BAB I
PENDAHULUAN
Ibid, h. 46
Agung W, Pintar Berbahasa Indonesia, Cet VI, (Jakarta: Cahaya Agenci, 1997), h. 13
Poerwodaminto, Kriteria Menulis dengan Benar, Cet XI, (Semarang: Kasih Ibu, 1987),
h. 105
5
Kridalaksana, Pintar Berbahasa Indonesia, Cet. III, (Jakarta: Grafika Media, 2006), h.
968
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka yang menjadi rumusan masalah
secara umum dalam penelitian ini adalah bagaimanakah kemampuan menulis
Akhadiah, Pelajaran Bahasa Indonesia, Cet. XI, (Semarang: Toha Putra, 2002), h. 2
Tarigan, Cara Menulis Berita yang baik, Cet, I, (Semarang: Toha Putra, 1999), h. 187-
188
berita pada Mahasiswa Jurusan Dakwah smester V unit I, II, III dan IV STAIN
Malikussaleh Lhokseumawe. Secara khusus penelitian ini adalah:.
1. Bagaimanakah kemampuan menulis berita pada Mahasiswa Jurusan
Dakwah smester V unit I, II, III dan IV STAIN Malikussaleh
Lhokseumawe?
2. Faktor apa saja yang menghambat kemampuan menulis berita pada
Mahasiswa Jurusan Dakwah smester V unit I, II, III dan IV STAIN
Malikussaleh Lhokseumawe?
3. Bagaimanakah solusi yang harus dilakukan dalam meningkatkan
kemampuan menulis berita?
Berdasarkan rumusan masalah ini maka dapat peneliti tentukan
indikatornya yaitu:
a. Membekali Mahasiswa dengan materi tentang berita agar mudah
mengembangkan tulisan.
b. Penjelasan karakter serta cara memilih masalah yang tepat untuk
dijadikan berita.
c. Mengembangkan permasalahan menjadi sebuah tulisan berita.
d. Melahirkan Mahasiswa yang mempu menulis berita.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan tentang kemampuan menulis
berita pada Mahasiswa Jurusan Dakwah smester V unit I, II, III dan IV STAIN
2.
3.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat diambil manfaat bagi Mahasiswa, Dosen, dan
Perguruan tinggi STAIN Malikussaleh Lhokseumawe.adapun manfaat dalam
penelitian ini yaitu:
1. Mahasiswa
a. Mahasiswa dapat mengetahui sejauh mana kemampuan dalam menulis
teks berita.
b. Mahasiswa dapat mengembangkan kreativitas dan kemampuan menulis
teks berita di dalam ruang belajar.
2. Dosen/Pengajar
a. Sebagai sumber informasi bagi dosen/pengajar untuk memantau sejauh
mana kemampuan yang dimiliki mahasiswa dalam menulis teks berita.
E. Batasan Istilah
Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap istilah yang dipakai
pada judul penelitian ini maka penulis perlu menjelaskan defenisi operasionalnya
sebagai:
1. Kemampuan
Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, atau kekuatan melakukan
sesuatu.8 Penulis lebih cenderung mengartikan kemampuan adalah suatu perkara
yang telah mempu dikerjakan.
2. Berita
Berita adalah peristiwa/kejadian yang terkini (aktual). Suatu peristiwa bisa
disebut berita apabila sudah dilaporkan. Fakta atau informasi dari peristiwa yang
disiarkan. Peristiwa yang masih terserak di lapangan dan belum disiarkan tidak
bisa disebut berita9. Secara sederhana berita dapat diartikan sebagai informasi atas
Nurhayati, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. II, (Jakarta: Grafika Media, 2007), h.
702
9
Asep,dan Kaka, Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia, Cet. II, (Bandung: Pustaka Setia,
2007), h. 15
suatu peristiwa atau suatu hal. Karena berita ditulis untuk dibaca, maka harus
dibuat semenarik mungkin agar orang yang membaca merasa mendapatkan suatu
hal baru atau sebuah pencerahan yang bermanfaat.10
Penulis lebih cenderung mengartikan berita adalah suatu khabar atau
peristiwa yang disampaikan.
3. Jurusan Dakwah
Jurusan dakwah merupakan jurusan termuda dilingkungan STAIN
Malikussaleh yang terbentuk pada tahun akademik 2002 2003.11
4. STAIN Malikussaleh
sebuah lembaga perguruan tinggi islam terdepan dalam pendidikan dan
pembelajaran, penelitian dan pengabdian masyarakatsehingga menjadi pusat
kajian
keislaman,
pembinaan
aqidah,
pembaharuan
pemikiran
dengan
F. Kajian Terdahulu
Penelitian ini juga diperkuat dengan argumentasipeneliti dahulu yang
berkaitan erat dengan penelitian ini. Diantaranya, ada beberapa karya tulis ilmiah
peneliti terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini. Yaitu:
10
Abdullah Badri, Belajar Menulis Berita, Cet. I, ( Bandung: Pustaka Setia, 2005), h. 24
11
90
12
Ibid, h. 3
10
5. Karya ilmiah yang penulis susun ini dengan judul Kemampuan Menulis
Tesk Berita pada Mahasiswa/I Jurusan Dakwah Prodi Komukasi
Penyiaran Islam smester V unit I, II, III dan IV. Dalam penelitian ini ada
beberapa variabel yang berdekatan dan berbeda dengan penelitian
terdahulu yang telah penulis sebutkan di atas. Antara lain:
Penelitian M. Iqbal Ramadhan
a. Peneliti terdahulu menyebutkan tentang peningkatan menulis berita,
bisa kita pahami bahwa sudah pernah dilakukan hal sama pada
sekolah tersebut. Sedangkan peneliti sekarang menjelaskan tentang
kemampuan menulis berita, seberapa besar kemampuan mahasiswa
dalam menulis berita. Jadi, peneliti tidak melihat peningkatannya dulu
dan sekarang.
