Anda di halaman 1dari 6

Nama

NIM
Tugas
Hari/Tanggal

: Rezky Rahmayanti
: J1C111043
: Biologi Tumbuhan Lahan Basah
: Rabu/08 Oktober 2014
Dosen: Sasi Gendro Sari, S.Si., M.Sc

Sub Tugas:
1. Hubungan Difusi Osmosis dengan Adaptasi Tumbuhan Terhadap Kadar Gram yang
Tinggi
2. Fitoremediasi Sebagai Penyerap Logam Berat
----------------------------------------------------------------------------------------------------------

Hubungan Difusi Osmosis dengan Adaptasi Tumbuhan Terhadap


Kadar Garam yang Tinggi
Tumbuhan yang hidup dalam kadar garam yang tinggi, mempunyai mekanisme
untuk menerima garam yang masuk dalam tubuhnya. Halofita harus mampu mengatasi
masalah kekeringan fisiologi. Tingginya konsentrasi garam dalam tanah mungkin
menghambat penyerapan air secara osmosis. Akibat kelebihan garam dapat
menyebabkan daun menjadi layu karena selnya mengkerut. Hal ini berkaitan dengan
peristiwa osmosis.
Osmosis adalah pergerakan molekul
air dari konsentrasi air yang tinggi menuju
konsentrasi air yang rendah melalui
membran
selektif
permeabel
(semipermeabel). Dengan kata lain, osmosis
adalah difusi molekul air melalui membran
semipermeabel. Semipermeabel
berarti
membran tersebut hanya bisa dilalui oleh
molekul-molekul air atau molekul-molekul
seukuran dengan air. Air merupakan zat
pelarut. Oleh karena itu, osmosis dapat
diartikan sebagai gerak cairan yang encer
menuju cairan yang pekat melalui membran semipermeabel. Apabila kepekatan cairan
di luar dan di dalam sel sama (isotonis), kondisi sel akan tetap.
Namun, apabila cairan di luar sel lebih encer daripada di dalam sel (hipotonis)
maka air akan masuk ke dalam sel. Sebaliknya, apabila cairan di luar sel lebih pekat
daripada di dalam sel (hipertonis) maka air dari dalam sel akan bergerak ke luar.
Kondisi hipotonis dapat mengakibatkan sel menggelembung dan mungkin pecah.
Adapun pada kondisi hipertonis, sel akan mengerut.

Nama
: Rezky Rahmayanti
NIM
: J1C111043
Tugas
: Biologi Tumbuhan Lahan Basah
Hari/Tanggal : Rabu/08 Oktober 2014
Dosen: Sasi Gendro Sari, S.Si., M.Sc
Kadar garam tinggi menyebabkan perubahan struktur yang memperbaiki
keseimbangan air tanaman sehingga potensial air dalam tanaman dapat
mempertahankan turgor dan seluruh proses biokimia untuk pertumbuhan dan aktivitas
yang normal. Perubahan struktur mencakup ukuran daun yang lebih kecil, stomata yang
lebih kecil per satuan luas daun, peningkatan sukulensi, penebalan kutikula dan lapisan
lilin pada permukaan daun, serta lignifikansi akar yang lebih awal. Ukuran daun yang
lebih kecil sangat penting untuk mempertahankan turgor. Sedangkan lignifikansi akar
diperlukan untuk penyesuaian osmose yang sangat penting untuk memelihara turgor
yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman dan aktivitas normal.
Tanaman yang toleran terhadap salinitas dapat melakukan penyesuaian dengan
menurunkan potensial osmosis tanpa kehilangan turgor. Laju penyesuaian ini relatip
tergantung pada spesies tanaman. Penyesuaian dilakukan dengan penyerapan ataupun
dengan pengakumulasian ion-ion dan sintetis solute-solute organik di dalam sel. Dua
cara ini dapat bekerja secara bersamaan walaupun mekanisme yang lebih dominan dapat
beragam diantara berbagai spesies tanaman.
Osmoregulasi pada kebanyakan tanaman melibatkan sintetis dan akumulasi solute
organik yang cukup untuk menurunkan potensial osmotik sel dan meningkatkan tekanan
turgor yang diperlukan bagi pertumbuhan. Senyawa-senyawa organik berbobot molekul
rendah yang sepadan dengan aktivitas metabolik dalam sitoplasma seperti asam-asam
organik, asam-asam amino dan senyawa gula nampaknya disintesis sebagai respon
langsung terhadap menurunnya potensial air eksternal. Senyawa-senyawa tersebut juga
melindungi enzim-enzim terhadap penghambatan atau penonaktipan pada aktivitas air
internal yang rendah. Osmotika organik yang utama dalam tanaman glikofita tingkat
tinggi ternyata asam-asam organik dan senyawa-senyawa gula. Asam malat paling
sering menyeimbangkan pengambilan kation yang lebih. Dalam tanaman halofita,
oksalat adalah asam organik yang menyeimbangkan akibat kelebihan kation. Demikian
juga pada beberapa tanaman lainnya, akumulasi sukrosa yang berkontribusi terhadap
penyesuaian osmotika merupakan respon terhadap salinitas
Berbeda halnya dengan proses difusi. Secara tidak sadar proses difusi sangat dekat
dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya, Anda akan memasukan satu sendok gula ke
dalam segelas air teh jika ingin membuat air teh manis. Apa yang akan terjadi dengan
gula tersebut? Awalnya, gula tersebut akan mengendap di dasar gelas. Akan tetapi, lama
kelamaan gula tersebut akan larut ke dalam air teh tersebut. Peristiwa tersebut akan
terjadi pula pada tinta yang Anda teteskan ke dalam air bening dalam suatu wadah.
Tinta tersebut akan larut dan membuat air bening berubah warna menjadi seperti warna
tinta. Peristiwa larutnya gula dan tinta merupakan contoh peristiwa difusi.

