Anda di halaman 1dari 13

tres jangka panjang menyebabkan aliran hormon adrenalin dan kortisol secara terusmenerus masuk ke dalam darah, dan

aliran ini memiliki dampak merusak bagi tubuh.

Kehidupan ini memberikan kepada kita pilihan. Pilihlah menikmati hidup sebagaimana
adanya. Hargai dan syukurilah sinar matahari dan hujan. Hiruplah semerbak bau harum
bunga-bungaan, balaslah senyuman, bermainlah dengan anak-anak Anda. Pendekatan pada
kehidupan seperti ini tidak mahal dan melindungi Anda dari stres. Tahukan Anda, saat
mengalamai stres ada dua macam hormon yang sangat berbahaya yang dikeluarkan secara
berlebihan yaitu hormon adrenalin dan hormon kortisol. Kedua macam hormon ini dilepas
oleh Hypothalamus, organ kecil yang berada di pusat otak.
Yang terjadi saat stres

Hypothalamus memberi sinyal kepada kelenjar adrenal untuk memproduksi lebih


banyak hormon adrenalin dan kortisol untuk dilepaskan ke dalam pembuluh darah.
Hormon-hormon ini mempersiapkan seseorang untuk bereaksi cepat dan efektif dalam
mengatasi tekanan pada saat itu.
Hormon-hormon ini meningkatkan kerja jantung, bernafas lebih cepat, tekanan darah
dan metabolisme. Pembuluh darah melebar agar lebih banyak darah yang mengalir ke
otot, sehingga otot tubuh kita waspada.
Liver melepaskan glukosa yang disimpannya untuk meningkatkan energi tubuh.
Keringat diproduksi untuk mendinginkan tubuh. Reaksi natural ini dikenal dengan
nama respon stres. Apabila bekerja dengan benar, respon stres ini meningkatkan
kemampuan seseorang untuk tampil dengan baik di bawah tekanan. Contohnya,
seseorang dalam keadaan stres dan panik dapat mengangkat beban berat yang dalam
keadaan biasa dia tidak kuat melakukannya.

Stres berkepanjangan
Sebenarnya hormon-hormon dalam tubuh bekerja dengan sangat seimbang. Jumlah yang
tepat dari setiap hormon akan menghasilkan hal yang positif. Jika stres itu hanya sebentar,
sedikit aliran adrenalin itu baik dan tak membahayakan. Tetapi jika stres jangka panjang dan
menetap dapat menyebabkan masalah.
Misalnya, jika seseorang hidup bertahun-tahun dalam kemarahan yang tak terselesaikan
terhadap pasangannya, aliran adrenalin dapat menjadi berlebihan. Atau jika seseorang yang
bekerja selama bertahun-tahun di bawah seorang bos atau sistem yang membuat dia merasa
tak berdaya dan dilecehkan, orang tersebut dapat mengalami kemarahan berkepanjangan atau
perasaan berada dalam bahaya. Stres emosional jangka panjang ini menyebabkan aliran
hormon adrenalin dan kortisol secara terus-menerus masuk ke dalam darah, dan aliran
tersebut memiliki dampak merusak bagi tubuh.
Apakah kadar adrenalin yang tinggi berbahaya?

Kadar adrenalin yang tinggi dan berkepanjangan dapat meningkatkan detak jantung
dan tekanan darah sehingga detak jantung menjadi lebih cepat dan tekanan darah
tinggi. Hal ini tidak baik.

Kadar adrenalin yang tinggi dan berkepanjangan juga dapat menyebabkan


peningkatan trigliserida yang adalah lemak di dalam darah, dan peningkatan gula
darah. Ini juga tidak baik.

Kadar adrenalin yang tinggi dan berkepanjangan dapat juga menyebabkan darah
membeku lebih cepat (yang menyebabkan terjadinya plak), tiroid menjadi terlalu
dirangsang, dan tubuh menghasilkan lebih banyak kolesterol. Semua pengaruh ini,
jika berkepanjangan, secara potensial mematikan.