b. Peneliti terdahulu menggunakan model pembelajaran inquiry,
kemungkinan besar karena yang peneliti terdahulu lakukan pada
siswa/i sekolah dasar (SD). Jadi, agar lebih memudahkan meraka
dalam
melakukan
tugas.
Sedangkan
peneliti
sekarang
tidak
11
12
BAB II
LANDASAN TEORITIS
Asep dan Kaka, R, Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia, Cet. II, (Bandung: Pustaka
Setia, 2007), h. 15
14
15
Abdullah Badri, Belajar Menulis Berita, Cet. I, ( Bandung: Pustaka Setia, 2005), h. 24
13
2. Karakter Berita
Tidak semua perisriwa layak untuk dijadikan sebuah berita. Bisa jadi,
sebuah peristiwa sangat besar artinya bagi kita, namun tidak bagi orang lain.
Misalnya, kemarin Zaidun sukses menembak Hindun. Bagi dia, peristiwa itu
bagian dari sejarah hidupnya yang tak akan terlupakan, namun bagi orang lain (no
one dont care) tidak penting. Secara sederhana dikatakan bahwa berita itu ditulis
bukan untuk diri pribadi, namun untuk publik, orang banyak. Yang ditulis untuk
konsumsi pribadi bukan berita, namun catatan harian atau diary. Karenanya, agar
berita itu bernilai publik, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan
berkaitan dengan peristiwa yang ditulis itu.16
Pertama, waktu (aktualitas). Yakni kecepatan dalam penyampaian berita.
Peristiwa yang ditulis haruslah peristiwa yang sedang dalam perdebatan wacana.
Misalnya berita tentang perkawinan Pujiono dengan Ulfa jelas tidak relevan lagi
bila baru ditulis sekarang. Sebab, perkembangan wacana tentang Puji sudah
sedemikian cepat. Semakin cepat berita disampaikan, semakin mahal nilai dan
harganya.
Kedua, unsur kedekatan (jarak). Ada dua makna dalam kata jarak,
geografis dan emosi. Peristiwa lokal seperti kecelakaan di Kota Manado, tidak
begitu menarik minat baca orang yang tinggal di Kudus, kendati berpengaruh
secara sosial. Karena secara geografis, tempat kejadian itu jauh. Begitupun dalam
pemberitaan tentang fluktuasi bursa saham Indonesia. Bagi mahasiswa, berita itu
tidak menarik, karena belum begitu paham. Berbeda ketika dalam sebuah koran
16
Ibid, h. 30
14
15
17
Ibid, h. 65
16
2. Berimbang (Balanced)
Berita harus mencerminkan peristiwa seutuh mungkin. Semua bagian
peristiwa mendapat bagian yang adil dan semua pihak yang
terlibat tidak
Ibid, h. 65
19
Ibid, h. 67
17
5. Aktual (Recent)
Berita tidak boleh ketinggalan waktu. Sebab, waktu unsur terpenting
dalam penulisan berita. Waktu juga merupakan titik persaingan antar surat kabar.
Karena itu deadline menjadi diktator yang mempunyai kekuasaan mutlak terhadap
kehidupan wartawan. Tugas berpacu dengan waktu menjadi lebih berat lagi
dengan
perkembangan
teknologi
komunikasi
yang
amat
pesat.
Untuk
C. Jenis-jenis Berita
1. Straight News (Hard News, Spot News)
Yakni berita yang secepat mungkin harus dibaca oleh pembaca. Berita
jenis ini memiliki ciri teknis sebagai berikut:
a. Menggunakan gaya bahasa to the point atau lugas
b. Masalah terpenting dalam berita tersebut ditulis pada alinea pertama.
Makin kebawah, isi berita makin tidak penting. Dengan membaca
alinea pertama atau hanya membaca judulnya, orang akan langsung
menangkap pointnya. Penulisan ini disebut juga dengan istilah Piramida
Terbalik.
c. Unsur 5 W + 1 H dapat ditangkap langsung, harus aktual.
20
Ibid, h.68
18
21
Ibid, h. 73
19
20
22
Ibid, h. 45
21
nara
sumber
pilihan
yang
dapat
dipertanggungjawabkan
kredibilitasnya.23
23
Ibid, h.40
22
24
Ibid, h,. 35
25
Adi Andriansyah, Struktur-struktur Berita, Cet. III, (Semarang: Media Lestari, 2003), h.
