Anda di halaman 1dari 100

LEMBAR PENGESAHAN

MODUL 1

O
L
E
H

NAMA

: RADINAL (0708105010021)
INDRA (0708105010025)
MARLIAH (0708105010008)

JURUSAN

: ILMU KELAUTAN

DARUSSALAM, 11 APRIL 2008


PRAKTIKAN

ASISTEN

(NURLAILA)

(KELOMPOK X)

ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan yang berjudul Penetapan Kemurnian dan Identitas
yang bertujuan untuk mengetahui kemurnian dan identitas senyawa organik.
Prinsip percobaan ini berdasarkan titik lebur yang merupakan kesetimbangan fasa
padat dengan fasa cairnya. Titik didih merupakan keseimbangan antara tekanan
uapnya sama dengan tekanan atmosfer, dan destilasi adalah pemisahan campuran
cairan berdasarkan titik didihnya.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Destilasi adalah cara memperoleh cairan yang dikotori zat terlarut atau
bercampur dengan campuran lain yang titik didihnya berbeda. Sifat fisik kimia
organik pada umumnya adalah titik lebur, titik didih dan kelarutannya. Titik didih
didefinisikan sebagai kesetimbangan antar tekanan uapnya dan tekanan atmosfer.
Kelarutan senyawa organik dalam air ditentukan oleh banyaknya atom C dan
gugus hidroksil yang dimilikinya.

1.2.Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui kemurnian dan identitas suatu senyawa organik.

BAB II
DASAR TEORI

Titik lebur adalah suhu pada saat kristalnya berubah ke fasa cair. Titik
lebur kristal padat sama dengan titik beku dari zat cair. Perbadaannya dengan titik
didih adalah titik didih kebanyakan zat padatnya, tidak berubah adanya tekanan
dari luar (Krosen, 1990).
Titik didih suatu cairan adalah suhu pada saat tekanan uap jenuh cairan itu
sama dengan tekanan luar (tekanan yang digunakan pada permukaan cairan).
Apabila tekanan sama dengan tekanan luar, maka gelombang uap dapat terbentuk
dalam cairan dapat mendorong air kepermukaan menuju fase gas. Oleh karena itu,
titik didih suatu cairan tergantung pada tekanan luarnya. Dan sebagaimana telah
kita ketahui bahwa air murni pada tekanan 1 atm mempunyai titik didih 100C,
akan tetapi apabia kita melarutkan suatu zat ke dalam air, maka titik didih larutan
akan semakin tinggi dari 100C (Sukardjo, 1997).
Destilasi adalah operasi pendidihan (air-gas) dan kondensasi yang
berikutnya (gas-cair). Operasi ini sering digunakan di dalam penyaringan
(Pudjaatmaka, 1989).

BAB III
METODELOGI PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini antara lain sebagai berikut:
termometer, tabung reaksi, gelas kimia, batang pengaduk standar dan klem, tutup
gabus, pembakar gas, batu didih, kondensor leibig dan erlenmeyer.
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain sebagai berikut:
minyak paraffin atau minyak kelapa, bubuk zat organik (untuk percobaan titik
lebur), larutan organik (untuk percobaan titik didih dan destilasi).
3.2. Cara Kerja
1. Penetapan Titik Lebur
Diambil bubuk zat organik kemudian ditumbuk.Dimasukkan ke dalam
tabung reaksi.Diikat dan digantung termometer pada statif dan klem.Dimasukkan
bubuk urea ke dalam penangas minyak paraffin.Dipanaskan dengan api kecil
sampai sekitar 15C di bawah titik lebur zat tersebut.Dicatat kenaikkan suhu
setiap 3 menit dan pada saat mulai melebur.
2. Penetapan Titik Didih
Diambil 3 ml larutan organik ke dalam tabung reaksi. Dimasukkan batu
didih. Di bulb termometer diatur 4-6 cm di atas dasar tabung. Dipanaskan tabung
dengan api kecil, bila telah mendidih api dipindahkan. Diperhatikan uap yang
sudah mulai mengembun dan membasahi dinding tabung paling sedikit 2,5 cm di

atas bulb thermometer. Dipindahkan api bila perlu dan dicatat kenaikkan suhu
setian 5 menit. Dihentikan percobaan bila suhu telah konstan.
3. Destilasi
Diambil etanol yang telah dicampurkan dengan air. Dimasukkan ke
dalam tabung destilasi dan dimasukkan batu didih ke dalamnya. Di bulb
termometer dan diletakkan di bawah pipa cabang. Digantikan penampang pada
wadah II apabila suhu sudah mencapai 83C. Dihentikan percobaan pada suhu
95C.

BAB IV
DATA HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Hasil Pengamatan


No
1

Senyawa Organik
Penetapan Titik Lebur
Urea dengan
kelapa

Reaksi yang terjadi

penangas

minyak Urea meleleh mula-mula pada


suhu 63C. Pada suhu 93C, urea
meleleh semuanya.

Penetapan titik Didih


Etanol yang dimasukakan batu didih

Etanol mula-mula mengeluarkan


gelembung pada suhu 74C yang
menandakan mulainya mendidih.
Suhu puncak Etanol mendidih
pada suhu 78C.

4.2. Pembahasan
1. Penetapan Titik Lebur
Pada percobaan ini, Urea senyawa yang akan dilihat titik leburnyadimasukkan ke dalam tabung reaksi. Pada peleburannya menggunakan medium
minyak kelapa, agar mencegah pemanasan secara langsung terhadap tabung reaksi
yang terdapat urea. Diamati urea melebur pertama sekali pada suhu 63C, sampai
pada suhu 93C urea melebur semua. Hal ini membuktikan bahwa titik lebur urea
adalah benar 63C.

2. Penetapan Titik Didih


Pada percobaan ini menggunakan zat organik Etanol. Pada pendidihan
etanol tersebut dimasukkan batu didih yang berfungsi untuk mendistribusikan
panas ke seluruh medium dan juga untuk mengurangi letupan. Pertama kali
mengeluarkan gelembung pada suhu 74C yang menandakan etanol mulai
mendidih. Puncak mendidihnya etanol pada saat suhu 78C. Hal ini membuktikan
bahwa etanol tersebut murni, karena titik didihnya mendekati titik didik etanol
yang sebenarnya yaitu 83C.
3. Destilasi
Pada percobaan ini prinsipnya berdasarkan perbedaan titik didih.
Campuran larutan dididihkan sampai menguap, lalu uap itu dilewatkan melalui
alat pengembun (kondensor) yang tujuannya agar uap itu dapat menjadi bintikbintik cair kembali. Cairan hasil destilasi disebut destilat.

BAB V
KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan


yaitu:
1) Berdasakan percobaan, titik lebur urea benar 63C.

2) Batu didih dapat mendistribusikan panas keseluruh medium, sesuai dengan


fungsinya.
3) Prinsip destilasi berdasarkan perbedaan titik didih.
4) Kondensor penting pada percobaan destilasi, karena berfungsi untuk

mengembunkan kembali uap menjadi cair kambali.

DAFTAR PUSTAKA

Krosch, dkk., 1990, Chemistry General Organic, Mc Grow Hill, Inc, USA.
Sukardjo, 1997, Kimia Fisika, Rineka Cipta, Jakarta.
Pudjaatmaka, 1989, Kimia untuk Universitas, terjemahan dari General College
Chemistry oleh Keenan dkk, Erlangga, Jakarta.

10

LEMBAR PENGESAHAN
MODUL 2

O
L
E
H

NAMA

: RADINAL (0708105010021)
INDRA (0708105010025)
MARLIAH (0708105010008)

JURUSAN

: ILMU KELAUTAN

DARUSSALAM, 18 APRIL 2008


PRAKTIKAN

ASISTEN

(NURLAILA)

(KELOMPOK X)

11

ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan yang berjudul Kemurnian Senyawa Organik, yang
bertujuan untuk memurnikan senyawa organik. Pada percobaan ini mempunyai
prinsip dengan ekstraksi dan sublimasi. Ekstraksi merupakan proses pemisahan
suatu zat yang larut dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur, akan terlarut
sesuai dengan koefisien distribusinya. Proses lain adalah Sublimasi yang
merupakan proses pemisahan zat berdasarkan tingginya tekanan uap masingmasing zat di bawah temperatur titik leburnya, dan dapat juga disebut proses
perubahan wujud zat dari fasa padat menjadi fasa gas dan kembali lagi menjadi
fasa padat pada suhu kamar.

12

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Di dalam perkembangan ilmu pengetahuan, banyak sekali ilmu-ilmu yang
sangat erat hubungannya dengan manusia dan lingkungannya, seperti: ilmu
tentang senyawa-senyawa organik. Senyawa organik itu sendiri merupakan
senyawa/bahan kimia yang terdapat di alam yang biasanya senyawa tersebut
mengandung C, H, O, N.
Pada dasarnya pengetahuan tentang senyawa-senyawa organik sangat
diperlukan untuk diketahui dan dipelajari karena pengetahuan tentang senyawa
organik sangat erat hubungan dengan manusia. Begitu pula halnya dengan
lingkungan sekitarnya. Selain itu, senyawa organik juga diperlukan oleh manusia
terutama untuk hidup sehat, seperti: karbohidrat, protein, dll.