(a) Tinta yang berdifusi ke dalam air

Nama
NIM
Tugas
Hari/Tanggal

: Rezky Rahmayanti
: J1C111043
: Biologi Tumbuhan Lahan Basah
: Rabu/08 Oktober 2014
Dosen: Sasi Gendro Sari, S.Si., M.Sc

(b) Difusi yang terjadi pada membran sel


Difusi merupakan perpindahan molekul-molekul suatu zat dari bagian yang
berkonsentrasi tinggi menuju bagian yang berkonsentrasi rendah. Difusi dapat terjadi
melalui membran ataupun tidak melalui membran. Dalam tingkatan sel, difusi dapat
diartikan perpindahan molekul sel dari konsentrasi molekul tinggi menuju konsentrasi
molekul rendah.
Tumbuhan halofit merupakan tumbuhan pantai yang hidup pada kondisi selalu
tergenang ataupun terkadang tergenang air laut. Tumbuhan ini hidup pada kondisi kadar
salinitas air laut yang tinggi. Oleh karena itu, tumbuhan pantai umumnya memiliki
adaptasi yang unik terhadap kondisi lingkungan tersebut. Adapun bentuk adaptasinya
adalah memiliki jaringan aerenkim dengan ruang antar sel yang besar dan jaringan
pembuluh tersebar. Flora mangrove menyerap air tetapi mencegah masuknya garam,
melalui saringan (ultra filter) yang terdapat pada akar. Flora mangrove menyerap air
dengan salinitas tinggi kemudian mengekskresikan garam dengan kelenjar garam yang
terdapat pada daun. Pada rawa pantai halofita berada dalam kekeringan saat surut, dan
pengaruh kekurngan air dapat diimbangi dengan penyimpanaan aiar dalam tubuhnya
sehingga bentuk halofita ini sering memperlihatkan sifat sukulen. Contoh : Acanthus
ilicifolius, dan berbagai tumbuhan di rawa bakau.
Tumbuhan mangrove dapat
digolongkan menjadi tumbuhan
yang halofit atau menyenangi
garam meskipun sebenarnya
mereka mampu untuk hidup
ditanah yang kurang mengandung
garam. Untuk mengatasi kadar
garam yang tinggi tersebut, secara
fisiologis pohon-pohon mangrove,
seperti
jenis
Avicennia,
Aegialites, dan Aegiceras mempun
yai
kelenjar
yang
mampu
menyerap garam yang terdapat
dalam air atau tanah. Garam
tersebut kemudian dikeluarkan
kembali sehingga konsentrasi
garam dalam cairan sel tetap dapat
dikendalikan.

