari diameter 5
sampai 15 cm, dengan konsistensi lunak dan elastis.
Dari hasil anamnesa di dapatkan :
mengeluh rasa nyeri yang hebat di bagian perut bawah menjalar ke pinggang yang
disertai mules-mules sejak 3 hari SMRS,. Tidak keluar cairan dari jalan lahir, tapi
terdapat bercak darah seperti flek. Ada pusing, lemas dan mual
Dari gejala pasien di dapatkan :
Takikardi
Pucat, anemis,
Perut tegang
15
Pengobatan :
Pada pasien dilakukan
Operatif : salpingektomi
Transfusi (-)
16
bahu, tenesmus dan perdarahan pervaginam terjadi setelah nyeri perut bagian
bawah.
2.
3.
Pemeriksaan umum
Penderita tampak kesakitan dan pucat, pada perdarahan dalam rongga
perut dapat ditemukan tanda-tanda syok.
Pemeriksaan ginekologi
Tanda-tanda kehamilan muda
ditemukan.
Pergerakan
serviks
menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus dapat diraba maka akan terasa sedikit
membesar dan kadang-kadang teraba tumor di samping uterus dengan batas yang
sukar ditentukan. Cavum douglasi yang menonjol dan nyeri raba menunjukkan
adanya hematocele retrouterina. Suhu kadang-kadang bisa naik sehingga
menyukarkan perbedaan dengan infeksi pelvik.
4. Laboratorim : Hb, leukosit, kadar - hCG dalam serum. tes kehamilan.
Pada kasus sudah dilakukan :
Hb 7.3 +
Tes kehamilan +
BhCG = tidak dilakukan
Sudah sesuai*
5. Douglas pungsi (kuldosentesis). Jarum besar yang dihubungkan dengan spuit
ditusukkan ke dalam kavum Douglas di tempat kavum Douglas menonjol ke
forniks posterior. Jika terisap darah, ada 2 kemungkinan yang terjadi, yaitu:
a. Adanya darah dalam kavum Douglas, yang mengakibatkan terjadinya
perdarahan dalam rongga perut.
b. Tertusuknya vena dan terisapnya darah vena dari daerah tersebut. Oleh karena
itu, untuk mengatakan bahwa Douglas pungsi positif artinya ada perdarahan
dalam rongga perut dan darah yang diisap mempunyai sifat berwarna merah tua,
tidak membeku setelah diisap, dan biasanya di dalam terdapat gumpalangumpalan darah yang kecil. Jika darah kurang tua warnanya dan membeku,
6.
19
I.
J.
Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier meliputi program rehabilitasi (pemulihan kesehatan) yang
ditujukan terhadap penderita yang baru pulih dari Kehamilan Ektopik meliputi
20
rehabilitasi mental dan social yakni dengan memberikan dukungan moral bagi
penderita terutama penderita yang infertile akibat Kehamilan Ektopik agar tidak
berkecil hati, mempunyai semangat untuk terus bertahan hidup dan tidak putus asa
sehingga dapat menjadi anggota masyarakat yang berdaya guna.
H. Prognosis
Prognosis baik bila kita dapat menemukan kehamilan ektopik secara dini.
Keterlambatan diagnosis akan menyebabkan prognosis buruk karena bila perdarahan
arterial yang terjadi di intraabdomen tidak segera ditangani, akan menyebabkan
kematian karena syok hipovolemik.
Kehamilan ektopik merupakan penyebab kematian yang terpenting maka
didiagnosis harus dapat ditentukan dengan cepat dan persediaan darah untuk tranfusi
harus cukup, begitu pula antibiotik.
BAB III
ANALISA KASUS
A. DIAGNOSA
Dasar diagnosis kasus kehamilahn ektopik terganggu didapatkan dari
autoanamnesis yaitu :
1. Seorang wanita 20 tahun, G1P0A0
21
Kasus
1.
Amenorea
2.
Kehamilan positif
3.
4.
5.
Spotting
6.
+
-
7.
+ (sebelah kiri)
8.
Uterus membesar
9.
10.
11.
12.
+ (kiri)
+
+ (8.3 mg/dL)
C. PENATALAKSANAAN
1. Infus, cross-match, sedia darah.
2. Pasang DC
3. EKG
4. Rencana laparatomi a.i kehamilan ektopik terganggu
5. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital
6. Cek laboratorium darah rutin berulang
D. PROGNOSIS
1. Quo ad vitam ad bonam
Tidak ada gejala atau tanda yang mengarah pada ancaman kematian. Keadaan umum,
kesadaran, dan tanda vital pasien masih dalam batas normal.
2. Quo ad functionam ad bonam
Kehamilan ektopik terganggu bila diobati dan ditangani dengan benar akan sembuh,
namun akan menyebabkan akut abdomen apabila tidak diobati.
22
BAB IV
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN KASUS
Berdasarkan analisa kasus, maka dapat ditegakkan diagnosis kehamilan ektopik
terganggu atas dasar manifestasi klinis :
1. Wanita 20 tahun
2. G1P0A0, hamil 5-6 minggu
3. Keluhan nyeri perut
4. Pada status generalis ditemukan konjungtiva anemis
5. Pada status obstetri ditemukan nyeri tekan abdomen, nyeri goyang porsio, nyeri
tekan uterus kiri, cavum doughlass menonjol dan nyeri bila ditekan
6. Tes kehamilan positif
7. Interpretasi USG menujukkan kehamilan ekstrauterin, kantong kehamilan terisi,
dsengan free fluid positif
8. Kesan kehamilan ektopik terganggu
B. KESIMPULAN TINJAUAN PUSTAKA
1. Kehamilan ektopik adalah setiap kehamilan yang terjadi di luar kavum uteri.
Kehamilan ektopik merupakan keadaan emergensi yang menjadi penyebab kematian
maternal selama kehamilan trimester pertama.
2. Tempat tersering mengalami implantasi ekstrauteri adalah pada tuba Falopii (95%).
Secara endokrinologis tuba dipengaruhi hormon steroid ovarium, yaitu yang paling
menonjol adalah estradiol (E2) dan progesteron (P4). Hormon steroid ovarium ini
mempengaruhi otot-otot polos tuba melalui perubahan-perubahan pada aktivitas
adrenergik, perubahan dalam sintesis prostaglandin, dan pengaruh langsung pada
myosalping.
23
DAFTAR PUSTAKA
24
Cunningham, Gary. F. 2010. Williams Obstetry. Edisi 23 Cetakan Pertama. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Eeden, S., 2005. Ectopic Pregnancy Rate and Treatment Utilization in a Large Managed
Care Organization. California 1997-2000. Jurnal Obstetrics and Gynecology, vol
105, hal 1052-1057.
Wiknjosastro, H., 2010. Ilmu Kebidanan. Edisi Keempat Cetakan Ketiga, Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta.
Wiknjosastro, H., 2011. Ilmu Bedah Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo, Jakarta.
25