1.2.Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah Untuk memurnikan senyawa
organik.

13

BAB II
DASAR TEORI

Dalam pemisahan dan pemurnian senyawa organik dapat ditempuh dengan


beberapa cara, antara lain dengan sublimasi, destilasi, ekstraksi, dll. Ekstraksi
adalah pemisahan suatu zat dengan mengunakan zat pelarut yang khas. Sublimasi
adalah salah satu metode yang digunakan untuk memurnikan senyawa organik
dengan cara menyublim (Halim, 1990).
Ekstraksi adalah suatu zat yang larut dalam dua pelarut yang tidak
bercampur dengan koefisien distribusinya. Sedangkan sublimasi adalah perubahan
wujud padat menjadi gas atau sebaliknya. Sublimasi dilakukan untuk memurnikan
zat yang dapat menyublim seperti: naftalen, soda, kafein, dan belerang
(Pudjaatmaka, 1989).
Untuk kebanyakan zat, termasuk air, tekanan atmosfer terjadi di sekitar
tekanan titik triple dua tekanan kritis, namun untuk beberapa zat tekanan triple
terletak di atas P=1 atm dan pada atmosfer terdapat transisi langsung yang disebut
sublimasi, dari padat ke gas tanpa melalui keadaan pertengahan cair (Suminar,
2001).

14

BAB III
METODELOGI PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini antara lain sebagai berikut:
buret, corong pisah, ring besi, standar dan klem, gelas kimia, erlenmeyer, kaca
arloji, pembakar gas, cawan penguap, batang pengaduk, termometer.
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan FeCl3, eter,
asam asetat glasial, larutan NaOH, phenopthalin, kapur barus, crocoal, aquadest.
3.2. Cara Kerja
1. Ekstraksi
a. Ekstraksi dengan perbandingan warna.

Diambil 10 ml resorsinol dan dimasukkan ke dalam corong pisah.


Ditambahkan beberapa tetes FeCl3 dan dimati. Dimasukkan 5 ml eter dan
dikocok sambil dibuka tutupnya.Dibandingkan keduanya. Dimasukan
larutan tersebut kedalam corong pisah. Ditambahkan 5 ml eter. Dikocok
dan diamati.
b. Ekstraksi dengan cara titrasi.
Diambil asam asetat.Dititrasi dengan NaOH 0,5 N dengan
menggunakan indicator phenopthalin.Kemudian 25 ml HCl dimasukkan
ke dalam corong pisah.Ditambahkan 20 ml eter dan dikocok.Dipisahkan

15

dan kemudian dimasukkan 10 ml ke dalam erlenmeyer.Diteteskan 3 tetes


PP dan diteteskan NaOH 0,5 N .Diamati.
2. Sublimasi
Diambil 2gr naftalen. Dicampurkan dengan crocoal. Ditutup
dengan kaca arloji yang berkapas basah. Disublimasi dan dikumulkan zat
murninya.
Ditimbang dan ditentukan titik didihnya.

16

BAB IV
DATA HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Hasil Pengamatan


No
1

Reaksi Kimia
Ekstraksi
warna

dengan

Pengamatan

perbandingan

Resorsinol + FeCl3
Resorsinol + FeCl3 + Eter

Larutan berwarna ungu


Larutan menjadi dua lapisan,
di atas warna kuning di bawah
warna ungu.

Sublimasi
2 gr Naftalena + Crocoal

Terbentuknya kristal - kristal


naftalena murni di kaca arloji.

4.2. Pembahasan
1. Ekstraksi dengan perbandingan warna
Pada percobaan ini, digunakan resorsinol sebagai sampel. Resorsinol
merupakan suatu larutan polar yang mempunyai nama lain yaitu Benzenadiol.
Penggunaan FeCl3 dilakukan untuk memurnikan zat dengan cara ekstraksi, setelah
larutan resorsinol ditambahkan dengan FeCl3 terjadilah perubahan warna orange
menjadi warna ungu. Lalu, dimasukan eter yang berfungsi sebagai pelarut untuk
menarik pengotor yang ada di dalam larutan resorsinol murni pada lapisan bawah,
dan lapisan atas berupa campuran dari eter dan FeCl3. Hal ini disebabkan karena
massa jenis FeCl3 dan eter lebih kecil dibandingkan dengan larutan resorsinol, dan
17

eter itu sendiri bersifat non-polar. Hal ini bisa juga dikarenakan perbedaan
densitas dan kepolaran suatu larutan. Dari larutan yang telah membentuk dua
lapisan tersebut kita harus membandingkan warnanya kalau resorsinol murni
warnanya keruh.
2. Sublimasi
Pada percobaan ini, digunakan naftalena dengan rumus

yang

bersifat non-polar. Kemudian ditambahkan crocoal yang berfungsi sebagai


penyerap. Lalu, campuran tersebut ditutup dengan kaca arloji yang diletakan
kapas basah di atasnya, fungsinya sebagai kondensor serta untuk menahan supaya
tidak keluar, sehingga mempercepat proses penguapan. Dari uap-uap yang
dihasilkan terbentuklah kristal. Dari pembentukan kristal ini, maka kita dapat
menentukan titik leburnya.

18

BAB V
KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan


yaitu:
1) Dari uji ekstraksi dengan perbandingan warna, terbentuk lapisan berupa

campuran dari FeCl3 dan campuran resorsinol murni dilapisan bawahnya.


2) Dari uji sublimasi, uap-uap yang dihasilkan akan membentuk kristal.
3) Pemunian senyawa organik dapat dilakukan dengan ekstraksi dan sublimasi.

19

DAFTAR PUSTAKA

Halim, dkk., 1990, Pengantar Kimia Organik, ITB, Bandung.


Poedjaatmaka, 1989, Kimia untuk Universitas, terjemahan dari General Collage
Chemistry oleh Kenan dkk, Erlangga, Jakarta.
Suminar, 2001, Prinsip Kimia Modern II, Erlangga, Jakarta.

20

LEMBAR PENGESAHAN
MODUL 3

O
L
E
H

NAMA

: RADINAL (0708105010021)
INDRA (0708105010025)
MARLIAH (0708105010008)

JURUSAN

: ILMU KELAUTAN

DARUSSALAM, 25 APRIL 2008


PRAKTIKAN

ASISTEN

(SYARIFAH YANTI)

(KELOMPOK X)

21

ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan yang berjudul Fenol yang bertujuan untuk


menentukan sifat-sifat dari fenol. Adapun prinsip dari percobaan ini adalah
dengan menggunakan 5 uji terhadap fenol yaitu Uji Keasaman Fenol, Uji FeCl3,
Uji Oksidasi, Uji Brominasi Fenol dan yang terakhir dengan Nitrasi. Dari
percobaan ini kita dapat membedakan sifat-sifat fenol dengan senyawa lain yang
bersifat asam serta mengetahui kelebihan/kegunaan dari fenol.

22

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Fenol merupakan senyawa yang dianggap berasal dari Benzen dengan
suatu gugus OH yang terikat pada cincin aromatik. Rumus kimianya adalah
C6H5OH. Fenol bersifat stabil dan ramah terhadap lingkungan, bersifat asam,
mampu bereaksi dengan NaOH (basa), membentuk Na.Fenolat (garam), tidak
bereaksi dengan asam (RCOOH), tetapi bereaksi dengan alkil halida (RCOX)
untuk membentuk ester.
Pengetahuan tentang fenol sangat diperlukan dalam kehidupan manusia
terutama dibidang kesehatan. Misalnya, fenol dapat digunakan sebagai antiseptik
karena dapat membunuh bakteri. Fenol juga digunakan sebagai pembuatan aspirin
dan pembasmi rumput liar.
Fenol memiliki OH terkait pada rantai benzennya. Saat ikatan hidrogenoksigen pada fenol terputus, akan didapatkan ion fenoksida C6H5O-. Pada ion
fenoksida, atom oksigen tunggal masih merupakan yang paling elektronegatif dan
sistem yang terdelokalisasi terpusat pada daerah oksigen tersebut. Delokalisasi ini
membuat ion fenoksida lebih stabil dari sebelumnya sehingga fenol menjadi asam.

1.2.Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah Untuk menentukan sifat-sifat dari
Fenol.

23

BAB II
DASAR TEORI

Fenol atau asam karbonat atau benzenol adalah zat kristal tak berwarna
yang memiliki bau khas. Rumus kimianya adalah C6H5OH dan strukturnya
memiliki gugus hidroksil (OH) yang berikatan dengan cincin fenil. Fenil
merupakan komponen utama pada anti septic dagang, Triklorofenol atau dikenal
dengan TCP. Fenol juga merupakan bagian dari komposisi beberapa anestika otal,
misalnya semprotan kloroseptik. Fenol berfungsi dalam pembuatan obat-obatan
(bagian dari pembuatan produksi Aspirin dan pembasmi rumput) (Johannes,
2006).
Fenol adalah suatu senyawa yang dianggap berasal dari benzena dengan
mengganti satu atau lebih dalam H dengan gugus OH. Fenol bersifat asam lemah
dalam air karena mengalami ionisasi. Fenol dapat digunakan sebagai anti septik,
pembuatan asam pikrat, asam salisilat, dll (Margen, 1982).
Keunggulan dari golongan fenol adalah sifatnya stabil, persisten, dan
ramah terhadap beberapa jenis material, sedangkan kerugiannya antara lain susah
terbiodegradasi, bersifat racun (David, 1989).

