Anda di halaman 1dari 4

Identifikasi Kuman Staphylococcus aureus Pada Handphone

a. Latar belakang
ponsel sudah menjadi sebuah gaya hidup dan menjadi bagian vital dari aktifitas sehari-hari.
Ponsel selalu dibawa dan dipegang kemanapun dan dimanapun aktifitas pemiliknya, bahkan ada
yang dengan sengaja membawa ponsel pada saat melakukan aktifitas BAB di toilet sambil chat
atau browsing internet. Dari hal inilah, maka ponsel tanpa disadari dapat menjadi media
hinggapnya kuman dari tangan kita sendiri sewaktu memegang kotoran kemudian memegang
ponsel. Bahkan banyak dari kita memiliki kebiasaan makan sambil chat, browsing atau
memegang ponsel kita, padahal ponsel yang kita pegang belum tentu hygienis. Jadi mari
biasakan hidup sehat, dengan menggunakan peralatan sebagai mana mestinya dan tepat guna
tentunya. Jangan lupa selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum melakukan aktifitas makan,
jauhkan kebiasaan makan sambil pegang ponsel. Jika ditanya barang apa yang paling sering kita
sentuh dalam sehari, mungkin sebagian besar dari kita akan menjawab ponsel. Di era teknologi
ini, ponsel memang menjadi teman akrab kita. Namun, waspadalah pada ponsel yang kita miliki!
Pernahkah terlintas dalam pikiran kita bahwa ponsel yang kita miliki merupakan rumah yang
nyaman untuk banyak bakteri berkembang biak? Apalagi, karena ponsel mungkin adalah salah
satu barang yang paling sering kita pegang dalam aktifitas sehari-hari.
b. Tinjauan pustaka
Sebuah penelitian yang dilakukan sejumlah ahli dari London School of Hygiene & Tropical
Medicine, Inggris, menemukan, ponsel ternyata menjadi rumah dari bakteri berbahaya seperti
E.coli, MRSA, juga 1.000 jenis bakteri lainnya. Meski sebagian besar bakteri tersebut tidak
berbahaya, satu dari enam ponsel yang dijadikan objek penelitian mengandung bakteri E.coli,
penyebab dari banyak penyakit, diantaranya gangguan sistim pencernaan, gangguan pada ginjal,
serangan jantung atau stroke, dan tekanan darah tinggi, bahkan kasus kematian.
Bakteri E Coli
Penelitian ini melibatkan 390 partisipan dari 12 kota. Ditemukan 92 persen dari total seluruh
ponsel mengandung berbagai macam bakteri yang dapat berujung pada serangan berbagai
macam penyakit. Yang lebih berbahaya lagi, seluruh bakteri yang ditemukan pada telepon
genggam partisipan memiliki potensi besar untuk bermutasi menjadi bakteri super MRSA.
Menurut beberapa sumber, MRSA adalah salah satu tipe bakteri Staphylococcus yang
ditemukan pada kulit dan hidung yang kebal terhadap antibiotik. Jumlah kematian akibat infeksi
bakteri MRSA lebih banyak dibandingkan dengan angka kematian akibat sindrom penurunan
sistem kekebalan tubuh alias AIDS. Staphylococcus aureus bersifat pathogen yang mampu
menginvansi sel lain. Pada Osteomielitis, Staphylococcus aureus memang menjadi penyebab
utama penyakit tersebut. Staphylococcus aureus juga dapat menyebabkan keracunan pada kulit,
seperti jerawat, bisul, dan keluarnya nanah pada bagian kulit manapun. Perlu diketahui toksin
leukosidin yang dikeluarkan oleh Staphylococcus aureus dapat mematikan sel darah putih
manusia.

