Klasifikasi Karies Menurut ICDAS
Klasifikasi Karies Menurut ICDAS
Pembimbing:
Drg. Billy Sujatmiko
Oleh:
Okta Kurniawan Saputra
04114705045
Periode: 2 Desember 2013-19 Desember 2013
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2013
Etiologi
Distimulasi oleh bakteri tertentu dan produk-produknya.
Manifestasi Klinis
Kelanjutan dari white spot adalah terjadinya peningkatan porositas yang mampu
menambah jumlah stain (noda) dan akan menjadi kecoklatan, bila dibiarkan akan
berlanjut terbentuknya kavitas, lalu kerusakan pulpa yang irreversible.
Karies
Karies gigi merupakan kerusakan jaringan keras gigi yang disebabkan oleh
asam yang ada dalam karbohidrat melalui perantaraan mikroorganisme yang
terdapat dalam saliva. Karies ini juga merupakan proses kronis regresif yang
dimulai dengan larutnya mineral email akibat terganggunya keseimbangan email
dan sekelilingnya yang disebabkan oleh pembentukan asam microbial dari
substrat sehingga timbul destruksi komponen organic dan terjadi kavitas.
Karies adalah kerusakan yang terbatas pada jaringan gigi mulai dari email gigi
hingga menjalar ke dentin. Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi
pada jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan bahan organiknya. Proses ini
ditandai timbulnya white spot pada permukaan gigi. White spot merupakan bercak
putih pada permukaan gigi. Penjalaran karies mula-mula terjadi pada email. Bila
tidak segera dibersihkan dan ditambal, karies akan menjalar ke bawah hingga
sampai ke ruang pulpa yang berisi saraf dan pembuluh darah, sehingga
menimbulkan
rasa
sakit
dan
akhirnya
gigi
tersebut
bisa
mati.
Klasifikasi
Karies
memiliki
kedalaman
yang
berbeda.
Derajat
keparahannya
dikelompokan menjadi:
a. Karies pada email
Biasanya tidak menimbulkan rasa sakit, namun bila ada rangsangan yang
berasal dari makanan atau minuman yang dingin akan terasa linu.
b. Karies pada dentin
Ditandai dengan adanya rasa sakit apabila tertimbun sisa makanan.
Apabila sisa makanan disingkirkan maka rasa sakit akan berkurang.
c.
Iritasi pulpa
Iritasi pulpa adalah suatu keadaan dimana lapisan enamel gigi mengalami
kerusakan sampai batas dentino enamel junction
Gejala-gejala :
gigi
Pemeriksaan objektif :
Tes thermis : dengan chlor etil terasa ngilu, bila rangsang dihilangkan
Hyperemi pulpa
Hyperemi pulpa merupakan lanjutan dari iritasi pulpa. Hyperemi
pulpa adalah suatu keadaan dimana lapisan dentin mengalami kerusakan , terjadi
sirkulasi darah bertambah karena terjadi pelebaran pembuluh darah halus di dalam
pulpa.Pulpa terdiri dari saluran pembuluh darah halus, urat-urat syaraf,dan saluran
lympe
Gejala :
Terasa lain jika terkena makanan/ minuman manis,asam panas dan dingin.
Makanan / minuman dingin lebih ngilu daripada makanan / minuman panas
Kadang-kadang sakit kalau kemasukan makanan
Pemeriksaan objektif :
Terlihat karies media atau propunda
Bila di tes dengan chlor etil terasa ngilu
Pulpitis Reversible
Pulpitis reversible merupakan proses inflamasi ringan yang apabila
penyebabnya dihilangkan maka inflamasi menghilang dan pulpa akan kembali
normal. Faktor-faktor yang menyebabkan pulpitis reversible, antara lain stimulus
ringan atau sebentar seperti karies insipient, erosi servikal, atau atrisi oklusal,
sebagian besar prosedur operatif, kuretase periodontium yang dalam dan fraktur
email yang menyebabkan tubulus dentin terbuka.
Gejala
Pulpitis reversible bersifat asimtomatik dapat disebabkan karena karies yang
baru muncul dan akan kembali normal bila karies dihilangkan dan gigi direstorasi
dengan baik, apabila ada gejala (bersifat simtomatik) biasanya berbentuk pola
khusus. Aplikasi stimulus dingin atau panas, dapat menyebabkan rasa sakit yang
tajam. Jika stimulus ini dihilangkan, nyeri akan segera reda. Stimulus panas dan
dingin menimbulkan nyeri yang berbeda pada pulpa normal. Ketika panas
diaplikasikan pada gigi dengan pulpa yang tidak terinflamasi, respon awal yang
langsung terjadi (tertunda), namun jika stimulus panas ditingkatkan maka
intensitas nyeri akan meningkat. Sebaliknya, jika stimulus dingin diberikan, pulpa
normal akan segera terasa nyeri dan menurun jika stimulus dingin dipertahankan.