Bagaimana dengan hormon kortisol yang berlebihan?

Ketika tubuh melepas adrenalin ke dalam sistem, tubuh juga melepas hormon yang
disebut kortisol. Kadar kortisol yang tinggi dan berkepanjangan dapat menyebabkan
kadar gula darah dan insulin meningkat dan tetap bertahan pada tingkat tinggi.
Kadar trigliserida meningkat dalam aliran darah dan dapat tetap bertahan pada tingkat
tinggi. Kadar kolesterol juga dapat meningkat dan tetap pada tingkat tinggi.
Terlalu banyak kortisol dapat meningkatkan berat badan dan menghasilkan
kegemukan yang menetap, khususnya bagian tengah tubuh.
Terlalu banyak kortisol dalam tubuh dapat mengurangi kalsium, magnesium dan
potasium dalam tulang. Itu dapat menyebabkan kerapuhan tulang (osteoporosis).
Sebagai tambahan terlalu banyak kortisol dapat menyebabkan tubuh menahan sodium
(garam) yang menyebabkan peningkatan tekanan darah.
Peningkatan kadar kortisol secara kronis akan menyebabkan gangguan fungsi
kekebalan tubuh, dan tanggapan kekebalan tubuh yang salah telah dikaitkan dengan
berbagai macam penyakit.

tres jangka panjang menyebabkan aliran hormon adrenalin dan kortisol secara terusmenerus masuk ke dalam darah, dan aliran ini memiliki dampak merusak bagi tubuh.

Kehidupan ini memberikan kepada kita pilihan. Pilihlah menikmati hidup sebagaimana
adanya. Hargai dan syukurilah sinar matahari dan hujan. Hiruplah semerbak bau harum
bunga-bungaan, balaslah senyuman, bermainlah dengan anak-anak Anda. Pendekatan pada
kehidupan seperti ini tidak mahal dan melindungi Anda dari stres. Tahukan Anda, saat
mengalamai stres ada dua macam hormon yang sangat berbahaya yang dikeluarkan secara
berlebihan yaitu hormon adrenalin dan hormon kortisol. Kedua macam hormon ini dilepas
oleh Hypothalamus, organ kecil yang berada di pusat otak.
Yang terjadi saat stres

Hypothalamus memberi sinyal kepada kelenjar adrenal untuk memproduksi lebih


banyak hormon adrenalin dan kortisol untuk dilepaskan ke dalam pembuluh darah.
Hormon-hormon ini mempersiapkan seseorang untuk bereaksi cepat dan efektif dalam
mengatasi tekanan pada saat itu.
Hormon-hormon ini meningkatkan kerja jantung, bernafas lebih cepat, tekanan darah
dan metabolisme. Pembuluh darah melebar agar lebih banyak darah yang mengalir ke
otot, sehingga otot tubuh kita waspada.
Liver melepaskan glukosa yang disimpannya untuk meningkatkan energi tubuh.
Keringat diproduksi untuk mendinginkan tubuh. Reaksi natural ini dikenal dengan
nama respon stres. Apabila bekerja dengan benar, respon stres ini meningkatkan
kemampuan seseorang untuk tampil dengan baik di bawah tekanan. Contohnya,
seseorang dalam keadaan stres dan panik dapat mengangkat beban berat yang dalam
keadaan biasa dia tidak kuat melakukannya.