13
23
26
Ibid, h. 18
27
24
28
25
Ibid, h . 30
26
30
Ibid, h. 47
27
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada jurusan dakwah smester V unit III STAIN
Malikussaleh Lhokseumawe ini merupakan jurusan termuda dilingkungan STAIN
Malikussaleh, yang terbentuk pada tahun akademik 2002 2003. latar belakang
yang melahirkan jurusan ini di STAIN Malikussaleh adalah adanya keinginan
dariberbagai calon mahasiswa baru yang mendaftar di STAIN Malikussaleh
ketika itu untuk mempelajari ilmu dakwah.31
Jurusan dakwah berdiri dibawah naungan STAIN Malikussaleh sejak
mulai pundak kepemimpinan di pegang oleh bapak Drs. H. Hafifuddin, M. Ag
sampai dengan sekarang masih tetap aktif dan insyaallah sampai kedepannya.
jurusan dakwah dikepalai oleh seorang ketua jurusan, dan memiliki satu prody
yaitu prody Komunikasi Penyiaran Islam dan juga dikepalai oleh seorang ketua
prody.
Penelitian ini dilaksanakan pada jurusan dakwah smester V unit I, II, III
dan IV STAIN Malikussaleh dengan Subjek penelitian ini adalah mahasiswa
smester V unit I, II, III dan IV tahun akademik 2011/2012. jurusan ini terletak
dalam komplek lembaga pendidikan STAIN Malikussaleh di lingkungan kota
Lhokseumawe kecamatan Muara Satu gampoeng Alu Awe. Alasan peneliti
31
29
memilih lokasi penelitian pada jurusan dakwah smester V unit I, II, III dan IV
adalah sebagai berikut.
1. Jurusan dakwah merupakan tempat peneliti menimba ilmu sehingga
memudahkan peneliti untuk melakukan riset penelitian.
2. Belum pernah dilakukan penelitian tentang penelitian ini pada Jurusan
Dakwah smester V unit I, II, III dan IV.
3. Jurusan ini memang mempunyai misi untuk mencetak kader jurnalis yang
handal terutama dalam bidang menulis teks berita, sehingga mendorong
keinginan peneliti yang kuat untuk mengkaji dan melihat sejauh mana
kemampuan mahasiswa dalam memahami dan menulis teks berita yang
telah mereka belajar tentang masalah tersebut.
B. Jenis Penelitian
Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kualitatif bersifat deskriptif
karena data berbentuk uraian dan analisis dengan teknik analisis.Penelitian
kualitatif adalah pendekatan sistematis dan objektif yang temuan temuannya tidak
diperoleh dari statistic atau bentuk hitungan lainnya.32
Beberapa pendapat ahli tentang penelitian Kaulitatif, menurut Bodgan dan
Taylor mendefinisikan penelitian Kualitatif adalah prosedur penelitian yang
32
h.32.
Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kaulitatif, Cet I, (Bandung: Pustaka Setia, 2002),
30
menghasilkan data deskriptif berupa data data tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang dapat di amati.33
Kirk dan Miller mendifinisikan bahwa kualitatif adalah tradisi tertentu
dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari
pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun peristilahannya.34
C. Sumber Data
1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara yang dilakukan
kepada mahasiswa dan mahasiswi jurusan dakwah semester V unit I, II, III dan
IV. Total populasi dari mahasiswa/I semester V adalah 124, untuk mendapat
tujuan yang efektif dan efesien metode dilakukan untuk sampel penelitian dengan
populasi sampling yaitu 20 mahasiswa/i.
2. Data Skunder
Data ini diperoleh dari studi opservasi( pengamatan terhadap aktivitas dan
kreatifitas mahasiswa/i). serta studi dokumentasi prestasi dari dokumen terkait
dengan topik penelitian ini yang diperoleh mahasiswa/I semester V yang telah
menuduki semester VI atas kemampuan menulis berita. Seperti: KHS mahasiswa,
rekapitulasi penilaian.
33
h.4.
34
Kirk dan Miller, dikutip dalam J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung
: Remaja Rosdakarya, 2000), h.5.
31
Observasi
Observasi Adalah metode atau cara yang menganalisis dan mengadakan
35
Ibid, h. 16
36
Ibid, h. 24
32
untuk membuat data itu valid dalam penelitian ini peneliti menggunakan strategi
pengumpulan data, supaya memperoleh hasil yang efektif. Bagian kegiatan adalah
untuk mengetahui apakah yang ditulis dosen tentang memerankan tokoh drama
selama belajar apakah sama sebagaimana yang ditulis oleh peneliti dalam
catatannya. Hal itu bertujuan untuk memperoleh hasil yang lebih akurat. Setelah
itu perolehan data dari pengamatan kemudian dianalisa menurut prosudur data
kualitatif.
Informasi yang berasal dari data analisis dibandingkan dengan kriteria
kesuksean. Karena kebenaran dari data yang telah peneliti himpun dapat dilihat
dalam kenyataan hasil yang telah dicapai oleh mahasiswa.