Berdasarkan observasi hal ini, respon dari pulpa sehat maupun terinflamasi
tampaknya sebagian besar disebabkan oleh perubahan dalam tekanan intrapulpa.
Pulpitis Irreversible
Pulpitis irreversible merupakan inflamasi parah yang tidak akan bisa pulih
walaupun penyebabnya dihilangkan dan lambat atau cepat pulpa akan menjadi
Nekrosis Pulpa
Nekrosis pulpa adalah matinya pulpa, dapat sebagian atau seluruhnya,
tergantung pada seluruh atau sebagian yang terlibat. Nekrosis, meskipun suatu
inflamasi dapat juga terjadi setelah jejas traumatic yang pulpanya rusak sebelum
terjadi reaksi inflamasi. Nekrosis ada dua jenis yaitu koagulasi dan likuifaksi
(pengentalan dan pencairan). Pada jenis koagulasi, bagian jaringan yang dapat
larut mengendap atau diubah menjadi bahan solid. Pengejuan adalah suatu bentuk
nekrosis koagulasi yang jaringannya berubah menjadi masa seperti keju, yang
terdiri atas protein yang mengental, lemak dan air. Nekrosis likuefaksi terjadi bila
enzim proteolitik mengubah jaringan menjadi massa yang melunak, suatu cairan
atau debris amorfus. Pulpa terkurung oleh dinding yang kaku, tidak mempunyai
sirkulasi daerah kolateral, dan venul serta limfatiknya kolaps akibat meningkatnya
tekanan jaringan sehingga pulpitis irreversible akan menjadi nekrosis likuifaksi.
Jika eksudat yang dihasilkan selama pulpitis irreversible diserap atau didrainase
melalui kavitas karies atau daerah pulpa yang tebuka ke dalam rongga mulut,
proses nekrosis akan tertunda; pulpa di daerah akar akan tetap vital dalam jangka
waktu yang cukup lama. Sebaliknya, tertutup atau ditutupnya pulpa yang
terinflamasi mengakibatkan proses nekrosis pulpa yang cepat dan total serta
timbulnya patosis periapikal.
Gejala
Gejala umum nekrosis pulpa :
1.
2.
Nyeri spontan atau tidak ada keluhan nyeri tapi pernah nyeri spontan.
3.
4.
pelebaran jaringan periodontal yang sangat nyata adalah kehilangan lamina dura
5.
6.
Lesi radiolusen yang berukuran kecil hingga besar disekitar apeks dari
2.
3.
Pemeriksaan objektif :
1.
2.
3.
4.
Biasanya tidak bereaksi terhadap tes elektrik dan termal. Kecuali pada
nekrosis tipe liquifaktif.
5.
Periodontitis
Periodontitis adalah seperangkat peradangan penyakit yang mempengaruhi
periodontium yaitu jaringan yang mengelilingi dan mendukung gigi. Periodontitis
melibatkan hilangnya progresif dari tulang alveolar di sekitar gigi dan jika tidak
diobati
dapat
menyebabkan
melonggarnya
jaringan
periodontium
serta
kehilangan gigi. Merupakan suatu penyakit jaringan penyangga gigi yaitu yang
melibatkan gingiva, ligamen periodontal, sementum, dan tulang alveolar karena
suatu proses inflamasi. Inflamasi berasal dari gingiva (gingivitis) yang tidak
dirawat, dan bila proses berlanjut maka akan menginvasi struktur di bawahnya
sehingga akan terbentuk poket yang menyebabkan peradangan berlanjut dan
merusak tulang serta jaringan penyangga gigi, akibatnya gigi menjadi goyang dan
akhirnya harus dicabut. Karekteristik periodontitis dapat dilihat dengan adanya
inflamasi gingiva, pembentukan poket periodontal, kerusakan ligamen periodontal
dan tulang alveolar sampai hilangnya sebagian atau seluruh gigi.
Gejala
Periodontitis kronis bisa terdiagnosis secara klinis dengan mendeteksi
perubahan inflamasi kronis pada marginal gingival, kemunculan poket periodontal
dan kehilangan perlekatan secara klinis. Penyebab periodontal ini besifat kronis,
kumulatif, progresif dan bila telah mengenai jaringan yang lebih dalam akan
menjadi irreversible. Secara klinis pada mulanya terlihat peradangan jaringan
gingiva disekitar leher gigi dan warnanya lebih merah daripada jaringan gingiva
sehat. Pada keadaan ini sudah terdapat keluhan pada gusi berupa perdarahan
spontan atau perdarahan yang sering terjadi pada waktu menyikat gigi.
