Anda di halaman 1dari 29

BAB II

KONSEP DASAR
`
A. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Berikut akan dikemukakan definisi keluarga menurut beberapa ahli
(Sudiharto, 2007):
a. Bailon dan Maglaya (1978) mendefinisikan sebagai berikut :
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah
tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka
saling berinteraksi satu dengan yang lainnya, mempunyai peran masing
masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya
b. Menurut Departemen Kesehatan (1988) mendefinisikan sebagai berikut :
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap
dalam keadaan saling bergantungan.
c. Menurut Friedman (1998) mendefinisikan sebagai berikut :
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena ikatan
tertentu untuk saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan
emosional, serta mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari
keluarga

d. Menurut BKKBN (1999) mendefinisikan sebagai berikut :


Keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan
perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan
materil yang layak, bertakwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang
selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta
lingkungannya.

2. Tipe / Bentuk Keluarga (Sudiharto, 2007)


a. Keluarga inti (nuclear family), adalah keluarga yang dibentuk karena
ikatan perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari suami, istri, dan
anak anak, baik karena kelahiran (natural) maupun adopsi.
b. Keluarga asal (Family of origin), merupakan suatu unit keluarga tempat
asal seseorang dilahirkan.
c. Keluarga besar (Extended family) adalah keluarga inti ditambah
keluarga yang lain ( karena hubungan darah ), misalnya kakek, nenek,
bibi, paman, sepupu.
d. Keluarga berantai (social family) adalah keluarga yang terdiri dari
wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu
keluarga inti.
e. Keluarga duda atau janda, adalah keluarga yang terbentuk karena
perceraian dan / atau kematian pasangan yang dicintai.
f. Keluarga komposit ( composite family), adalah keluarga dari perkawinan
poligami dan hidup bersama.

g. Keluarga kohabitasi ( cohabitation), adalah dua orang menjadi satu


keluarga tanpa pernikahan, bisa memiliki anak atau tidak. Di Indonesia
bentuk keluarga ini tidak lazim dan bertentangan dengan budaya timur.
Namun, lambat laun keluarga kohabitasi ini mulai dapat diterima.
h. Keluarga inses ( incest family), seiring dengan masuknya nilai nilai
global dan pengaruh informasi yang sangat dahsyat, dijumpai bentuk
keluarga yang tidak lazim, misalnya anak perempuan menikah dengan
ayah kandungnya, ayah menikah dengan anak perempuan tirinya.
Walaupun tidak lazim dan melanggar nilai- nilai budaya, jumlah
keluarga inses semakin hari semakin besar. Hal tersebut dapat kita
cermati melalui pemberitaan dari berbagai media cetak dan elektronik.
i. Keluarga tradisional dan nontradisional, dibedakan berdasarkan ikatan
perkawinan. Keluarga tradisional diikat oleh perkawinan, sedangkan
keluarga nontradisional tidak diikat oleh perkawinan.

3. Tahap Perkembangan Keluarga


Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah menambah anggota
keluarga dengan kehadiran anggota keluarga yang baru melalui pernikahan
anak anak yang telah dewasa, menata kembali hubungan perkawinan,
menyiapkan datangnya proses penuaan, termasuk timbulnya masalah
masalah kesehatan.

4. Peran Keluarga ( Friedman, 1998)


a. Peran formal
1) Peran parenteral dan perkawinan
Nyc dan Gecas (1976) mengidentifikasi 8 peran dasar yang
membentuk posisi sosial sebagai suami ayah dan ibu istri :
a) Peran sebagai provider (penyedia)
b) Pran sebagai pengatur rumah tangga
c) Peran perawatan anak
d) Peran sosialisasi anak
e) Peran rekreasi
f) Peran persaudaraan (lainship) (memelihara hubungan keluarga
paternal dan maternal)
g) Peran terapeutik (memenuhi kebutuhan afektif pasangan)
h) Peran seksual
2) Peran perkawinan
Kebutuhan bagi pasangan untuk memelihara suatu hubungan
perkawinan yang kokoh. Anak anak terutama dapat mempengaruhi
hubungan perkawinan yang memuaskan menciptakan situasi dimana
suami istri membentuk suatu koalisi dengan anak. Memelihara
suatu

hubungan

perkawinan

merupakan

salah

satu

tugas

perkembangan yang vital dari keluarga.