Staphylococcus Aureus
Para ahli mengatakan bahwa temuan ini berdasarkan pada alasan kemungkinan bakteri yang
berpotensi berbahaya mencemari ponsel, karena orang tidak mencuci tangan mereka dengan
baik dengan sabun setelah pergi ke toilet. Penelitian dilakukan sehubungan dengan Hari Cuci
Tangan Sedunia yang jatuh pada 15 Oktober. Meskipun 95% dari orang yang diteliti mengatakan
mereka mencuci tangan mereka dengan sabun, sebanyak 92% dari ponsel dan 82 persen dari
tangan memiliki bakteri. Kondisi yang mengkhawatirkan, 16% dari tangan dan 16% dari ponsel
ditemukan Escherichia coli, jenis bakteri yang berasal tinja. Escherichia coli sering dikaitkan
dengan gangguan lambung, dan telah terlibat dalam kasus-kasus keracunan makanan serius
seperti wabah O157 yang fatal di Jerman pada bulan Juni lalu. Para ilmuwan juga menemukan,
mereka yang memiliki bakteri di tangan memiliki kemungkinan tiga kali lebih memiliki bakteri di
ponsel mereka. Sementara itu Ahli kebersihan dari London School of Hygiene & Tropical
Medicine, mengatakan, studi ini memberikan lebih banyak bukti bahwa beberapa orang masih
tidak mencuci tangan mereka dengan baik, terutama setelah pergi ke toilet. Saya berharap
temuan E coli di tangan mereka dan telepon mendorong, mereka untuk lebih berhati-hati di
kamar mandi. Mencuci tangan dengan sabun adalah suatu hal yang sederhana untuk dilakukan,
tetapi tidak ada keraguan itu menyelamatkan nyawa, kata ahli kebersihan tersebut. Bakteri
tinja dapat bertahan hidup di tangan selama berjam-jam pada suatu waktu, terutama di suhu
hangat jauh dari sinar matahari. Kuman itu mudah ditransfer oleh sentuhan di gagang pintu,
makanan, dan bahkan telepon seluler. Kuman lalu dapat berpindah ke orang lain. Setiap tahun,
anak-anak di bawah usia lima tahun meninggal dunia oleh pneumonia dan penyakit diare, yang
sebetulnya dapat dicegah dengan tindakan sederhana mencuci tangan dengan sabun. Di negara
maju, mencuci tangan dengan sabun membantu orang untuk mencegah penyebaran infeksi
virus, seperti norovirus, rotavirus, dan influenza.
Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa banyak orang masih enggan untuk mencuci tangan
mereka. Inilah asal mula dari peredaran bakteri. Kami berharap hasil penelitian kami dapat
meyakinkan banyak orang untuk mencuci tangan mereka setelah selesai menggunakan toilet,
kata pimpinan penelitian, Dr. Val Curtis (kesehatan.liputan6.com). Mengenai banar atau
tidaknya bakteri pada ponsel lebih banyak dari pada di kloset itu merupakan suatu yang benar,
bahwa ternyata ponsel yang kita gunakan bisa menjadi sumber utama penyakit karena banyak
mengandung bakteri, kuman, dan virus. Mikroorganisme yang bersifat pathogen tersebut
bersumber sebagian besar dari kloset yang menempel pada tangan kita dan kemudian kita
memegang ponsel. Bakteri dari tempat lain juga dapat hinggap pada ponsel melelui media
perantara tangan kita. Misalkan dari handel pintu toko, tombol lift, penyangga kursi di dalam bis
kota, dan lain sebagainya, Karena bakteri yang bersifat pathogen lebih banyak datang dari
tangan kita, maka alangkah baiknya kita menjaga kebersihan diri untuk meminimalisir resiko
terkena dampak dari bakteri pathogen tersebut, minimal dengan mencuci tangan kita dengan
sabun sehabis memegang ponsel, sehabis dari kamar mandi, dan setelah melakukan kegiatan
lainnya sebelum makan.
MRSA sekarang komunitas terkait, namun persentase ini dapat bervariasi oleh populasi
masyarakat dan pasien.