24

BAB III
METODELOGI PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan


Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah tabung
reaksi, penangas es, erlenmeyer, pembakar gas.
Adapun bahan yang digunakan adalah lakmus merah, kertas merah congo,
larutan FeCl3, resorsinol, asam salisilat, air brom, larutan KMnO4, NaOH 10%,
NA.Nitrit,H2SO4, bezil alkohol, asam asetat, fenol 5%.
3.2. Cara Kerja
1. Uji Keasaman Fenol
Diambil larutan fenol. Diuji dengan kertas lakmus dan kertas
merah congo. Diamati yang terjadi. Diulangi dengan larutan asam asetat
dan larutan benzil alkohol.
2. Uji FeCl3

Diambil 1 ml larutan fenol. Ditambahkan 10 ml air dan 1 ml FeCl3.


Dikocok dan diamati. Diulangi dengan sedikit resorsinol dan asam
salisilat.
3. Uji Oksidasi
Diambil 5 ml larutan KMnO4 dan dimasukkan ke tabung
reaksi.Ditambahkan 2 ml larutan fenol. Dipanaskan dan dikocok. Diamati
hasilnya.

25

4. Brominasi Fenol
Diambil 5 tetes larutan fenol dan dimasukkan ke tabung reaksi.
Ditambahkan tetes demi tetes air brom sampai terbentuk endapan. Diamati
hasilnya.
5. Nitrasi
Diambil 20 ml larutan fenol dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.
Ditambahkan 5 ml larutan NaOH. Ditambahkan 0,9 gr Na.Nitrit.
Didinginkan larutan hingga 5-7C pada penangas es. Ditambahkan tetes
demi tetes sambil dikocok 8 ml H2SO4. Dibiarkan campuran dalam
penangas es selama 1 jam sambil sesekali dikocok. Dikumpulkan kristal
dengan menghisapnya. Dicuci dengan air dingin dan dikeringkan.

26

BAB IV
DATA HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Hasil Pengamatan


No.
1.

2.

3.

4.

Reaksi Kimia
Keasaman Fenol
Fenol dites dengan ketas lakmus

Hasil Reaksi
Lakmus berwarna merah(asam)

Uji FeCl3
1 ml fenol + 10 ml air + 1 ml Larutan berwarna ungu
FeCl3
Larutan berwarna ungu pekat
1 ml resorsinol + 10 ml air + 1 ml
FeCl3
Uji Oksidasi
5 ml KMnO4 + 2 ml fenol dipanaskan Larutan berwarna kuning teh
dan terbentuk endapan
Uji brominasi
Terbentuk
larutan
kuning
5 tetes fenol + air brom
keemasan

4.2. Pembahasan
1. Uji Keasaman Fenol
Pada percobaan keasaman fenol, ketika kertas lakmus dicelupkan ke dalam
larutan fenol, kertas lakmus tersebut tetap berwarna merah. Yang membuktikan
bahwa fenol memiliki sifat asam.
2. Uji FeCl3
Pada percobaan ini, ketika 1 ml FeCl3 ditambahkan 10 ml air dan 1 ml
fenol, larutan yang semula bening berubah menjadi berwarna ungu. Hal ini
disebabkan karena larutan FeCl3 bereaksi dengan fenol yang bersifat asam, ketika
dicampurkan dengan air yang bersifat polar, sehingga terjadilah perubahan warna.
Hal yang sama juga terjadi ketika 1 ml FeCl3 ditambahkan dengan 1 ml air dan 1
27

ml resorsinol. Hanya saja warna ungunya lebih pekat. Penyebabnya adalah adanya
perubahan ketika reaksi berlangsung. Selain itu, fenol hanya memiliki satu gugus
OH, sedangkan resorsinol mempunyai 2 gugus OH, sehingga warna resorsinol
jauh lebih pekat daripada fenol.
3. Uji Oksidasi
Pada percobaan ini, ketika KMnO4 dicampurkan dengan fenol,
terbentuklah endapan hitam dengan larutannya berwarna kuning teh. Hal ini
disebabkan karena pada saat larutan tersebut dipanaskan ada energi yang bekerja
ketika reaksi sedang berlangsung. Sebagaimana yang kita ketahui, oksidasi
merupakan dilepaskannya elektron oleh suatu atom, sehingga pada saat suhu
dinaikkan, larutan teroksidasi membentuk larutan keruh.
4. Uji Brominasi Fenol
Pada percobaan ini, ketika larutan fenol diteteskan air brom, terbentuknya
endapan kuning keemasan.

28

BAB V
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah:


1. Fenol memiliki sifat asam yang jauh lebih kuat dari alkohol karena anion
yang dihasilkan distabilkan oleh resonansi yang diikat oleh cincin
aromatis.
2. Resorsinol menghasilkan warna ungu yang lebih pekat dari fenol karena
memiliki gugus OH yang lebih banyak.
3. Oksidasi adalah Proses pelepasan elektron oleh suatu atom.

29

DAFTAR PUSTAKA

Davids, S., 1989, Prinsip-Prinsip Biokimia, Erlangga, Jakarta.


Johannes, Kepler., 2006, Final Station Extermination, Auschwite, Austria.
Margen, S., 1982, Dasar-Dasar Kimia Organik, Depdikbud, Jakarta.

30

LEMBAR PENGESAHAN
MODUL 4

O
L
E
H

NAMA

: RADINAL (0708105010021)
INDRA (0708105010025)
MARLIAH (0708105010008)

JURUSAN

: ILMU KELAUTAN

DARUSSALAM, 2 MEI
2008
ASISTEN

PRAKTIKAN

(MAHMUDI)

(KELOMPOK X)
31

ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan yang berjudul Penentuan Kadar Vitamin C yang


bertujuan untuk menentukan kadar vitamin C pada sampel yang digunakan. Pada
prinsipnya asam askorbat pada suhu kamar berbentuk Kristal dengan titik leleh
190-192C. Mempunyai rasa asam yang tajam. Vitamin C mudah sekali larut
dalam air. Bila 5gr vitamin C dilarutkan ke dalam 1ml air akan diperoleh larutan
dengan pH=3 atau pH=2.

32

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Vitamin adalah sebutan unutk sejumlah zat organik yang berhubungan,
terdapat dalam makanan dengan jumlah yang kecil, dan yang dalam jumlah sangat
kecil itu diperlukan untuk fungsi metabolik normal tubuh. Senyawa-senyawa
tersebut tidak menghasilkan energi, namun penting untuk transformasi energi dan
pengaturan metabolisme. Vitamin biasanya mudah larut dalam air.
Pengetahuan tentang vitamin sangat diperlukan dalam kehidupan manusia
terutama bagi kesehatan. Misalnya, vitamin C sangat berguna/berperan dalam
menjaga dan memperkuat imunitas terhadap infeksi, vitamin C juga berperan
penting terhadap fungsi otak, karena otak banyak mengandung vitamin C.
Kekurangan vitamin C dapat menimbulkan berbagai penyakit pada manusia,
seperti pendarahan di hidung, masuk angin, encok, rhematic, peradangan pada
persendian, luka bernanah pada organ lambung, dll. Oleh karena itu, vitamin C
sangat penting bagi kehidupan manusia. Dua penelitian Texas Womans
University telah menemukan seorang murid SLTP yang memiliki IQ sangat tinggi
karena di dalam darahnya terdapat kadar vitamin C yang tinggi. Hal ini
membuktikan bahwa vitamin C sangat penting bagi kehidupan.

1.2. Tujuan Percobaan


Untuk mendapatkan kadar vitamin C dalam sampel yang di analisa.

33

BAB II
DASAR TEORI
Vitamin C merupakan senywa yang sangat larut dalam air, mempunyai
sifat asam dan sifat pereduksi yang sangat kuat. Sifat-sifat tersebut terutama
disebabkan adanya struktur enadiol yang berkonjugasi dengan gugus karbonil
dalam cincin laktan. Bentuk vitamin C yang ada di alam adalah Asam Askorbat
(Besari, 1992).
Asam Askorbat bersifat sangat sensitif terhadap pengaruh luar yang
menyebabkan kerusakan seperti: suhu, konsentrasi gula, dan garam pH, oksigen
dan enzim katalisator logam, konsentrasi awal baik dalam larutan maupun system
model ratio antara asam askorbat dan dehidro asam askorbat (Achmadi, 1993).
Vitamin C, vitamin E dan beta karoten merupakan anti oksidan sekunder
yang berfungsi menangkap radikal bebas serta mencegah terjadinya reaksi
berantai sehingga tidak terjadinya kerusakan yang lebih besar (Robert, 1995).

