Anda di halaman 1dari 63

Asuhan Keperawatan Bayi dengan BBLR

Diagnosa Keperawatan Yang Muncul


1. Pola nafas tidak efektif b/d tidak adekuatnya ekspansi paru
2. Gangguan pertukaran gas b/d kurangnya ventilasi alveolar sekunder terhadap
defisiensi surfaktan
3. Resiko tinggi gangguan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d
ketidakmampuan ginjal mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak
adekuatnya persediaan zat besi, kalsium, metabolisme yang tinggi dan intake yang
kurang adekuat.

Intervensi
Diagnosa Keperawatan 1 :
Pola nafas tidak efektif b/d tidak adekuatnya ekspansi paru
Tujuan :
Pola nafas yang efektif
Kriteria Hasil :

Kebutuhan oksigen menurun

Nafas spontan, adekuat

Tidak sesak.

Tidak ada retraksi

Intervensi

Berikan posisi kepala sedikit ekstensi

Berikan oksigen dengan metode yang sesuai

Observasi irama, kedalaman dan frekuensi pernafasan

Diagnosa Keperawatan 2 :
Gangguan pertukaran gas b/d kurangnya ventilasi alveolar sekunder terhadap defisiensi
surfaktan

Tujuan :
Pertukaran gas adekuat
Kriteria :

Tidak sianosis.

Analisa gas darah normal

Saturasi oksigen normal.

Intervensi :

Lakukan isap lendir kalau perlu

Berikan oksigen dengan metode yang sesuai

Observasi warna kulit

Ukur saturasi oksigen

Observasi tanda-tanda perburukan pernafasan

Lapor dokter apabila terdapat tanda-tanda perburukan pernafasan

Kolaborasi dalam pemeriksaan analisa gas darah

Kolaborasi dalam pemeriksaan surfaktan

Diagnosa Keperawatan 3 :
Resiko tinggi gangguan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d
ketidakmampuan ginjal mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
Tujuan :
Hidrasi baik
Kriteria:

Turgor kulit elastik

Tidak ada edema

Produksi urin 1-2 cc/kgbb/jam

Elektrolit darah dalam batas normal

Intervensi :

Observasi turgor kulit.

Catat intake dan output

Kolaborasi dalam pemberian cairan intra vena dan elektrolit

Kolaborasi dalam pemeriksaan elektrolit darah.

Diagnosa Keperawatan 4 :
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya
persediaan zat besi, kalsium, metabolisme yang tinggi dan intake yang kurang adekuat
Tujuan :
Nutrisi adekuat
Kriteria :

Berat badan naik 10-30 gram / hari

Tidak ada edema

Protein dan albumin darah dalam batas normal

Intervensi :

Berikan ASI/PASI dengan metode yang tepat

Observasi dan catat toleransi minum

Timbang berat badan setiap hari

Catat intake dan output

Kolaborasi dalam pemberian total parenteral nutrition kalau perlu.

Pemasangan Central Venous Pressure (CVP)

1. Pengertian
CVP adalah memasukkan kateter poli ethylene dari vena tepi sehingga ujungnya berada di
dalam atrium kanan atau di muara vena cava. CVP disebut juga kateterisasi vena sentralis
(KVS)
Tekanan vena sentral secara langsung merefleksikan tekanan pada atrium kanan. Secara
tidak langsung menggambarkan beban awal jantung kanan atau tekanan ventrikel kanan
pada akhir diastole. Menurut Gardner dan Woods nilai normal tekanan vena sentral adalah
3-8 cmH2O atau 2-6 mmHg. Sementara menurut Sutanto (2004) nilai normal CVP adalah 4
10 mmHg.
Perawat harus memperhatikan perihal :
1. Mengadakan persiapan alat alat
2. Pemasangan manometer pada standard infus
3. Menentukan titik nol
4. Memasang cairan infus
5. Fiksasi
6. Fisioterapi dan mobilisasi
2. Tujuan
1. Mengetahui tekanan vena sentralis (TVS)
2. Untuk memberikan total parenteral nutrition (TPN) ; makanan kalori tinggi secara
intravena
3. Untuk mengambil darah vena
4. Untuk memberikan obat obatan secara intra vena

5. Memberikan cairan dalam jumlah banyak dalam waktu yang singkat


6. Dilakukan pada penderita gawat yang membutuhkan erawatan yang cukup lama
CVP bukan merupakan suatu parameter klinis yang berdiri sendiri, harus dinilai dengan
parameter yang lainnya seperti :

Denyut nadi

Tekanan darah

Volume darah

CVP mencerminkan jumlah volume darah yang beredar dalam


tubuh penderita, yang ditentukan oleh kekuatan kontraksi otot
jantung. Misal : syock hipovolemik > CVP rendah (More )

duniaaskep 9:55 PM on 29/02/2012 Permalink | Reply


Hacting pada Luka

A. PENGERTIAN
Penjahitan luka adalah suatu tindakan untuk mendekatkan tepi luka dengan benang sampai
sembuh dan cukup untuk menahan beban fisiologis.
Jahitan merupakan hasil penggunaan bahan berupa benang untuk mengikat atau ligasi
pembuluh darah dan menghubungkan antara dua tepi luka (Sodera dan Saleh (1991)

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penjahitan merupakan tindakan


menghubungkan jaringan yang terputus atau terpotong untuk mencegah pendarahan dengan
menggunakan benang.
B. INDIKASI
Setiap luka dimana untuk penyembuhannya perlu mendekatkan tepi luka.
C. TENTANG LUKA
Luka adalah semua kerusakan kontinnuitas jaringan akibat trauma mekanis. Trauma taj am
menyebabkan :
a. luka iris : vulnus scissum/incicivum
b. luka tusuk : vulnus ictum
c. luka gigitan : vulnus morsum
Trauma tumpul menyebabkan :
a. luka terbuka : vulnus apertum
b. luka tertutup : vulnus occlusum ( excoriasi dan hematom )
c. Luka tembakan menyebabkan : vulnus sclopetorum.
Klasiflkasi luka berdasar ada tidaknya kuman :
a. luka steril : luka dibuat waktu operasi
b. luka kontaminasi : luka mengandung kuman tapi kurang dari 8 jam (golden period)
c. luka infeksi luka yang mengandung kuman dan telah berkembangbiak dan telah timbul
gejala lokal maupun gejala umum.(rubor, dolor, calor, tumor, fungsio lesa).
D. PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang diperlukan pada penjahitan luka :
Alat (Instrumen) yang di gunakan :
a.) Tissue forceps ( pinset ) terdiri dari dua bentuk yaitu tissue forceps bergigi ujungnya
( surgical forceps) dan tanpa gigi di ujungnya yaitu atraumatic tissue forceps dan dressing
forceps.
b.) Scalpel handles dan scalpel blades
c.) Dissecting scissors ( Metzen baum )
d.) Suture scissors

e.) Needleholders
f.) Suture needles ( jarum ) dari bentuk 2/3 circle, Vi circle , bentuk segitiga dan bentuk
bulat
g.) Sponge forceps (Cotton-swab forceps)
h.) Hemostatic forceps ujung tak bergigi ( Pean) dan ujung bergigi (Kocher)
i.) Retractors, double ended
j.) Towel clamps
(More )

duniaaskep 3:46 PM on 15/12/2011 Permalink | Reply


Obat Gawat Darurat (Drugs Management)

Tujuan : Untuk mengembalikan fungsi sirkulasi dan mengatasi keadaan gawat darurat
lainnya dengan menggunakan obat-obatan
Perhatian !

Pemberian obat-obatan adalah orang yang kompeten di bidangnya


(dokter atau tenaga terlatih di bidang gawat darurat)

Mengingat banyaknya jenis-jenis kegawatdaruratan, maka


pemberian obat yang disebutkan di bawah ini untuk mengatasi
kegawatdaruratan secara umum sedangkan dalam menghadapi
pasien, kita harus melihat kasus per kasus.

Jenis-jenis

obat

1. Epinephrin

Indikasi : henti jantung (VF, VT tanpa nadi, asistole, PEA) ,


bradikardi, reaksi atau syok anfilaktik, hipotensi.

Dosis 1 mg iv bolus dapat diulang setiap 35 menit, dapat


diberikan intratrakeal atau transtrakeal dengan dosis 22,5 kali
dosis intra vena. Untuk reaksi reaksi atau syok anafilaktik dengan
dosis 0,3-0,5 mg sc dapat diulang setiap 15-20 menit. Untuk terapi
bradikardi atau hipotensi dapat diberikan epinephrine perinfus
dengan dosis 1mg (1 mg = 1 : 1000) dilarutka dalam 500 cc NaCl
0,9 %, dosis dewasa 1 g/mnt dititrasi sampai menimbulkan reaksi
hemodinamik, dosis dapat mencapai 2-10 g/mnt

Pemberian dimaksud untuk merangsang reseptor adrenergic dan


meningkatkan aliran darah ke otak dan jantung

2. Lidokain (lignocaine, xylocaine)

Pemberian ini dimaksud untuk mengatasi gangguan irama antara


lain VF, VT, Ventrikel Ekstra Sistol yang multipel, multifokal,
konsekutif/salvo dan R on T

Dosis 1 1,5 mg/kg BB bolus i.v dapat diulang dalam 3 5 menit


sampai dosis total 3 mg/kg BB dalam 1 jam pertama kemudian
dosis drip 2-4 mg/menit sampai 24 jam dapat diberikan intratrakeal
atau transtrakeal dengan dosis 22,5 kali dosis intra vena

Kontra indikasi : alergi, AV blok derajat 2 dan 3, sinus arrest dan


irama idioventrikuler

3. Sulfas Atropin

Merupakan antikolinergik, bekerja menurunkan tonus vagal dan


memperbaiki sistim konduksi AtrioVentrikuler

Indikasi : asistole atau PEA lambat (kelas II B), bradikardi (kelas II A)


selain AV blok derajat II tipe 2 atau derajat III (hati-hati pemberian
atropine pada bradikardi dengan iskemi atau infark miokard),
keracunan organopospat (atropinisasi)

Kontra indikasi : bradikardi dengan irama EKG AV blok derajat II


tipe 2 atau derajat III.

Dosis 1 mg IV bolus dapat diulang dalam 3-5 menit sampai dosis


total 0,03-0,04 mg/kg BB, untuk bradikardi 0,5 mg IV bolus setiap
3-5 menit maksimal 3 mg. dapat diberikan intratrakeal atau
transtrakeal dengan dosis 22,5 kali dosis intra vena diencerkan
menjadi 10 cc

4. Dopamin

Untuk merangsang efek alfa dan beta adrenergic agar kontraktilitas


miokard, curah jantung (cardiac output) dan tekanan darah
meningkat

Dosis 2-10 g/kgBB/menit dalam drip infuse. Atau untuk


memudahkan 2 ampul dopamine dimasukkan ke 500 cc D5% drip
30 tetes mikro/menit untuk orang dewasa

5. Magnesium Sulfat

Direkomendasikan untuk pengobatan Torsades de pointes pada


ventrikel takikardi, keracunan digitalis.Bisa juga untuk mengatasi
preeklamsia

Dosis untuk Torsades de pointes 1-2 gr dilarutkan dengan dektrose


5% diberikan selama 5-60 menit. Drip 0,5-1 gr/jam iv selama 24
jam (More )

duniaaskep 5:32 PM on 09/12/2011 Permalink | Reply


Bakteremia & Sepsis

A.
Bakteremia

adalah

terdapatnya

bakteri

DEFINISI
di

dalam

aliran

darah.

Sepsis adalah suatu infeksi di dalam aliran darah.