Stres berkepanjangan
Sebenarnya hormon-hormon dalam tubuh bekerja dengan sangat seimbang. Jumlah yang
tepat dari setiap hormon akan menghasilkan hal yang positif. Jika stres itu hanya sebentar,
sedikit aliran adrenalin itu baik dan tak membahayakan. Tetapi jika stres jangka panjang dan
menetap dapat menyebabkan masalah.
Misalnya, jika seseorang hidup bertahun-tahun dalam kemarahan yang tak terselesaikan
terhadap pasangannya, aliran adrenalin dapat menjadi berlebihan. Atau jika seseorang yang
bekerja selama bertahun-tahun di bawah seorang bos atau sistem yang membuat dia merasa
tak berdaya dan dilecehkan, orang tersebut dapat mengalami kemarahan berkepanjangan atau
perasaan berada dalam bahaya. Stres emosional jangka panjang ini menyebabkan aliran
hormon adrenalin dan kortisol secara terus-menerus masuk ke dalam darah, dan aliran
tersebut memiliki dampak merusak bagi tubuh.
Apakah kadar adrenalin yang tinggi berbahaya?

Kadar adrenalin yang tinggi dan berkepanjangan dapat meningkatkan detak jantung
dan tekanan darah sehingga detak jantung menjadi lebih cepat dan tekanan darah
tinggi. Hal ini tidak baik.

Kadar adrenalin yang tinggi dan berkepanjangan juga dapat menyebabkan


peningkatan trigliserida yang adalah lemak di dalam darah, dan peningkatan gula
darah. Ini juga tidak baik.

Kadar adrenalin yang tinggi dan berkepanjangan dapat juga menyebabkan darah
membeku lebih cepat (yang menyebabkan terjadinya plak), tiroid menjadi terlalu
dirangsang, dan tubuh menghasilkan lebih banyak kolesterol. Semua pengaruh ini,
jika berkepanjangan, secara potensial mematikan.

Bagaimana dengan hormon kortisol yang berlebihan?

Ketika tubuh melepas adrenalin ke dalam sistem, tubuh juga melepas hormon yang
disebut kortisol. Kadar kortisol yang tinggi dan berkepanjangan dapat menyebabkan
kadar gula darah dan insulin meningkat dan tetap bertahan pada tingkat tinggi.
Kadar trigliserida meningkat dalam aliran darah dan dapat tetap bertahan pada tingkat
tinggi. Kadar kolesterol juga dapat meningkat dan tetap pada tingkat tinggi.
Terlalu banyak kortisol dapat meningkatkan berat badan dan menghasilkan
kegemukan yang menetap, khususnya bagian tengah tubuh.
Terlalu banyak kortisol dalam tubuh dapat mengurangi kalsium, magnesium dan
potasium dalam tulang. Itu dapat menyebabkan kerapuhan tulang (osteoporosis).
Sebagai tambahan terlalu banyak kortisol dapat menyebabkan tubuh menahan sodium
(garam) yang menyebabkan peningkatan tekanan darah.
Peningkatan kadar kortisol secara kronis akan menyebabkan gangguan fungsi
kekebalan tubuh, dan tanggapan kekebalan tubuh yang salah telah dikaitkan dengan
berbagai macam penyakit.

Cari Dokter
Cari Obat
Cari RS / Apotik
Tanya Dokter
Medis A-Z
Health Talks
Rubrik Spesialis
Gaya Hidup
Health Tools
Slide
Video
Login

Health Topics

Stres Kurangi Kemampuan Daya Ingat


Oleh : dr. Rizka Ismailia Puteri Iskandar
Klikdokter.com - Pernahkah Anda merasa sangat sulit sekali untuk mengingat
sesuatu ketika sedang mengalami terlalu banyak masalah yang kita hadapi?
Bahkan hal yang seringkali dikerjakan sehari-hari seperti mengingat pintu
keluar tol menuju kantor.
Bangun kesiangan, macet yang tidak seperti biasanya, ban mobil yang tiba-tiba kempes di
tengah jalan, sementara harus tiba di kantor lebih awal karena harus menyiapkan rapat
penting yang akan segera dimulai dalam beberapa menit, belum lagi harus menyelesaikan
setumpuk pekerjaan di kantor yang sudah menunggu. Semuanya adalah bentuk permasalahan
yang sering kita hadapi sehari-hari dan
dapat menimbulkan stres.
Ketika Anda dihadapkan dalam situasi
depresi akibat stres, tubuh kemudian akan
merespons, yang dikenal dalam medis
dengan sebutan dengan fight/flight response.
Yakni sebuah kondisi yang menentukan
dimana seseorang harus memilih untuk
bereaksi dengan perilaku agresif atau justru
meninggalkan situasi stres.
Saat itulah kelenjar adrenal/anak ginjal pada
tubuh secara cepat menghasilkan adrenalin.
Jika ancaman terlalu berat atau menetap setelah beberapa menit, adrenal kemudian
melepaskan kortisol yang sering disebut hormon stres, meskipun ternyata kortisol tidak hanya
dihasilkan saat situasi stres saja.