34

BAB III
METODELOGI PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan


Adapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah erlemeyer
1000ml dan 250 ml, labu ukur 1000 ml dan 100 ml, buret, mikro pipet, spatula.
Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah Vitamin C tablet, sari
jeruk dan tomat, aquades, larutan standar iodium 0,01 N, larutan amilum 1%.
3.2 Prosedur Kerja
Ditimbang 200-300 g bahan dan dihancurkan dalam waring Blender
sampai diperoleh slurry. Ditimbang 10-30 g slurry dimasukkan kedalam labu takar
100 ml dan ditambahkan aquades sampai tanda batas. saring dengan krus Gooch
atau dengan sentrifuge untuk dipisahkan filtratnya. Diambil 5-25 ml filtrat dengan
pipet dan dimasukkan kedalam erlemeyer 125 ml. Ditambahkan 2 ml amilum 1%
(soluble Starch) dan ditambahkan 20 ml aquades (kalau perlu0. Kemudian dititrasi
dengan 0,01 N standar yodium (ditimbang 2-2,5 gram KI dan 1,269 g I kemudian
dilarutkan dalam 1 liter aquades). Perhitungan : 1 ml 0,01 N Yodium = 0,88 mg
asam askorbat.
***Standarisasi Larutan Vitamin C Tablet :
Ditimbang Vitamin C tablet 1 gram, kemudian dilarutkan dalam 100 ml
aquades dalam labu ukur. Diambil 10 ml larutan kemudian diencerkan dengan 100
ml aquades dalam labu ukur yang lain. Diambil 10 ml larutan (II) lalu dititrasi
dengan larutan yodium 0,01 N dengan menggunakan indikator amilum 1%.
35

BAB IV
DATA HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Hasil Pengamatan


Mangga: 15gr

dilarutkan dalam labu 100ml sampai tanda batas


disaring

Didapat sampel 14ml dan ditambah 2ml indikator


amilum

dititrasi
Iodium

Pepaya: 15ml

Larutan berubah menjadi warna coklat

dilarutkan dalam labu 100ml sampai tanda batas


disaring

Didapat sampel 14ml dan ditambah 2ml indikator


amilum

dititrasi
Iodium

Larutan berubah menjadi warna ungu

4.2. Pembahasan
Pada percobaan ini, penentuan kadar vitamin C dalam mangga dan pepaya
digunakan metode titrasi yaitu cara penetapan kadar suatu larutan menggunakan
larutan standar yang sudan diketahui konsentrasinya. Percobaan ini lebih
menekankan terhadap perubahan warna yang terjadi pada suatu sampel, dengan
menggunakan larutan Iodium dan Amilum sebagai indikator dilakukan penentuan
titik ekivalennya yaitu suatu titik dimana terjadi perubahan warna untuk pertama
kali. Titik akhir titrasi yaitu suatu titik dimana zat terlarut sama dengan zat
pelarut. Titrasi pada penentuan kadar vitamin C dalam sampel yang digunakan,
menggunakan larutan iodium 0,01N. Pada penentuan kadar vitamin C dalam

36

mangga, titik akhir titrasinya adalah 0,8ml iodium, sedangkan dalam pepaya
adalah 2,2ml iodium.
Asam askorbat mempunyai struktur yang mirip dengan monosakarida.
Rumus bangun asam askorbat adalah sbb:
O

CH2OH

OH

OH

OH

C
C

O
H

CH2OH

OH
OH

37

OH

BAB V
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah sbb:
1. Mangga merupakan sumber vitamin C. Kadar asam askorbat yang terdapat
dalam mangga jauh lebih banyak dibandingkan dengan pepaya.
2. Penentuan kadar vitamin C dalam kedua sampel tersebut menggunakan metode
titrasi yaitu cara penetapan kadar suatu larutan dengan meggunakan larutan
standar yang sudah diketahui konsntrasinya.
3. Vitamin C memiliki sifat yang mudah larut dalam air.

38

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, 1992, Kimia Organik, Erlangga, Jakarta.


Besari, 1992, Kimia, Erlangga, Jakarta.
Robert, B., 1990, Academic Chemistry, J.W.Hill Press, London.

39

LEMBAR PENGESAHAN
MODUL 5

O
L
E
H

NAMA

: RADINAL (0708105010021)
INDRA (0708105010025)
MARLIAH (0708105010008)

JURUSAN

: ILMU KELAUTAN

DARUSSALAM, 9 MEI
2008
ASISTEN

PRAKTIKAN

(NURHEMALINDA)

(KELOMPOK X)
40

ABSTRAK
Telah dilakukan sebuah percobaan dengan judul Isolasi Kafein dari Teh yang
bertujuan untuk mendapatkan kafein dalam teh. Prinsip dari percobaan ini adalah
kafein merupakan turunan dari purin disebut juga 1,3,7 tri-metilxantin. Rumus
molekul C8H18N4O2.. Jumlah kandungan kafein dalam teh berbeda-beda tergantung
jenis teh, kondisi iklim dan topografi tumbuhan.

41

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manfaat teh tak lepas dari keberadaan senyawa-senyawa dan sifat-sifat
yang ada pada daun teh. Hasil penelitian membuktikan minyak esensial yang
memberi teh aroma khas dan keharuman. Dalam teh selain terdapat kandungan
Kafeine, juga terdapat zat yang namanya Tannin. Keduanya memiliki efek yang
berbeda. Kalau Kafeine lebih berefek menyegarkan, Tannin efeknya untuk
menenangkan. Pada dua menit pertama teh diseduh, akan keluar Cafeine,
kemudian dua menit berikutnya, keluarlah Tanin yang sekaligus mengeliminasi
efek dari Cafeine tersebut.
Senyawa antioksidan di dalam teh yang disebut polyphenol misalnya,
diketahui memiliki kemampuan melawan kanker. Senyawa yang sama juga
memberi efek positif berupa pencegahan penyakit jantung dan stroke. Senyawa
antioksidan tsb. dapat pula memperlancar sistem sirkulasi, menguatkan pembuluh
darah, dan menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Dengan polyphenol, teh
membantu pula dalam penambahan jumlah sel darah putih yang bertanggung
jawab melawan infeksi. Bahkan, polyphenol mengurangi pembentukan plak
dengan mempengaruhi kerja bakteri mulut.
2.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan percobaan ini adalah Untuk mendapatkan kafein dalam teh.
42

BAB 1I
DASAR TEORI
Sekitar 450 senyawa organik dan lebih dari satu senyawa anorganik bisa
ditemukan dalam daun teh. Dalam secangkir teh terkandung energi sekitar 4 kkal,
di samping flour, mangan, vitamin B kompleks, asam nikotinat, dan asam
pantotenat. Kafein merupakan senyawa kimia yang mempunyai pengaruh besar
atas sifat-sifat dan keharuma dari the.Teh juga mengandung senyawa utama yang
disebut polyphenol.Di dalam teh juga terkandung kafein. Pada teh hijau juga
ditemukan adanya catechin, r-amino butyric acid, flavonoid, polisakarida, dan
fluoride (Olson, 1987).
Kafein teh merupakan turunan dari purin tri metilxantin,yang berat
molekulnya 194,19 dengan C= 49,48 OC, N= 28,8 OC, H=5,19 OC. denganrumus
melekulnya C8H18N4O2., jumlah kafeein dalam the berbeda-beda tergantung jenis
tehnya.penggunaan kafein yang berlebihan dapat mengakibatkan pengaruh
negative bagi kesehatan (Fessenden, 1999).
Produksi teh dapat diperoleh dengan berbagai cara diantaranya, dengan
peragian, didalam tersebut biasanya mengandung zat kaffein 1,5%, selain cafein
juga mengandung theophiline yang lenih sedikit dibandingkan dengan kaffein
yang hasil stenin berwarna gelap yang berkesar hingga 20 OC (Sukardjo, 1997).

43

BAB III
METODELOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah gelas piala
1000ml, pemanas corong pisah, penyaring buchner, alat sublimasi.
Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah teh, kloroform, natrium
sulfat anhidrat, larutan Pb.asetat 10%.
3.2 Cara Kerja
Disediakan gelas piala 1000 ml yang telah diisi dengan 500 ml aquadest
dan didihkan dengan menggunakan kasa asbes.kemudian ditambahkan 50 sampai
60 gram daun teh,dibiarkan mendidih selama 15 menit kemudian disaring panaspanas.filtrat yang didapat ditambahkan100 ml larutan Pb.asetat 10% sambil
diaduk. Kemudian disaring dengan penyaring buchner.
Filtrat diuapkan hingga volume menjadi 100 ml. Setelah dingin
ditambahkan 25 ml kloroform.filtrat terdiri dua lapisan,dipisahkan larutan
bawah(lapisan kloroform) dengan corong pisah. Lapisan atas (air) diekstrak
dengan 15 ml kloroform. Dikumpulkan nlarutan kloroform, dikeringkan dengan
natrium sulfat anhidrat. Didiamkan setengah sampai satu jam, kloroform diuapkan
dan ditimbang berat hasil kasar.