b. Peran informal
1) Pengharmonis : Menengahi perbedaan yang terdapat diantara para
anggota, menghibur dan menyatukan kembali pendapat.
2) Inisiater kontributor : Mengemukakan dan mengajukan ide ide
baru atau cara cara mengingat masalah masalah atau tujuan
tujuan kelompok.
3) Pendamai ( Compromiser) : Merupakan salah satu bagian dari konflik
dan ketidaksepakatan, pendamai menyatakan kesalahan posisi dan
mengakui kesalahannya atau menawarkan penyelesaian setengah
jalan
4) Perawat keluarga : Orang yang terpanggil untuk merawat dan
mengasuh anggota keluarga lain yang membutuhkannya.
5) Koordinator keluarga : Mengorganisasi dan merencanakan kegiatan
kegiatan keluarga yang berfungsi mengangkat keterikatan atau
keakraban.

5. Fungsi Keluarga ( Friedman, 1998 )


a. Fungsi afektif
Berhubungan dengan fungsi internal keluarga dalam pemenuhan
kebutuhan psiko social fungsi efektif

ini merupakan sumber energi

kebahagiaan keluarga.

b. Fungsi sosialisasi
Sosialisasi di mulai sejak lahir keberhasilan perkembangan individu dan
keluarga di capai melalui interaksi atau hubungan antar anggota.
Anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma, budaya dan perilaku
melalui hubungan interaksi dalam keluarga.
c. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi meneruskan keturunan dan menambahkan sumber
daya manusia.
d. Fungsi ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan seluruh keluarga seperti
kebutuhan makan, minum, pakaian, dan tempat tinggal, dll.
e. Fungsi keperawatan kesehatan
Kesanggupan keluarga untuk melakukan pemeliharaan kesehatan dilihat
dari 5 tugas kesehatan keluarga yaitu :
1) Keluarga mengenal masalah kesehatan
2) Keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi
masalah kesehatan.
3) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami
masalah kesehatan
4) Memodifikasi

lingkungan,

menciptakan

dan

mempertahankan

suasana rumah yang sehat.


5) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang
tepat.

10

B. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Stroke, atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah kehilangan fungsi
otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak
(Smeltzer, 2001).
Stroke hemoragic adalah defisit neurologis yang disebabkan karena
perdarahan intra cerebral akibat dari ruptur pembuluh darah serebral /
perdarahan jaringan otak. Kejadian saat melakukan defisit / saat aktif juga
terjadi saat istirahat (Black, 1997).
Gangguan fungsi saraf akut yang disebabkan oleh karena gangguan
peredaran darah otak, dimana secara mendadak (beberapa detik) atau
secara cepat (beberapa jam) timbul gejala dan tanda yang sesuai dengan
daerah fokal diotak yang terganggu (Djunaedi W, 1992).

2. Anatomi dan Fisiologi


a. Otak
Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang
lebih 100 triliun

neuron. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu

serebrum (otak besar), serebelum (otak kecil), brainstem (batang otak),


dan diensefalon (Satyanegara, 1998).
Serebrum terdiri dari dua hemisfer serebri, korpus kolosum dan
korteks serebri. Masing-masing hemisfer serebri terdiri dari lobus
frontalis yang merupakan area motorik primer yang bertanggung jawab