Kortisol dalam jumlah cukup ternyata memiliki efek yang baik pada tubuh seper

ti meningkatkan letupan energi, meningkatkan fungsi memori, dan meningkatkan imunitas.


Namun, setelah itu bila tubuh tidak mampu memberikan respon relaksasi yang penting untuk
kembali ke fungsi normal tubuh, maka hormon kortisol akan menetap sehingga menyebabkan
suatu keadaan yang disebut stres kronik.
Hormon stres yang dikeluarkan berulang kali memiliki efek terhadap fungsi otak,
terutama memori. Terlalu banyak kortisol dapat mencegah otak untuk menyimpan memori,
atau mengakses memori yang sudah ada.
Peneliti otak terkenal, Robert M. Sapolsky, telah
menunjukkan bahwa stres yang terjadi terus
menerus dapat merusak hipokampus, bagian dari
sistem limbik pada otak yang merupakan pusat
pembelajaran dan memori. Hormon yang
bertanggung jawab adalah glukokortikoid- hormon
steroid yang dikeluarkan oleh kelenjar adrenal
/anak ginjal selama stres, yang dikenal dengan
kortikosteroid atau kortisol.

Professor
Robert M. Sapolsk, MD.

Kortisol
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa

Kortisol

Nama sistematis (IUPAC)


(11)-11,17,21-trihydroxypregn-4-ene-3,20-dione

Data klinis
Kat. kehamilan
Status hukum
Rute

C
Rx Only (U.S.) (excluding 1-2%
strength topical)
Oral tablets, intravenously, topical
Pengenal

Nomor CAS

50-23-7

Kode ATC

H02AB09 (and others)

PubChem

CID 5754

ChemSpider
UNII
KEGG
ChEMBL

5551
WI4X0X7BPJ
D00088
CHEMBL389621
Data kimia

Formula
Massa mol.

C21H30O5
362.460

SMILES

eMolecules & PubChem

InChI

InChI=1S/C21H30O5/c1-19-7-5-13(23)9-12(19)3-4-1415-6-8-21(26,17(25)11-22)20(15,2)1016(24)18(14)19/h9,14-16,18,22,24,26H,3-8,10-11H2,12H3/t14-,15-,16-,18+,19-,20-,21-/m0/s1
Key:JYGXADMDTFJGBT-VWUMJDOOSA-N

Kortisol (bahasa Inggris: cortisol, hydrocortisone, 11beta,17alpha,21-trihydroxy-4pregnene-3,20-dione) adalah hormon steroid dari golongan glukokortikoid yang umumnya
diproduksi oleh sel di dalam zona fasikulata pada kelenjar adrenal[1] sebagai respon terhadap
stimulasi hormon ACTH yang disekresi oleh kelenjar hipofisis, juga merupakan hasil reaksi
organik hidrogenasi pada gugus 11-keto[2] molekul hormon kortison yang dikatalis oleh
enzim 11-hidroksisteroid dehidrogenase tipe 1 yang umumnya disekresi oleh jaringan
adiposa. kelebihan hormon ini dalam darah menyebabkan sindrom cushing [3] Selain itu,
hormon kortisol juga diproduksi oleh hati.[4]