44

BAB IV
DATA HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Pengamatan
Campuran
500 gram air( dididihkan)

Hasil Pengamatan

+
50 gram teh (dididihkan selama 15 Terdapat lautan teh dan ampas-ampas
menit)
teh.
Disaring panas-panas

Filtrat + Pb.asetat 10%(diaduk) dan Menghasilkan larutan yang berwrna


disaring dengan penyaring buchner.
coklat susu. Setelah disaring terdapat
lerutan berwarna kuning kecoklatan.

4.2 Pembahasan
Isolasi kafein atu pemisahan yang dilakukan untuk mendapatkan kadar
kafein dari the. Pad percobaan ini menggunakan 60 gram teh cap bendera
kedalam 500 ml aquades kemudian dididihkan dengan menggunakan kasa asbes
selama 15 menit dalam gelas kimia100 ml. Kemudian disaring untuk mendapat
filtrate, disini terdapat dua hasil yaitu filtrate yang berupa air teh dan ampasampas teh. filtrat yang didapat ditambah dengan 100 ml Pb.asetat 10%, Pb.asetat
disi berfungsi untuk mengikat kotoran dalam filtrat teh. Setelah ditambah

45

Pb.asetat Menghasilkan larutan yang berwrna coklat susu. setelah disaring warna
larutan menjadi kuning kecoklatan.
Filtrat yang didapat diuapkan hingga 100 ml kemudian ditambah
kloroform, menghasilkan filtrat yang terdiri dri dua lapisan, dipisahkan larutan
bawah(lapisan kloroform) dengan corong pisah. Lapisan atas (air) diekstrak
dengan 15 ml kloroform. Setelah kedua lapisan tersebut dipisahkan dikumoulkan
larutan kloroform kemudian dikeringkan dengan menggunakan natrium sulfat
anhidrat didiamkan setengah sampai satu jam dan terakhir ditimbang berat hasil
yang diperoleh.

46

BAB V
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari hasil percobaan adalah


sebagai berikut:
Caffein

merupakan

turunan

dari

purin

disebut

juga

1,3,7

tri-

metilxantin.rumus molekulnya C8H18N4O2.


Pb.asetat berfungsi untuk mengikat kotoran dalam filtrat the.

Jumlah kafeein dalam teh berbeda-beda tergantung jenis tehnya.


Penggunaan kafein yang berlebihan dapat mengakibatkan pengaruh
negative bagi kesehatan.
Beberapa manfaat dari teh diantaranya melawan kanker, mencegah
penyakit jantung. Dan dapat pula memperlancar sistem sirkulasi,
menguatkan pembuluh darah, dan menurunkan kadar kolesterol dalam
darah.

47

DAFTAR PUSTAKA
Olson, Robert E., 1987, Energi dan Zat-Zat Gizi, Gramedia, Jakarta.
Pudjaatmaka, 1999, Kimia Organik, Terjemahan dari Organic Chemistry oleh
Fessenden, R.J. dan J.S. Fessenden, Erlangga, Jakarta.
Sukardjo, 1997, Kimia Fisika, Rineka Cipta, Jakarta.

48

LEMBAR PENGESAHAN
MODUL 6

O
L
E
H

NAMA

: RADINAL (0708105010021)
INDRA (0708105010025)
MARLIAH (0708105010008)

JURUSAN

: ILMU KELAUTAN

DARUSSALAM, 16 MEI 2008


PRAKTIKAN

ASISTEN

(FAHMI)

(KELOMPOK X)
ABSTRAK
49

Telah dilakukan percobaan yang berjudul Gugus Karbonil Aldehid dan Keton
yang bertujuan untuk menentukan sifat-sifat gugus karbonil aldehid dan keton.
Prinsip percobaan ini adalah dengan mereaksikan kedua gugus karbonil tersebut
dengan pereaksi tollens dan pereaksi fehling, serta membedakan reaksi kedua
gugus karbonil tersebut terhadap kedua pereaksi tersebut.

BAB I
50

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Aldehid adalah suatu senyawa yang mengandung gugus karbonil (-C=O)


yang terikat pada sebuah atau atau dua buah unsure hydrogen. Aldehid berasal
dari Alkohol Dehidrageneratur (cara sintesisnya). Sifat-sifat kimia aldehid dan
keton umumnya serupa, yang berbeda hanya dalam derajatnya. Aldehid
merupakan senyawa polar yang titik didihnya lebih besar dari senyawa non-polar,
aldehid dapat dibuat dengan cara oksidasi dari alcohol primer, oksidasi dari
metilbenzen, reduksi dari asam klorida.
Keton adalah suatu senyawa organic yang mempunyai sebuah gugus
karbonil (C=O) terikat pada dua gugus alkil, dua gugus atau sebuah alkil dan
sebuah aril. Keton dapat dibuat dengan cara oksidasi dari alcohol sekunder, reaksi
asam klorida dengan organologam.
Pengetahuan mengenai aldehid dan keton sangat diperlukan dalam
kegiatan manusia sehari-hari, misalnya formaldehid bisa untuk membuat plastic,
dan asetaldehid untuk membuat insektisida (DDT), dll.

1.2. Tujuan Percobaan

Untuk mengetahui sifat-sifat gugus karbonil aldehid dan keton.

BAB II
51

DASAR TEORI

Aldehid dan keton mengandung gugus karbonil. Jika kedua gugus yang
menempel pada gugus karbonil adalah gugus karbon, maka senyawa itu
dinamakan keton. Jika salah satu dari kedua gugus tersebut adalah hydrogen,
senyawa tersebut termasuk golongan aldehid (Petrucci, 1987).
Aldehid yang paling sederhana, formal dehid (H2C=O) mempunyai
kecenderungan untuk berpolimerasi, yaitu setiap molekul bergabung satu sama
lain untuk membentuk senyawa dengan massa molar tinggi. Reaksi ini
melepaskan banyak kalor dan sering kali meledak, sehingga formal dehid
biasanya dibuat dan disimpan dalam larutan air (untuk mengurangi konsentrasi)
(Raymond, 2002).
Aldehid dan keton lazim terdapat pada system makhluk hidup. Gula ribosa
dan hormon behina progesterone merupakan dua contoh aldehid dan keton berbau
harum, misalnya trans sinaldehid adalah komponen utama minyak kayu manis
yang menimbulkan bau sintan dan tumbuhan permen (Pudjaatmaka, 1992).

BAB III
52

METODELOGI PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan


Adapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung
reaksi beserta raknya, pembakar gas, erlemenyer, gelas kimia,erlemenyer
penyaring, corong, tutup gabus dan perangkap percobaan titik lebur. Sedangkan
bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah formaldehid,
asetaldehid, benzalpeknol, larutan NaCl, Na2CO3 10%, Furfural sikloheksana, HCl
encer, NaHSO3, Aseton, semi karbazida, Na Asetat, Fenil Hidrazim HCl, Asam
Asetat glasial, Karbon, Pereaksi fehling, Pereaksi tollens.

3.2. Cara Kerja


1. Reduksi Tollens,

2 ml formaldehid ditambahkan dalam 1 ml pereaksi tollens dan


dipanaskan. Diamati warna pada dinding tabung reaksi bagian bawahnya.
Diulangi cara kerja tersebut dengan diganti formaldehid dengan asetal dehid..
2. Reduksi Fehling
Cara kerja no 1 diulangi dengan cara diganti pereaksi tollens
pereaksi fehling.

3. Reduksi pereaksi Schiff fuchsin

53

dengan

Cara kerja no 1 diulang dengan cara digantikan pereaksi tollens dengan


pereaksi schiff.
4. Reaksi NaHSO3

Dalam erlemeyer 125 ml dimasukkan 10 ml larutan Na.Bisulfit jenuh dan


ditambahkan perlahan-lahan larutan 5 ml benzaldehid. Dikocok larutan dan
setelah beberapa menit ditambahkan 50 ml etanol, kocok lalu dimasukkan
erlemeyer tersebut kedalam campuran NaCl dan es. Dikumpulkan kristal yang
terjadi dengan saringan penghisap, dicuci dengan air dan eter, kemudian dibiarkan
kering. diambilkan sedikit kristal lalu ditambahkan 5 ml natrium karbonat 10%
dan dipanaskan, dicatat baunya. Diulangi cara kerja dengan 5 ml HCl encer, diuji
baunya.
5. Semi Karbazon.
Dalam tabung reaksi dilarutkan 1 gram semi karbazida dan 1,5 Na asetat
dalam 10 ml air. Ditambahkan 1 ml benzaldehid, ditutup tabung dengan gabus,
dikocok dengan baik. Dibiarkan campuran dengan sesekali dikocok. Kalau perlu
didinginkan dalam penangas es agar kristal dapat terjadi. disaringlah kristal,
dicuci dengan air dingin sedikit, lalu dikeringkan dengan udara. Ditentukan titik
leburnya. Diulangi percobaan dengan aseton.