11

untuk gerakan-gerakan voluntar, lobus parietalis yang berperanan pada


kegiatan memproses dan mengintegrasi informasi sensorik yang lebih
tinggi tingkatnya, lobus temporalis yang merupakan area sensorik
untuk impuls pendengaran dan lobus oksipitalis yang mengandung
korteks penglihatan primer, menerima informasi penglihatan dan
menyadari sensasi warna.
Serebelum terletak di dalam fosa kranii posterior dan ditutupi
oleh duramater yang menyerupai atap tenda yaitu tentorium, yang
memisahkannya dari bagian posterior serebrum. Fungsi utamanya
adalah sebagai pusat refleks yang mengkoordinasi dan memperhalus
gerakan otot, serta mengubah tonus dan kekuatan kontraksi untuk
mempertahankan keseimbangan sikap tubuh.
Bagian-bagian batang otak dari bawah ke atas adalah medula
oblongata, pons dan mesensefalon (otak tengah). Medula oblongata
merupakan pusat refleks yang penting untuk jantung, vasokonstriktor,
pernafasan, bersin, batuk, menelan, pengeluaran air liur dan muntah.
Pons merupakan mata rantai penghubung yang penting pada jaras
kortikosereberalis yang menyatukan hemisfer serebri dan serebelum.
Mesensefalon merupakan bagian pendek dari batang otak yang berisi
aquedikus sylvius, beberapa traktus serabut saraf asenden dan
desenden dan pusat stimulus saraf pendengaran dan penglihatan.
Diensefalon di bagi empat wilayah yaitu talamus, subtalamus,
epitalamus dan hipotalamus. Talamus merupakan stasiun penerima dan

12

pengintegrasi subkortikal yang penting. Subtalamus fungsinya belum


dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi lesi pada subtalamus akan
menimbulkan hemibalismus yang ditandai dengan gerakan kaki atau
tangan yang terhempas kuat pada satu sisi tubuh. Epitalamus
berperanan

pada

beberapa

dorongan

emosi

dasar

seseorang.

Hipotalamus berkaitan dengan pengaturan rangsangan dari sistem


susunan saraf otonom perifer yang menyertai ekspresi tingkah dan
emosi (Sylvia A. Price, 1996).
b. Sirkulasi darah otak
Otak menerima 17% curah jantung dan menggunakan 20 %
konsumsi oksigen total tubuh manusia untuk metabolisme aerobiknya.
Otak diperdarahi oleh dua pasang arteri yaitu arteri karotis interna dan
arteri vertebralis. Da dalam rongga kranium, keempat arteri ini saling
berhubungan dan membentuk sistem anastomosis,

yaitu sirkulus

Willisi (Satyanegara, 1998).


Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteria karotis
komunis kira-kira setinggi rawan tiroidea. Arteri karotis interna masuk
ke dalam tengkorak dan bercabang kira-kira setinggi kiasma optikum,
menjadi arteri serebri anterior dan media. Arteri serebri anterior
memberi suplai darah pada struktur-struktur seperti nukleus kaudatus
dan putamen basal ganglia, kapsula interna, korpus kolosum dan
bagian-bagian (terutama medial) lobus frontalis dan parietalis serebri,
termasuk korteks somestetik dan korteks motorik. Arteri serebri media

13

mensuplai darah untuk lobus temporalis, parietalis dan frontalis


korteks serebri.
Arteria vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteria subklavia
sisi yang sama. Arteri vertebralis memasuki tengkorak melalui
foramen magnum, setinggi perbatasan pons dan medula oblongata.
Kedua arteri ini bersatu membentuk arteri basilaris, arteri basilaris
terus berjalan sampai setinggi otak tengah, dan di sini bercabang
menjadi dua membentuk sepasang arteri serebri posterior. Cabangcabang sistem vertebrobasilaris ini memperdarahi medula oblongata,
pons, serebelum, otak tengah dan sebagian diensefalon. Arteri serebri
posterior dan cabang-cabangnya memperdarahi sebagian diensefalon,
sebagian lobus oksipitalis dan temporalis, aparatus koklearis dan
organ-organ vestibular (Sylvia A. Price, 1995).
Darah vena dialirkan dari otak melalui dua sistem : kelompok
vena interna, yang mengumpulkan darah ke Vena galen dan sinus
rektus, dan kelompok vena eksterna yang terletak di permukaan
hemisfer otak, dan mencurahkan darah, ke sinus sagitalis superior dan
sinus-sinus basalis lateralis, dan seterusnya ke vena-vena jugularis,
dicurahkan menuju ke jantung (Harsono,1996).

