Anda di halaman 1dari 4

Respon tubuh ketika mengalami stres dan emosi

Emosi
Respon tubuh saat emosi
Marah
Tubuh mengalami lonjakan hormon testosteron, detak jantung dan tekanan darah meningkat.
Dua jam setelah kemarahan Anda meledak, Anda lima kali berisiko serangan jantung, dan
tiga kali berisiko stroke. Biasanya setelah kemarahan meledak, kita butuh penenang.
Lazimnya minuman beralkohol menjadi pilihan, selain rokok. Kendalikan emosi Anda, cek
kondisi perut Anda. Dalam kondisi lapar, emosi memang lebih mudah meletup. Dalam
kondisi lapar, hormon serotonin berkurang sehingga mempengaruhi kemampuan kita
mengendalikan kemarahan. Jangan pernah menahan lapar, agar Anda tidak mudah meledak.
Untuk menenangkan diri, cobalah lakukan kegiatan dengan sisi tangan yang tidak dominan.
Bila Anda tidak kidal, coba gunakan tangan kiri untuk melakukan sesuatu.
Cemburu
Bagian otak yang disebut cortex cingulate anterior ‘meletup’. Bagian otak ini diaktifkan oleh
kejadian-kejadian yang berkaitan dengan situasi sosial, misalnya dikucilkan oleh teman. Itu
sebabnya mengapa cemburu bisa membangkitkan reaksi keras. Bila Anda menggunakan pil
kontrasepsi, respon terhadap cemburu akan lebih dahsyat. Rasa cemburu membuat mata
Anda buta terhadap objek-objek yang sejajar dengan mata karena otak Anda terganggu.
Dalam kondisi ini seseorang sebaiknya tidak melakukan tindakan berisiko seperti mengemudi
atau memotong sesuatu dengan benda tajam. Redakan rasa cemburu dengan mengubah rasa
‘iri berbahaya’ dengan ‘iri jinak’, misalnya ‘kalau elu gitu, gue juga bisa’. Hindari menghibur
diri dengan media sosial, karena media ini akan membuat Anda kian frustrasi.
Khawatir
Mengkhawatirkan segala sesuatu yang belum terjadi atau takut berbuat salah, adalah
pertahanan otak, dan memaksa bagian otak tertentu untuk bekerja keras. Otak kita tidak dapat
tampil maksimal dan lebih cepat lelah. Rasa khawatir dapat meningkatkan stres,
meningkatkan risiko penyakit Alzheimer, dan lebih cepat pikun. Atasi perasaan khawatir
dengan menuliskan kekhawatiran-kekhawatiran Anda, karena ketika otak bersih, space di
otak akan diperluas dan siap untuk tugas lain. Jangan mengesampingkan rasa khawatir
karena dapat meningkatkan kecemasan.
Jatuh Cinta
Tubuh menghasilkan adrenalin dan norepinephrine di pagi hari, yang membuat jantung
berdebar, dan dophamine membuat kita eforia. Oksitosin dan vasopressin yang menciptakan
perasaan aman dan nyaman akan mengambil alih dalam membentuk hubungan untuk
mempertahankan ikatan. Pasangan yang baru jadian memiliki ketahanan terhadap rasa sakit
karena cinta yang intens merangsang area otak yang menghasilkan penghilang rasa sakit.
Dalam jangka panjang, jatuh cinta bisa mengurangi risiko gangguan jantung, dan melindungi
penurunan fisik usia tengah baya. Jatuh cinta juga dapat mengurangi kortisol yang dihasilkan
saat stres. Tingkatkan kondisi jatuh cinta dengan ngobrol soal film yang bisa membuat
hubungan Anda berdua semakin fokus.
Bahagia
Otak kita melepaskan kombinasi neurotransmitter termasuk dopamine, serotonin, dan
endorphin. Akibatnya kita selalu sehat dan panjang umur. Dibanding orang yang bahagia,
orang yang tidak bahagia 80 persen lebih tinggi kemungkinannya mengalami gangguan fisik
yang berkaitan dengan penuaan. Bermain musik dan membuat keputusan yang disadari, dapat
meningkatkan rasa bahagia. Hang out dengan teman-teman juga dapat meningkatkan
kebahagiaan, karena dapat meningkatkan produksi progesteron, yaitu hormon yang memicu
rasa nyaman.
Penuh Harap
Bagian otak yang bertanggung jawab untuk mampu berpikir positif, berapi-api. Merasa penuh
harap atau optimis akan meningkatkan sel imun dalam menghadapi virus dan bakteri. Dalam
kondisi emosi ini Anda akan lebih mudah untuk memutuskan memilih makanan yang sehat
karena merasa optimis terhadap masa depan dapat meningkatkan self control. Pertahankan
perasaan optimis dengan menonton film yang lucu. Setelah 15 menit, perasaan optimis Anda
akan meningkat karena humor dapat mengusir pikiran negatif.
Bersyukur
Struktur otak yang berkaitan dengan kesadaran sosial dan empati diperkuat. Merasa
bersyukur sama dengan merasa bahagia. Dan Anda selalu akan mengucapkan kata ‘terima
kasih.’ Rasa syukur ini juga bisa meningkatkan hubungan romantis Anda dan meningkatkan
peluang untuk mendapatkan kenalan baru. Pertahankan rasa syukur ini dengan menuliskan
lima hal yang membuat Anda bahagia, seminggu sekali. Setelah sepuluh minggu Anda akan
merasa bertambah 25 persen lebih bahagia. Pastikan Anda cukup tidur, karena ada riset yang
menyebut bahwa orang yang tidur cukup merasa lebih bahagia.
Stres
Saat Anda merasa stres, semua sistem dalam tubuh Anda akan meresponnya dengan cara
yang berbeda-beda. Stres kronis dapat berdampak pada kesehatan Anda secara keseluruhan.