BAB IV

54

DATA HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

2.1. Data Hasil Pengamatan


1. Reaksi dengan Tollens

2 ml formaldehid + 1 ml tollens

2 ml asetaldehid + 1 ml tollens

dipanaskan

dipanaskan

terbentuk cermin perak


terbentuk cermin perak

2. Reaksi dengan Fehling

2 ml formaldehid + 1 ml fehling

2 ml asetaldehid + 1 ml fehling

dipanaskan

dipanaskan

larutan berwarna biru


larutan berwarna biru

2.2. Pembahasan
Pada percobaan ini, formaldehid yang dicampurkan dengan tollens akan
membentuk cermin perak, begitu juga dengan asetaldehid membentuk cermin
perak. Berbeda dengan keton, bila direaksikan dengan tollens, keton tidak akan
bereaksi dengannya. Tetapi sebaliknya, bila aldehid direaksikan dengan fehling
yang berwara biru, larutannya tetap biru, yang membuktikan bahwa tidak adanya
reaksi antara aldehid dan fehling. Dan bila keton direaksikan dengan fehling, akan
terbentuk larutan merah bata. Penjelasan di atas menunjukan bahwa aldehid akan
bereaksi dengan tollens dan tidak dengan fehling. Sebaliknya keton akan bereaksi
dengan fehling dan tidak dengan tollens.

55

BAB V
KESIMPULAN

1. Aldehid akan bereaksi dengan tollens dan tidak bereaksi dengan fehling.
2. Keton akan bereaksi dengan fehling dan tidak bereaksi dengan tollens.
3. Aldehid atau alkanal merupakan turunan dari alkanal yang satu atom H
diganti oleh gugus COH
4. Aldehid mempunyai sifat mampu meruduksi, diantaranya :
Pereaksi Tollens
Pereaksi Sciff fuchsin
Pereaksi Fehling

56

DAFTAR PUSTAKA
Petrucci, 1987, Kimia Dasar, Erlangga, Jakarta.
Pudjaatmaka, 1999, Kimia Organik, Terjemahan dari Organic Chemistry oleh
Fessenden, R.J. dan J.S. Fessenden, Erlangga, Jakarta.
Raymond, 2002, Kimia Dasar, Erlangga, Jakarta.

LEMBAR PENGESAHAN
57

MODUL 7

O
L
E
H

NAMA

: RADINAL (0708105010021)
INDRA (0708105010025)
MARLIAH (0708105010008)

JURUSAN

: ILMU KELAUTAN

DARUSSALAM, 23 MEI 2008


PRAKTIKAN

ASISTEN

(NURHEMALINDA)

(KELOMPOK X)

ABSTRAK
58

Telah dilakukan percobaan yang berjudul Etil Asetat (Esterifikasi), yang


bertujuan untuk mengetahui reaksi esterifikasi dan menentukan sifat-sifatnya.
Adapun prinsip dari percobaan ini adalah ester terbentuk dari reaksi asam
karboksilat dengan alkohol. Adapun hasil dari percobaan ini adalah ester memiliki
aroma yang khas.

BAB I
PENDAHULUAN
59

1.1. Latar Belakang


Etil asetat (Esterifikasi) adalah suatu proses pembentukan ester dari asam
karboksilat dan alkohol untuk menjadi hidrogen dan air (H2O). Senyawa ester
dibuat melalui reaksi antara asam alkanoat dan alkohol dengan zat dehydrator
H2SO4 pekat. Pada saat asam alkanoat dicampur dengan alkohol, maka terjadi
reaksi yang menghasilkan ester yakni:
RCOOH + R`OH

RCOOR +H2O

Pada dasarnya, pengetahuan tentang etil asetat (esterifikasi) sangat


diperlukan dalam kehidupan dan kegiatan manusia sehari-hari, terutama manusia
yang memiliki mata pencaharian/lahan pekerjaan sebagai karyawan di pabrikpabrik industri kimia. Esterifikasi memiliki banyak kegunaan, salah satunya
adalah sebagai bahan baku industri perekat seperti membatik. Selain itu,
esterifikasi juga dapat digunakan sebagai pelarut cat dan aromanya yang khas
digunakan sebagai esens terutama aroma buah-buahan.
1.2. Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui reaksi esterifikasi dan untuk menentukan sifat-sifatnya.

BAB II
DASAR TEORI
60

Senyawaan yang dapat dianggap diturunkan dari asam karboksilat dengan


menggantikan hidrogen dari gugus hidroksilnya dengan suatu gugus hidrokarbon
disebut ester. Ester yang lazim adalah etil asetat, CH3CO2CH2CH3, suatu pelrut
yang lazim digunakan dalam banyak pelarut cat, dan cat kuku maupun perekat.
Etil asetat dan ester yang lain dengan sekali atau kurang merupakan cairan yang
mudah menguap dengan bau enak yang merupakan buah-buahan ( Pudjaatmaka,
1999).
Ester yang terdapat dalam atom yang terbuat dari asam karboksilat
berantai panjang dan alkohol yang berantai panjang disebut lilin. Kebanyakan
bahan yang disebut lilin yang biasanya adalah campuran dua ester atau lebih dari
zat-zat lain. Campuran semacam itu berupa zat padat yang mudah meleleh dengan
suhu 40-90C (Petrucci, 1993).
Ester karboksilat dihasilkan jika karboksilat direaksikan dengan alkohol.
Ester karboksilat sederhana adalah senyawa netral molekul polar, tetapi tidak
membentuk ikatan hydrogen senyawanya. Senyawa ini kuranga dapat larut dalam
air dan titik didihnya lebih rendah dibandingkan dengan asam karboksilat
awalnya. Ester dapat terikat dengan hydrogen dengan air (Wilbraham, 1982).

BAB III
METODELOGI PERCOBAAN
61

3.1. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Labu
destilasi, penangas es, kasa asbes, pembakar spiritus/pembakar gas, corong pisah,
corong kecil, penangas es dan erlemeyer.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah etanol, asam asetat, batu didih,
Na.Askorbat, NaCl2 Larutan dan Ca Cl2 An hidrat.

3.2. Cara Kerja


Dalam Labu destilasi 500 ml dicampurkan 30 ml etanol dan 30 ml asam
asetat glasial dan ditambahkan 8 ml asam sulfat pekat. Direfluk larutan tersebut
selama 30 menit. Didestilasi campuran perlahan-lahan sampai suhu mencapai 100
0

C, sambil diperhatikan setiap 10 tetes destilasi betul-betul membuat dua lapisan

dengan satu ml air. Bila tidaka ada lagi ester yang terdesilasi, ditambahkan pada
destilasi Na2CO3 sedikit dan tes dengan kertas lakmus.
Dikocok campuran baik-baik sampai larutan bereaksi netral. Dituangkan
melalui corong larutan tersebut kedalam corong pisah, Dipisahkan bagian
bawahnya dan ditambahkan 15 ml air es kedalam corong pisah, dikocok baik-baik
dan dipisahkan lagi bagian bawahnya. Diulangi lagi sisanya dengan CaCl2,
dituangkan melalui bagian atas corong sisa larutan (lapisan atas).
ditambahkan 3 gram CaCl2 An Hidrat, dibiarkan selama 6 jam, didestilasi
cairan dengan menggunakan labu destilasi kecil. Dicatat suhu pada saat tetesan

62

destilasi pertama dan pada akhir destilasi (sisa 3 ml pada labu destilasi).
Ditimbang berat ester destilasi yang diperoleh dan dihitung persentasenya.

63

BAB IV
DATA HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Hasil Pengamatan
No.
1.

Reaksi
30 ml etanol + 30 ml asam asetat Warna

Pengamatan
berubah sedikit

coklat

glasial + 8 ml asam sulfat pekat + terang.


2.

batu didih
Refluk campuran selama 30 menit

3.

Destilasi campuran sampai 100C Tampak berbentuk dua lapisan


dengan

memperhatikan

Larutan tampak homogen.

tetesan dengan ester di atas dan air di

4.

pertama
Pada destilat + Na2CO3

bawah.
Warna tampak bening.

5.

Tes dengan kertas lakmus

Tampak bersifat basa.

4.2. Pembahasan
Pada percobaan ini, ester diperoleh dengan mereaksikan etanol dengan
asam asetat sebagai pereaksi dan asam sulfat sebagai katalis. Reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut:
O

CH3-C-OH + CH3-CH2-OH

CH3-C-OCH2-CH3 + H2O

Pada saat etanol dicampurkan dengan asam asetat dan H2SO4 terbentuk
refluk agar menjadi larutan yang homogen. Ketika direfluk, pada campuran
larutan tersebut ditambahkan batu didih yang berfungsi untuk meratakan dan
menyerap kalor serta menghindari terjadinya letupan karena batu didih terdapat
banyak pori-pori yang berfungsi untuk menyerap kalor.
64

Pada larutan tersebut terdapat H2SO4 yang berfungsi sebagai katalis untuk
mempercepat berlangsungnya reaksi. Selain itu, H2SO4 juga berfungsi untuk
memberikan suasana asam pada larutan karena reaksi esterifikasi dari asam
karboksilat dan alkohol yang berlangsung secara reversible dan berkatalis asam.
Pada proses destilasi terbentuk dua lapisan, lapisan atas adalah ester dan
lapisan bawah adalah air. Karena massa jenis air lebih berat daripada ester,
sehingga air berada di lapisan bawah. Destilasi merupakan pemisahan campuran
larutan berdasrkan perbedaan titik didihnya.

