Anda di halaman 1dari 4

Identifikasi Karya Sastra CERPEN

Identitas Cerpen
Judul Cerpen

: Cinta adalah Kesunyian

Nama Pengarang : Gabriel Garcia Marquez


Penerbit

: Pusaka Sastra LKiS Yogyakarta

Tebal Buku

: 164 halaman
Cerpen yang diresensikan, halaman 75-83

Cetakan

: ke-IV, Juli 2009

Penerjemah

: Anton Kurnia

Sinopsis Cerpen

Florentino Ariza sebagai tokoh utama dalam cerpen ini menggambarkan


seorang lelaki dewasa yang selalu melamunkan dan membayangkan
pujaan hatinya. Fermina Daza, perempuan khayalannya itu tak banyak
diceritakan dalam cerpen ini. Namun pengarang lebih menekankan inti
cerita pada arti cinta dan kesunyian. Dalam perjalan Florentino Ariza, ia
mendapatkan kejadian yang sangat tak terduga. Suatu cinta ia dapat
dengan sekejap dengan seorang wanita yang tak ia kenal sedikit pun dan
hilang begitu saja dalam kesunyian. Dengan bagaimana Florentino Ariza
mendapatkan cinta sesaatnya itu? Coba luangkan sedikit waktu untuk
membaca cerpen peraih Nobel Sastra ini, mungkin akan menambah
inspirasi karya sastra kita.
Analisis Unsur Intrinsik

Tema

: Cinta dan Kesunyian

Setting

: perjalanan di sungai dengan menggunakan kapal

Alur

: maju dan mundur

Tokoh

: Florenzino Ariza, Kapten Kapal, Duta Besar Inggris dan

Wanita misterius

Perwatakan

: Florenzio Ariza orang yang tenang dan tidak gegabah.


Kapten Kapal orang yang tegas dan melaksanakan tugasnya. Duta
Besar Inggris orang yang kurang arif dan semaunya. Wanita
misrerius orang yang misteri dan tak pernah memikir panjang.

(. Di malam hari saat kapal membuang sauh dan sebagian


besar penumpang berjalan-jalan di geladak dengan putus asa,
ia menyimak novel-novel bergambar yang telah ia kenali
sepenuh hati di bawah penerangan lampu neon di ruang
makan, satu-satunya ruangan yang dibiarkan terang
benderang hingga fajar tiba)
Sudut pandang: pengarang sebagai orang ketiga yang banyak tahu.
Amanat

cinta dengan nafsu sesaat hanya membuat kenikmatan sesaat dan


mengakibatkan keterburukan sendiri

Unsur yang Terkandung:

Nilai Moral
: Cinta itu bukan nafsu sesaat kenikmatan dunia,
hal seperti ini hanya membuat seseorang terjun dalam
keterpurukannya, penyesalan dan kehilangan harga dirinya.

Nilai Sosial
: Jabatan setinggi apapun sepatutnya tetap
menghargai sesama dan makhluk hidup lainnya. Serta, alangkah
baiknya seseorang berinteraksi telah saling mengenali satu-sama
lain.

Nilai Budaya
: Kebiasaa masa orang Eropa dengan sistem
kenegaraannya. Dalam cerpen ini sangat menggambarkan suasana
zaman peperangan di negara itu dan adat tunduk serta hormat
pada seorang Duta Besar.

Konflik Sosial : Mereka berdua terperosok dalam sebuah gairah


yang menyakitkan, kedalam sebuah lubang tanpa dasar yang
hampa dan beraroma seperti rawa-rawa asin penuh udang.
Kemudian perempuan itu terbaring sejenak menindih tubuhnya,
terengah-engah, dan memintanya pergi dalam kegelapan.
Pergilah dan lupakan semua ini, ujar perempuan itu. Semua ini
tak pernah terjadi.