1. Mereduksi Data
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengidentifikasi data,
kemudian
diklasifikasikan
menjadi
tiga
katagori,
37
yakni
pembelajaran,
37
Ibid, h. 53
33
39
Beduzzaman, Prosedur Penelitian Suatu Praktik, Cet. III, ( Bandung: Pustaka Setia,
2007), h. 43
34
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Disebut
juga
Bahasa
Komunikasi
Massa
(Language
of
Mass
35
adalah ilmu yang mempelajari tentang tehnik penulisan berita dalam bentuk
sastra.40
Ketiga mata kuliah ini sama-sama harus dikuasai oleh seorang yang ingin
menulis berita, mengerti bahasa jurnalistik yang baik, tehnik penulisan berita yang
benar dan bertia dalam bentuk features sehingga bisa meletakkan posisi berita
pada tempat yang layak. Berita yang menarik, mudah dipahami karena sesuai
dengan unsur penulisan berita dan penempatan berita yang sesuai dengan
tempatnya banyak diminati pembaca.
Berikut peneliti jelaskan kemampuan mahasiswa dalam menguasai ketiga
mata kuliah tersebut menurut pendapat sebahagian mahasiswa/i yang menjadi
sampling penelitian ini. Dengan hasil wawancara ini makan dapat memberikan
kesimpulan sementara terhadap kemampuan mahasiswa dalam menulis berita.
1. Kemampuan menulis berita berdasarkan tehnik penulisan berita
Ratna Dewi Mahasiswi Dakwah mengatakan Dilihat dari kenyataanya
mahasiswa dakwah banyak yang tidak memiliki kemampuan dalam
menulis berita, mungkin saja disebabkan kurang pemahaman tentang
tehnik penulisannya. Kita juga jarang menulis, ini disebabkan oleh
kemalasan kita untuk menulis dan bisa kita lihat mahasiswa jarang
menulis. Saya dapat nilai C mata kuliah ini, ni pertanda saya tidak
berbakat dalam konsep penulisan berita.41
Abdurrahman Mahasiswa Dakwah mengatakan Tidak banyak yang bisa
membuat lead berita yang di dalamnya harus mengandung unsur-unsur
berita 5W+1H, mungkin saja kita mengetahui itu unsur berita tetapi tidak
tahu penempatannya dimana, tempat dan tokoh yang mengalaminya siapa
lebih duluan kita tempatkan pada awal tulisan itu yang masih kurang
dipahami. Rata-rata mereka tidak menyukainya, maksudnya banyak
40
Wini Najwita Arif Fadhila, Jurnalistik Bahasa dan Sastra, Cet. II, (Jakarta: Setia
Abadi: 1989), 45
41
Hasil wawancara dengan Ratna Dewi, Mahasiswi Jurusan Dakwah, semester V unit I,
hari Kamis 3 Januari 2013
36
Hasil wawancara dengan Fakrhiani, Mahasiswi Jurusan Dakwah semester V unit I, hari
Kamis 3 Januari 2013
44
Hasil wawancara dengan Cut Muliana, Mahasiswi Jurusan Dakwah semester V unit I,
hari Kamis 3 Januari 2013
37
mungkin terlalu banyak kode etiknya, jadi mahasiswa merasa malas untuk
belajar. Hanya 40% persen saja mereka yang paham tentang bahasa
jurnalis, padahal bagi seorang yang ingin menulis berita (menjadi jurnalis)
harus benar-benar menguasai ilmu bahasa jurnalistik. Mahasiswa kurang
berminat dengan mata kuliah tersebut karena dua faktor yaitu mereka
malas menulis dan kurang mengerti sastra. Dari keseluruhan mahasiswa
dakwah mungkin bisa kita katakan hanya 40% saja yang benar-benar
menguasai ilmu bahasa jurnalis, lebih dari itu mengarang saja mereka
merasa sulit. Menurut saya kemampuan menulis berita kita dengan
penggunaan bahasa jurnalistik sangat kurang45
Juraida Mahasiswa Jurusan Dakwah mengatakan Bahasa jurnalistik itu
menurut saya sulit, susah untuk dipahami, terlalu banyak prosedurnya.