BAB V
KESIMPULAN

65

Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah


sebagai berikut:
1. Ester dihasilkan karena adanya reaksi asam karboksilat dengan alkohol.
2. Katalis yang digunakan adalah H2SO4
3. Destilasi merupakan pemisahan campuran larutan berdasarkan perbedaan titik

didihnya.
4. Refluk adalah penghomogenan larutan yang heterogen.

DAFTAR PUSTAKA

66

Petrucci, 1987, General Chemistry Principles and Modern Aplication, Mc


Million, New York.
Poedjaatmaka, 1999, Kimia untuk Univesitas, terjemahan dari General Collage
Chemistry oleh Kenan dkk, Erlangga, Jakarta.
Wilbraham, 1992, Kimia Organik dan Hayati, ITB, Bandung.

LEMBAR PENGESAHAN
MODUL 8

67

O
L
E
H

NAMA

: RADINAL (0708105010021)
INDRA (0708105010025)
MARLIAH (0708105010008)

JURUSAN

: ILMU KELAUTAN

DARUSSALAM, 30 MEI
2008
ASISTEN

PRAKTIKAN

(SYARIFAH YANTI)

(KELOMPOK X)
ABSTRAK

68

Telah dilakukan sebuah percobaan dengan judul Minyak dan Sabun yang
bertujuan untuk menentukan sifat-sifat dari lemak, minyak dan sabun. Adapun
prinsip dari percobaan ini adalah dengan melihat perbedaan-perbedaan reaksi
yang trjadi antara minyak, lemak dan sabun.

BAB I

69

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengetahuan

tentang

gliserol(minyak)

sangat

diperlukan

dalam

kehidupan dan kegiatan manusia sehari-hari. Gliserol memiliki banyak kegunaan


misalnya dibidang kesehatan, gliserol digunakan sebagai pelarut berbagai jenis
obat-obatan, dibidang kecantikan digunakan untuk pelembab,pelembut lotion dan
berbagai macam kosmetik karena bersifat higroskopik. Sabun itu sendiri sangat
berguna untuk mengemulsi kotoran berminyak yang dapat dibuang dengan
pembilasan. Hal ini disebabkan oleh sifat sabun yang termasuk kedalam senyawa
yang disebut sulfaktan yitu senyawa yang menurunkan tegangan permukaan air.
Sabun dibuat dari lemak atau minyak dengan larutan NaOH. Dalam lemak
sabundengan air diberikan suhu 170 oC sehingga dapat berani menjadi gliserol dan
asam lemak. Lemak dan minyak adalah triester dan gliserol yang dinamakan
triglesireda. Jika minyak atau lemak kita rebus dengan alkali, sebagaimana terjadi
pada pnyabunan ester dan kemudian hasilnya diasamkan, diperoleh asam-asam
gliserol dan campuran asam-asam lemak.

1.2 Tujuan Percobaan


Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan sifat-sifat dari
lemak, minyak dan sabun.
BAB II

70

DASAR TEORI

Suatu molekul sabun mengandung rantai hidro karbon panjang plus satu
ujung ion. Bagian hidrokarbon dan molekul itu bersifat morfolitik,namun sabun
keseluruhan tidaklah benar larutdalam air, sabun mudah tersuspensi karena
membuat segerombolan rantai hidrokarbon dengan ujng menghadap ke air
(Ketaren, 1986).
Minyak merupakan lemak yang berwujud cair yang banyak mengandung
asam lemak tak jenuh, seperti asam oleat (C11H33OH), asam linoleat
(C17H31COOH) dan asam undleat (C17H29COOH). sedangkan sabun merupakan
hidrolisis suatu ester menjadi asam karboksilat. Pembentukan sabun dengan air
dilakukan dalam air pabrik lilin. Sabun (Fessenden, 1999).

Perbedaan padatan triglisarida(lemak) dan cairan triglesireda(minyak)


terlihat dari komposisinya, minyak mengadung persentase asam tak jenuh yang
lebih tinggi dibandingkan lemak. Misalnya pada kebanyakan minyak sayur yang
menghasilkan 80% asam tak jenuh setelah hidrolisis. Lemak, seperti lemak sapi
hanya sedikit dibawah 50% (Sukardjo, 1997).

BAB III
71

METODELOGI PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan


Adapun alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi,
gelas kimia, penangas air, pembakar gas, penangas es, penyaring buchner dan
erlemenyer
Dan bahan-bahannya adalah minyak, larutan brom/CCl4, larutan NaOH
dalam etanol, H2SO4 pekat, kertas lakmus,fenolptalin, NaC teknis, HCl, CaCl2 dan
lautan MgSO4.

3.2. Cara Kerja


1) Uji Gliserida Tak Jenuh
Dikocok 1 ml minyak denagan 1 ml brom/CCl4. diamati yang terjadi.
Diulangi percobaan dengan asam stearat.
2) Safonifikasi
Dalam gelas piala dimasukkan 3 ml minyak dan 25 ml ethanol,
NaOH dipanaskan dipenangas gas pada suhu 80-90oC selama 15 menit
dipanaskan sampai terbentuk larutan dan ditambahkan sedikit air.
Ditambahkan hati-hati H2SO4 pekat dengan diteteskan beberapa tetes dan
diamati apa yang terjadi.
3) Uji alkali bebas
72

5 ml larutan sabun diuji dengan kertas lakmus. Dicatat hasilnya.


kemudian ditambahkan larutan fenolhtalin, dicatat hasilnya.
4) Efek garam terhadap suhu
10 ml larutan sabun ditambahkan larutan NaCl, dikocok dengan
baik. Diperhatikan terjadinya efek garam.
5) Pemisahan asam
5 ml larutan sabun daitambahkan beberapa tetes metil jingga
kemudian ditambahkan sedikit H2SO4

encer dan diaduk. Diteruskan

penambahan sampai terbentuk warna pink, didinginkan campuran pada


penangas es. Diperhatikan lapisan lemak akan memadat.
6) Daya emulsi sabun
dikocok dalam tabung 1, 2 tetes minyak dengan 5 ml air. Kemudian
dikocok dalam tabung II, 2 tetes minyak dengan 3 ml larutan sabun. Diamati
yang terjadi.

BAB IV
73

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan


No.
1.

Reaksi Kimia

Pengamatan

Uji gliserida tak jenuh


Minyak + Br2

2.

Larutan berwarna merah bata.

Safonifikasi
Minyak + NaOH dalam etanol + Berbuih,
setelah
H2SO4
terbentuk 2 lapisan.

3.

Uji alkali bebas

4.

Kertas lakmus berwarna biru


Larutan sabun + kertas
lakmus
Larutan sabun + fenothalin Larutan berwarna merah muda.

Efek garam terhadap sabun


Larutan sabun + NaCl

5.

didinginkan

Terbentuk endapan putih

Daya emulsi sabun

2 tetes minyak + 5 ml air

2 tetes minyak + 3 ml Kedua larutan bercampur


sabun

Terbentuk 2 lapisan

4.2 Pembahasan
1) Uji gliserida tak jenuh
Pada percobaan ini, ketika larutan minyak dicampurkan dengan Br2
terjadi reaksi adisi yaitu proses penambahan suatu gugus yang menyebabkan
terjasdinya pemutusan dari inkatan rangkap menjadi ikatan tunggal. Reaksi ini

74

ditandai dengan adanya perubahan warna minyak yang semula bening menjadi
berwarna merah bata setelah ditetesi dengan Br2 secara terus menerus, Br2
merupakan oksidator yang dapat memutuskan ikatan rangkap menjadi ikatan
tunggal, sedangkan minyak merupakan asah lemak tak jenuh yang memilki ikatan
rangkap. Sehingga ketika kedua larutan tersebut dicampurkan terjadilah reaksi
yang berlangsung secara adisi (reaksi pemutusan).
2) Safonifikasi
Pada percobaan ini, ketika minyak dicampurkan dengan NaOH dalam
etanol, terbentuklah 2 lapisan pada larutan tersebut. Lapisan atas adalah sabun dan
lapisan bawah adalah gliserol, hal ini disebabkan oleh adanya reaksi sfonifikasi
yang terjadi pada saat minyak dan NaOH dalam etanol dicampurkan, safonikasi
adalah reaksi pembentukan sabun, 2 lapisan itu terbentuk karena gliserida
dihrolisis dengan suatu basa yaitu NaOH dalam etanol.
3) Uji alkali bebas
Pada percobaan ini, larutan sabun yang di uji kertas lakmus merah
akan berubah menjadi warna biru, sedangkan larutan sabun yng semula bening
akan berubah menjadi warna merah setelah ditetesi larutan fenolptalin. Kedua hal
ini membuktikan bahwa larutan sabun itu bersifat basa karna jika di uji dengan
kertas lakmus akan berwarna biru, sedangkan fenolptalin jika dicampurkan
dengan larutan basa akan berwarna merah muda.