CINTA ADALAH KESUNYIAN


Florentino Ariza mencoba bertahan dalam perjalanan yang begitu berat
dengan kesabaran yang membawa kesedihan pada ibunya dan kegusaran
pada teman-temannya. Ia tak berbicara pada seorangpun. Hari-hari begitu
tenang baginya, saat ia duduk di dekat tangga, menatap buaya-buaya
yang diam menjemur diri di tepi sungai berlumpur, mulut mereka terbuka
untuk menangkap kupu-kupu. Ia memperhatikan sekawanan bangau yang
muncul tanpa aba-aba di rawa-rawa, dan beruk yang menyusui anaknya
dan mengejutkan para penumpang dengan lengking jeritannya yang mirip
suara tangisan perempuan. Suatu hari ia melihat tiga sosok mayat
manusia berwarna kehijauan terapung di permukaan sungai, burungburung bangkai bertengger di atasnya. Awalnya dua sosok mayat
melintas di atas kapal, salah satunya tanpa kepala. Kemudian, mayat
sosok perempuan muda mengapung, rambutnya yang panjang dan ikal
terpilin pada baling-baling kapal. Ia tak tahu, karena tak seorangpun
pernah tahu, apakah mereka korban wabah kolera atau korban perang.
Namun bau busuk yang memuakkan mengotori kenangannya pada
Fermina Daza.
Selalu seperti itu : setiap peristiwa baik atau buruk selalu mengandung
keterkaitan dengan perempuan itu. Di malam hari saat kapal membuang
sauh dan sebagian besar penumpang berjalan-jalan di geladak dengan
putus asa, ia menyimak novel-novel bergambar yang telah ia kenali
sepenuh hati di bawah penerangan lampu neon di ruang makan, satusatunya ruangan yang dibiarkan terang benderang hingga fajar tiba. Kisah
yang ia baca seringkali membawa pengaruh magis saat ia mengerti tokohtokoh khayalan dengan orang-orang yang ia kenal dalam kehidupan
nyata, membuat dirinya dan Fermina Daza memainkan peranan sepasang
kekasih yang berseberangan. Di malam-malam yang lain ia menulis suratsurat penuh kesedihan dan kemudian mencabik-cabiknya lalu
membuangnya kedalam arus sungai yang terus mengalir kearah
perempuan itu tanpa pernah berhenti saat paling sulit. Baginya terkadang
muncul dalam sosok seorang pangeran pemalu atau seorang kekasih
gelap yang coba dilupakan hingga akhirnya hembusan angin mulai bertiup
sepoi-sepoi dan iapun tertidur diatas kursi dekat tangga.
Suatu malam ia selesai membaca lebih awal dari biasanya dan berjalan
menuju kamar kecil. Sebuah pintu terbuka saat ia melintasi ruang makan,
sesosok tangan mirip cakar seekor elang menyambar lengan bajunya dan

menariknya kedalam sebuah kamar. Dalam kegelapan ia bisa melihat


sesosok tubuh perempuan telanjang, tubuhnya yang muda berkilat oleh
keringat yang panas, napasnya terengah-engah. Perempuan itu
mendorongnya terbaring menengadah, membuka ikat pinggangnya,
melorotkan celananya, menduduki tubuhnya seolah-olah sedang
menunggang kuda, dan merampas keperjakaannya. Mereka berdua
terperosok dalam sebuah gairah yang menyakitkan, kedalam sebuah
lubang tanpa dasar yang hampa dan beraroma seperti rawa-rawa asin
penuh udang. Kemudian perempuan itu terbaring sejenak menindih
tubuhnya, terengah-engah, dan memintanya pergi dalam kegelapan.
Pergilah dan lupakan semua ini, ujar perempuan itu. Semua ini tak
pernah terjadi.
Serangan itu terjadi amat cepat dan begitu mendadak sehingga hanya
bisa dipahami sebagai sebuah kegiatan terencana, buah dari sebuah
persiapan matang hingga detil paling kecil dan bukan sekedar kegiatan
tak sengaja yang disebabkan oleh rasa bosan. Kesadaran akan hal ini
menimbulkan kemarahan pada diri Florentino Ariza. Rasa nikmat yang
baru saja ia alami menandakan sesuatu yang tak bisa ia percayai, bahkan
ia menolak untuk mengakui bahwa khayalan cintanya pada Fermina Daza
ternyata bisa digusur oleh secuil nafsu duniawi. Ia penasaran ingin
mengetahui siapa sesungguhnya perempuan dengan naluri seekor macan
kumbang yang telah membawanya pada nasib buruk itu. Tapi ia tak
pernah berhasil. Semakin gigih ia mencari, kian jauh ia dari kebenaran.

Anda mungkin juga menyukai