Sindroma sepsis yang kita kenal sekarang memiliki arti yang lebih luas dan spesifik. Sepsis
selalu dikaitkan dengan kejadian infeksi apapun penyebabnya, apakah bakteri, virus, jamur
atau parasit. Sepsis adalah respon infalmasi sistemik terhadap infeksi. Sistem pertahanan
tubuh penjamu terhadap invasi bakteri merupakan suatu proses yang rumit yang bertujuan
untuk melokalisasi dan mengontrol infeksi dan menginisiasi perbaikan jaringan yang rusak.
Proses inflamasi yang normal diikuti dengan aktifasi sel-sel fagositik dan pembetukan
mediator pro dan anti-inflamasi. Sepsis terjadi ketika respon terhadap ini terjadi secara
menyeluruh dan meluas sehingga mengakibatkan sel-sel normal lain yang terletak jauh dari
lokasi awal jejas atau infeksi mengalami kerusakan. Sepsis adalah sebuah sindrom klinik
yang sebagai penyulit infeksi berat dan mewakili respon sistemik terhadap infeksi. Hal ini
ini ditandai dengan inflamasi sistemik dan kerusakan jaringan yang luas.
Definisi ini membutuhkan bukti adanya infeksi dan tanda respon inflamasi sitemik
(systemic inflammatory response syndrome/ SIRS).
SIRS adalah respons inflamasi yang luas terhdap berbagai gangguan klinis yang berat.
Sindroma ini ditandai dengan adanya dua atau lebih tanda-tanda sebagai berikut :

Temperatur

>

Frekuensi
Frekuensi

nafas

38

nadi
>

20

atau
>

nafas/menit

<

36

90
atau

PaCO2

denyut/menit
<

Leukosit > 12.000 sel/mm3, 4000 sel/mm3 atau > 10% bentuk batang muda

32

mmHg

Singkat kata sepsis adalah SIRS dengan infeksi. Ada berbagai istilah lain seperti sepsis berat
yaitu sepsis yang disertai dengan satu atau lebih disfungsi organ akut, hipoperfusi atau
hipotensitermasuk asidosis laktat, oligouria dan penurunan kesadaran. Sepsis dengan
hipotensi adalah sepsis yang disertai dengan penurunan tekanan darah sistolik <90 mmHg
atau penurunan tekanan darah sistolik >40 mmHg dari biasanya dan tidak ditemukan
penyebab hipotensi lainnya. Syok / renjatan sepsis adalah sepsis dengan hipotensi, meskipun
telah diberikan resusitasi cairan yang adekuat tidak teratasi atau memerlukan vasopressor
untuk mempertahankan tekanan darah atau perfusi organ.
Keadaan sepsis ini sering sekali dihadapi di rumah sakit, tanpa adanya pengenalan dini akan
tanda-tanda sepsis dan penatalaksanaan yang tepat dan terpadu maka sepsis menjadi salah
satu penyebab kematian tersering di rumah sakit. (More )

duniaaskep 4:57 PM on 09/12/2011 Permalink | Reply


Sepsis Sebagai Komplikasi Meningitis
A.

Latar

Belakang

Masalah

Sepsis adalah suatu sindroma radang sistemik


yang ditandai dengan gejala-gejala: demam atau hipotermi, menggigil, takipnea, takikardia,
hipotensi, nadi cepat dan lemah serta gangguan mental yang disebabkan oleh infeksi
mikroorganisme

(Rasional,

2002).

Sampai saat ini, sepsis masih merupakan salah satu penyakit infeksi yang mortalitas dan
morbiditasnya tinggi. Di Amerika Serikat, kurang lebih 750.000 orang menderita sepsis
setiap tahunnya dan lebih dari 210.000 orang diantaranya meninggal dunia. Di Indonesia,
penyakit ini juga banyak dijumpai pada penderita rawat inap di rumah sakit dan secara
keseluruhan

lebih

dari

25%

penderita

sepsis

meninggal

(Rasional,

2002).

Sepsis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri gram negatif 70% (pseudomonas auriginosa,
klebsiella, enterobakter, echoli, proteus, neiseria). Infeksi bakteri gram positif 20-40%
(stafilokokus aureus, stretokokus, pneumokokus), infeksi jamur dan virus 2-3% (dengue
hemorrhagic fever, herpes viruses), protozoa (malaria falciparum) (Japardi, 2002).
Salah satu bakteri gram negatif yang dapat menimbulkan sepsis adalah Neisseria
meningitidis. Bakteri ini dalam tubuh manusia menyerang sistem saraf pusat dan
menimbulkan meningitis (Shulman, 1994).
B.
Seorang

Definisi
laki-laki,

45

tahun,

Masalah

masuk

rumah

sakit

karena

tidak

sadar.

Hasil anamnesis : sebelumnya badan tidak enak, panas, berkurang bila minum obat flu,
kejang

x,

bekerja

di

Papua,

di

pelabuhan.

Hasil pemeriksaan fisik : tensi 110/70 mmHg, nadi 132 x/menit, napas 32 x/menit, suhu
axiler 39,2 C, kesadaran GCS E3 M4 V3, rongga mulut plaque putih, infiltrat di apex paru
kanan,

jantung

normal,

abdomen

normal.

Hasil lab : Hb 13,7 g%, lekositosis 16800 /UL, trombosit 243.000 /uL, lekosit urin 10-15 /
LPB, eritrosit urin 0-1 /LPB, slinder (-), widal (-), pemeriksaan darah kuman gram negatif
coccus, hasil identifikasi kultur masih menunggu hasil.
C.

Tujuan

Laporan tutorial ini dibuat untuk membahas sepsis yang disebabkan oleh meningitis dengan
kuman spesifik gram negatif coccus.
D. Manfaat
Dengan adanya laporan tutorial ini, diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih
jelas mengenai sepsis terutama yang disebabkan oleh kuman gram negatif coccus Neisseria
meningitidis. (More )


duniaaskep 4:15 PM on 16/11/2011 Permalink | Reply
Manajemen Airway, Breathing dan Circulation
Pengertian

Tindakan

yang

dilakukan

untuk

membebaskan

jalan

napas.

Tujuan : Membebaskan jalan napas untuk menjamin jalan masuknya udara ke paru secara
normal sehingga menjamin kecukupan oksigenase tubuh.
Pertama

kali

Pemeriksaan
Look
Listen
Feel

Jalan
:

yang
Napas
Lihat

Dengarkan

ada

harus

kita

lakukan

dengan

metode

(Look,

nafas

ada

gerakan
atau

tidak

suara

nafas

adalah

Listen,

Feel)

atau

tidak

tambahan

yang

keluar

: Rasakan adanya aliran udara atau nafas yang keluar melalui mulut atau hidung.

Cara pemeriksaan Look-Listen-Feel Cara ini dilakukan untuk memeriksa jalan nafas dan
pernafasan.

Jenis-jenis suara nafas tambahan disebabkan karena hambatan sebagian jalan nafas :
A. Snoring : suara seperti ngorok, kondisi ini menandakan adanya kebuntuan jalan napas
bagian atas oleh benda padat, jika terdengar suara ini maka lakukanlah pengecekan langsung
dengan cara cross-finger untuk membuka mulut (menggunakan 2 jari, yaitu ibu jari dan jari
telunjuk tangan yang digunakan untuk chin lift tadi, ibu jari mendorong rahang atas ke atas,
telunjuk menekan rahang bawah ke bawah). Lihatlah apakah ada benda yang menyangkut di
tenggorokan korban (eg: gigi palsu dll). Pindahkan benda tersebut (More )

jak 4:39 PM on 16/11/2011 Permalink | Reply


sipppp.

duniaaskep 1:46 AM on 29/10/2011 Permalink | Reply


Tags: ECG
Dasar Teori EKG 2 dan Interprestasinya

klik gambar untuk


memperbesar
A.

Kelistrikan

Jantung

Pencetus impuls listrik jantung muncul dari SA Node terus menjalar ka AV Node, Berkas
His, Cabang Berkas Kiri dan Kanan, Serabut Purkinje dan akhirnya sampai ke otot ventrikel
jantung.
Arus listrik yang menjalar dari SA Node ke Berkas His membentuk Interval PR (lihat garis
merah pada gambar diatas), dan arus listrik dari Cabang berkas sampai serabut purkinje
membentuk

Kompleks

QRS

(lihat

garis

hijau

pada

gambar

diatas).

Durasi normal Interval tidak lebih dari 5 kotak kecil (kk), dan Kompleks QRS tidak lebih
dari 3 kk. Untuk menghitung frekwensi detak jantung digunakan rumus : 1500: Interval R-R
( jarak R satu ke R berikutnya dalam kotak kecil).
B.

Irama

Jantung

Irama jantung terdiri dari 3 macam yaitu Irama Sinus, Irama Junction, dan Irama Ventrikel.
Masing-masing irama dinamai sesuai dengan asal impuls listrik yang keluar. Bila pencetus
impuls listrik keluar dari SA Node maka irama yang muncul disebut Irama Sinus, dari SA
Node muncul Irama Junction dan dari Ventrikel disebut Irama Idioventrikuler (baca: Irama
Ventrikel).
A. Irama Sinus
Yaitu irama jantung yang sumber pacemakernya berasal dari SA node atau Impulsnya
berasal dari SA Node, ada beberapa irama yang impulsnya berasal dari SA Node diantaranya
:

Normal Sinus Rhytm

Sinus Bradikardia

Sinus Takikardia

Sinus Aritmia

I. Ciri Irama Normal Sinus adalah :

Gambar EKG normal


Ciri-ciri
1. Gelombang P (+) (membentuk gambar cembung seperti bukit)
2. Kompleks QRS sempit tidak lebih dari 3 kotak kecil atau 0,12 detik. (More )

irwan 7:17 AM on 25/03/2012 Permalink | Reply


slm sejawat, saya butuh video ekg mulai dari sinus ritme , etc, mohon infonya, or
kirim videonya via emAIL YAHHH

Abu Nazmah 9:21 PM on 25/06/2012 Permalink | Reply


Smoga bermanfaat yahttp://www.facebook.com/photo.php?
fbid=437604266261729&set=a.214133441942147.55757.100000364779463&type=
1&theater

o
duniaaskep 6:50 PM on 24/09/2012 Permalink | Reply
ok sama2

duniaaskep 1:14 AM on 29/10/2011 Permalink | Reply


Teknik Penyandapan EKG

A. Pencatatan EKG secara internasional dilakukan dengan standar :


1. Kecepatan laju kertas 25 mm/detik atau 50 mm/detik
2. Ukuran galvanometer setinggi 0,5 mv, 1mv, dan 2mv. Pencetakan daya ukur
galvanometer dinamakan kalibrasi. Kalibrasi dilakukan tiga kali berturut-turut sebelum dan
sesudah perekaman EKG. Tiap perubahan daya ukur harus dicatat.
B. Sadapan
Apabila electrode dari sebuah alat EKG dipasang pada tempat-tempat tertentu pada tubuh,
maka terjadilah satu sadapan (Lead), yaitu :
1. Sadapan Bipolar (sadapan standar)
Ditandai dengan angka romawi I,II, dan III.

I. Elektrode yang positif dihubungkan dengan lengan kiri dan electrode negatif dengan
lengan kanan.
II. Elektrode yang positif dihubungkan dengan kaki kiri dan yang negatif dengan lengan
kanan.
III. Elektrode yang positif dihubungkan dengan kaki kiri dan yang negatif dengan lengan
kiri.
2. Sadapan Unipolar Ekstremitas
Augmented Ekstremitas Lead aVR, aVL, aVF

(More )

duniaaskep 7:08 PM on 24/10/2011 Permalink | Reply


Dasar Teori EKG 1 dan Interprestasinya

A.

PENDAHULUAN

Elektrokardiografi adalah ilmu yang mempelajari aktifitas listrik jantung. Sedangkan


Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu grafik yang menggambarkan rekaman listrik
jantung. Kegiatan listrik jantung dalam tubuh dapat dicatat dan direkam melalui elektrodaelektroda yang dipasang pada permukaan tubuh.
Prinsip utama belajar EKG adalah mengetahui anatomi fisiologi jantung, dan persyarafan
jantung sehingga pada saat belajar EKG sudah dapat membayangkan keadaan jantung.
B.

ANATOMI

DAN

FISIOLOGI

JANTUNG

Jantung terdiri dari 4 bagian yaitu atrium (dextra & sinistra) & ventrikel (dextra & sinistra).
Jantung mempunyai aktifitas listrik meliputi: Sino Atrio Nodus, Atrio Ventrikuler Nodus,

Berkas His dan Serabut Purkinje, inilah point penting dalam pembacaan EKG.

Lihat

gambar

diatas

bagaimana

aktifitas

jantung

bekerja:

Berawal dari aliran lisrtik yang di kendalikan oleh pacu jantung khusus yaitu Nodus Sinus
Atrial (SA) di dinding atrium kanan, dimana impuls secara terus menerus dilepaskan. Dari
Nodus SA suatu gelombang rangsangan di hantarkan melewati dinsing atrium yang
menyebabkanya berkontraksi. Nodus AtrioVentrikular (AV) menerima gelombang
rangsangan dan meneruskanya melalui Serat purkinje di berkas His yang menyebabkan
rangsangan dan kontraksi dinding ventrikel kanan dan kiri. Gelombang rangsangan
menyebar di seluruh dinding jantung di sertai perubahan muatan listrik yang dapat di terima
dari dinding dada dan di rekam pada Elektrokardiografi.
C.

GAMBARAN

EKG

NORMAL

Pada dasarnya EKG terdiri dari banyak gelombang, yang tiap gelombang mewakilkan satu
denyut

jantung

(satu

Lihat gambar satu gelombang EKG:

kali

aktifitas

listrik

jantung).