Pengaruh pada metabolisme


Hormon kortisol, seperti hormon T3, memiliki efek metabolik terhadap beragam organ dan
jaringan tubuh, termasuk sistem kardiovaskular, sistem saraf pusat, sistem renal dan sistem
fetus.[5] Pada prinsipnya, kortisol akan memantik lintasan anabolisme pada hati dan lintasan
katabolisme pada jaringan otot dan adiposa guna meningkatkan rasio serum gula darah. Oleh
karena itu, seperti hormon pertumbuhan, adrenalin dan glukagon, kortisol dikatakan memiliki
sifat diabetogenik, khususnya karena hormon ini meningkatkan produksi glukosa oleh hati
melalui metabolisme glukoneogenesis setelah menstimulasi pelepasan asam amino dari
jaringan otot yang diperlukan bagi lintasan metabolisme tersebut, namun menghambat kinerja
hormon insulin pada transporter GLUT4 yang disekresi sebagai respon meningkatnya rasio
serum gula darah.[6] Lebih lanjut, kortisol berperan sebagai stabilisator organel lisosom di
dalam sel sehingga mencegah pelepasan enzim proteolitik.
Pada rongga tubuh dan peritoneum, kortisol menghambat proliferasi fibroblas dan sintesis
senyawa interstitial seperti kolagen. Kelebihan glukokortikoid termasuk kortisol dapat
mengakibatkan penipisan lapisan kulit dan jaringan penghantar yang menopang pembuluh
darah kapiler. Hal ini dapat membuat tubuh menjadi lebih rentan dan mudah cedera.
Pada jaringan tulang, kortisol meredam fungsi osteoblas hingga menurun pembentukan
tulang yang baru. Oleh karena sifat umum glukokortikoid yang menurunkan penyerapan
senyawa kalsium pada saluran pencernaan dan menurunkan reabsorsi kalsium pada renal ke
dalam sistem kardiovaskular dengan sifat diuretik, secara keseluruhan kelebihan kortisol akan
mengakibatkan osteoporosis.
Pada sistem kardiovaskular, kortisol diperlukan guna mempertahankan homeostasis tekanan
darah dengan pemeliharaan fungsi miokardial dan respon pembuluh darah yang menjadi

penghubung antara pembuluh nadi dan pembuluh darah kapiler terhadap pengaruh hormon
jenis katekolamin dan angiotensin II.
Sedangkan pada sistem saraf pusat, kortisol dapat mengubah eksitasi neuron dan
menginduksi apoptosis khususnya pada sel jaringan hipokampus. Hal ini dapat
mempengaruhi perilaku dan aspek psikologis individunya, depresi merupakan hal yang sering
dijumpai pada terapi hormon glukokortikoid. Dan penderita depresi tanpa terapi hormon
glukokortikoid, juga sering menunjukkan peningkatan dan perubahan pola waktu sekresi
kortisol yang diikutian dengan perubahan jam biologis.
Pada sistem renal, kortisol meningkatan laju filtrasi glomerular dengan meningkatkan aliran
darah glomerular, dan ekskresi asam fosfat dengan menurunkan reabsoprsinya pada tubula
proksimal. Konsentrasi hormon kortisol biasanya sekitar 100 kali lebih tinggi daripada
hormon aldosteron, namun kortisol jarang berinteraksi dengan pencerap aldosteron, oleh
karena kortisol dengan cepat akan bereaksi dengan enzim 11-beta hidroksisteroid
dehidrogenase tipe 2 menjadi bentuk non aktif yaitu hormon kortison di dalam tubula
proksimal.[7] Karena kortisol memiliki daya cerap yang sama kuat dengan hormon aldosteron,
saat rasio kortisol jauh melebihi kadar 11-HSD, hormon ini menghalangi aldosteron yang
akan bereaksi dengan pencerapnya hingga menimbulkan efek diuretik. Hal ini dapat menjadi
faktor pemicu simtoma tekanan darah tinggi yang dijumpai pada penderita sindrom Cushing.
Pada sistem fetus, kortisol berperan demi matangnya sistem saraf pusat, retina, kulit, saluran
pencernaan dan paru, khususnya sangat penting dalam proses sintesis surfaktan alveolar yang
berlangsung sepanjang minggu-minggu terakhir masa kandungan janin. Bayi dengan
kelahiran prematur terkadang mendapatkan terapi glukokortikoid sebagai stimulasi agar
terjadi sintesis surfaktan pada organ paru.