Sedikit sekali Mahasiswa yang paham dan bisa menggunakannya, bisa jadi
karena mahasiswa jarang mencoba menulis. Saya dapat C maka dari itu
saya katakan sulit, mungkin saja hanya saya yang susah memahaminya,
dapat saya katakan menulis berita saja Mahasiswa kurang berminat46
Ernawati Mahasiswi Jurusan Dakwah mengatakan Mahasiswa ada yang
senang dengan adanya mata kuliah tersebut, saya senang belajar mata
kuliah ini, sama saja dengan pelajaran-palajaran lain, insyaallah jika teliti
kita bisa. Menurut saya Mahasiswa bisa bahasa jurnalistik. Alhamdulillah
mata kuliah tersebut saya dapat A. Saya khususnya insyaallah mempu
menulis berita sebisa saya dengan penggunaan bahasa jurnalistik juga.47
Ratna Sari Mahasiswi Jurusan Dakwah mengatakan Saya kurang suka
menulis, mengarang, atau apa saja yang sejenisnya. Saya kurang
memerhatikan tentang bahasa yang bagus itu bagaimana. Jadi saya jalani
saja seperti adanya, diajarkan ya saya belajar, quiz saya ikut, midtem saya
ikut, tugas saya buat, final saya ikut. Persentase besar saya menguasai
bahasa jurnalistik? Mungkin saya jawab 50:50 ja lah.48
Saifuddin Mahasiswa dakwah mengatakan Rata-rata Mahasiswa bisa jika
mau memahaminya, karena semua jika dipahami pasti bisa dan mempu
kita laksanakan. Saya sendiri merasa sanggup dengan bidang tersebut,
45
Hasil wawancara dengan Riski Atiqah, Mahasiswi Jurusan Dakwah semester V unit II,,
hari Kamis 3 Januari 2013
46
Hasil wawancara dengan Juraida, Mahasiswi Jurusan Dakwah semester V unit II, hari
Kamis 3 Januari 2013
47
Hasil wawancara dengan Erna Wati, Mahasiswi Jurusan Dakwah semester V unit II,
hari Kamis 3 Januari 2013
48
Hasil wawancara dengan Ratna Sari, Mahasiswi Jurusan Dakwah semester V unit II,
hari Kamis 3 Januari 2013
38
49
Hasil wawancara dengan Saifuddin, Mahasiswa Jurusan Dakwah semester V unit II,
hari Kamis 3 Januari 2013
50
Hasil wawancara dengan Saifuddin, Mahasiswa Jurusan Dakwah semester V unit II,
hari Kamis 3 Januari 2013
39
Hasil wawancara dengan Juraida, Mahasiswi Jurusan Dakwah semester V unit II, hari
Kamis 3 Januari 2013
53
Hasil wawancara dengan Bapak Muslim, Salah Seorang Dosen Jurusan Dakwah, hari
Senin 15/Juli/2013
54
Hasil wawancara dengan Bapak Jafar, Salah Seorang Dosen Jurusan Dakwah, hari
Kamis 18/Juli/2013
55
Hasil wawancara dengan Bapak T. Fakhrijal, Salah Seorang Dosen Jurusan Dakwah,
hari Kamis 18/Juli/2013
40
Hasil wawancara dengan Bapak Hamdani, Salah Seorang Dosen Jurusan Dakwah,, hari
Kamis 18/Juli/2013
41
Nama
Unit
Nilai
Ratna Dewi
Abdurrahman
C+
Facrhiani
Cut Muliana
B-
Nelly Yusnaini
Rizqi Atiqah
II
Juraida
II
Ernawati
II
Ratnasari
II
A+
10
Saifuddin
II
A+
11
Muhammada Fazil
III
12
Israfil
III
13
Reni Elvira
III
14
Yulia
III
15
Mursalina
III
16
Fitriani
IV
17
Sufriadi
IV
42
18
Mukhsalmina
IV
19
Rahmiati
IV
B+
20
Ihcsan Fahmi
IV
B-
Nama
Unit
Nilai
Ratna Dewi
B-
Abdurrahman
Facrhiani
B-
Cut Muliana
B-
Nelly Yusnaini
B-
Rizqi Atiqah
II
Juraida
II
B-
Ernawati
II
B-
Ratnasari
II
10
Saifuddin
II
B-
11
Muhammada Fazil
III
B+
12
Israfil
III
C+
13
Reni Elvira
III
14
Yulia
III
B+
15
Mursalina
III
16
Fitriani
IV
17
Sufriadi
IV
B-
43
18
Mukhsalmina
IV
19
Rahmiati
IV
B-
20
Ihcsan Fahmi
IV
C-
NO
Nama
Unit
Nilai
Ratna Dewi
Abdurrahman
A-
Facrhiani
Cut Muliana
A+
Nelly Yusnaini
Rizqi Atiqah
II
A+
Juraida
II
Ernawati
II
Ratnasari
II
A+
10
Saifuddin
II
11
Muhammada Fazil
III
12
Israfil
III
A-
13
Reni Elvira
III
14
Yulia
III
15
Mursalina
III
16
Fitriani
IV
A-
44
17
Sufriadi
IV
A-
18
Mukhsalmina
IV
A-
19
Rahmiati
IV
A+
20
Ihcsan Fahmi
IV
45
58
Hasil wawancara dengan Fitriani, Mahasiswi Jurusan Dakwah semester V unit III, hari
Jumat 5 Juli 2013
59
Hasil wawancara dengan Yulia, Mahasiswi Jurusan Dakwah semester V unit III, hari
Jumat 5 Juli 2013
60
46
Hasil wawancara dengan Cut Muliyana, Mahasiswi Jurusan Dakwah semester V unit I,
hari Senin 15 Juli 2013
62
Hasil wawancara dengan Trijuanda, Mahasiswa Jurusan Dakwah semester V unit II,
hari Kamis/18/Juli/2013
63
Hasil wawancara dengan Mursalina, Mahasiswi Jurusan Dakwah semester V unit II,
hari Kamis/18/Juli/2013
64
Hasil wawancara dengan Juraida, Mahasiswi Jurusan Dakwah semester V unit II, hari