Dalam satu gelombang EKG terdiri ada yang disebut titik (lihat gambar), Interval dan
Segmen. Titik terdiri dari titik P, Q, R, S, T dan U (kadang sebagian referensi tidak
menampilkan titik U) sedangkan Interval terdiri dari PR interval, QRS interval dan QT
interval dan Segmen terdiri dari PR segmen, dan ST segmen. (More )

inay 8:38 AM on 11/05/2013 Permalink | Reply


EKG

duniaaskep 5:57 PM on 24/10/2011 Permalink | Reply


Tindakan Pemasangan ETT (Endo Tracheal Tube)/ Intubasi

A. PENGERTIAN
Pemasangan Endotracheal Tube (ETT) atau Intubasi adalah memasukkan pipa jalan nafas
buatan kedalam trachea melalui mulut. Tindakan Intubasi baru dapat di lakukan bila : cara
lain untuk membebaskan jalan nafas (airway) gagal, perlu memberikan nafas buatan dalam
jangka panjang, ada resiko besar terjadi aspirasi ke paru.
B. TUJUAN
1. Membebaskan jalan nafas
2. Untuk pemberian pernafasan mekanis (dengan ventilator).
C. PERSIAPAN ALAT YANG DI GUNAKAN
1. Laryngoscope

2. Endotracheal tube (ETT) sesuai ukuran (Pria : no. 7,7.5, 8 ) (Wanita no. 6.5, 7)

3. Mandrin
4. Xylocain jelly
5. Sarung tangan steril
6. Xylocain spray
7. Spuit 10 cc
8. Orofaringeal tube (guedel)
9. Stetoskop
10.Bag Valve Mask (ambubag)
11. Suction kateter
12. Plester
13. Gunting
14.Masker
D. PERSIAPAN TINDAKAN

1. Posisi pasien terlentang dengan kepala


ekstensi (bila dimungkinkan pasien di tidurkan dengan obat pelumpuh otot yang sesuai )
2. Petugas mencuci tangan
3. Petugas memakai masker dan sarung tangan
4. Melakukan suction
5. Melakukan intubasi dan menyiapkan mesin pernafasan (Ventilator)

buka blade pegang tangkai laryngoskop dengan tenang

buka mulut pasien

masukan blade pelan-pelan menyusuri dasar lidah-ujung blade


sudah sampai di pangkal lidah- geser lidah pelan-pelan ke arah kiri

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN ASMA BRONCHIAL

A.

Pengertian
Asma bronchial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversibel dimana
trakheobronkhial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.
Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trachea dan
bronkhus terhadap berbagai rangsangandengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas
yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari
pengobatan.

B.

Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya
serangan asma bronkhial.

1.
-

Faktor Predisposisi
Genetik
Yang diturunkan adalah bakat alergi meskipun belum diketahui bagaimana cara
penurunannya. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat yang
juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah
terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus.

2.
-

Faktor Presipitasi
Alergen
Alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:

a)

Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Contoh: debu, bulu binatang, serbuk
bunga, spora jamur, bakteri, dan polusi.

b)

Ingestan, yang masuk melalui mulut. Contoh: makanan dan obat-obatan

c)

Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contoh: perhiasan, logam, dan jam
tangan.

Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Kadangkadang serangan berhubungan dengan musim, seperti musim hujan, musim kemarau, musim
bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin, serbuk bunga, dan debu.

Stress
Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus asma dan memperberat serangan asma yang
sudah ada. Penderita diberikan motivasi untuk menyelesaikan masalah pribadinya karena
jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.

Olah raga/aktivitas jasmani yang berat


Sebagian besar penderita akan mendapat serangan juka melakukan aktivitas jasmani atau
olahraga yang berat.lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma.

C.

Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu:

1.

Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergi yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik,
seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotik dan aspirin), dan spora
jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik
terhadap alergi.

2.

Intrinsik (non alergik)


Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap penctus yang tidak
spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya
infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering
sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronis dan
emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.

3.

Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik
dan non-alergik.

D.

Patofisiologi

Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhiolus
terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma membentuk
sejumlahtipe alergi diduga terjadi dengan cara: seseorang alergi reaksi alergi. Pada asma,
antibodi ini terutama melekatantibodi IgE abnormal pada sel mast yang terdapat pada
interstisial paru yang berhubungan erat dengan bronkhiolus dan bronkhus kecil. Bila
seseorang menghirup alergen maka antibodi IgE orang tersebut meningkat, alergen bereaksi
dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan
mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi
lambat (yang merupakan leukotrien), faktor kemotaktik eosinofilik, dan bradikinin. Efek
gabungan dari semua faktor ini akan menghasilkan edema lokal pada dinding bronkhiolus
kecil maupun sekresi mukus yang kental dalam lumen bronkhiolus dan spasme otot polos
bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.
Pada asma, diameter bronkhiolus berkurang selama ekspirasi daripada selama
inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama ekspirasi paksa menekan bagian
luar bronkhiolus. Bronkhiolus sudah tersumbat sebagian maka sumbatan selanjutnya adalah
akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama
ekspirasi.pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat
tetapi hanya sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas
residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma
akibat kesulitan mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal in dapat menyebabkan barrel
chest.
E.

Manifestasi Klinis
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis,
tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam, gelisah, duduk dengan
menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras. Gejala
klasik: sesak nafas, mengi (wheezing), batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa
nyeri di dada. Pada serangan asma yang lebih berat, gejala yang timbul makin banyak,
antara lain: silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hiperinflasi dada, takikardi, dan
pernafasan cepat-dangkal. Serangan asma sering terjadi pada malam hari.

F.

Komplikasi

Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah:


1.

Status asmatikus adalah setiap serangan asma berat atau yang kemudian menjadi berat
dan tidak memberikan respon (refrakter) adrenalin dan atau aminofilin suntikan dapat
digolongkan pada status asmatikus. Penderita harus dirawat dengan terapi yang intensif.

2.

Atelektasis adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan


saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal.

3.

Hipoksemia adalah tubuh kekurangan oksigen

4.

Pneumotoraks adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang menyebabkan


kolapsnya paru.

5.

Emfisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan (obstruksi) saluran
nafas karena kantung udara di paru menggelembung secara berlebihan dan mengalami
kerusakan yang luas.

G.

Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan asma bronkhial adalah:

1.

Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera

2.

Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma

3.

Memberikan penerangan kepada penderita atau keluarganya mengenai penyakit asma.


Meliputi pengobatan dan perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan
pengobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang merawat.

Pengobatan
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:

1)

Pengobatan non farmakologik

a.

Memberikan penyuluhan

b.

Menghindari faktor pencetus

c.

Pemberian cairan

d.

Fisioterapi

e.

Beri O bila perlu

2)

Pengobatan farmakologik
- Bronkodilator: obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan:

a.

Simpatomimetik/andrenergik (adrenalin dan efedrin)


Nama obat: Orsiprenalin (Alupent), fenoterol (berotec), terbutalin (bricasma).

b.

Santin (teofilin)
Nama obat: Aminofilin (Amicam supp), Aminofilin (Euphilin Retard), Teofilin (Amilex)

Penderita dengan penyakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini.
-

Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan tetapi merupakan obat pencegah serangan
asma. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain dan efeknya
baru terlihat setelah pemakaian 1 bulan.

Ketolifen
Mempunya efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya diberikan dosis 2
kali 1 mg/hari. Keuntungan obat ini adalah dapat diberikan secara oral.

H.

Pencegahan Serangan Asma pada Anak

1.

Menghindari pencetus
Cara menghindari berbagai pencetus serangan pada asma perlu diketahui dan diajarkan pada
keluarganya yang sering menjadi faktor pencetus adalah debu rumah. Untuk menghindari
pencetus karena debu rumah dianjurkan dengan mengusahakan kamar tidur anak:

Sprei, tirai, selimut minimal dicuci 2 minggu sekali. Sprei dan sarung bantal lebih sering.
Lebih baik tidak menggunakan karpet di kamar tidur atau tempat bermain anak. Jangan
memelihara binatang.

Untuk menghindari penyebab dari makanan bila belum tau pasti, lebih baik jangan
makan coklat, kacang tanah atau makanan yang mengandung es, dan makanan yang
mengandung zat pewarna.

Hindarkan kontak dengan penderita influenza, hindarkan anak berada di tempat yang
sedang terjadi perubahan cuaca, misalnya sedang mendung.

2.

Kegiatan fisik
Anak yang menderita asma jangan dilarang bermain atau berolah raga. namun olahraga
perlu diatur karena merupakan kebutuhan untuk tumbuh kembang anak. Pengaturan
dilakukan dengan cara:

Menambahkan toleransi secara bertahap, menghindarkan percepatan gerak yang


mendadak

Bila mulai batuk-batuk, istirahatlah sebentar, minum air dan setelah tidak batuk-batuk,
kegiatan diteruskan.

Adakalanya beberapa anak sebelum melakukan kegiatan perlu minum obat atau
menghirup aerosol terlebih dahulu.

I.

Asuhan Keperawatan

1.

Pengkajian

a.

Riwayat kesehatan masa lalu


- Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya
- Kaji riwayat reksi alergi atau sensitivitas terhadap zat/faktor lingkungan

b.

Aktivitas
- Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernafas
- Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bentuan melakukan aktivitas
sehari-hari
- Tidur dalam posisi duduk tinggi

c.

Pernapasan
- Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan
- Napas memburuk ketika klien berbaring telentang di tempat tidur
- Menggunakan alat bantu pernapasan, misal meninggikan bahu, melebarkan hidung.
- Adanya bunyi napas mengi
- Adanya batuk berulang

d.

Sirkulasi
- Adanya peningkatan tekanan darah
- Adanya peningkatan frekuensi jantung
- Warna kulit atau membran mukosa normal/abu-abu/sianosis

e.

Integritas ego
- Ansietas
- Ketakutan
- Peka rangsangan
- Gelisah

f.

Asupan nutrisi
- Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan
- Penurunan berat badan karena anoreksia

g.

Hubungan sosial
- Keterbatasan mobilitas fisik
- Susah bicara atau bicara terbata-bata
- Adanya ketergantungan pada orang lain
Pemeriksaan Penunjang
a.

Pemeriksaan radiologi

Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukkan
gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan
rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi,
maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
- Bila disertai dengan bronkhitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah
- Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin
bertambah.
- Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrat pada paru
- Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal
- Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneutoraks, dan pneumoperikardium, maka dapat
dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.
b.

Pemeriksaan tes kulit


Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat

menimbulkan reaksi yang positif pada asma.


c.

Elektrokardiografi

Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian
dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru, yaitu:
- Perubahan aksis jantung, pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise rotation
- Terdapat tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Right Bundle branch
Block)
- Tanda-tanda hipoksemia, yaitu terdapatnya sinus takikardia, SVES, dan VES atau
terjadinya depresi segmen ST negatif.
d.

Scanning Paru

Dapat diketahui bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada
paru-paru.
e.

Spirometri

Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversibel. Pemeriksaan spirometri tdak
saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi
dan efek pengobatan.
2.

Diagnosa Keperawatan

1)

Bersihan jalan napas tidak efektif b.d bronkospasme


Tujuan: mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi bersih dan jelas
Intervensi:

- Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, ex: mengi


- Kaji/pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi/ekspirasi
- Catat adanya derajat dispnea, ansietas, distress pernafasan, penggunaan obat
- Tempatkan klie pada posisi yang nyaman. Contoh: meninggikan kepala TT, duduk pada
sandaran TT
- Pertahankan polusi lingkungan minimum. Contoh: debu, asap,dll
- Tingkatkan masukan cairan sampai dengan 3000 ml/hari sesuai toleransi jantung,
memberikan air hangat.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat sesuai indikasi.
2)

Gangguan pertukaran gas b.d gangguan suplai oksigen


Tujuan: perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat
Intervensi:
- Kaji/awasi secara rutin keadaan kulit klien dan membran mukosa
- Awasi tanda vital dan irama jantung
- Kolaborasi: .berikan oksigen tambahan sesuai dengan indikasi hasil AGDA dan toleransi
klien
- Sianosis mungkin perifer atau sentral mengindikasikan beratnya hipoksemia
- Penurunan getaran vibrasi diduga adanya penggumpalan cairan/udara
- Takikardi, disritmia, dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkan efek hipoksemia
sistemik.

3)

Cemas pada orang tua dan anak b.d penyakit yang dialami anak
Tujuan: menurunkan kecemasan pada orang tua dan anak
Intervensi untuk orang tua:
- Berikan ketanangan pada orang tua
- Memberikan rasa nyaman
- Mendorong keluarga dengan memberikan pengertian dan informasi (Waley & Wong, 1989)
- Mendorong keluarga untuk terlibat dalam perawatan anaknya
- Konsultasi dengan tim medis untuk mengetahui kondisi anaknya.
Intervensi untuk anak:
- Bina hubungan saling percaya
- Mengurangi perpisahan dengan orang tuanya
- Mendorong untuk mengekspresikan perasaannya

- Melibatkan anak dalam bermain


- Siapkan anak untuk menghadapi pengalaman baru, misal: pprosedur tindakan
- Memberikan rasa nyaman
- Mendorong keluarga dengan memberikan pengertian informasi (Waley & Wong, 1989).
4)

Risiko tinggi kopong keluarga tidak efektif b.d tidak terpenuhinya kebutuhan
psikososial orang tua
Tujuan: koping keluarga kembali efektif
Intervensi:
- Buat hubungan dengan orang tua yang mendorong mereka mengungkapkan kesulitan
- Berikan informasi pada orang tua tentang perkembangan anak
- Berikan bimbingan antisipasi terhadap pertumbuhan dan perkembangan
- Tekankan pentingnya sistem pendukung
- Anjurkan orang tua untuk menyediakan waktu sesuai kebutuhan
- Bantu orang tua untuk merujuk pada ahli penyakit
- Informasikan kepada orang tua tentang pelayanan yang tersedia di masyarakat.