Bila gingivitis ini dibiarkan melanjut tanpa perawatan, keadaan ini akan
merusak jaringan periodonsium yang lebih dalam, sehingga cement enamel
junction menjadi rusak, jaringan gingiva lepas dan terbentuk periodontal poket.
Pada beberapa keadaan sudah terlihat ada peradangan dan pembengkakan dengan
keluhan sakit bila tersentuh.
Bila keparahan telah mengenai tulang rahang, maka gigi akan menjadi goyang dan
mudah lepas dari soketnya.
Cabang terkecil dari ganglion gasseri keluar dari cranium melalui fissura
orbitalis superior.Inervasi struktur di dalam; orbita, dahi, kulit kepala, sinus
frontalis, palpebra superior.
b. N. Maksila
N. Maxillaris keluar dari cranium melalui foramen rotundum fossa
pterygopalatina terus berjalan melalui fissura orbitalis inferior ke anterior
canalis infra orbitalis.
Cabang N. Maxillaris
Saraf
Lokasi
1. 1. n. pharyngeus
2.
n.
n.
palatinus mayus
mayus
keluar
3.
n.
minor
Inervasi
palatinus
mucoperiosteum
n.
superior
molar
&
4. n. nasopalatinus n. nasopalatinus
5.
palatal
2. N.
Alveolaris
Superior Posterior
3. N.
Alveolaris
gigi
Superior Medius
&
&
akar
4. N.
premolar
Alveolaris
insisivus
sentral
&
lateral,
Superior Anterior
satu sisi RA
Keluar
V. N. Infra orbitalis
foramen
orbitalis.
melalui
infra
c. N. Mandibula
Cabang terbesar keluar dari ganglion gasseri. Dari cranium keluar melalui
foramen ovale membentuk 3 cabang; n. buccalis longus, n. Lingualis, n.
alveolaris inferior
Cabang awal yang menuju ke mandibula adalah nervus alveolar inferior.
Nervus alveolaris inferior terus berjalan melalui rongga pada mandibula di
bawah akar gigi molar sampai ke tingkat foramen mental. Cabang pada gigi
ini tidaklah merupakan sebuah cabang besar, tapi merupakan dua atau tiga
cabang yang lebih besar yang membentuk plexus dimana cabang pada inferior
ini memasuki tiap akar gigi.
Selain cabang tersebut, ada juga cabang lain yang berkonstribusi pada
persarafan mandibula. Nervus buccal, meskipun distribusi utamanya
pada mukosa pipi, saraf ini juga memiliki cabang yang biasanya di
distribusikan ke area kecil pada gingiva buccal di area molar pertama. Namun,
dalam beberapa kasus, distribusi ini memanjang dari caninus sampai ke molar
ketiga. Nervus lingualis, karena terletak di dasar mulut, dan memiliki cabang
mukosa pada beberapa area mukosa lidah dan gingiva. Nervus mylohyoid,
terkadang dapat melanjutkan perjalanannya pada permukaan bawah otot
mylohyoid dan memasuki mandibula melalui foramen kecila pada kedua sisi
midline. Pada beberapa individu, nervus ini berkontribusi pada persarafan dari
insisivus sentral dan ligament periodontal.
Cabang N. Mandibularis
Saraf
Lokasi
Inervasi
Berjalan
I. N.
Buccalis
longus
caput
diantara
m.
kedua
pterygoideus
membran
mukosa
mucoperiosteum
bukal,
lateral
gigi
m. buccinators
Berjalan
superfisial
II. N. Lingualis
pterygoideus
ke
bawah
dari
m.
internus
2/3
anterior
mucoperiosteum
mukosa lingual
&
lidah,
membran
mulut
Cabang
terbesar
N.
Mandibularis.
Turun
dibalik
m.
berjalan
antara
ramus
mandibula
&
ligamentum
Cabang
2. r. Dentalis brevis
N.
Alveolaris Inferior
3. r. Mentalis
4. r. Incisivus
incisivus
sentral-lateral,
caninus
ANTIBIOTIK
Pemilihan antibiotik harus dilakukan dengan hati-hati. Sering terjadi salah
pemahaman bahwa semua infeksi harus diberikan antibiotik, padahal tidak semua
infeksi perlu diberikan antibiotik. Pada beberapa situasi, antibiotik mungkin tidak
banyak
berguna
dan
justru
bisa
menimbulkan
kontraindikasi.