Kamis/18/Juli/2013
47
65
Hasil wawancara dengan Bapak Muslim, Salah Seorang Dosen Jurusan Dakwah, hari
Senin 15/Juli/2013
66
Hasil wawancara dengan Bapak Jafar, Salah Seorang Dosen Jurusan Dakwah, hari
Kamis 18/Juli/2013
48
luas karena pengalaman menulis mereka tidak ada. Serta mereka kurang
terbiasa karena tidak pernah mencoba untuk menulis.67
Bapak Hamdani mengatakan Kemampuan menulis berita terhambat oleh
beberapa faktor antara lain: sebagian besar mahasiswa kurang mampu
menulis yang sesuai dengan tehnik penulisan berita karena mereka kurang
pengetahuan. Mereka pun kurang memahami tehnik penggunaan bahasa
jurnalistik. Selain itu mahasiswa malas sekali membaca. Serta minimnya
kemauan mahasiswa untuk menulis dan malas masuk perpustakaan.68
Menurut pendapat peneliti sendiri ada beberapa faktor utama yang menjadi
kendala dalam penulisan berita di kalangan Mahasiswa Jurusan Dakwah, antara
lain: sebagian besar mahasiswa dakwah pada dasarnya kurang berminat terhadap
jurnalistik, sehingga membuat mereka kurang menekuni tentang mata pelajaran
yang berhubungan dengan jurnalistik. Mereka pun kurang memahami dan
mengerti tentang tehnik penulisan berita. Selain itu mereka malas membaca
terutama tentang mata pelajaran tersebut. Kebanyakan mahasiswa malas menulis
apalagi menulis berita, mereka lebih gemar mengcopy paste dari internet karena
lebih mudah dan tidak membutuhkan waktu lama.
Mencari hal yang mudah seperti mencopy paste memang telah
membudaya pada kalangan mahasiswa, mungkin dianggap ini lebih mudah dan
simpel tidak terlalu menglelahkan. Tidak sedikit tigas mahasiswa yang
diselesaikan dengan mengkopy bahan di internet ketimbang dia harus menulis
terlebih dahulu. Hal seperti inilah yang membuat mahasiswa kurang memiliki
kemampuan untuk menulis karena tidak sering dilakukan.
67
Hasil wawancara dengan Bapak T. Fakhrijal, Salah Seorang Dosen Jurusan Dakwah,
hari Rabu 17/Juli/2013
68
Hasil wawancara dengan Bapak Hamdani, Salah Seorang Dosen Jurusan Dakwah, hari
Rabu, 17/Juli/2013
49
wartawan kampus. Serta tidak pernah dilakukan studi banding ke tempat kantor
media atau tempat pemberitaan langsung sehingga minat mahasiswa pun kurang.
50
70
Hasil wawancara dengan Fitriani, Mahasiswi Jurusan Dakwah semester V unit III, hari
Jumat 5 Juli 2013
71
Hasil wawancara dengan Yulia, Mahasiswi Jurusan Dakwah semester V unit III, hari
Jumat 5 Juli 2013
72
51
Mereka pun harus lebih banyak meningkatkan kegiatan membaca agar lebih
banyak tahu serta rajin masuk perpustakaan.
Trijuanda mengatakan Solusi yang harus dilakukan adalah: sebagai
mahasiswa jurusan dakwah hendaknya menguasai bahan yang akan ditulis
terlebih dahulu. Selain itu mereka jua harus mempunyai wawasan yang luas agar
lebih banyak hal untuk ditulis. Serta mereka juga harus memahami unsur 5W+1H
agar benar dalam penulisan berita..73
Mursalina mengatakan yang dapat menjadi solusi dalam meningkatkan
kemampuan menulis, antara lain: mereka harus memahami penulisan berita agar
terarah. Selain itu mereka juga harus meningkatkan pengetahuan dan wawasan
yang luas. Upaya lain yaitu mereka harus lebih sering membaca agar bertambah
ilmu dan lebih sering menulis agar terbiasa dan berpengalaman.74
Juraida mengatakan adapun solusi dalam meningkatkan kemampuan
berita Mahasiswa Jurusan Dakwah, antara lain: mereka harus memahami tehnik
penulisan berita dan memahami unsur-unsur berita. Selain itu mereka pun harus
lebih giat membaca serta mencoba untuk menulis.75
Berdasarkan beberapa hasil komentar para Mahasiswa tentang solusi yang
harus dilakukan dalam meningkatkan kemampuan menulis berita dapat
disimpulkan semua mengatakan kendala dan solusi yang sama.
73
Hasil wawancara dengan Trijuanda, Mahasiswa Jurusan Dakwah semester V unit II,
hari Kamis/18/Juli/2013
74
Hasil wawancara dengan Mursalina, Mahasiswi Jurusan Dakwah semester V unit II,
hari Kamis/18/Juli/2013
75
Hasil wawancara dengan Juraida, Mahasiswi Jurusan Dakwah semester V unit II, hari
Kamis/18/Juli/2013
52
Berikut beberapa pendapat para dosen pengajar tentang solusi yang mesti
dilakukan, tentunya lawan dari kendala yang telah mereka sebutkan di atas.