Pengaruh pada imunitas


Sebagai glukokortikoid, kortisol memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap respon
peradangan dan sistem kekebalan. Kortisol menghambat konversi fosfatidil kolina menjadi
asam arakidonat dengan menginduksi produksi lipokortin yang menghambat aktivitas
fosfolipase A2. Tanpa asam arakidonat sebagai substrat, keberadaan enzim lipo-oksigenase
tidak berarti dalam menghasilkan leukotriena
Kortisol juga menghambat produksi tromboksana dan prostaglandin saat terjadi radang
dengan menghambat enzim sikloksigenase serta menghambat sekresi sitokina IL-1 hingga
mengurangi jumlah kemotaksis leukosit yang dapat terjadi pada area infeksi, termasuk
menurunkan tingkat proliferasi mastosit, neutrofil, eosinofil, sel T, sel B dan fibroblas. Secara
umum sistem kekebalan humoral dan sistem kekebalan selular akan menurun.

Jakarta, Ketika mengalami stres, tubuh menghasilkan hormon yang disebut kortisol.
Hormon ini diproduksi oleh kelenjar adrenal. Fungsinya membantu mengatur tekanan darah
dan sistem kekebalan tubuh selama datangnya krisis, baik krisis fisik ataupun emosional.
Kortisol baik untuk membentuk cadangan energi dan meningkatkan kemampuan tubuh
melawan infeksi.
Masalahnya, stres yang tak kenal lelah juga dapat membuat tubuh waspada dan membuat
manfaatnya berubah merugikan. Kadar kortisol yang tinggi dapat menyebabkan gangguan
tidur, menekan sistem kekebalan, menyebabkan kenaikan gula darah, dan kenaikan berat
badan.

"Ketika terjadi lonjakan kortisol, hormon ini memberitahu tubuh untuk makan banyak kalori,
taktik bertahan hidup yang membutuhkan energi besar untuk melarikan diri predator. Namun
taktik ini tidak efektif jika mencemaskan banyaknya tagihan yang harus dibayar," kata Shawn
Talbott, PhD, ahli biokimia gizi sekaligus penulis buku 'The Cortisol Connection'.
Untungnya, tubuh telah berevolusi untuk menangkal lonjakan ini, yaitu dengan melakukan
relaksasi. Seperti dilansir prevention.com, Selasa (28/2/2012), berikut adalah delapan cara
yang mengejutkan untuk memangkas kadar kortisol hampir separuh.
1. Meditasi = Mengurangi Kortisol 20 persen
Dalam sebuah peneltiian di Thailand, orang yang berlatih meditasi secara signifikan
mengalami penurunan kortisol dan tekanan darah dalam waktu 6 minggu. Demikian pula
orang yang bermeditasi setiap hari selama 4 bulan mengalami penurunan kortisol rata-rata
sebesar 20 persen, menurut sebuah penelitian di Maharishi University.
2. Mendengarkan Musik = Mengurangi Kortisol 66 persen
Musik dapat memiliki efek menenangkan otak, terutama saat sedang menghadapi pemicu
stres. Ketika seorang dokter di Osaka Medical Center, Jepang, memainkan lagu untuk
sekelompok pasien yang menjalani kolonoskopi, tingkat kortisol pasien naik lebih sedikit
dibandingkan pasien lain yang menjalani prosedur sama di ruangan yang tenang.
Mencegah lonjakan kortisol dalam situasi pemicu stres lainnya dapat dilakukan dengan
mengalunkan musik instrumental. Dan jika ingin lebih cepat tertidur, dengarkanlah musik
yang menenangkan, jangan menonton TV.