Daftar Pustaka
- Betz Cecily, Linda A Sowden. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. EGC: Jakarta.
- Capernito, Lynda J. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis. EGC: Jakarta.
- Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC: Jakarta.
- Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29.EGC: Jakarta.

A. Batasan-Batasan
1. Ikterus Fisiologis
Ikterus pada neonatus tidak selamanya patologis. Ikterus fisiologis adalah Ikterus yang
memiliki karakteristik sebagai berikut (Hanifa, 1987):
Timbul pada hari kedua-ketiga
Kadar Biluirubin Indirek setelah 2 x 24 jam tidak melewati 15 mg% pada neonatus cukup
bulan dan 10 mg % pada kurang bulan.
Kecepatan peningkatan kadar Bilirubin tak melebihi 5 mg % per hari
Kadar Bilirubin direk kurang dari 1 mg %
Ikterus hilang pada 10 hari pertama
Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadan patologis tertentu
2. Ikterus Patologis/Hiperbilirubinemia
Adalah suatu keadaan dimana kadar Bilirubin dalam darah mencapai suatu nilai yang
mempunyai potensi untuk menimbulkan Kern Ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan
baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan yang patologis. Brown menetapkan
Hiperbilirubinemia bila kadar Bilirubin mencapai 12 mg% pada cukup bulan, dan 15 mg %
pada bayi kurang bulan. Utelly menetapkan 10 mg% dan 15 mg%.
3. Kern Ikterus
Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan Bilirubin Indirek pada otak terutama pada
Korpus Striatum, Talamus, Nukleus Subtalamus, Hipokampus, Nukleus merah , dan
Nukleus pada dasar Ventrikulus IV.
D. Etiologi
1. Peningkatan produksi :
Hemolisis, misal pada Inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat ketidaksesuaian golongan
darah dan anak pada penggolongan Rhesus dan ABO.
Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.
Ikatan Bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolik yang terdapat pada
bayi Hipoksia atau Asidosis .
Defisiensi G6PD/ Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.
Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3 (alfa), 20 (beta) , diol

(steroid).
Kurangnya Enzim Glukoronil Transeferase , sehingga kadar Bilirubin Indirek meningkat
misalnya pada berat lahir rendah.
Kelainan kongenital (Rotor Sindrome) dan Dubin Hiperbilirubinemia.
2. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya pada
Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya Sulfadiasine.
3. Gangguan fungsi Hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau toksion yang
dapat langsung merusak sel hati dan darah merah seperti Infeksi , Toksoplasmosis, Siphilis.
4. Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra Hepatik.
5. Peningkatan sirkulasi Enterohepatik misalnya pada Ileus Obstruktif
E . Metabolisme Bilirubin
Segera setelah lahir bayi harus mengkonjugasi Bilirubin (merubah Bilirubin yang larut
dalam lemak menjadi Bilirubin yang mudah larut dalam air) di dalam hati. Frekuensi dan
jumlah konjugasi tergantung dari besarnya hemolisis dan kematangan hati, serta jumlah
tempat ikatan Albumin (Albumin binding site).
Pada bayi yang normal dan sehat serta cukup bulan, hatinya sudah matang dan
menghasilkan Enzim Glukoronil Transferase yang memadai sehingga serum Bilirubin tidak
mencapai tingkat patologis.
Diagram Metabolisme Bilirubin
ERITROSIT
HEMOGLOBIN
HEM
GLOBIN
BESI/FE
BILIRUBIN INDIREK
( tidak larut dalal air )
Terjadi pada
Limpha, Makofag

BILIRUBIN BERIKATAN DENGAN ALBUMIN


Terjadi dalam
plasma darah
MELALUI HATI
BILIRUBIN BERIKATAN DENGAN GLUKORONAT/ GULA RESIDU BILIRUBIN
DIREK
( larut dalam air )
Hati
BILIRUBIN DIREK DIEKSRESI KE KANDUNG EMPEDU
Melalui
Duktus Billiaris
KANDUNG EMPEDU KE DEUDENUM
BILIRUBIN DIREK DI EKSKRESI MELALUI URINE & FECES
F. Patofisiologi Hiperbilirubinemia
Peningkatan kadar Bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan . Kejadian yang
sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban Bilirubin pada sel Hepar yang
berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran Eritrosit,
Polisitemia.
Gangguan pemecahan Bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar
Bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y dan Z berkurang, atau pada
bayi Hipoksia, Asidosis. Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar Bilirubin
adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi Hepar atau neonatus yang mengalami
gangguan ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu.
Pada derajat tertentu Bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh.
Toksisitas terutama ditemukan pada Bilirubin Indirek yang bersifat sukar larut dalam air tapi
mudah larut dalam lemak. sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak
apabila Bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak

disebut Kernikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada saraf pusat tersebut
mungkin akan timbul apabila kadar Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg/dl.
Mudah tidaknya kadar Bilirubin melewati sawar darah otak ternyata tidak hanya tergantung
pada keadaan neonatus. Bilirubin Indirek akan mudah melalui sawar darah otak apabila bayi
terdapat keadaan Berat Badan Lahir Rendah , Hipoksia, dan Hipoglikemia ( AH,
Markum,1991).
G. Penata Laksanaan Medis
Berdasarkan pada penyebabnya, maka manejemen bayi dengan Hiperbilirubinemia
diarahkan untuk mencegah anemia dan membatasi efek dari Hiperbilirubinemia. Pengobatan
mempunyai tujuan :
1. Menghilangkan Anemia
2. Menghilangkan Antibodi Maternal dan Eritrosit Tersensitisasi
3. Meningkatkan Badan Serum Albumin
4. Menurunkan Serum Bilirubin
Metode therapi pada Hiperbilirubinemia meliputi : Fototerapi, Transfusi Pengganti, Infus
Albumin dan Therapi Obat.
Fototherapi
Fototherapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan Transfusi Pengganti untuk
menurunkan Bilirubin. Memaparkan neonatus pada cahaya dengan intensitas yang tinggi ( a
boun of fluorencent light bulbs or bulbs in the blue-light spectrum) akan menurunkan
Bilirubin dalam kulit. Fototherapi menurunkan kadar Bilirubin dengan cara memfasilitasi
eksresi Biliar Bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang diabsorsi jaringan
mengubah Bilirubin tak terkonjugasi menjadi dua isomer yang disebut Fotobilirubin.
Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke pembuluh darah melalui mekanisme difusi. Di dalam
darah Fotobilirubin berikatan dengan Albumin dan dikirim ke Hati. Fotobilirubin kemudian
bergerak ke Empedu dan diekskresi ke dalam Deodenum untuk dibuang bersama feses tanpa
proses konjugasi oleh Hati (Avery dan Taeusch 1984). Hasil Fotodegradasi terbentuk ketika
sinar mengoksidasi Bilirubin dapat dikeluarkan melalui urine.
Fototherapi mempunyai peranan dalam pencegahan peningkatan kadar Bilirubin, tetapi tidak
dapat mengubah penyebab Kekuningan dan Hemolisis dapat menyebabkan Anemia.
Secara umum Fototherapi harus diberikan pada kadar Bilirubin Indirek 4 -5 mg / dl.
Neonatus yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000 gram harus di Fototherapi dengan

konsentrasi Bilirubun 5 mg / dl. Beberapa ilmuan mengarahkan untuk memberikan


Fototherapi Propilaksis pada 24 jam pertama pada Bayi Resiko Tinggi dan Berat Badan
Lahir Rendah.
Tranfusi Pengganti
Transfusi Pengganti atau Imediat diindikasikan adanya faktor-faktor :
1. Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu.
2. Penyakit Hemolisis berat pada bayi baru lahir.
3. Penyakit Hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam pertama.
4. Tes Coombs Positif
5. Kadar Bilirubin Direk lebih besar 3,5 mg / dl pada minggu pertama.
6. Serum Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg / dl pada 48 jam pertama.
7. Hemoglobin kurang dari 12 gr / dl.
8. Bayi dengan Hidrops saat lahir.
9. Bayi pada resiko terjadi Kern Ikterus.
Transfusi Pengganti digunakan untuk :
1. Mengatasi Anemia sel darah merah yang tidak Suseptible (rentan) terhadap sel darah
merah terhadap Antibodi Maternal.
2. Menghilangkan sel darah merah untuk yang Tersensitisasi (kepekaan)
3. Menghilangkan Serum Bilirubin
4. Meningkatkan Albumin bebas Bilirubin dan meningkatkan keterikatan dengan Bilirubin
Pada Rh Inkomptabiliti diperlukan transfusi darah golongan O segera (kurang dari 2 hari),
Rh negatif whole blood. Darah yang dipilih tidak mengandung antigen A dan antigen B
yang pendek. setiap 4 8 jam kadar Bilirubin harus dicek. Hemoglobin harus diperiksa
setiap hari sampai stabil.
Therapi Obat
Phenobarbital dapat menstimulasi hati untuk menghasilkan enzim yang meningkatkan
konjugasi Bilirubin dan mengekresinya. Obat ini efektif baik diberikan pada ibu hamil untuk
beberapa hari sampai beberapa minggu sebelum melahirkan. Penggunaan penobarbital pada
post natal masih menjadi pertentangan karena efek sampingnya (letargi).
Colistrisin dapat mengurangi Bilirubin dengan mengeluarkannya lewat urine sehingga
menurunkan siklus Enterohepatika.

Penggolongan Hiperbilirubinemia berdasarkan saat terjadi Ikterus:


1. Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama.
Penyebab Ikterus terjadi pada 24 jam pertama menurut besarnya kemungkinan dapat
disusun sbb:
Inkomptabilitas darah Rh, ABO atau golongan lain.
Infeksi Intra Uterin (Virus, Toksoplasma, Siphilis dan kadang-kadang Bakteri)
Kadang-kadang oleh Defisiensi Enzim G6PD.
Pemeriksaan yang perlu dilakukan:
Kadar Bilirubin Serum berkala.
Darah tepi lengkap.
Golongan darah ibu dan bayi.
Test Coombs.
Pemeriksaan skrining defisiensi G6PD, biakan darah atau biopsi Hepar bila perlu.
2. Ikterus yang timbul 24 72 jam sesudah lahir.
Biasanya Ikterus fisiologis.
Masih ada kemungkinan inkompatibilitas darah ABO atau Rh, atau golongan lain. Hal ini
diduga kalau kenaikan kadar Bilirubin cepat misalnya melebihi 5mg% per 24 jam.
Defisiensi Enzim G6PD atau Enzim Eritrosit lain juga masih mungkin.
Polisetimia.
Hemolisis perdarahan tertutup ( pendarahan subaponeurosis, pendarahan Hepar, sub
kapsula dll).
Bila keadaan bayi baik dan peningkatannya cepat maka pemeriksaan yang perlu dilakukan:
Pemeriksaan darah tepi.
Pemeriksaan darah Bilirubin berkala.
Pemeriksaan skrining Enzim G6PD.
Pemeriksaan lain bila perlu.
3. Ikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai akhir minggu pertama.
Sepsis.
Dehidrasi dan Asidosis.
Defisiensi Enzim G6PD.