Bapak Muslim MA mengatakan Maka solusinya berdasarkan kendalanya
adalah: sabagai mahasiswa jurusan dakwah hendaknya mereka meningkatkan
membaca. Selain itu mereka juga harus meningkatkan kemauan menulis dan
memahami keterangan berita. Serta mereka juga perlu menambah wawasan yang
masih lemah dan meningkatkan Minat untuk bisa.76
Bapak Jafar MA mengatakan Adapun solusi untuk memecahkan kendala
tersebut adalah: mahasiswa harus mempunyai minat dari diri sendiri,
karena minat tersebut adalah pendorong paling dasar. Serta didukung
dengan minat terhadap mata kuliah. Mereka juga harus mencoba-coba
menulis opini. Selain itu mereka juga harus sering ikut pelatihan jurnalis
dan sering membaca media-media. Dan juga sering nonton-nonton berita
di TV. Begitu pula sarana dan prasarana hendaknya kampus menfasilitasi
ruang dan alat praktek jurnalis yang sempurna.77
T. Fakhrijal mengatakan: Solusi agar Mahasiswa mempu menulis adalah:
mereka harus meningkatkan ketekunan membaca dan sering-sering menulis.
Selain itu mendalami pemahaman tentang berita juga sangat penting bagi
mahasiswa juusan dakwah. Serta mencari pengalaman agar berwawasan luas dan
mencoba-coba agar terbiasa.78
Bapak Hamdani mengatakan Solusi yang harus dilakukan adalah: mereka
harus sering menulis. Mencoba untuk terbiasa dengan tulisan atau merangkat
kalimat. Sesuatu akan terasa sulit juga jika jarang dilakukan. Serta belajar
76
Hasil wawancara dengan Bapak Muslim, Salah Seorang Dosen Jurusan Dakwah, hari
Senin 15/Juli2013
77
Hasil wawancara dengan Bapak Jafar, Salah Seorang Dosen Jurusan Dakwah, hari
Kamis 18/Juli/2013
78
Hasil wawancara engan Bapak T. Fakhrijal, Salah Seorang Dosen Jurusan Dakwah,
hari Rabu 17/Juli/2013
53
menuangkan ide tersebut menjadi sebuah tulisan. Selain itu mereka juga harus
lebih giat lagi membaca, dan gemar ke perpustakaan.79
Sedangkan menurut pendapat peneliti sendiri solusi-solusi yang harus
dilakukan adalah: Mahasiswa dakwah harus ada minat dari pertama. Setelah itu
tekuni mata pelajaran yang berhubungan dengan jurnalistik. Mereka juga harus
meningkatkan pemahaman tentang tehnik penulisan berita. Selain itu mkereka pun
harus lebih giat membaca terutama tentang mata pelajaran tersebut. Agar lebih
mudah hendaknya mereka harus lebih sering mencoba untuk menulis apalagi
menulis berita. Sering-sering masuk perpustakaan untuk mendalami hal tersebut
juga merupakan hal yang sangat penting dalam memudahkan menulis berita.
Selain itu mereka harus berwawasan luas sehingga mudah menentukan masalah
untuk dijadikan berita. Dan yang paling penting pihak kampus harus memiliki
ruang dan alat praktek yang cukup dan sempurna sehingga membuat Mahasiswa
tertarik. Serta lebih sering melibatkan Mahasiswa Dakwah untuk menjadi
wartawan kampus. Dan melakukan studi banding ke tempat kantor media atau
tempat pemeritaan langsung.
Solusi-solusi yang telah peneliti sebutkan di atas baik pendapat sendiri
maupun kutipan dari hasil wawancara hendaknya diterapkan semaksimal mungkin
agar kemampuan menulis berita meningkat.
79
Hasil wawancara dengan Bapak Hamdani, Salah Seorang Dosen Jurusan Dakwah, hari
Rabu, 17/Juli/2013
54
D. Analisis Peneliti
Menulis memang tidak mudah, menuangkan ide menjadi sebuah ringkasan
walaupun singkat tetap memerlukan ilmu yang cukup. Tidak semua sarjana yang
bisa menulis dan tidak semua wartawan yang bagus bahasa tulisannya. Keindahan
bahasa sebuah berita tergantung dari olahan seorang wartawan dalam
merangkumnya menjadi tulisan.
Jurusan Dakwah adalah salah satu jurusan yang mengajarkan kader-kader
penulis, melahirkan para sarjana jurnalis. Tetapi dengan kendala yang telah
peneliti sebutkan di atas kemungkinan besar harapan tersebut tidak tercapai
sebagaimana mestinya yang diharapkan.