3. Tidur lebih awal atau tidur siang = Mengurangi Kortisol 50 persen


"Apa perbedaan antara tidur selama 6 jam dengan 8 jam seperti yang direkomendasikan?
Kenaikan Lima puluh persen kortisol lebih dalam aliran darah," kata Talbott.
Ketika sekelompok pilot tidur 6 jam atau kurang selama 7 malam saat bertugas, tingkat
kortisolnya meningkat secara signifikan dan tetap meningkat selama 2 hari, demikian
kesimpulan penelitian yang dilakukan Jerman Institute for Aerospace Medicine. Tidur 8 jam
direkomendasikan karena memberikan tubuh waktu untuk memulihkan diri dari stres
seharian.
Jika tidak dapat memenuhi 8 jam tidur, pastikan dapat tidur siang pada hari berikutnya.
Peneliti dari Pennsylvania State University menemukan bahwa tidur siang dapat mengurangi
kortisol yang diakibatkan kurang tidur pada malam sebelumnya.
4. Minum teh hitam = Mengurangi Kortisol 47 persen
Teh hitam terbukti ampuh meredakan lonjakan kortisol. Ketika relawan di University College
London diberi tugas yang memicu stres, kadar kortisol orang yang biasa minum teh hitam
turun sebesar 47 persen dalam satu jam setelah menyelesaikan tugas. Sedangkan peserta lain
yang minum teh palsu hanya mengalami penurunan 27 persen. Sang peneliti, Andrew
Steptoe, PhD, menduga bahwa bahan kimia alami seperti polifenol dan flavonoid berperan
penting atas efek menenangkan ini.
5. Bergaul dengan teman yang lucu = Mengurangi Kortisol 39 persen
Sahabat yang selalu dapat membuat tertawa tak hanya dapat mengalihkan perhatian dari
masalah, tapi kehadirannya dapat membantu meredam stres. Tertawa saja sudah cukup untuk
mengurangi kortisol hampir setengahnya, menurut para peneliti di Loma Linda University.
Jika teman-teman sudah pada sibuk dengan urusannya masing-masing, menonton acara
komedi juga dapat membantu.
6. Pijat = Mengurangi Kortisol 31 persen
Pijatan lembut dapat memangkas tingkat stres. Setelah beberapa minggu terapi pijat, rata-rata
kadar kortisol akan menurun sebesar hampir sepertiga, menurut penelitian di University of
Miami School of Medicine. Selain menjaga kadar kortisol, pijat juga dapat mengurangi stres
dengan meningkatkan produksi dopamin dan serotonin, hormon yang dilepaskan ketika
bersosialisasi dengan teman atau melakukan sesuatu yang menyenangkan.
7. Beribadah = Mengurangi Kortisol 25 persen
Menurut penelitian dari Universitas Mississippi, ritual keagamaan membentengi banyak
orang dari tekanan sehari-hari, dan juga dapat menurunkan kadar kortisol. Subyek penelitian
yang rajin ke gereja memiliki kadar hormon stres lebih rendah daripada yang tidak
menghadiri ibadah sama sekali. Jika ritual tidak cukup menarik, cobalah mengembangkan sisi
spiritual dengan berjalan-jalan di alam, hutan, pantai, atau menjadi relawan dalam kegiatan
sosial.
8. Kunyah permen karet = Mengurangi Kortisol 12-16 persen
Mengunyah permen karet dapat meredakan ketegangan, demikian saran dari peneliti di
Northumbria University di Inggris. Ketika menghadapi tekanan, pengunyah permen karet
memiliki kadar kortisol 12 persen lebih rendah dibandingkan yang tidak mengunyah permen.
Pengunyah permen karet ditemukan memiliki kewaspadaan lebih besar dibandingkan yang

tidak mengunyah permen. Diduga, mengunyah permen karet meningkatkan aliran darah dan
aktivitas saraf pada salah satu bagian otak.

Anda mungkin juga menyukai