Pengaruh obat-obat.
Sindroma Criggler-Najjar, Sindroma Gilbert.
4. Ikterus yang timbul pada akhir minggu pertama dan selanjutnya:
Karena ikterus obstruktif.
Hipotiroidisme
Breast milk Jaundice.
Infeksi.
Hepatitis Neonatal.
Galaktosemia.
Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan:
Pemeriksaan Bilirubin berkala.
Pemeriksaan darah tepi.
Skrining Enzim G6PD.
Biakan darah, biopsi Hepar bila ada indikasi.
ASUHAN KEPERAWATAN
Untuk memberikan keperawatan yang paripurna digunakan proses keperawatan yang
meliputi Pengkajian, Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi.
Pengkajian
1. Riwayat orang tua :
Ketidakseimbangan golongan darah ibu dan anak seperti Rh, ABO, Polisitemia, Infeksi,
Hematoma, Obstruksi Pencernaan dan ASI.
2. Pemeriksaan Fisik :
Kuning, Pallor Konvulsi, Letargi, Hipotonik, menangis melengking, refleks menyusui yang
lemah, Iritabilitas.
3. Pengkajian Psikososial :
Dampak sakit anak pada hubungan dengan orang tua, apakah orang tua merasa bersalah,
masalah Bonding, perpisahan dengan anak.
4. Pengetahuan Keluarga meliputi :
Penyebab penyakit dan pengobatan, perawatan lebih lanjut, apakah mengenal keluarga lain
yang memiliki yang sama, tingkat pendidikan, kemampuan mempelajari Hiperbilirubinemia
(Cindy Smith Greenberg. 1988)

2. Diagnosa, Tujuan , dan Intervensi


Berdasarkan pengkajian di atas dapat diidentifikasikan masalah yang memberi gambaran
keadaan kesehatan klien dan memungkinkan menyusun perencanaan asuhan keperawatan.
Masalah yang diidentifikasi ditetapkan sebagai diagnosa keperawatan melalui analisa dan
interpretasi data yang diperoleh.
1. Diagnosa Keperawatan : Kurangnya volume cairan sehubungan dengan tidak adekuatnya
intake cairan, fototherapi, dan diare.
Tujuan : Cairan tubuh neonatus adekuat
Intervensi : Catat jumlah dan kualitas feses, pantau turgor kulit, pantau intake output, beri
air diantara menyusui atau memberi botol.
2. Diagnosa Keperawatan : Gangguan suhu tubuh (hipertermi) sehubungan dengan efek
fototerapi
Tujuan : Kestabilan suhu tubuh bayi dapat dipertahankan
C, cek tanda-tanda vital tiap 2 jam. 37Intervensi : Beri suhu lingkungan yang netral,
pertahankan suhu antara 35,5
3. Diagnosa Keperawatan : Gangguan integritas kulit sehubungan dengan hiperbilirubinemia
dan diare
Tujuan : Keutuhan kulit bayi dapat dipertahankan
Intervensi : Kaji warna kulit tiap 8 jam, pantau bilirubin direk dan indirek , rubah posisi
setiap 2 jam, masase daerah yang menonjol, jaga kebersihan kulit dan kelembabannya.
4. Diagnosa Keperawatan : Gangguan parenting sehubungan dengan pemisahan
Tujuan : Orang tua dan bayi menunjukan tingkah laku Attachment , orang tua dapat
mengekspresikan ketidak mengertian proses Bounding.
Intervensi : Bawa bayi ke ibu untuk disusui, buka tutup mata saat disusui, untuk stimulasi
sosial dengan ibu, anjurkan orangtua untuk mengajak bicara anaknya, libatkan orang tua
dalam perawatan bila memungkinkan, dorong orang tua mengekspresikan perasaannya.
5. Diagnosa Keperawatan : Kecemasan meningkat sehubungan dengan therapi yang
diberikan pada bayi.
Tujuan : Orang tua mengerti tentang perawatan, dapat mengidentifikasi gejala-gejala untuk
menyampaikan pada tim kesehatan
Intervensi :

Kaji pengetahuan keluarga klien, beri pendidikan kesehatan penyebab dari kuning, proses
terapi dan perawatannya. Beri pendidikan kesehatan mengenai cara perawatan bayi dirumah.
6. Diagnosa Keperawatan : Potensial trauma sehubungan dengan efek fototherapi
Tujuan : Neonatus akan berkembang tanpa disertai tanda-tanda gangguan akibat fototherapi
Intervensi :
Tempatkan neonatus pada jarak 45 cm dari sumber cahaya, biarkan neonatus dalam keadaan
telanjang kecuali mata dan daerah genetal serta bokong ditutup dengan kain yang dapat
memantulkan cahaya; usahakan agar penutup mata tida menutupi hidung dan bibir; matikan
lampu, buka penutup mata untuk mengkaji adanya konjungtivitis tiap 8 jam; buka penutup
mata setiap akan disusukan; ajak bicara dan beri sentuhan setiap memberikan perawatan.
7. Diagnosa Keperawatan : Potensial trauma sehubungan dengan tranfusi tukar
Tujuan : Tranfusi tukar dapat dilakukan tanpa komplikasi
Intervensi :
Catat kondisi umbilikal jika vena umbilikal yang digunakan; basahi umbilikal dengan NaCl
selama 30 menit sebelum melakukan tindakan, neonatus puasa 4 jam sebelum tindakan,
pertahankan suhu tubuh bayi, catat jenis darah ibu dan Rhesus serta darah yang akan
ditranfusikan adalah darah segar; pantau tanda-tanda vital; selama dan sesudah tranfusi;
siapkan suction bila diperlukan; amati adanya ganguan cairan dan elektrolit; apnoe,
bradikardi, kejang; monitor pemeriksaan laboratorium sesuai program.
Aplikasi Discharge Planing.
Pertumbuhan dan perkembangan serta perubahan kebutuhan bayi dengan hiperbilirubin
(seperti rangsangan, latihan, dan kontak sosial) selalu menjadi tanggung jawab orang tua
dalam memenuhinya dengan mengikuti aturan dan gambaran yang diberikan selama
perawatan di Rumah Sakit dan perawatan lanjutan dirumah.
Faktor yang harus disampaikan agar ibu dapat melakukan tindakan yang terbaik dalam
perawatan bayi hiperbilirubinimea (warley &Wong, 1994):
1. Anjurkan ibu mengungkapkan/melaporkan bila bayi mengalami gangguan-gangguan
kesadaran seperti : kejang-kejang, gelisah, apatis, nafsu menyusui menurun.
2. Anjurkan ibu untuk menggunakan alat pompa susu selama beberapa hari untuk
mempertahankan kelancaran air susu.
3. Memberikan penjelasan tentang prosedur fototherapi pengganti untuk menurunkan kadar

bilirubin bayi.
4. Menasehatkan pada ibu untuk mempertimbangkan pemberhentian ASI dalam hal
mencegah peningkatan bilirubin.
5. Mengajarkan tentang perawatan kulit :
Memandikan dengan sabun yang lembut dan air hangat.
Siapkan alat untuk membersihkan mata, mulut, daerah perineal dan daerah sekitar kulit
yang rusak.
Gunakan pelembab kulit setelah dibersihkan untuk mempertahankan kelembaban kulit.
Hindari pakaian bayi yang menggunakan perekat di kulit.
Hindari penggunaan bedak pada lipatan paha dan tubuh karena dapat mengakibatkan lecet
karena gesekan
Melihat faktor resiko yang dapat menyebabkan kerusakan kulit seperti penekanan yang
lama, garukan .
Bebaskan kulit dari alat tenun yang basah seperti: popok yang basah karena bab dan bak.
Melakukan pengkajian yang ketat tentang status gizi bayi seperti : turgor kulit, capilari
reffil.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah :
1. Cara memandikan bayi dengan air hangat celsius)(37 -38
2. Perawatan tali pusat / umbilikus
3. Mengganti popok dan pakaian bayi
4. Menangis merupakan suatu komunikasi jika bayi tidak nyaman, bosan, kontak dengan
sesuatu yang baru
5. Temperatur / suhu
6. Pernapasan
7. Cara menyusui
8. Eliminasi
9. Perawatan sirkumsisi
10. Imunisasi
11. Tanda-tanda dan gejala penyakit, misalnya :
letargi ( bayi sulit dibangunkan )
demam ( suhu > celsius)37
muntah (sebagian besar atau seluruh makanan sebanyak 2 x)
diare ( lebih dari 3 x)

tidak ada nafsu makan.


12. Keamanan
Mencegah bayi dari trauma seperti; kejatuhan benda tajam (pisau, gunting) yang mudah
dijangkau oleh bayi / balita.
Mencegah benda panas, listrik, dan lainnya
Menjaga keamanan bayi selama perjalanan dengan menggunakan mobil atau sarana
lainnya.
Pengawasan yang ketat terhadap bayi oleh saudara saudaranya.
RENCANA PEMULANGAN POST PARTUM
(DISCHARGE PLANNING)
1. Pendahuluan
Beberapa tahun terakhir ini sistem perawatan dan pengobatan telah berubah. Perawatan
klien di rumah sakit saat ini diusahakan untuk mengurangi biaya perawatan dan memberi
kesempatan pada pasien lain yang lebih membutuhkan. konsekuensinya, tim kesehatan
harus membantu klien benar-benar memahami status kesehatannya dan harus mampu
menyiapkan klien merawat dirinya sendiri di rumah atau di masyarakat.
Pendekatan perawatan klien selama post partum juga berubah. Klien tidak dianggap lagi
orang sakit, tetapi dianggap suatu proses yang alami dan mereka dianggap sehat. Oleh
karena itu klien harus secepatnya mobilisasi dan mandiri dalam merawat dirinya sendiri.
Waktu perawatan juga berubah, menjadi lebih singkat, bisa hanya 24 jam sampai 72 jam
saja. Dalam waktu yang sesingkat mungkin, klien dan keluarganya harus dibekali
pengetahuan, ketrampilan dan informasi tempat rujukan sehingga klien mampu merawat
dirinya sendiri.
Perawatan yang diberikan merupakan usaha kolaborasi yang melibatkan ibu dan keluarga,
perawat, dokter dan tim kesehatan lainnya, untuk mencapai kesehatan yang optimal. Untuk
semua alasan di atas maka rencana pemulangan pasien post partum sangat penting karena :
1. Memudahkan pemantauan kesehatan setelah pasien pulang ke rumah.
2. Membuat pasien lebih bertanggung jawab terhadap kesehatan dirinya.
3. Berkurangnya biaya pengobatan dan perawatan, tempat tidur dapat diisi pasien lain
4. Penggunaan rencana pemulangan tertulis sangat efektif untuk pedoman pengajaran dan
evaluasi serta menjadi sumber pengetahuan ibu dan keluarga.

Bagi klien post partum, pemulihan kesehatan setelah melahirkan relatif singkat dan
dianggap suatu proses sehat. Persepsi ini sering kali membuat tim kesehatan berpendapat
bahwa ibu dan keluarga tidak mempunyai kebutuhan dan pelatihan yang khusus, ditambah
lagi ada anggapan bahwa keluarga sedang berbahagia dan siap menerima bayinya.
Anggapan ini tentunya tidak benar karena setiap keluarga post pertum mempunyai
kebutuhan dan masalah tertentu, ibu-ibu primipara bingung dalam merawat dan beradaptasi
dengan bayi dan peran barunya, sedangkan ibu-ibu multipara mungkin bingung dengan
masalah keuangan, anak-anak yang lain serta berhubungan dengan datangnya anggota baru.
Jadi pendekatan dan perhatian dan sikap tim kesehatan, harus sama dengan kedua kelompok
ini. Pada masa perawatan post partum di rumah sakit inilah mereka menerima pengajaran
dan bimbigan untuk mengantisipasi perubahan fisik dan suasana dalam keluarga di rumah
nanti.
Karena kebanyakan ibu dirawat dalam waktu singkat, maka penting bagi perawat
mempersiapkan klien secara sistematis. Seringkali digunakan paduan format-format.
Sebelum ibu pulang sebaiknya rencana pemulangan sudah dipersiapkan dan perawat masih
tetap menyediakan waktu untuk penguatan dan evaluasi pengetahuan, ketrampilan, dan
kondisi mental seluruh keluarga. Mengingat luasnya dan kompleksnya perawatan terhadap
klien post partum, maka kelompok mambatasi permasalahannya tentang pendidikan
kesehatan pada klien post partum.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran yang lebih jelas kepada
perawat dan tenaga kesehatan lainnya mengenai rencana pemulangan klien post partum, hal
ini akan diuraikan dalam makalah.
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Rencana Pemulangan
Rencana Pemulangan (RP) merupakan bagian pelayanan perawatan, yang bertujuan untuk
memandirikan klien dan mempersiapkan orang tua untuk memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional bayi bila pulang.
Waktu yang terbaik untuk memulai rencana pulang adalah hari pertama masuk rumah sakit.
Klien belum dapat dipulangkan sampai dia mampu melakukan apa yang diharapkan darinya
ketika di rumah. Oleh karena itu Rencana Pemulangan harus didasarkan pada :

1. Kemampuan klien untuk melakukan aktifitas sehari-hari dan seberapa jauh tingkat
ketergantungan pada orang lain
2. Ketrampilan, pengetahuan dan adanya anggota keluarga atau teman
3. Bimbingan perawat yang diperlukan untuk memperbaiki dan mempertahankan kesehatan,
pendidikan, dan pengobatan.
Beberapa hal yang perlu dikemukakan berkenaan dengan proses berencana untuk
memulangkan klien adalah :
1. Menentukan klien yang memerlukan rencana pulang.
2. Waktu yang terbaik untuk memulai rencana pulang.
3. Staf yang terlibat dalam rencana pulang.
4. Cara yang digunakan dan evaluasi efektifitas dari rencana pulang.
Beberapa karakteristik yang harus dipertimbangkan dalam membuat Rencana Pemulangan
(RP) adalah :
1. Berfokus pada klien. Nilai, keinginan dan kebutuhan klien merupakan hal penting dalam
perencanaan. Klien dan keluarga harus berpartisipasi aktif dalam hal ini.
2. Kebutuhan dasar klien pada waktu pulang harus diidentifikasi pada waktu masuk dan
terus dipantau pada masa perawatan
3. Kriteria evaluasi menjadi panduan dalam menilai keberhasilan implementasi dan evaluasi
secara periodik.
4. Rencana pemulangan suatu proses yang melibatkan tim kesehatan dari berbagai disiplin
ilmu.
5. Klien harus membuat keputusan yang tertulis mengenai rencana pemulangan.
Rencana penyuluhan didasarkan pada :
1. Kebutuhan belajar orang tua.
2. Prinsip belajar mengajar.
3. Mengkaji tingkat pengetahuan dan kesiapan belajar.
Metode belajar
Kondisi fisik dan psikologis orang tua
4. Latar belakang sosial budaya untuk proses belajar mengajar
Tekankan bahwa merawat bayi bukan hanya kewajiban wanita
5. Lamanya bayi dan ibu tinggal di rumah sakit
Early discharge 6 8 jam I, dimana informasi penting harus diberikan serta follow up.