14

3. Etiologi
a. Perdarahan intra serebral
Perdarahan intra serebral paling banyak disebabkan hipertensi,
penyakit

darah

seperti

hemophilia,

leukemia,

trombositopeni,

pemakaian antikoagulan dalam jangka lama. Malformasi dan tumor


otak yang berkembang cepat.
b. Perdarahan subara criteria hasilnoid
Perdarahan subara criteria hasilnoid disebabkan oleh rupture
aneurisma intracranial trauma, perdarahan intra serebral hipertensi,
anomaly artero venosa, gangguan perdarahan dan lain- lain.
Adapun factor resiko terjadinya stroke adalah :
1) Hipertensi
2) Kolesterol tinggi
3) Obesitas
4) Penyakit kardiovaskuler
5) Merokok
6) Kontrasepsi oral
7) Penyalahgunaan obat (terutama kokain)
8) Pengkonsumsi alcohol
9) Penyakit diabetes militus
10) Faktor usia (diatas 60 tahun)
11) Jenis kelamin

15

12) Ras
13) Riwayat keturunan keluarga

4. Patofisiologi
Jenis stroke ada 2 macam yaitu :
Iskhemic stroke, yaitu merupakan jenis stroke yang lebih banyak
terjadi. Iskhemik stroke terjadi jika aliran darah ke otak terhambat atau
tersumbat. Arterosklerosis yaitu keadaan dimana terjadi pengkakuan dan
penyempitan pembuluh darah, merupakan salah satu penyebab iskhemik
stroke. Penyempitan pembuluh darah menuju sel- sel otak menyebabkan
aliran darah dan pasokan nutrisi ke otak akan berkurang. Selain itu,
endapan zat- zat lemak tersebut dapat lepas dalam bentuk gumpalangumpalan kecil yang suatu saat dapat menyumbat aliran darah ke otak,
sehingga sel- sel otak kekurangan oksigen dan nutrisi.
Yang kedua Hemoragik stroke, yaitu stroke yang disebabkan oleh
pecahnya pembuluh darah di otak, sehingga terjadi perdarahan diotak.
Umumnya terjadi karena tekanan darah yang terlalu tinggi, hampir 70%
kasus hemoragik stroke terjadi pada penderita hipertensi (tekanan darah
tinggi). Hipertensi menyebabkan tekanan yang lebih besar pada pembuluh
darah, sehingga dinding pembuluh darah menjadi lemah dan pembuluh
darah rentan pecah. Namun demikian, stroke hemoragik juga dapat terjadi
pada bukan penderita hipertensi. Pada kasus seperti biasanya pembuluh
darah pecah karena lonjakan tekanan pembuluh darah yang terjadi secara

16

tiba- tiba karena suatu sebab tertentu, misalnya Karena factor makanan dan
factor emosional, pecahnya pembuluh darah menyebabkan pasokan nutrisi
dan oksigen berkurang dan akhirnya sel sel disekitarnya mati.
Otak sangat tergantung kepada oksigen dan otak tidak mempunyai
cadangan oksigen. Trombus, emboli dan perdarahan akan menyebabkan
aroksia atau hipoksia di otak sehingga metabolisme otak terganggu,
kematian sel dan kerusakan permanen dapat terjadi.
Tiap kondisi yang menyebabkan perubahan perfusi otak akan
menimbulkan hipoksia dan menyebabkan iskemi otak. Iskemi yang
singkat ( kurang dari 10 15 menit) menyebabkan defisit sementara, dan
iskemi yang lama akan menyebabkan sel mati permanen dan menjadi
infals otak yang disertai oedema otak. Sedangkan apabila trombos emboli
dan perdarahan terjadi di otak dan pecah maka akan terjadi stroke
hemoragik ( C.Long, 1995).