Infeksi MRSA biasanya infeksi dangkal


yang ringan dari kulit yang dapat diobati dengan sukses dengan perawatan kulit yang tepat dan
antibiotik. MRSA, bagaimanapun, bisa sulit untuk mengobati dan dapat berkembang menjadi
darah atau tulang infeksi yang mengancam jiwa karena ada antibiotik yang efektif yang
tersedia lebih sedikit untuk pengobatan.
Transmisi MRSA sebagian besar dari orang-orang dengan infeksi kulit MRSA yang aktif. MRSA
hampir selalu ditularkan melalui kontak fisik langsung dan tidak melalui udara. Penyebaran juga
dapat terjadi melalui kontak langsung dengan objek menyentuh (seperti handuk, seprai,
pembalut luka, pakaian, tempat latihan, peralatan olahraga) terkontaminasi oleh kulit yang
terinfeksi dari seseorang dengan MRSA. Sama seperti S. aureus dapat dilakukan pada kulit atau
di hidung tanpa menyebabkan penyakit, MRSA dapat dilakukan dengan cara ini juga. Berbeda
dengan persentase yang relatif tinggi (25% -30%) orang dewasa yang dijajah oleh Staph aureus
di hidung (orang-orang ini bakteri Staph hadir yang tidak menyebabkan penyakit), hanya sekitar
2% dari orang sehat membawa MRSA di hidung. Tidak ada gejala yang terkait dengan membawa
Staph secara umum atau MRSA di hidung.
Sebuah obat yang dikenal sebagai mupirocin (Bactroban) telah terbukti efektif dalam beberapa
kasus untuk mengobati dan menghilangkan MRSA dari hidung pembawa sehat, tetapi
dekolonisasi (mengobati operator untuk menghilangkan bakteri) biasanya tidak dianjurkan
kecuali telah terjadi wabah MRSA atau bukti bahwa seorang individu atau sekelompok orang
mungkin menjadi sumber wabah.

komplikasi dari infeksi Staph


Scalded skin syndrome adalah efek samping yang serius dari infeksi dengan bakteri Staph yang
menghasilkan protein spesifik yang mengendurkan semen memegang berbagai lapisan kulit
bersama-sama. Hal ini memungkinkan pembentukan melepuh dan peluruhan dari lapisan atas
kulit. Jika itu terjadi di seluruh daerah tubuh yang besar, itu bisa mematikan, mirip dengan luas
permukaan besar tubuh yang telah dibakar. Hal ini diperlukan untuk mengobati sindrom kulit
terbakar dengan antibiotik intravena dan untuk melindungi kulit dari dehidrasi memungkinkan
terjadi jika daerah besar terkelupas. Penyakit ini terjadi terutama pada anak-anak tetapi dapat
terjadi pada siapa saja. Hal ini dikenal secara resmi sebagai staphylococcal scalded skin
syndrome.
Aureus merupakan kelompok bakteri yang dapat menyebabkan banyak penyakit.
Infeksi Staph dapat menyebabkan penyakit akibat infeksi langsung atau karena produksi racun
oleh bakteri.
Bisul, impetigo, keracunan makanan, selulitis, dan toxic shock syndrome merupakan contoh
penyakit yang mungkin disebabkan oleh Staphylococcus.

Methicillin-resistant Staphylococcus aureus, dikenal sebagai MRSA, adalah jenis Staphylococcus


aureus yang resisten terhadap methicillin antibiotik dan obat lain di kelas ini.
Infeksi Staph diperlakukan dengan topikal, oral, atau intravena antibiotik, tergantung pada jenis
infeksi.
c. Metodologi penelitian
Penelitian dilakukan secara eksperimental di laboratorium dengan pengambilan sampel secara
acak sebanyak 60 sampel (handphone). Sampel diambil menggunakan swab steril
d.

Anda mungkin juga menyukai