Cara-cara penyampaian Rencana Pemulangan adalah :


1. Gunakan bahasa yang sederhana, jelas dan ringkas.
2. Jelaskan langkah-langkah dalam melaksanakan suatu perawatan.
3. Perkuat penjelasan lisan dengan instruksi tertulis
4. Motivasi klien untuk mengikuti langkah-langkah tersebut dalam melakukan perawatan
dan pengobatan.
5. Kenali tanda-tanda dan gejala komplikasi yang harus dilaporkan pada tim kesehatan.
6. Berikan nama dan nomor telepon yang dapat klien hubungi.
Dasar-dasar rencana penyuluhan
1. celsius)Cara memandikan bayi dengan air hangat (37 -38
membersihkan mata dari dalam ke luar
membersihkan kepala bayi (bayi masih berpakaian lalu keringkan)
buka pakaian bayi, beri sabun dan celupkan ke dalam air.
2. Perawatan tali pusat / umbilikus
bersihkan dengan alkohol lalu kompres betadin
tali pusat akan tanggal pada hari 7 10
3. Mengganti popok dan pakaian bayi
4. Menangis merupakan suatu komunikasi jika bayi tidak nyaman, bosan, kontak dengan
sesuatu yang baru
5. Cara-cara mengukur suhu
6. Memberi minum
7. Pola eliminasi
8. Perawatan sirkumsisi
9. Imunisasi
10. Tanda-tanda dan gejala penyakit, misalnya :
letargi ( bayi sulit dibangunkan )
demam ( suhu > celsius)37
muntah (sebagian besar atau seluruh makanan sebanyak 2 x)
diare ( lebih dari 3 x)
tidak ada nafsu makan.
Rencana pemulangan ditujukan pada :

IBU
Dalam rencana pemulangan yang perlu dianjurkan antara lain :
1. Pernapasan dada
2. Bentuk tubuh, lumbal,dan fungsi otot-otot panggul
3. Latihan panggul, evaluasi, gambaran dan ukuran yang menyenangkan
4. Latihan penguatan otot perut
5. Posisi nyaman untuk istirahat
6. Permudahan gerakan badan dari berdiri ke jalan
7. Tehnik relaksasi
8. Pencegahan; jangan mengangkat berat, melakukan sit up secara berlebihan.
Daftar kegiatan sangat membantu kondisi post partum kembali dalam keadaan sehat. Saat
ibu kembali ke rumah, secara bertahap akan kembali melakukan aktivitas normal. Pekerjaan
rumah akan membantu mencegah kekakuan otot-otot secara umum tetapi tidak akan
melemahkan kekuatan otot (Blankfield, 1967).
Ketika membantu klien untuk memilih program latihan perawat seharusnya
memperingatkan akan perubahan muskuloskeletal yang akan kembali normal pada 6 8
minggu (Danforth,1967). Selama periode ini, ligamen-ligamen akan lunak dan saling
terpisah oleh karena itu latihan-latihan memerlukan keregangan dan kekuatan otot-otot yang
berlebihan seperti halnya aerobik, lari, dan lai-lain harus dihindari selama periode ini untuk
mencegah ketegangan. Aktifitas yang aman seperti berjalan, berenang dan bersepeda sangat
dianjurkan. Seorang wanita dapat memulai latihan atau Yoga 2 minggu setelah melahirkan
pervaginam atau 4 6 minggu setelah mengalami operasi caesar.
Secara ideal ini harus memiliki seorang instruktur yang berpengalaman yang bertanggung
jawab selama melatih ibu post partum. Ibu biasanya mendapatlan kesulitan dalam mengatur
waktu untuk latihan atau melakukan tehnik relaksasi di rumah. Perawat harus membantu
mendorong ibu untuk istirahat ketika bayi sedang tidur dan mencoba untuk tidak melakukan
pekerjaan selama waktu itu.
Wanita biasanya kurang sabar dalam hal merawat tubuhnya . Perawat harus mengingatkan
bahwa selama masa menyusui membutuhkan ekstra lemak dari tubuhnya, oleh karena itu
nutrizi dan gizi yang baik sangat dibutuhkan. Perawat harus meyakinkan ibu bahwa waktu
yang dibutuhkan seorang wanita untuk kembali pada tubuh yang normal setelah persalinan
sangan bervariasi dan prosesnya dapat berlangsung 6 12 bulan.

Selama masa nifas ibu perlu memperhatikan :


Pemenuhan rasa nyaman
Hari I
Hari II
Pernapasan
Latihan
Hari I
Permulaan
Hari II
tambahan
Perineum kompres dingin. Posisi terlentang, Sim, telungkup; semua dengan bantal yang
menyokong kepala, kedua lutut dan pelvis hanya untuk prone (telungkup)
Gunakan BH yang menyangga, lakukan rendam hangat (daerah perineum), lanjutkan latihan
Kegel, posisi berbaring atau telungkup (2x sehari selama 30 60 menit), ambulansi.
Pernafasan ke arah dada dan toraks
Pengembalian posisi pelvis :
Pengerutan dasar pelvis 1-3-5 detik 5 kali / jam
Pengerutan abdomen 5 10 detik 5 kali / 2 x sehari
Pergerutan abdomen dan
dasar pelvis 3-5-10 detik 5 x / 2x sehari
Pengerutan abdominal,
dasar panggul dan bokong 3 5- 10 detik 5 x /2x sehari
Ekstremitas bagian bawah
Menutup dan membuka lutut 10 x / jam
Memutar lutut 10 x / jam
Mengaktifkan quatriseps 5 10 detik, 10 x / jam
Abdominal / pelvis
Mengkaji dasar pelvis 1x tiap hari
Mengangkat pinggul 5 detik , 5 x / 2x sehari
Gerakan bersepeda dengan terusmenerus terlentang 5x / 2x sehari

Mengangkat bokong 5 detik, 5 x /2 x sehari


Mengangkat kepala 5 detik, 5 x / 2x sehari
Instruksi masa nifas adalah :
Bekerja
Ibu seharusnya menghindari kerja berat (misalnya mengangkat / membawa beban) pada 3
minggu pertama. Pada ibu-ibu yang mempunyai pengertian berbeda tengan kerja berat dapat
mendiskusikan dengan ibu-ibu yang lain. Perawat dapat membantu mengidentifikasikan
pengertian dari kerja berat.
Biasanya dianjurkan tidak bekerja selama 3 minggu ( lebih baik 6 minggu), bukan saja
untuk kesehatan tetapi juga untuk mendapatkan kesempatan lebih dekat dengan bayinya.
Istirahat
Ibu sebaiknya mengusahakan bisa tidur siang dan tidur malam yang cukup. Ibu biasanya
tidur siang selagi bayi tidur dan minta suami/keluarga menggantikan tugas-tugas yang ada.
Mintalah keluarga / suami untuk membantu tugas-tugas rumah tangga.
Kegiatan / aktifitas / latihan
Pada minggu pertama ibu seharusnya memulai latihan berjalan setahap demi setahap.
Pada minggu ke dua, jika lokea normal dapat memulai latihan aktifitas lain yang akan
direncanakan seperti mencuci popok setiap hari walaupun dengan memakai mesin cuci, naik
turun tangga untuk melihat bayinya atau berada setiap saat disamping bayinya. Ibu
seharusnya melanjutkan senam nifas di rumah seperti halnya sit up dan mengangkat kaki.
Kebersihan
Ibu harus tetap bersih, segar dan wangi. Merawat perineum dengan baik dengan
menggunakan antiseptik (PK / Dethol) dan selalu diingat bahwa membersihkan perineum
dari arah depan ke belakang.
Coitus
Coitus lebih segera setelah lokea menjadi alba dan bila ada episiotomi sudah membaik /
sembuh ( minggu 3 setelah persalinan)
Sel-sel vagina mungkin tidak setebal sebelumnya karena keseimbangan hormon
prepregnansi belum kembali secara lengkap. Gunakan kontrasepsi busa atau jeli akan

membantu kenyamanan dan pengaturan posisi yang bisa mengurangi penekanan atau
dispariunia.
Kontrasepsi
Jika ibu menginginkan memakai IUD, dapat dipasang segera setelah persalinan atau chekup
post partum yang pertama. Jenis kontrasepsi yang memakai diafragma harus pada minggu
ke 6 , kontrasepsi oral dimulai antara 2 -3 minggu post partum sampai kembali pada chekup
berikutnya. Ibu dan pasangannya dapat menggunakan kombinasi antara jelly yang
mengandung spermatid dengan kondom lebih dapat mencegah pembuahan. Konsultasi
dalam memilih alat kontrasepsi harus kepada tenaga kesehatan yang berkopeten untuk
mencegah kesalahan informasi.
BAYI
Pertumbuhan dan perkembangan serta perubahan kebutuhan bayi (seperti rangsangan,
latihan, dan kotak sosial) selalu menjadi tanggung jawab orang tua dalam memenuhinya
dengan mengikuti aturan dan gambaran yang diberikan selama perencanaan pulang .
Yang perlu diperhatikan adalah :
Temperatur / suhu
1. Sebab-sebab penurunan suhu tubuh
2. Catat gejala-gejala yang timbul seperti kelemahan, bersin, batuk dll.
3. Cara-cara mengurangi / menurunkan suhu tubuh seperti kompres dingin, mencegah bayi
terkena sinar matahari terlalu lama, dan lain-lain
4. Gunakan lampu penghangat / selimut tambahan
5. Ukur suhu tubuh
Pernapasan
1. Perubahan frekwensi dan irama napas
2. Refleks-refleks seperti; bersin, batuk.
3. Pencegahan terhadap asap rokok, infeksi orang terkena infeksi saluran napas
4. Gejala-gejala pnemonia aspirasi
Eliminasi
1. Perubahan warna dan kosistensi feses
2. Perubahan warna urin

Keamanan
1. Mencegah bayi dari trauma seperti; kejatuhan benda tajam (pisau, gunting) yang mudah
dijangkau oleh bayi / balita.
2. Mencegah benda panas, listrik, dan lainnya
3. Menjaga keamanan bayi selama perjalanan dengan menggunakan mobil atau sarana
lainnya.
4. Pengawasan yang ketat terhadap bayi oleh saudara saudaranya.
ADAPTASI FISIOLOGIS PADA MASA POST PARTUM/NIFAS
Sebelum membahas tentang perubahan-perubahan pada masa nifas baik fisiologis maupun
psikologis, maka kelompok akan menjelaskan terlebih dahulu tentang pengertian nifas.
Masa nifas adalah suatu masa dimana tubuh menyesuaikan baik fisik maupun psikologis
terhadap proses melahirkan yang lamanya kurang lebih 6 minggu. Selain itu, pengertian
masa nifas adalah masa mulainya persalinan sampai pulihnya alat-alat dan anggota badan
yang berhubungan dengan kehamilan / persalinan. (Ahmad Ramli. 1989).
Dari dua pengertian di atas kelompok menyimpulkan bahwa masa nifas adalah masa sejak
selesainya persalinan hingga pulihnya alat-alat kandungan dan anggota badan serta
psikososial yang berhubungan dengan kehamilan / persalinan selama 6 minggu.
Dalam proses adaptasi pada masa post partum terdapat 3 (tiga) periode yang meliputi
immediate puerperium yaitu 24 jam pertama setelah melahirkan, early puerperium
yaitu setelah 24 jam hingga 1 minggu, dan late puerperium yaitu setelah 1 minggu sampai
dengan 6 minggu post partum.
Perubahan fisiologis terjadi sejak hari pertama melahirkan. Adapun perubahan fisik yang
terjadi adalah :
Sistem kardiovaskuler
Sebagai kompensasi jantung dapat terjadi brandikardi 50 70 x/menit, keadaan ini dianggap
normal pada 24 48 jam pertama. Perubahan suhu Celsius sebagai akibat pemakaianyang
meningkat sampai dengan 38 tenaga dan banyak berkeringat saat melahirkan. Peningkatan
suhu tubuh Celsius menunjukan adanya tanda-tanda infeksi pada postlebih dari 38 partum
seperti mastitis, endometritits. Penurunan tekanan darah sistolik 20 mmHg pada saat klien
merubah posisi dari berbaring ke duduk lebih disebabkan oleh refleks ortostatik hipertensi.