5. Manifestasi Klinik
a. Kehilangan kesadaran
b. Kejang kejang
c. Gambaran respinatori
d. Kekakuan leher
e. Foto phobia
f. Shock
Komplikasi stroke hemoragik

17

Hipertensi

Diabetes militus

6. Penatalaksanaan
Uji Laboratorium dan Diagnostik
a. Fungsi lumbal.
Tekanan yang meningkat dan di sertai dengan bercak darah pada cairan
lumbal menunjukkan adanya haemoragia pada sub arachnoid atau
perdarahan pada intrakranial. Peningkatan jumlah protein menunjukan
adanya proses inflamasi.
b. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara apesifik seperti
perdarahan arteriovena atau adanya ruptur.
c. CT Scan
Memperlihatkan secara spesifik letak oedema, posisi henatoma, adanya
jaringan otak yang infark atau iskemia serta posisinya secara pasti.
d. MRI (magnetic Imaging Resonance)
Dengan menggunakan gelombang magnetic untuk menentukan posisi
serta besar/ luas terjadinya perdarahan otak.
e. USG Dopler.
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (Masalah sistem
karotis).

18

f. EEG
Melihat masalah yang timbul dampak dari jaringan yang infark
sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.
g. Terapi konsevatif
Memperbaiki keadaan umum, pemberian vasodilator, anti agregasi
trombosit
h. Terapi pembedahan
Endarterektomi membentuk kembali pembuluh darah.

7. Komplikasi
a. Hidrosepalus
b. Disritmia
c. Afasia
d. Hemiparese/ paraparese

8. Pengkajian Fokus
a. Pengkajian Primer
1) Airway
a) Reflek menelan menurun
b) Adanya sumbatan / obstruksi oleh lendir
c) Lidah jatuh
d) Ngorok

19

2) Breathing
a) Penggunaan otot bantu pernafasan
b) Frekuensi pernafasan meningkat
c) Batuk produktif
d) Bunyi nafas ronkhi
3) Circulation
a) Peningkatan frekuensi nadi
b) Hipertensi
c) Ekstremitas dingin
d) Cyanosis
e) CRT > 3 detik
f) Turgor jelek
4) Dissability
a) Reaksi pupil (ukuran, reaksi terhadap cahaya, kesamaan respon)
b) Tingkat kesadaran (Kewaspadaan : respon terhadap panggilan,
iritabilitas, letargi dan rasa mengantuk, orientasi terhadap diri
sendiri dan orang lain)
c) Wajah asimetris
d) Afasia
e) Disarthria
f) Reflak patologis positif

20

b. Pengkajian Sekunder
2) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
(1) Kesadaran : umumnya mengelami penurunan kesadaran
(2) Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar
dimengerti, kadang tidak bisa bicara
(3) Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi
bervariasi
b) Pemeriksaan integumen
(1) Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat
dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di
samping itu perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus
terutama pada daerah yang menonjol karena klien CVA
Bleeding harus bed rest 2-3 minggu
(2) Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis
(3) Rambut : umumnya tidak ada kelainan
c) Pemeriksaan kepala dan leher
(1) Kepala : bentuk normocephalik
(2) Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah
satu sisi
(3) Leher : kaku kuduk jarang terjadi (Satyanegara, 1998)

21

d) Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar
ronchi, wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan
tidak teratur akibat penurunan refleks batuk dan menelan.
e) Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang
lama, dan kadang terdapat kembung.
f) Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine
g) Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
h) Pemeriksaan neurologi
(1) Pemeriksaan nervus cranialis
Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII
central.
(2) Pemeriksaan motorik
Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah
satu sisi tubuh.
(3) Pemeriksaan sensorik
Dapat terjadi hemihipestesi.
(4) Pemeriksaan refleks
Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan
menghilang. Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan

22

muncul kembali didahuli dengan refleks patologis (Jusuf


Misbach, 1999).

9. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan mobilitas fisik kerusakan berhubungan dengan keterlibatan
neuromuskuler kelemahan.
b. Gangguan

komunikasi

kerusakan

verbal

berhubungan

dengan

kerusakan sirkulasi serebral, kerusakan neuromuskuler, kelemahan


umum, kehilangan tonus otot oral.
c. Resiko

perubahan

nutrisi

berhubungan

dengan

kerusakan

berhubungan

kerusakan

neuromuskuler.

10. Fokus intervensi


1) Gangguan

mobilitas

fisik

dengan

keterlibatan neuromuskuler kelemahan.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam kekuatan
dan fungsi bagian yang terkena akan meningkat.
Kriteria hasil :
a) Pasien akan memperlihatkan posisi yang optimal dan fungsi yang
dibuktikan dengan adanya kontraktur.
b) Mendemonstrasikan teknik / perilaku yang memungkinkan untuk
melakukan aktifitas.

23

Intervensi :
c) Kaji tingkat kemampuan pasien dalam melakukan aktifitas.
Rasional : Mengidentifikasi kekuatan / kelemahan.
d) Atur posisi pasien senyaman mungkin (setiap 2 jam).
Rasional : Menurunkan resiko terjadinya trauma jaringan.
e) Letakkan pada posisi telungkup satu kaki.
Rasional : Membantu mempertahankan ekstensi panggul.
f) Latih pasien untuk melakukan gerakan aktif / pasif.
Rasional : Meningkatkan sirkulasi.
g) Kolaborasi dengan ahli fisiologis untuk pergerakan.
Rasional : Untuk menemukan kebutuhan yang menjaga dalam
keseimbangan dan kekuatan.
2) Gangguan komunikasi kerusakan verbal berhubungan dengan
kerusakan sirkulasi serebral, kerusakan neuromuskuler, kelemahan
umum, kehilangan tonus otot oral.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam
gangguan komunikasi pasien dapat teratasi.
Kriteria hasil :
a) Pasien dapat mengekspresikan perasaannya.
b) Pasien dapat mengidentifikasi pemahaman tentang masalah
komunikasi yang dapat menggunakan sumber sumber yang
tepat.

24

Intervensi :
a) Kaji tingkat keterampilan bicara pasien.
b) Anjurkan pasien mengucapkan suara sederhana.
Rasional : Mengidentifikasi adanya disartria sesuai komponen
motorik dari bicara.
c) Libatkan keluarga untuk komunikasi verbal.
Rasional : Mengurangi isolasi social.
d) Kolaborasi dan konsultasi psikologis.
Rasional : Mengkaji kemampuan bicara dan sensori, motorik dan
kognitif.
3) Resiko

perubahan

nutrisi

berhubungan

dengan

kerusakan

neuromuskuler.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 7x24 jam nutrisi
pasien adekuat sesuai dengan kebutuhan.
Kriteria hasil : Pasien makan habis 1 porsi.
Intervensi :
a) Kaji ketidakmampuan menelan.
Rasional : Intervensi nutrisi / pilihan rute makan ditentukan oleh
faktor faktor ini.
b) Letakkan kepala lebih tinggi pada waktu makan, setelah makan.
Rasional : Membantu mencegah aspirasi dan meningkatkan
kemampuan untuk menelan.

25

c) Beri makan perlahan, mulai dari makanan lunak sampai


minuman cukup.
Rasional : Pasien dapat berkonsentrasi pada mekanisme makan
tanpa adanya distraksi.
d) Kolaborasi dengan dokter untuk pemasangan nasa gastric tube
(NGT) sesuai indikasi.
e) Rasional : Untuk memberikan cairan dan pengganti makanan.

26

C. Konsep Remaja
1. Pengertian
Remaja adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa,
dimana terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri ciri seks
sekunder, tercapai fasilitas dan terjadi perubahan perubahan
psikologik dan kognitif. (http://keperawatankomunitas.blogspot.
com/2009/02/remaja-dan-permasalahannnya.html/23/08/09)
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari kanakkanak ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO adalah
12 s/d 24 th Namun jika pada usia remaja sudah menikah maka ia
sudah tergolong dalam kelompok dewasa. Sebaliknya jika usia
remaja sudah dilewati tapi masih tergantung pada orang tua maka
ia

masih

digolongkan

dalam

kelompok

remaja.