Nama
NIM
Tugas
Hari/Tanggal

: Rezky Rahmayanti
: J1C111043
: Biologi Tumbuhan Lahan Basah
: Rabu/08 Oktober 2014
Dosen: Sasi Gendro Sari, S.Si., M.Sc

Spesies-spesies lain seperti Rhizophora, Sonneratia, dan Lumitzera mampu


mengatsi kadar garam yang tinggi karena:
1) Akarnya dapat menyaring NaCl dan air
2) Memiliki sel-sel khusus didalam daun yang berfungsi menyimpan garam, daun
tersebut kemudian digugurkan
3) Memiliki sel penyimpan air. Tumbuhan menyimpan air pada saat pasokan air tawar
cukup banyak, kemudian menyimpannya pada sel-sel tersebut. Air simpanan ini
dipergunakan untuk mengencerkan ciran sel yang kadar garamnya lebih tinggi
4) Bersifat sukulentis, yaitu berdaun tebal dan banyak mengandung air
5) Daunnya mempunyai struktur stomata khusus untuk mengurangi penguapan
Respon Tanaman Terhadap Salinitas Tinggi:
1) Kecepatan respirasi menurun
2) Kecepatan fotosintesis menurun
3) Sintesa protein menurun
4) Sintesa RNA menurun
5) Aktivitas enzim terganggu
Mekanisme Ketahanan Terhadap Salinitas:
1) Kemampuan mengubah siklus C3 menjadi CAM jika kondisi salin (facultative
halophyte)
2) Akumulasi Na+ dan Cl- dalam vakuola
3) Akumulasi asam amino bebas
4) Memuntahkan Na+ dan Cl- lewat daun muda
5) mengatur nisbah K+/ Na+
Adaptasi Tanaman Terhadap Salinitas Tinggi (Contoh Pada Manggrove) :
1) Mensekresi garam (salt secretor), yaitu menyerap air dengan kadar salinitas tinggi
kemudian mengeluarkan atau mensekresikan garam tersebut keluar dari pohon
2) Tidak dapat mensekresi garam (Salt excluders), yaitu menyerap air dengan
menggunakan akarnya tetapi tidak mengikutsertakan garam dalam penyerapan
tersebut
3) Mengakumulasikan garam yaitu mangrove memiliki mekanisme untuk
mengakumulasikan garam di dalam jaringannya. Jaringan yang dapat
mengakumulasikan cairan terdapat di akar, kulit pohon, dan daun yang tua.
Adaptasi Akar Pada Mangrove :
1) Akar nafas: muncul dari pekatnya Lumpur untuk mengambil oksigen dari udara.
Berbentuk seperti pensil yang menonjol ke atas.
2) Akar lutut: mengambil oksigen dari udara. Berbentuk seperti lutut terlipat di atas
permukaan tanah.
3) Akar tunjang: penyangga yang memiliki lentisel untuk bertahan dari ganasnya
gelombang.
4) Akar papan yang memanjang berkelok-kelok, keduanya untuk menunjang tegaknya
pohon di atas lumpur, sambil mendapatkan udara dari pernapasannya.

Nama
NIM
Tugas
Hari/Tanggal

: Rezky Rahmayanti
: J1C111043
: Biologi Tumbuhan Lahan Basah
: Rabu/08 Oktober 2014
Dosen: Sasi Gendro Sari, S.Si., M.Sc
Tumbuhan yang Menyerap Logam Berat

Tumbuhan memiliki kemampuan menyerap logam berat dalam jumlah bervariasi,


dan hanya tumbuhan tertentu saja yang diketahui dapat mengakumulasi unsur logam
tertentu dalam konsentrasi yang cukup tinggi. Beberapa jenis tumbuhan air mampu
bekerja sebagai agen fitoremediasi (tumbuhan penyerap logam berat) seperti Azolla,
semanggi air, eceng gondok. Fitoremediasi adalah pemanfaatan tumbuhan,
mikroorganisme untuk meminimalisasi dan mendetoksifikasi bahan pencemar, karena
tanaman mempunyai kemampuan menyerap logam-logam berat dan mineral yang tinggi
atau sebagai fitoakumulator dan fotochelator. Konsep pemanfaatan tumbuhan dan
mikroorganisme untuk meremediasi tanah terkontaminasi bahan pencemar adalah
pengembangan terbaru dalam teknik pengolahan limbah. Fitoremediasi dapat
diaplikasikan pada limbah organik maupun anorganik juga unsur logam (As, Cd, Cr,
Hg, Pb, Zn, Ni dan Cu) dalam bentuk padat, cair dan gas.
Tumbuhan mempunyai kemampuan untuk menahan substansi toksik dengan cara
biokimia dan fisiologisnya serta menahan substansi non nutritif organik yang dilakukan
pada permukaan akar. Bahan pencemar tersebut akan dimetabolisme atau diimobolisasi
melalui sejumlah proses termasuk reaksi oksidasi, reduksi dan hidrolisa enzimatis.