Diaporesis Post partum


Klien dapat mengeluarkan keringat yang banyak disertai perasaan menggigil. Perasaan ini
terjadi karena vasomotor yang tidak stabil.
Perubahan sistem urinarius
Selama masa persalinan trauma pada kandung kemih dapat mengakibatkan edema dan
mengurangi sensitifitas kandung kemih. Perubahan ini dapat terjadi sebagai akibat
peregangan yang berlebihan dan pengosongan kandung kemih yang tidak tuntas.
Bila klien lebih dari dua hari tidak dapat buang air kecil, maka keadaan ini merupakan hal
yang tidak normal. Protein urin pada hari kedua adalah normal, karena kebutuhan protein
yang dikatalisis involusi uteri meningkat. Bila ini berlangsung sampai dengan hari ke tujuh,
menandakan adanya gejala preeklamsi.
Perubahan sistem gastro intestinal
Keadaan gastro intestinal kembali berfungsi ke keadaan semula setelah satu minggu post
partum. Konstipasi terjadi akibat penurunan motilitas usus, kehilangan cairan tubuh dan rasa
tidak nyaman di daerah perineum, penggunaan enema pada kala I dan penurunan tonus otot
abdominal.
Keadaan muskuloskeletal
Pada masa kehamilan otot abdomen meregang sedemikian rupa dikarenakan pembesaran
uterus yang mengakibatkan otot abdomen melemas dan kendor sehingga teraba bagian otototot yang terpisah disebut diastasis recti abdominis.
Perubahan sisten endokrin
Perubahan sistem endokrin disini terjadi penurunan segera kadar hormon estrogen dan
progesteron. Hormon prolaktin pada masa laktasi akan meningkat sebagai respon stimulasi
penghisapan puting susu ibu oleh bayi. Pada wanita yang tidak menyusui hormon estrogen
dapat meningkat dan merangsang pematangan folikel. Untuk itu menstruasi dapat terjadi 12
minggu post partum, pada klien menyusui dapat lebih lama (36 minggu).
Perubahan pada payudara
Payudara dapat membengkak karena sistem vaskularisasi dan limfatik disekitar payudara
dan mengakibatkan perasaan tegang dan sakit. Pengeluaran air susu ke duktus lactiferus
oleh kontraksi sel-sel mioepitel tergantung pada sekresi oksitosin dan rangsangan
penghisapan puting susu oleh bayi.

Perubahan uterus
Involusi uterus terjadi segera setelah melahirkan. Tinggi fundus uteri pada saat plasenta lahir
1 2 jam setinggi 1 jari di atas pusat, 12 jam setelah melahirkan tinggi fundus uteri
pertengahan pusat dan sympisis, pada hari ke sembilan uterus tidak teraba lagi. Bersama
involusi uterus ini teraba terdapat pengeluaran lochea. Lochea pada hari ke 1 3 berwarna
merah muda (rubra), pada hari ke 4 9 warna coklat / pink (serosa), pada hari ke- 9 warna
kuning sampai putih (alba).
Perubahan dinding vagina
Segera setelah melahirkan dinding vagina tampak edema, memar serta rugae atau lipatanlipatan halus tidak ada lagi.
Pada daerah perineum akan tampak goresan akibat regangan pada saat melahirkan dan bila
dilakukan episiotomi akan menyebabkan rasa tidak nyaman.
ADAPTASI PSIKOLOGI PADA MASA POST PARTUM
I. Adaptasi Psikologi Ibu
Menjadi orang tua merupakan suatu krisis tersendiri dan harus melewati masa transisi. Masa
transisi pada post partum yang harus diperhatikan perawat adalah :
1. Honeymoon adalah fase setelah anak lahir dan dan terjadi kontak yang lama antara ibu,
ayah, anak. Kala ini dapat dikatakan sebagai psikis honeymoon yang memerlukan hal-hal
romantis masing-masing saling memperhatikan anaknya dan menciptakan hubungan yang
baru.
2. Bonding Attachment atau ikatan kasih
Dimulai sejak dini begitu bayi dilahirkan. Bonding adalah suatu istilah untuk
menerangkan hubungan antara ibu dan anak. Sedangkan attachment adalah suatu
keterikatan antara orang tua dan anak. Peran perawat penting sekali untuk memikirkan
bagaimana hal tersebut dapat terlaksana. Partisipasi suami dalam proses persalinan
merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan ikatan kasih tersebut.
Perubahan psikologis pada klien post partum akan dikuti oleh perubahan psikologis secara
simultan sehingga klien harus beradaptasi secara menyeluruh.
Menurut klasifikasi Rubin terdapat tiga tingkat psikologis klien setelah melahirkan adalah :

Taking In
Suatu periode dimana ibu hanya berorientasi pada kebutuhan diri sendiri, tingkah laku klien
pasif dengan berdiam diri, tergantung pada orang lain. Ibu belum mempunyai inisiatif untuk
kontak dengan bayinya. Dia sangat membutuhkan orang lain untuk membantu,
kebutuhannya yang utama adalah istirahat dan makan. Selain itu ibu mulai menerima
pengalamannya dalam melahirkan dan menyadari bahwa hal tersebut adalah nyata. Periode
ini berlangsung 1 2 hari.
Menurut Gottible, ibu akan mengalami proses mengetahui/menemukan yang terdiri dari :
1. Identifikasi
Ibu mengidentifikasi bagian-bagian dari fisik bagyi, gambaran tubuhnya untuk
menyesuaikan dengan yang diharapkan atau diimpikan.
2. Relating (menghubungkan)
Ibu menggambarkan anaknya mirip dengan anggota keluarga yang lain, baik dari tingkah
lakunya dan karakteristiknya.
3. Menginterpretasikan
Ibu mengartikan tingkah laku bayi dan kebutuhan yang dirasakan.
Pada fase ini dikenal dengan istilah fingertip touch
Taking Hold
Periode dimana terjadi perpindahan dari keadaan ketergantungan keadaan mandiri.
Perlahan-lahan tingkat energi klien meningkat merasa lebih nyaman dan mulai berfokus
pada bayi yang dilahirkan. Klien lebih mandiri, dan pada akhirnya mempunyai inisiatif
untuk merawat dirinya, mampu untuk mengontrol fungsi tubuh, fungsi eliminasi dan
memperhatikan aktifitas yang dilakukannya setiap hari. Jika ibu merawat bayinya, maka ia
harus memperhatikan kualitas dan kuantitas dari produksi ASI. Selain itu, ibu seharusnya
tidak hanya mengungkapkan keinginannya saja akan tetapi harus melakukan hal tersebut,
misalnya keinginan berjalan, duduk, bergerak seperti sebelum melahirkan. Disini juga klien
sangat antusias merawat bayinya. Pada fase ini merupakan saat yang tepat untuk
memberikan pendidikan perawatan utnuk dirinya dan bayinya. Pada saat ini perawat mutlak
memberikan semua tindakan keperawatan seperti halnya menghadapi kesiapan ibu
menerima bayi, petunjuk-petunjuk yang harus diikuti tentang bagaimana cara
mengungkapkan dan bagaimana mengaturnya. Perawat harus berhati-hati dalam
memberikan instruksi dan tidak memaksakan kehendaknya sendiri.

Apabila klien merasa tidak mampu berbuat seperti yang diperbuat oleh perawat, maka
perawat harus turun langsung membantu ibu dalam melaksanakan kegiatan / tugas yang
nyata (setelah pemberian demonstrasi yang penting) dan memeberi pujian untuk setiap
tindakan yang tepat.
Bila ibu sudah merasakan lebih nyaman, maka ibu sudah masuk dalam tahap ke- 2
maternal touch, yaitu total hand contact dan akhirnya pada tahap ke- 3 yang disebut
enfolding. Dan periode ini berlangsung selama 10 hari.
Letting Go
Pada fase ini klien sudah mampu merawat dirinya sendiri dan mulai disibukan oleh
tanggung jawabnya sebagai ibu. Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali ke rumah.
Pada fase ini ibu mengalami 2 perpisahan, yaitu :
Mengerti dan menerima bentuh fisik dari bayinya
Melepaskan peran ibu sebelum memiliki anak, menjadi ibu yang merawat anak.
Post partum Blues
Pada fase ini , terjadi perubahan kadar hormon estrogen dan progesteron yang menurun,
selain itu klien tidak siap dengan tugas-tugas yang harus dihadapinya. Post partum blues
biasanya terjadi 6 minggu setelah melahirkan. Gejala yang tampak adalah menangis, mudah
tersinggung, gangguan nafsu makan, gangguan pola tidur, dan cemas.
Bila keadaan ini berlangsung lebih dari 2 minggu dan klien tidak mampu menyesuaikan
dengan tuntutan tugasnya, maka keadaan ini dapat menjadi serius yaitu keadaan post partum
depresi.
II. Adaptasi Psikologis Ayah
Respon ayah pada masa sesudah klien melahirkan tergantung keterlibatanya selama proses
persalinan, biasanya ayah akan merasa lelah, ingin selalu dekat dengan isteri dan anaknya,
tetepi kadang-kadang terbentur dengan peraturan rumah sakit.
III. Adaptasi Psikologis Keluarga
Kehadiran bayi baru lahir dalam keluarga menimbulkan perubahan peran dan hubungan
dalam keluarga tersebut, misalnya anak yang lebih besar menjadi kakak, orang tua menjadi
kakek / nenek, suami dan isteri harus saling membagi perhatian. Bila banyak anggoata yang
membantu merawat bayi, maka keadaan tidaklah sesulit dengan tidak ada yang membantu,
sementara klien harus ikut aktif melibatkan diri dalam merawat bayi dan membantu rumah

tangga.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Bobak and Jansen (1984), Etential of Nursing. St. Louis : The CV Mosby Company
Hawkins, J.W. and Gorsine, B. (1985), Post Partum Nursing, New York: Springen
Nelson J.P. and May, K.A.(1986), Comprehensive Maternity Nursing. Philadelphia : J.B.
Lippincot Company.
Reeder,S.J. et al.(1983), Maternity Nursing, Philadelphia : J.B. Lippincot Company.

Asuhan Kebidanan Pada Bayi Normal


BAYI LAHIR NORMAL
I. DEFINISI Bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina
tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai
dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai
Apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan
II. FISIOLOGI Neonatus ialah bayi yang baru mengalami proseskelahiran dan
harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan
ekstrautern. Beralih dari ketergantungan mutlak pada ibu menuju
kemandirian fisiologi.
Tiga faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi dan proses vital
neonatus yaitu maturasi, adaptasi dan toleransi. Selain itu pengaruh
kehamilan dan proses persalinan mempunyai peranan penting
dalam morbiditas dan mortalitas bayi.
Empat aspek transisi pada bayi baru lahir yang paling dramatik
dancepat berlangsung adalah pada sistem pernapasan, sirkulasi,
kemampuan menghasilkan sumber glukosa
III. PENGKAJIAN
A. Data Subyektif 1. Identitas bayi : didasarkan pada informasi dari ibu /
pengasuhnya.
2. Riwayat kehamilan, proses persalinan dan umur kehmilan
3. Faktor sosial : alamat rumah, pekerjaan oramg tua, orang-orang
yang tinggaal serumah, saudara kandung dan sumber/faktor
pendukung lain, penyalah gunaan obat/ napza dilingkungan
dekat.
B. Data Obyektif 1. Nilai Apgar : lima unsur yang dinilai : frekuensi denyut jantung,
usaha nifas, tonus otot, reflek dan warna.
a. Penilaian satu menit setelah lahir : untuk menilai derajat
aspiksi.
b. Penilaian lima menit setelah lahir : untuk menentukan
prognosa.
2. Pemeriksaan fisik untuk mendeteksi adanya kelainan bawaan,
bayi diperiksa secara sistematis dari : kepala, mata, hidung,
muka, mulut, teling, leher, dada, abdomen, punggung extemetis,
kulit, genitalia dan anus.
3. Anteropometri :
a. Berat badan ditimbang dalam gram
b. Panjang badan dalm cm, melalui ukuran fronto occipito.
c. Lingkar perut dalam cm, ukuran melaui pusat
4. Refleks: moro, rooting, isap, menggenggam, babinski.
5. Keadaan umum:
a. Suhu
b. Pernapasan
c. Denyut nadi
d. Warna kulit
C. Data Laboratorium Kalau perlu sesuai kebijakan setempat
1. Gula darah sewaktu