(http://resources.unpad.ac.id/unpad-content/uploads/publikasi_
dosen/1a%20MAKALAH%20AULIA-1.pdf/23/08/09)

2. Tugas perkembangan masa remaja


a. Memperluas hubungan antar pribadi dan berkomunikasi secara
lebih dewasa dengan teman sebaya dari kedua jenis kelamin.
b. Memperoleh peranan sosial.
c. Menerima keadaan tubuhnya dan menggunakan secara efektif.
d. Memperoleh kebebasan emosional dari orang tua.

27

e. Mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri


sendiri.
f. Memiliki dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan.
g. Mempersiapkan

diri

untuk

perkawinan

dan

kehidupan

berkeluarga.
h. Mengembangkan dan membentuk konsep konsep moral.

3.

Remaja Dan Keluarga


Keluarga mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi
perkembangan remaja karena keluarga merupakan lingkungan
sosial pertama, yang meletakan dasar dasar kepribadian remaja.
Selain orang tua, saudara kandung dan posisi anak dalam keluarga
juga berpengaruh bagi remaja.Pola asuh orang tua sangat besar
pengaruhnya bagi remaja. Pola asuh otoriter, demokratik ataupun
permisif memberikan dampak yang berbeda bagi remaja. Orang tua
yang menerapkan pola asuh otoriter dimana orang tua menerapkan
disiplin yang kaku dan menuntut anak untuk mematuhi aturan
aturannya membuat remaja menjadi frustasi.Sebaliknya pola asuh
yang permisif dimana orang tua memberikan kebebasan kepada
anak namun kurang disertai adanya batasan batasan dalam
berperilaku, akan membuat anak mengalami kesulitan dalam
mengendalikan

keinginannya.

Pola

asuh

demokratik

yang

28

mengutamakan adanya dialog antara remaja dan orang tua akan


lebih menguntungkan bagi remaja.
Pengertian dan dukungan orang tua sangat bermanfaat bagi
perkembangan remaja. Komunikasi yang terbuka dimana masing
masing anggota keluarga dapat berbicara tanpa adanya perselisihan
akan memberikan kekompakan dalam keluarga sehingga hal
tersebut juga akan sangat membantu anak remajanya dalam proses
pencarian identitas diri.

4. Karakteristik Masa Remaja


Sebagai periode yang paling penting, masa remaja ini memiliki
karakterisitik yang khas jika dibanding dengan periode-periode
perkembangan lainnya. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut :
a. Masa remaja adalah periode yang penting
Periode ini dianggap sebagai masa penting karena memiliki
dampak langsung dan dampak jangka panjang dari apa yang
terjadi pada masa ini.
b. Masa remaja adalah masa peralihan
Periode ini menuntut seorang anak untuk meninggalkan sifatsifat kekanak- kanakannya dan harus mempelajari pola-pola
perilaku dan sikap-sikap baru untuk menggantikan dan
meninggalkan pola-pola perilaku sebelumnya.

29

c. Masa remaja adalah periode perubahan


Perubahan yang terjadi pada periode ini berlangsung secara
cepat, peubahan fisik yang cepat membawa konsekuensi
terjadinya perubahan sikap dan perilaku yang juga cepat.
d.

