PERUBAHAN SOSIAL
DALAM ASPEK ISLAM
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
KELOMPOK VI
1.
2.
3.
4.
HAZIMUL IHSANI
LALU MALA BAHTIAR
MUHAMMAD HIDAYAT
MUHAMMAD HUSNI TAMRIN
PENJASKESREK
STKIP HAMZANWADI SELONG
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN...3
1. Latar Belakang ....3
2. Latar Belakang Masalah...4
BAB II PEMBAHASAN ...5
A.
B.
C.
D.
DAFTAR PUSTAKA...11
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Perubahan Sosial merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada lembagaLembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang memengaruhi sistem
sosialnya,termasuk nilai, sikap-sikap sosial, dan pola perilaku di antara kelompokkelompok dalam masyarakat.
Secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses pergeseran atau berubahnya
struktur/tatanan didalam masyarakat, meliputi pola pikir yang lebih inovatif, sikap,
serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan penghidupan yang lebih bermartabat.
Pada dasarnya setiap masyarakat yang ada di muka bumi ini dalam hidupnya
dapat dipastikan akan mengalami apa yang dinamakan dengan perubahan-perubahan.
Adanya perubahan-perubahan tersebut akan dapat diketahui bila kita melakukan suatu
perbandingan dengan menelaah suatu masyarakat pada masa tertentu yang kemudian
kita bandingkan dengan keadaan masyarakat pada waktu yang lampau. Perubahanperubahan yang terjadi di dalam masyarakat, pada dasarnya merupakan suatu proses
yang terus menerus, ini berarti bahwa setiap masyarakat pada kenyataannya akan
mengalami perubahan-perubahan.
Sedangkan Perubahan sosial adalah perbaikan antara kondisi sekarang dan
kondisi sebelumnya terhadap aspek-aspek dari struktur social termasuk didalamnya
pola perilaku, sikap, akhlak, dan nilai-nilai.Melakukan perubahan social tidak bias
diselesaikan hanya dengan berpangku tangan tanpa ada usaha untuk melakukan
perbaikan-perbaikan, sebab allah tidak akan mengubah keadaan apapaun selama kita
tidak mengubah sebab keadaan itu sendiri. Sebagaimana firman allah dalam al-quran
Surah Ar-Raad ayat 11: Artinya: Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu
mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas
perintah Allah[767]. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum
sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila
Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
Tafsiran ayat ini menjelaskan tentang Allah mewahyukan pada salah seorang
Nabi bani israil : katakanlah kepada kaummu, tidaklah penduduk suatu negeri dan
tidaklah penghuni suatu rumah yang berada dalam ketaatan pada Allah, kemudian
mereka beralih kepada kemaksiatan terhadap Allah melainkan Allah mengalihkan
dari mereka apa yang mereka cintai kepada apa yang mereka benci. kemudian
Ibrahim berkata: pembenaran atas pernyataan itu terdapat dalam kitab Allah,
sesungguhnya Allah tidak akan mengubah suatu kaum, sehingga mereka mengubah
apa yang ada pada diri mereka sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN
E. Agama Sebagai Kausal variable
Agama sebagai kausal variable secara sederhana mengandung pengertian agama
sebagai sebab musabab terjadinya suatu perubahan dalam masyarakat. Ajaran agama
memiliki pengaruh yang besar dalam penyatuan persepsi kehidupan masyarakat
tentang semua harapan hidup.(Hamka,1989:13)[3].
Kehadiran agama Pada satu sisi, secara fungsional agama mempunyai watak
sebagai perekat sosial, memupuk solidaritas sosial, toleran, dan seperangkat
peranan yang memelihara kestabilan sosial (harmoni). Di sisi lain, agama juga
mempunyai kecenderungan atomisasi (memecah-belah), disintegrasi, dan intoleransi.
Secara teoritis-sosiologis, hal ini dapat juga difahami dari dua bentuk antagonisme
dalam agama. Pertama, ketegangan atau konflik yang berkembang di kalangan umat
suatu agama (intern). Kedua, ketegangan atau konflik yang terjadi antar umat
beragama (ekstern).
Sosiolog seperti Robertson Smith dan Emile Durkheim memandang
kemunculan agama secara positif sejalan dengan perkembangan masyarakat.
Agama bagi mereka bukanlah persoalan individu melainkan representasi kolektif
dari masyarakat. Mereka menekankan bahwa agama pertama-tama adalah aksi
bersama dari masyarakat dalam bentuk ritual-ritual, upacara keagamaan, laranganlarangan praktis dari pada keimanan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
masyarakat secara positif berperan dalam terbentuknya atau munculnya agama.
Di lain pihak pemikir seperti Marx memandang kemunculan agama sebagai reaksi
manusia atas keadaan masyarakat yang rusak.
Jon Elstern menyatakan bahwa kenyataan masyarakat yang terbagi dalam kelaskelas sosial mendorong sekelompok orang dari kelas yang tertindas untuk melarikan
diri dari keadaan struktural masyarakat yang represif dan kemudian melarikan impian
dan harapannya kepada agama. Agama adalah usaha manusia untuk menemukan
makna dan arti kehidupan, di tengah derita yang menimpa wujud kasadnya.
Keterkaitan yang demikian erat antara agama dan masyarakat ini berdampak pada
pemanfaatan fungsi kolektif agama untuk menggerakkan masyarakat demi perubahan
sosial atau juga demi tujuan tertentu yang entah menguntungkan atau merugikan
masyarakat itu sendiri.
BAB III
KESIMPULAN
Agama memiliki peranan yang penting dalam kehidupan.Ia berfungsi sebagai penyelaras
kehidupan di muka bumi ini. Agama dikatakan sebagai sebab perubahan,tentunya menjadi
perubahan ke arah yang lebih baik. Karena agama islam sendiri menekankan empat sifat
sekaligus,yakni:
1. Kesatuan (unity)
2. Keseimbangan (equilibrium)
3. Kebebasan (free will)
4. Tanggungjawab (responsibility)
10
DAFTAR PUSTAKA
Asih, Sri. 2010. Perubahan Sosial dalam Pandangan Surat Al-Waqiah. Diakses dari:
http://naifu.wordpress.com/2010/07/08/perubahan-sosial-dalam-pandangan-surat-al-waqiah-2/.
Tanggal: 03-12-2014.
[Online] Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, Pengertian perubahan social
secara umum . diakses 03/12/2014
[Online] www.google.com. http://hedisasrawan.blogspot.sg/2013 akses 03/12/2014
Online] www.google.com. 2012. Agama dan Perubahan Sosial . diakses dari :
http://spi2010b.wordpress.com/2012/11/11/agama-dan-perubahan-sosial/) Tanggal: 03-12-2014.
11