2. Bilirubin dan golongan darah : ABO dan Rhesus faktor


3. Hb, Ht, Lekosit dan Trombosit.
D. Potensial komplikasi 1. Berat badn lahir rendah.
2. Aspirasi air ketuban
3. aspiksia
4. infeksi
5. Hipoglikemia
6. Hiperbilirubinemi
IV. PENATALAKSANAAN 1. Mengeringkan dengan segera dan membungkus bayi dengan
kain yang cukup hangat untuk mencegah hipotermia.
2. Menghisap lendir untuk membersihkan jalan nafas sesuai
kondisi dan kebutuhan.
3. Memotong dan mengikat tali pusat, memberi ntiseptik sesuai
ketentuan setempat.
4. Bonding Attacment (kontak kulit dini) dan segera ditetekan
pada ibunya.
5. Menilai apgar menit pertama dan menit kelima
6. Memberi identitas bayi: Pengecapan telapak kaki bayi dan ibu
jari ibu, pemasangan gelang nama sesuai ketentuan setempat
7. Mengukur suhu, pernafasan, denyut nadi.
8. Memandikan/membersihkan badan bayi, kalau suhu sudah
stabil (bisa tunggu sampai enam jan setelah lahir)
9. Menetetesi obat mata bayi untuk mencegah opthalmia
neonatorum.
10. Pemerikksaan fisik dan antropometri.
11. Pemberian vitamin K oral/parenteral sesuai kebijakan setempat.
12. Rooming in (rawat gabung): penuh atau partial.
V. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
A. Neonatus cukup
bulan sesuai masa
kehamilan
Hasil yang diharpkan: bayi sehat
Rencana tindakan
1. Mengeringkan dan membungkus bayi
2. Menghisap lendir sesui kondisi bayi
3. Memotong dan mengikat tali pusat dan diberi antiseptik.
4. Kontsk kulit dini dan ditetekan ke ibu untuk mendukung laktsi.
5. Menilai Apgar satu dan lima mnit setelah lahir.
6. Observasi keadaan umum bayi.
B. Kurang efektifnya
jalan nafas
Hasil yang diharapkan : selama masa transisi pernafasan normal.
Rencana tindakan:
1. Bebaskan jalan nafas : hisap lendir disekitar mulut dan hidung
sesui kondisi bayi
2. Nilai apgar satu menit pertama dan menit ke lima
3. Atur posisi bayi : kepala agak ekstensi
4. Observasi pernafasan

C. Potensial hipotermi Hasil yang diharapkan : hipotermi tidak terjadi (suhu bayi dalam
batas normal > 36,5oC aksiler)
Rencana tindakan:
1. Keringkan badan bayi segera setelah lahir
2. Bungkus bayi dengan selimut yang hangat (hati-hati dengan
ruangan ber AC)
3. Kontak dini kulit
4. Metode kangguru
5. Semua tindakan dilakukan di bwah lampu sorot (kalau
memungkinkan).
6. Observasi suhu tubuh bayi dan lingkungan.
7. Dokumentasikan hasil observasi dengan tepat dan jelas
8. Hindari evaporasi, konveksi, radiasi, konduksi, untuk mencegah
bayi kehilangan panas tubuh karena pengaruh lingkungan.
VI. IMPLIKASI
KEPERAWATAN
A. Pemeriksaan
Laboratorium
Pada bayi lahir normal umumnya tidak dilakukan pemeriksaan
laboratorium, namun kadang kadang dengan riwayat kehamilan
dan kondisi tertentu perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium
sesui indikasi dan kebijakan setempat antara lain :
1. Gula darah sewaktu untuk mendeteksi secara dini adanya
hipoglikmia pada bayi dengan kondisi tertentu.
Diagnosa keperawatan:
Beresiko gangguan neurologik berhubungan dengan
hipoglikemia.
Hasil yang diharapkan, hipoglikemia terdekteksi secara dini dan
teratasi sehingga tidak terjadi kerusakan / gangguan neurologik
Intervensi keperawatan:
a. Tingkatkan termoregulasi untuk memenuhi kebutuhan
glukosa.
b. Observasi ketat kondisi umum bayi
c. Beri minum dan pengobatan segera sesuai kondisi bayi.
2. Bilirubin direk dan indirek, golongan darah ABO dan rhesus
faktor, hb, ht, leko dan trombosit, untuk yang ada indikasi.
Diagnosa keperawatan:
a. Potensial infeksi sehubungan dengan adanya perlukaan pada
kulit.
Intervensi keperawatan :
Melakukan tindakan dengan memenuhi standart aseptik
dan antiseptik.
Menjaga kebersihan kulit bayi
Mengobservasi dan mencatat dengan baik sebelum dan
sesudah merawat setiap bayi.
b. Cemas (orang tua) berhubungan dengan prosedur
pemeriksaan laboratorium pada bayi.
Intervensi keperawatan:

Kaji pengetahuan dan kekhawatiran orang tua tentang


perlunya pemeriksaan laboratorium.
Beri penjelasan dengan bahasa yang mudah diterima
orang tua tentang perlunya dan prosedur pemeriksaan.
Informasikan hasil pemikiran kepada orang tua secepat
mungkin
Beri pendampingan dan dukungan sesuai kebutuhan.
B. Obat-obatan
1. Vitamin K Vitamin K penting untuk mempertahankan mekanisme pembekuan
darah yang normal.pada bayi yang baru lahir, karena usus yang
amsih steril, bayi belum mampu membentuk vitamin K nya sendiri
untuk beberapa hari pertama, begitu juga bagi bayi yang mendapat
ASI aecara eksklusive juga beresiko mengalami kekurangan
vitamin K Fakta menunjukan cukup banyak bayi baru lahir
mengalami pendarahan terutama di otak dan saluran cerna, oleh
karena itu bayi perlu diberi vitamin K sebagai tindakan pencegahan
terhadap pendarahan.
Vitamin K yang diberikan yaitu vitamin K1 (phytonadione) untuk
meningkatkan pembentukan promthrombin. Pemberiannya bisa
secara parental, o,5 1 mg i.m dengan dosis satu kali segera
setelah lahir (sebelum 24 jam). Pemberian vitamin K1 bisa juga
secara oral denagan ketentuan 2 mg apabila berat badan lahir lebih
dari 2500 gram segera setelah lahir dan diulangi dengan dosis
yang sama (2 mg) pada hari keempat. Bila berat badan lahir kurang
dari 2500 gram, dosis yang dianjurkan adalah 1 mg dengan cara
pemberian yang sama yaitu hari pertama dan ke empat setelah
lahir.
Diagnosa keperawatan:
Beresiko aspirasi berhubungan dengan muntah setlah pemberian
obat.
Inervensi keperawatan:
a. Beritahu orang tua (ibu) tentang kebijakan pemberian obat
vitamin K1
b. Beri obat secara hati-hati agar tidak tersedak
c. Bayi ditidurkan pada posisi miring (side position) setelah
minum
d. Observasi bayi secara rutin
e. Pada pemberian oral, ingatkan pada ibu perlu dosis ulangan
pada hari keempat
2. Tetes / zalf mata Pada bayi baru lahir yang normal, walaupun belum terdeteksi
adanya masalah, kadang-kadang perlu juga membrikan obat-obatan
tertentu sebagai tidakan pencegahan yang rutin. Obat profilaksis
yang rutin dibberikan adalah:
1. Vitamin K
2. Tetes / zalf mata
Pada bayi baru lahir secara rutin diberikan tetes mata nitrat
perak 1% atau eritromycin tetes mata untuk mencegah oftalmia
neonatorum.
Pada situasi tidak tersedianya nitrat perak 1% atau erytromycin

dapat diberikan obat tetes / zalf mata dari jenis antibiotika lain,
misalnya garamicin. Terramicin, kemicetin atau tetracilin tetes /
zalf mata
Diberikan pada kedua belah mata, obat diteteskan pada bagian
dalam dari konjungtiva kelopak bawah mata. Dosis umumnya
masing-masing mata satu tetes
Intervensi keperawatan:
a. Jaga kebersihan mata bayi
b. Cuci tangan secara rutin sebelum dan sesudah merawat bayi.
c. Pastikan obat yang dipakai tepat konsentrasinya dan dalam
kondisi baik
d. Beri tetes / zalf mata setelah bayi kontak pertama dengan
ibu, karena terutama zalf mata dianggap dapat menghambat
proses bonding dan attachment karena mengaburkan
pandangan bayi (menghalangi eye contact)
e. Observasi tanda-tanda inveksi mata atau reaksi alergi
f. Dokumentasikan semua dengan singkat dan tepat.
VII. PENYULUHAN Penyuluhan diberikan pada ibu dan keluarga. Hasil yang
diharapkan:
1. Ibu dan keluarga dapat mengerti serta menerapkan materi
penyuluhan yang diberikan
2. Dapat mendeteksi secara dini jika ditemukan kelainan
3. Bayi mendapatkan perawatan yang baik dirumah
Materi penyuluhan yang diberikan
1. Pemberian ASI ekslusif, perawatan payudara
2. Pemijatan pada bayi
3. Perawatan bayi: memandikan bayi, perawatan tali pusat, cara
dan indikasi menjemur bayi.
Metode
1. Ceramah
2. Demonstrasi
3. Simulasi / praktek
4. Diskusi dan tanya jawab
Pertanyaan:
1. Bayi lahir normal adalah : Bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala
melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai
dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai Apgar > 7 dan
tanpa cacat bawaan
Benar
Salah
2. Tiga faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi dan proses vital neonatus yaitu
maturasi, adaptasi dan toleransi. Selain itu pengaruh kehamilan dan proses
persalinan mempunyai peranan penting dalam morbiditas dan mortalitas bayi.
Benar
Salah
3. Empat aspek transisi pada bayi baru lahir yang paling dramatik dancepat
berlangsung adalah pada sistem pernapasan, sirkulasi, kemampuan menghasilkan
sumber glukosa
Benar

Salah
4. Pada nilai apgar : lima unsur yang dinilai : frekuensi denyut jantung, usaha nifas,
tonus otot, reflek dan warna.
Benar
Salah
5. Pada pengkajian data obyektif yang di dapat adalah: Nilai Apgar, Pemeriksaan
fisik, Anteropometri, Refleks, Keadaan umum, Warna kulit
Benar
Salah
6. Pada asuhan keperawatan pada bayi lahir normal diagnosa keperawatan yang
mungkin muncul adalah: Kurang efektifnya jalan nafas
Benar
Salah
7. Vitamin K penting untuk mempertahankan mekanisme pembekuan darah yang
normal.pada bayi yang baru lahir, karena usus yang amsih steril, bayi belum
mampu membentuk vitamin K nya sendiri untuk beberapa hari pertama, begitu
juga bagi bayi yang mendapat ASI aecara eksklusive juga beresiko mengalami
kekurangan vitamin K
Benar
Salah
8. Pada bayi baru lahir secara rutin diberikan tetes mata nitrat perak 1% atau
eritromycin tetes mata untuk mencegah oftalmia neonatorum.
Benar
Salah
9. Pada diagnosa keperawatan : Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan,
intervensi yang dilakukan adalah:
a. Mengeringkan dan membungkus bayi
b. Menghisap lendir sesui kondisi bayi
c. Memotong dan mengikat tali pusat dan diberi antiseptik.
d. Kontsk kulit dini dan ditetekan ke ibu untuk mendukung laktsi.
e. Menilai Apgar satu dan lima mnit setelah lahir.
f. Observasi keadaan umum bayi.
Benar
Salah
10. Pada diagnosa keperawatan : Potensial hipotermi, intervensi yang dilakukan
adalah:
a. Keringkan badan bayi segera setelah lahir
b. Bungkus bayi dengan selimut yang hangat (hati-hati dengan ruangan ber AC)
c. Kontak dini kulit
d. Metode kangguru
e. Observasi suhu tubuh bayi dan lingkungan.
f. Dokumentasikan hasil observasi dengan tepat dan jelas
g. Hindari evaporasi, konveksi, radiasi, konduksi, untuk mencegah bayi
kehilangan panas tubuh karena pengaruh lingkungan.
Benar
Salah

SOP / Protap Menerima Pasien Baru


Pengertian
Menerima pasien yang baru masuk Puskesmas untuk dirawat sesuai yang berlaku.Pasien
segera memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan
Tujuan
Sebagai acuan untuk penerimaan pasien baru.
Kebijakan
- Ada petugas yang terampil
Prosedur
Persiapan :- Pasien dan keluarganya diterima dengan ramah.- Bila pasien dapat berdiri, atau
berat badan sebelum penderita dibaringkan.- Selanjutnya lakukan pengkajian data melalui
anamnese dan pemeriksaan fisik.- Laporan pasien pada penanggung jawab ruangan.- Pasien
dan keluarga diberi penjelasan tentang tata tertib yang berlaku diRumah Sakit serta orientasi
keadaan ruangan/fasilitas yang ada.- Mencatat data dari hasil pengkajian pada catatan medik
dan catatan perawatan pasien.- Memberitahukan prosedur perawatan/tindakan yang segera
dilakukan.
Unitterkait
Poliklinik, Ruang Perawatan

Anda mungkin juga menyukai