Masa remaja adalah usia bermasalah


Pada periode ini membawa masalah yang sulit untuk ditangani
baik bagi anak laki-laki maupun perempuan. Hal ini
disebabkan oleh dua lasan yaitu : pertama, pada saat anakanak paling tidak sebagian masalah diselesaikan oleh orang
tua atau guru, sedangkan sekarang individu dituntut untuk bisa
menyelesaikan masalahnya sendiri. Kedua, karena mereka
dituntut untuk mandiri maka seringkali menolak untuk dibantu
oleh orang tua atau guru, sehingga menimbulkan kegagalankegagalan dalam menyelesaikan persoalan tersebut.

e. Masa remaja adalah masa pencarian identitas diri


Pada periode ini, konformitas terhadap kelompok sebaya
memiliki peran penting bagi remaja. Mereka mencoba mencari
identitas diri dengan berpakaian, berbicara dan berperilaku
sebisa mungkin sama dengan kelompoknya.
f. Masa remaja adalah usia yang ditakutkan
Masa remaja ini seringkali ditakuti oleh individu itu sendiri dan
lingkungan. Gambaran-gambaran negatif yang ada dibenak

30

masyarakat mengenai perilaku remaja mempengaruhi cara


mereka berinteraksi dengan remaja. Hal ini membuat para
remaja itu sendiri merasa takut untuk menjalankan perannya
dan enggan meminta bantuan orang tua atau pun guru untuk
memecahkan masalahnya.
g. Masa remaja adalah masa yang tidak realistis
Remaja memiliki kecenderungan untuk melihat hidup secara
kurang realistis, mereka memandang dirinya dan orang lain
sebagaimana mereka inginkan dan bukannya sebagai dia
sendiri.
h. Masa remaja adalah ambang dari masa dewasa
Pada saat remaja mendekati masa dimana mereka dianggap
dewasa secara hukum, mereka merasa cemas dengan stereotype
remaja dan menciptakan impresi bahwa mereka mendekati
dewasa. Mereka merasa bahwa berpakaian dan berperilaku seperti
orang dewasa sringkali tidak cukup, sehingga mereka mulai untuk
memperhatikan perilaku atau simbol yang berhubungan dengan
status orang dewasa seperti merokok, minum, menggunakan obatobatan bahkan melakukan hubungan seksual.
(http://resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploads/publikasi_dos
en/1a%20MAKALAH%20AULIA-1.pdf/23/08/09)

31

5. Cara-cara orang tua untuk menangani masalah remaja


Adanya tanda-tanda kesalahan penyesuaian diri remaja tentu saja
menuntut penanganan yang cepat dan tepat, mengingat masa ini
merupakan masa penting yang menentukan individu pada masa
berikutnya.

Penanganan

atas

permasalahan

remaja

sangat

bervariasi dan tergantung dari konteks dan latar belakang


permasalahannya, dan juga upaya-upaya ini idealnya merupakan
hasil kerjasama orang tua, guru dan pihak-pihak lain yang terkait.
Secara umum ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh orang tua
untuk mencegah dan menangani munculnya permasalahan ini,
antara lain :
a.

Memahami dan mendengarkan keluhan remaja dengan penuh


perhatian, pengertian dan kasih sayang.

b. Memberikan penghargaan terhadap prestasi studi/prestasi


sosial, seperti olahraga, kesenian atau perbuatan-perbuatan baik
yang ditunjukkan remaja baik di sekolah maupun di lingkungan
masyarakat
c.

Banyak berdiskusi tentang berbagai hal yang terjadi di


lingkungan sosial maupun lingkungan sekolahnya serta
orientasi masa depan yang akan direncanakan remaja.

d.

Realistis dan bersikap objektif terhadap anak, sehingga


idealnya

orang

tua

mengetahui

kapasitas

anak

dan

mendiskusikan target apa yang ingin dicapai.

32

e. Mulai menyertakan remaja dalam pengambilan keputusan


keluarga. Hal ini mendidik anak untuk ikut bertanggung jawab
dan melatih mereka dalam proses problem solving dan decision
making.
f. Mendukung ide-ide remaja yang positif.
g. Mengawasi kegiatan dan lingkungan sosial remaja secara
proporsional, tidak terlalu ketat atapun terlalu longgar.
h. Jika ada indikasi ketidakberesan yang serius, baik dalam segi
fisik ataupun psikologis yang cukup mencolok segera
konsultasikan dengan tenaga ahli seperti dokter atau psikolog.

33

Anda mungkin juga menyukai