Untuk
masih
menjadi drug
of
choice yang
sensitif
terhadap
L1 (safest)
L2 (safer)
L3 (moderately safe)
L4 (possibly hazardous)
L5 (contraindicated)
X (contraindicated in pregnancy)
Antibiotika
[contents]
Amoxicillin
Larotid, Amoxil
Approved
L1
Aztreonam
Azactam
Approved
L2
Cefadroxil
Ultracef, Duricef
Approved
L1
Cefazolin
Ancef, Kefzol
Approved
L1
Cefotaxime
Claforan
Approved
L2
Cefoxitin
Mefoxin
Approved
L1
Cefprozil
Cefzil
Approved
L1
Taxidime
Approved
L1
Ceftriaxone
Rocephin
Approved
L2
Ciprofloxacin [more]
Cipro
Approved
L3
Clindamycin
Cleocin
Approved
L3
Ceftazidime
Erythromycin
Ceftazidime, Fortaz,
L1
Approved
L3 early
postnatal
Fleroxacin
Approved
NR
Gentamicin
Garamycin
Approved
L2
Kanamycin
Kebecil, Kantrex
Approved
L2
Moxalactam
Moxam
Approved
NR
Nitrofurantoin
Macrobid
Approved
L2
Ofloxacin
Floxin
Approved
L2
Penicillin
Approved
L1
Streptomycin
Streptomycin
Approved
L3
Sulbactam
Approved
NR
Sulfisoxazole
Gantrisin, Azo-Gantrisin
Approved
L2
Approved
L2
Timentin
Approved
L1
Proloprim, Trimpex
Approved
L3
Tetracycline
Ticarcillin
Trimethoprim/sulfametho
xazole
Achromycin, Sumycin,
Terramycin
Ticarcillin, Ticar,
OBAT KUMUR
Obat kumur merupakan larutan atau cairan yang digunakan untuk membilas
rongga mulut dengan sejumlah tujuan antara lain untuk menyingkirkan bakteri
perusak, bekerja sebagai penciut, untuk menghilangkan bau tak sedap,
mempunyai efek terapi dan menghilangkan infeksi atau mencegah karies gigi.
Obat kumur dikemas dalam dua bentuk yakni dalam bentuk kumur dan spray.
Untuk hampir semua individu obat kumur merupakan metode yang simpel dan
dapat diterima untuk pengobatan secara topikal dalam rongga mulut.
(zat
penciut),
menyebabkan
pembuluh
darah
lokal
Beberapa bahan inaktif juga terkandung dalam obat kumur, antara lain:
a. Air, penyusun persentasi terbesar dari volume larutan
b. Pemanis, seperti gliserol, sorbitol, karamel dan sakarin
c. Bahan pewarna
d. Flavorings agents (bahan pemberi rasa).
OBAT-OBATAN SEDATIF
Kebanyakan obat-obatan sedatif dikategorikan dalam satu dari tiga kelompok
utama, yaitu: Benzodiazepin, neuroleptik dan agonis a2- adrenoseptor. Obatobatan ini lebih sering di klasifikasikan sebagai jenis anestesi intravena, terutama
propofol dan ketamin, juga digunakan sebagai obat sedatif dengan dosis
subanestetik. Anestesi inhalasi juga sering digunakan sebagai sedatif dalam kadar
subanestetik.
a. BENZODIAZEPIN
Benzodiazepin diklasifikasi berdasarkan lama kerja obat, yaitu sebagai
lama kerja panjang (diazepam), lama kerja sedang (temazepam), lama kerja
pendek (midazolam).
b. DIAZEPAM
Diazepam adalah golongan benzodiazepin pertama yang tersedia untuk
penggunaan parenteral.
diformulasikan dalam propylene glikol, yang sangat iritan untuk vena dan
dihubungkan dengan peningkatan insidens dari tromboflebitis. Suatu emulsi
lemak (diazemuls) ditingkatkan/ditemukan selanjutnya. Kedua formasi
tersebut disediakan dalam ampul 2 ml yang terdiri dari 5 mg/ml. Diazepam
juga tersedia untuk oral yaitu tablet atau sirup dengan 100% bioavibilitas dan
larutan rectal dan supositoria. Eliminasi waktu paru 20-50 jam, tetapi
metabolit-metabolit aktif diproduksi termasuk desmetil diazepam dengan
waktu paru 36-200 jam, clearance menurun pada disfungsi hepar.
Dosis
Dosis
Maksimal 20 mg.