Para mahasiswa Jurusan Dakwah tidak semuanya mereka menyukai mata
kuliah tehnik penulisan berita, bahkan ada sebagian mahasiswa jurusan dakawah
dijadikan pilihan cadangan sewaktu pendaftaran dan kebetulan lewat jurusan
tersebut. Dari pertama memang tidak ada minat maka sangat wajar tidak
menyukai ketika menjalaninya. Tidak adanya minat tersebut merupakan faktor
paling besar dalam menghambat keterampilan penulisan berita di kalangan
mahasiswa.
Ada dua fakta peneliti temukan pada mahasiswa Jurusan Dakwah yang
dapat menetralisir keluhan keterampilan menulis, maka perlu peneliti sebutkan
dua fakta yang menjadi kendalanya.
1. Fakta yang pertama banyak sekali mahasiswa pandai, bisa, mengerti
dan memahaminya tetapi sangat lemah dalam keterampilan menulis,
dengan kata lain mereka malas menulis.
55
Fakta menjadi sebuah fakta besar di kalangan mahasiswa, mereka tahu dan
sanggup, tetapi kemalasan dalam menulis adalah faktor utama.
2. Fakta kedua, hanya sekelompok kecil mahasiswa saja yang dapat
menulis dengan baik setelah lama berlatih di Jurusan Dakwah.
Faktor ini bersumber dari ketidak mempuan mahasiswa, padahal ada yang
ingin sekali menulis hanya saja tidak mengetahu peraturan-peraturan menulis.
Ketidak tahuan mereka disebabkan oleh dangkalnya ilmu tentang penulisan berita,
bisa jadi berawal dari kemalasan membaca sehingga membuat mereka kurang
berpengetahuan, bisa jadi dari ketidak tanggap baik mereka terhadap penerimaan
ilmu tentang penulisan berita yang disampaikan pengajar.
Keterampilan menulis merupakan satu keterampilan yang ditunjukkan
oleh Mahasiswa dakwah bahwa mereka bukan buta aksara. Pelatihan menulis
menyibukkan para Mahasiswa belajar bahasa. Semua ulangan selalu dinyatakan
dalam bentuk tulis. Walaupun demikian, para dosen masih mengeluhkan bahwa
masih ada Mahasiswa tidak mempunyai keterampilan menulis. Tentu semua itu
ada kendala dan faktor yang menghambatnya.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti terhadap aktivitas dan kretaifitas
belajar Mahasiswa ada beberapa faktor yang membuat mereka kurang memiliki
keinginan untuk menulis, diantaranya: Mahasiswa Dakwah sedikit sekali memiliki
keinginan menjadi jurnalis, rata-rata mereka tidak meyukai profesi menjadi
wartawan dengan alasan bermacam-macam. Kebanyakan mereka lewat cadangan
pada jurusan dakwah. Karena tidak berkeinginan menjadi juru warta maka mereka
sama sekali tidak memperdulikan kegiatan-kegiatan menulis. Karena pada
56
57
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat peneliti ambil kesimpulan dari
tiga rumusan masalah dengan beberapa poin. Yaitu:
1. Kemampuan Menulis Berita Mahasiswa Jurusan Dakwah Semester V Unit
I, II, III dan IV berdasarkan rekapitulasi nilai mahasiswa jurusan dakwah
dapat peneliti simpulkan dari unit I, II, III dan IV, bahasa jurnalistik hanya
unit II yang mendapat predikat sangat baik, sedangkan tiga unit lagi
mendapat predikat baik. Tehnik penulisan berita ke empat unit mendapat
predikat sangat baik. Dan tehnik penulisan features mendapat predikat
sangat baik untuk ke empat unit tersebut.
2. Adapun kendala yang menghambat kemampuan menulis berita antara lain
karena sifat malas, meliputi malas belajar, membaca, mendengar arahan
dan malas masuk perpustakaan sehingga minim pengetahuan mahasiswa
tentang ilmu-ilmu yang berkenaan menulis berita. Mahasiswa kurang
pengetahuan dibidang tehnik penulisan berita
3. Solusi yang bisa dilakukan adalah memperbaiki kekurangan tersebut dari
sifat kemalasan, mulai gemar membaca, menulis, masuk perpustakaan,
diskusi kelompok, bertanya pada dosen, mencari dan memahami. Memberi
dorongan dan motifasi belajar yang tinggi. Dorongan itu diawali dari diri
Mahasiswa sendiri, Dosen pengajar dan seterusnya kepada Intansi terkait.
58
B. Saran
Untuk Mahasiswa
1. Semakin menekuni ilmu-ilmu yang berkenaan dengan penulisan
berita.
2. Semakin gemar dan giat dalam membaca
3. Sering-sering melakukan diskusi kelompok
4. Menggiatkan diri dalam keterampilan menulis.
5. Hendaknya menguasai ilmu-ilmu yang berkenaan dengan penulisan
berita.
6. Agar lebih mendalami lagi belajar tentang tehnik penulisan berita.
7. Semakin menggiatkan diri dalam proses menulis dan membaca.
8. Mencari solusi yang tepat dalam mengatasi kendala yang menghambat
kemampuan menulis
Untuk Dosen Pengajar
1. Lebih terampil lagi dalam mengajar.
59