Pada sistem saraf pusat dan endokrin
Sistem saraf pusat adalah yang paling bertanggung jawab dalam merespon stres, mulai dari
pertama kali stres muncul sampai stres menghilang. Sistem saraf pusat menghasilkan respon
“fight-or-flight” saat tubuh mengalami stres. Juga, memberikan perintah dari hipotalamus ke
kelenjar adrenal untuk melepaskan hormon adrenalin dan kortisol.
Saat kortisol dan adrenalin dilepaskan, hati menghasilkan lebih banyak gula dalam darah
untuk memberi energi pada tubuh Anda. Jika tubuh Anda tidak menggunakan semua energi
tambahan ini, maka tubuh akan menyerap gula darah kembali. Namun, bagi orang yang
rentan terhadap diabetes tipe 2 (seperti orang obesitas), gula darah ini tidak bisa diserap
semua sehingga mengakibatkan kadar gula darah meningkat
Pelepasan hormon adrenalin dan kortisol menyebabkan peningkatan detak jantung,
pernapasan lebih cepat, pelebaran pembuluh darah di lengan dan kaki, dan kadar glukosa
darah meningkat. Saat stres mulai menghilang, sistem saraf pusat juga yang pertama kali
memerintahkan tubuh untuk kembali ke normal.
Pada sistem pernapasan
Stres membuat pernapasan Anda lebih cepat sebagai upaya untuk mengalirkan oksigen ke
seluruh tubuh. Hal ini mungkin tidak masalah bagi banyak orang, tetapi bisa menyebabkan
masalah pada orang dengan asma atau emfisema. Napas cepat atau hiperventilasi juga dapat
menyebabkan serangan panik.
Pada sistem kardiovaskular
Saat Anda mengalami stres akut (stres dalam waktu singkat, seperti karena terjebak macet di
jalan), detak jantung akan meningkat, serta pembuluh darah yang menuju ke otot besar dan
jantung akan melebar. Hal ini menyebabkan peningkatan volume darah yang dipompa ke
seluruh tubuh dan meningkatkan tekanan darah. Pada saat stres, darah perlu dialirkan dengan
cepat ke seluruh tubuh (terutama otak dan hati) untuk membantu menyediakan energi bagi
tubuh.
Juga, saat Anda mengalami stres kronis (stres dalam jangka waktu lama), detak jantung Anda
akan meningkat secara konsisten. Tekanan darah dan kadar hormon stres juga akan
meningkat secara berkelanjutan. Sehingga, stres kronis dapat meningkatkan risiko Anda
terkena hipertensi, serangan jantung, atau stroke.
Pada sistem pencernaan
Saat stres, peningkatan detak jantung dan pernapasan dapat mengganggu sistem pencernaan
Anda. Anda mungkin akan makan lebih banyak atau lebih sedikit dari biasanya. Risiko Anda
mengalami heartburn, refluks asam, mual, muntah, atau sakit perut juga meningkat. Stres
juga dapat memengaruhi pergerakan makanan dalam usus Anda, sehingga Anda bisa
mengalami diare atau sembelit.
Pada sistem otot rangka
Otot-otot Anda akan menegang saat stres dan kemudian akan kembali normal lagi saat Anda
sudah tenang. Namun, jika Anda mengalami stres yang berkelanjutan, maka otot Anda tidak
mempunyai waktu untuk rileks. Sehingga, otot-otot yang tegang ini akan mengakibatkan
Anda mengalami sakit kepala, nyeri punggung, serta nyeri di seluruh tubuh.
Pada sistem reproduksi
Stres juga berpengaruh pada gairah seksual Anda. Mungkin gairah seksual Anda akan
menurun saat Anda sedang mengalami stres kronis. Namun, pria lebih banyak menghasilkan
hormon testosteron selama stres, yang dapat meningkatkan gairah seksual dalam jangka
pendek. Jika stres berlangsung dalam waktu lama, kadar hormon testosteron pria akan mulai
menurun. Hal ini dapat mengganggu produksi sperma, yang akan menyebabkan disfungsi
ereksi atau impotensi.
Sedangkan, pada wanita, stres dapat memengaruhi siklus menstruasi. Saat stres, Anda
mungkin mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur, tidak mengalami menstruasi sama
sekali, atau mengalami menstruasi yang lebih berat.
Pada sistem imun
Saat Anda stres, tubuh merangsang sistem kekebalan tubuh untuk bekerja. Jika stres yang
Anda rasakan bersifat sementara, ini akan membantu tubuh Anda dalam mencegah infeksi
dan penyembuhan luka. Namun, jika stres terjadi dalam waktu lama, maka tubuh akan
melepaskan hormon kortisol yang akan menghambat pelepasan histamin dan respon
peradangan untuk melawan zat asing. Sehingga, orang yang mengalami stres kronis akan
lebih rentan untuk terkena penyakit, seperti influenza, flu biasa, atau penyakit infeksi lainnya.
Stres kronis juga membuat Anda lebih lama untuk sembuh dari sakit atau cedera.

Sumber
Tua Lumban Gaol. Teori Stres: Stimulus, Respons, dan Transaksional. 2016. National
Taiwan Ocean University (NTOU).
Rachmani Immanuella. Respon Tubuh Terhadap Emosi. 2021. Pesona
https://www.pesona.co.id/life/ini-respon-tubuh-terhadap-emosi-anda?p=2 diakses pada 25
Mei 2022.
Veratamala Arinda. Yang Terjadi Pada Tubuh Saat Anda Stres.2021. Hello Sehat.
https://hellosehat.com/mental/stres/dampak-stres-pada-tubuh-anda/ diakses pada 25 Mei 2022

Anda mungkin juga menyukai