Terapi intensif : Tidak cocok untuk infus, dosis bolus IV 5-10 mg/4 jam.
c. MIDAZOLAM
Midazolam adalah suatu derivat imidazoensodiazepinedan cincin imidazol
yang mencapai kelarutan air pada pH < 4. Pada pH darah, obat tersebut
menjadi lebih larut lemak dan mempenetrasi otak dengan cepat dengan onset
sedasi dalam 90 detik dan efek puncak pada 2-5 menit. Tersedia dalam vial
50 ml terdiri dari 1 mg/ml dan tablet 15 mg dan bioavailabilitas 44%.
Midazolam melewati metabolisme oksidatif hepatik dan memiliki waktu paru
1 jam dan meskipun aktif secara biologik, obat tersebut penting hanya
sesudah pemanjangan waktu infus pada pasien dengan kelainan ginjal.
Midazolam lebih potensial 1,5-2 kali dari diazepam dan memiliki
farmakokinetik yang lebih baik untuk digunakan sebagai suatu sedatif
intravena jangka pendek.
Dosis
d. TEMAZEPAM
Golongan benzodiazepin ini hanya tersedia bentuk oral, namun digunakan
lebih luas sebagai suatu obat premedikasi karena sifat anxiolitiknya.
Pemberian secara oral absorpsinya sempurna tapi membutuhkan waktu
sampai dengan 2 jam untuk mencapai konsentrasi puncak di plasma.
Metabolisme berlangsung di hepar lewat konjugasi dengan glukoronidase dan
tidak ada produksi metabolit yang penting. Memiliki eliminasi waktu paru
relatif lama 8-15 jam. Dosis 20 mg efektif dalam 1-2 jam dan bertahan sekitar
2 jam, dengan gejala siksa mengantuk. Toleransi dan ketergantungan jarang
terjadi pada pemakaian lama dari temazepam, ditujukan secara luas sebagai
suatu hipnotik.
e. LORAZEPAM
Obat ini tersedia untuk penggunaan parenteral dan oral, tetapi tidak
digunakan secara rutin sebagai sedatif IV karena dibatasi oleh aksi dari onset
yang pelan. Metabolisme oleh glukoronidasi dengan eliminasi waktu paru 15
jam dan durasi yang lebih panjang dibandingkan temazepam. Jika digunakan
untuk premedikasi, dosis 2-4 mg diberikan malam sebelumnya atau pada
permulaan hari pembedahan. Amnesia adalah suatu tanda yang menyertai
pemberian obat ini.
Saat ini lorazepam IV merupakan drug of choice pada penanganan status
epileptikus, karena memiliki durasi yang lebih panjang untuk aksi
antilepilepsi dibanding diazepam. Juga bisa digunakan untuk penanganan
serangan akut panik yang berat, baik secara IM/IV dengan dosis 25-30 g/kg
(dosis biasa 1,5-2.5 mg). Jalur IM hanya digunakan jika tidak ada jalur lain
yang tersedia.
EFEK SAMPING
Efek samping dari benzodiazepin tergantung dosis dan dapat diprediksi
dari efek farmakodinamiknya. Oversedasi, depresi ventilasi, ketidakstabilan
hemodinamik dan obstruksi jalan napas dapat terjadi pada kelebihan dosis
yang tidak diperhatikan dan lebih sering terjadi pada orang tua atau pasien
dengan kondisi yang lemah.
f. FLUMAZENIL
dimasukkan kapas yang longgar agar sisa makanan tidak menutup jalan
drainase. Setiap hari kapas diganti dan saluran dibersihkan dengan larutan
garam fisiologis atau NaCl 0,5% bila sekret pus tidak ada lagi. Dalam hal ini,
Schroeder (1981) menganjurkan terapi alternatif, yaitu pemberian preparat
antibiotik kortikosteroid dan menutup saluran dengan oksida seng eugenol.
Setelah rasa sakit berkurang, dan drainase telah berhenti, saluran akar
dipersarafi dengan sempurna dan diisi dengan bahan pengisi saluran akar.
2. Trepanasi di daerah apeks akar
Trepanasi melalui tulang dikenal dengan nama fistulasi apikal.
OBAT ANALGETIK
Obat Analgesik terbagi atas 2, yaitu :
a. Golongan Steroid
Contoh
Parasetamol,
Aspirin,
Antalgin/Metampiron,
AsamMefenamat, Ibuprofen
Mekanisme Kerja
No. Golongan Obat
Mekanisme Kerja
1.
Steroid
berarti
tidak
terbentuknya
prostaglandin.
2.
Pemakaian NSAID
Abses gigi sering kali dapat menimbulkan rasa nyeri. Nyeri gigi yang muncul
akibat keradangan salah satunya disebakan oleh adanya infeksi dentoalveolar