Mekanisme fisiologi fitoremediasi dibagi menjadi:


1) Fitoekstraksi yaitu pemanfaatan tumbuhan pengakumulasi bahan pencemar untuk
memindahkan logam berat atau senyawa organik dari tanah dengan cara
mengakumuylasikannya di bagian tumbuhan yang dapat dipanen
2) Fitodegradasi yaitu pemanfaatan tumbuhan dan asosiasi mikroorganisme untuk
mendegradasi senyawa organik.
3) Rhizofiltrasi yaitu pemanfaatan akar tumbuhan untuk menyerap bahan pencemar,
terutama logam berat, dari air dan aliran limbah.
4) Fitostabilisasi yaitu pemanfaatan tumbuhan untuk mengurangi bahan pencemar
dalam lingkungan.
5) Fitovolatilisasi yaitu pemanfaatan tumbuhan untuk menguapkan bahan pencemar,
atau pemanfaatan tumbuhan untuk memindahkan bahan pencemar dari udara.

Nama
NIM
Tugas
Hari/Tanggal

: Rezky Rahmayanti
: J1C111043
: Biologi Tumbuhan Lahan Basah
: Rabu/08 Oktober 2014
Dosen: Sasi Gendro Sari, S.Si., M.Sc

Mekanisme tumbuhan dalam menghadapi bahan pencemar beracun adalah :


1) Penghindaran (escape) fenologis. Apabila pengaruh yang terjadi pada tanaman
musiman, tanaman dapat menyelesaikan siklus hidupnya pada musim yang cocok.
2) Ekslusi, yaitu tanaman dapat mengenal ion yang bersifat toksik dan mencegah
penyerapan sehingga tidak mengalami keracunan.
3) Penanggulangan (ameliorasi). Tanaman mengabsorpsi ion tersebut, tetapi berusaha
meminimumkan pengaruhnya. Jenisnya meliputi pembentukan khelat (chelation),
pengenceran, lokalisasi atau bahkan ekskresi.
4) Toleransi. Tanaman dapat mengembangkan sistem metabolit yang dapat berfungsi
pada konsentrasi toksik tertentu dengan bantuan enzim.
Tumbuhan dapat bertindak sebagai hiperakumulator, yaitu mempunyai
kemampuan untuk mengkonsentrasikan senyawa organik atau logam di dalam
biomassanya dalam kadar yang luar biasa tinggi. Kebanyakan tumbuhan
mengakumulasi logam, misalnya nikel, sebesar 10 mg/kg berat kering (BK) (setara
dengan 0,001%). Untuk kadmium, kadar setinggi 0,01% (100 mg/kg BK) dianggap
sebagai batas hiperakumulator. Sedangkan batas bagi kobalt, tembaga dan timbal adalah
0,1% (1.000 mg/kg BK) dan untuk seng dan mangan adalah 1% (10.000 mg/kg BK).
Mekanisme penyerapan dan akumulai logam berat oleh tumbuhan dapat dibagi
menjadi tiga proses yang sinambung, yaitu penyerapan logam oleh akar, translokasi
logam dari akar ke bagian tumbuhan lain, dan lokalisasi logam pada bagian sel tertentu
untuk menjaga agar tidak menghambat metabolisme tumbuhan tersebut. Pembentukan
reduktase spesifik logam di dalam tumbuhan membentuk suatu molekul reduktase di
Membran Akarnya. Reduktase Ini Berfungsi Mereduksi Logam Yang Selanjutnya
Diangkut melalui kanal khusus di dalam membran akar. Setelah logam dibawa masuk
ke dalam sel akar, selanjutnya logam harus diangkut melalui jaringan pengangkut, yaitu
xilem dan floem, ke bagian tumbuhan lain. Untuk meningkatkan efisiensi
pengangkutan, logam diikat oleh molekul khelat. Berbagai molekul khelat yang
berfungsi mengikat logam dihasilkan oleh tumbuhan, misalnya histidin yang terikat
pada Ni dan fitokhelatin- glutation yang terikat pada Cd.
Referensi:
Darliana, Ina. 2012. Fitoremediasi Sebagai Teknologi Alternatif Perbaikan Lingkungan.
Fakultas Pertanian Universitas Bandung Raya: Bandung.
Sipayung, Rosita.2010. Stres Garam Dan Mekanisme Toleransi Tanaman. Fakultas
Pertanian Jurusan Budidaya Pertanian Universitas Sumatera Utara: Sumatra.

Anda mungkin juga menyukai