4) Efek garam terhadap sabun


75

Pada percobaan ini, larutan sabun yang semula bening membentukkan


kumpulan putih setelah dicampurkan dengan larutan dan dikocok hal ini terjadi
karena sabun menggunakan kutupnya yang hidrofob bersifat non polar sehingga
terbentuklah endapan putih. Semakin banyak NaCl yang diteteskan pada larutan
sabun, maka semakin banyak kumpulan putih yang terbentuk.
5) Daya emulsi sabun
Pada percobaan ini, ketika air dicampur dengan minyak, keduanya
tidak saling bercampur, dibagian atas terdapat minyak dan bwah terdapat air, hal
ini disebabkan karena air bersifat polar sedangkan minyak bersifat non polar dan
juga masa jenis air lebih besar dari minyak. Bebeda halnya ketika minyak
dicampur dengan sabun keduanya saling bercampur.

76

BAB V
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini adalah sebagai


berikut :
1. Lemak dan minyak merupakan transfer dari gliserol.
2. Br2 merupakan oksidator(memutuskan ikatan rangkap menjadi ikatan

tunggal).
3. Minyak merupkan lemak tak jenuh yang memilki ikatan rangkap.
4. Reaksi adisi adalah proses penambahan suatu gugus yang menyebabkan
terjadinya pemutusan dari ikatan rangkap menjadi ikatan tunggal.
5. Reaksi safonifikasi adalah proses dihidrolisasi gliserida dengan suatu basa.
6. Sabun memilki dua sifat yaitu yang bersifat hidrofob yang bersifat non
polar(tidak suka air) dan kutub hidrofilik yang bersifat polar(suka air).

77

DAFTAR PUSTAKA
Ketaren, 1986, Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangau, UI, jakarta.
Pudjaatmaka, 1999, Kimia Organik, Terjemahan dari Organic Chemistry oleh
Fessenden, R.J. dan J.S. Fessenden, Erlangga, Jakarta.
Sukardjo, 1997, Kimia Fisika, Rineka Cipta, Jakarta

78

LEMBAR PENGESAHAN
MODUL 9

O
L
E
H

NAMA

: RADINAL (0708105010021)
INDRA (0708105010025)
MARLIAH (0708105010008)

JURUSAN

: ILMU KELAUTAN

DARUSSALAM, 06 JUNI 2008


PRAKTIKAN

ASISTEN

(SYARIFAH YANTI)

(KELOMPOK X)

79

ABSTRAK

Telah dilakukan sebuah percobaan dengan judul Karbohidrat, yang bertujuan


untuk mengamati sifat-sifat dari karbohidrat dan protein. Prinsip dari percobaan
ini adalah gugus hidroksi dalam karbohidrat bertabiat serupa dengan gugus
alcohol lain. Gugus ini dapat diesterifikasi baik oleh asam karboksilat atau asam
an-organik dan dapat digunakan untuk membentuk ester. Karbohidrat dapat juga
bertindak sebagai diol dan membentuk asetat atau ketal siklik dari aldehid atau
keton.

80

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
Karbohidrat merupakan sumber energi utama metabolit untuk organisme
hidup.

Energi

matahari

diubah

menjadi

energi

kimia

dalam

reaksi

pembentukannya. Karbohidrat juga sumber karbon untuk sintesis biomolekul.


Karbohidarat merupakan senyawa polihidroksi-aldehid atau polihidroksi-keton
dan turunanannya.
Karbohidrat banyak ditemukan di alam dengan rumus molekul Cn (H2O)m
pada tanaman, karbohidrat terbentuk melalui proses fotosintesis yang merupakan
reaksi penggabungan karbon dioksida dan air dengan bantuan energi matahari ke
dalam bentuk hayati.
n O2 (g) + m H2O

Energimatahari

Cn (H2O)m + n O2.

Fungsi karbohidrat dalam organisme sama seperti fungsi bensin pada


kendaraan bermotor. Manusia dan hewan yang tidak mempunyai klorofil,
memperoleh karbohidrat dengan memakan bagian tumbuh-tumbuhan yang
mengandung karbohidrat terutama bagian biji atau umbi.

1.2 Tujuan Percobaan


Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah untuk mengamati
sifat-sifat dari karbohidrat dan protein.

81

BAB 1I
DASAR TEORI
Karbohidrat dapat dikelompokkan dalam 3 kelompok yaitu monosakarida,
disakarida, dan polisakarida. Semua monosakarida dan disakarida serta beberapa
polisakarida larut dalam air. Tetapi tidak larut dalam pelarut organic, semua
monosakarida dan banyak disakarida mereduksi bahan pengoksida lemah seperti
Cu2+ dalam regent fehling. (Jamil, 1987 )
Gugus hidroksil dalam karbohidrat serupa dengan gugus alcohol lainnya.
Gugus ini dapat diesterifikasi baik oleh asam anorganik dan dapat digunakan
untuk membuat ester. Karbohidrat dapat juga bertindak sebagi diol dan
membentuk asetat atau kelal siklik dan aldehid keton(Hart,1987 )
Karbohidarat disebut gula pereduksi karena karbohidrat memiliki gugus
fungsi aldehid atau gugus bomia setat yang dapat mengurai menjadi aldehida
Rumus umum karbohidrat adalah C12 (H2O), rumus umum tersebut tidak 100%
benar, karena ada karbohidrat yang tidak sesuai dengan rumus tersebut.
(Fessenden,1999 )

82

BAB III
METODELOGI PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung
reaksi, lampu spritus.
Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah larutan glukosa, sukrosa,
fuktosa dan pati, larutan fehling,tollens, HCl pekat dan I-KI, putih telur/albumin,
pb.asetat,HgCl2, asam salisilat, asam pikrat, phenolphtalin, merah congo dan
kertas laut.
3.2. Cara Kerja
1. Uji Fehling,
1ml larutan yang akan diuji ditambahkan dengan 2ml larutan fehling.
Didihkan larutan dan diamati. Bahan yang diuji adalah glukosa, sukrosa, dan
fruktosa.
2. Oksida oleh ion Ag
2ml larutan tollens ditambahkan 1ml larutan glukosa. diPanaskan dan
diamati. diulangi dengan larutan sukrosa dan fruktosa.
3. Membedakan Glukosa dan Fruktosa
dimasukkan 1ml glukosa dalam tabung, didihkan selama 30 detik dan
didinginkan serta diamati. Lakukan pula terhadap fruktosa, dibandingkan
hasilnya.

83

4. Hidrolisa Pati
6ml larutan pati ditambahkan dengan 1ml larutan HCl pekat, dididihkan
selama 1 menit. Netralkan larutan dengan NaOH, larutan dibagi dua :
Tabung I, diteteskan I-KI 1 tetes, diamati
Tabung II, ditambahkan 2ml larutan fehling, dipanaskn sampai
mendidih dan diama

84

BAB IV
DATA HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan


1. Uji Fehling
a) Glukosa + Fehling

berwarna kecoklat-coklatan

b) Fruktosa + Fehling

berwarna kecoklat-coklatan

c) Sukrosa + Fehling

larutan berwarna biru,endapan

kecoklatan
2. Oksidasi oleh Ion Ag
a) 2ml larutan tollens + sokrosa

berwarna kehitaman

b) 2ml larutan tollens + glukosa

berwarna

keabu-

abuan
c) 2ml larutan tollens + fruktosa

berwarna kehitaman

3. Membedakan Glukosa dan Fruktosa


a) 1ml glukosa + 2ml HCl pekat

berwarna kekuningan

b) 1ml fruktosa + 2ml HCl

berwarna kehitaman

4. Hidorolisa Pati
a) pati + HCl pekat

berwarna bening

b) larutan bening + NaOH

larutan bening

larutan bening dibagi dua:


1) Tabung I + 1-KI

berwarna bening

2) Tabung II + 2ml fehling


larutan berwarna kebiru-biruan

85

4.2 Pembahasan
1.Uji Fehling
Pengujian ini berfungsi untuk mengetahui sifat-sifat dari glukosa,sukrosa
dan fruktosa, serta ada tidaknya karbohidrat dalam larutan sample glukosa ketika
dilarutkan dengan larutan fehling dan dipanaskan membentuk warna kecoklatcoklatan itu menandakan adanya glukosa dalam larutan tersebut. demikian juga
dengan fruktosa yang apabila direaksikan dengan larutan fehling akan
menghasilkan warna kecoklat-coklatan dan sukrosa yang ditambah fehling
membentuk dua lapisan yaitu warna larutan berwarna biru dan endapannya
berwarna kecoklatan. hal ini disebabkan karena glukosa dan fruktosa termasuk
golongan karbohidrat monosakarida.
2. Uji Oksidasi oleh Ion Ag
Pada pengujian ini dipakai pelarut tollens,tollens yang direaksikan dengan
sukrosa menghasilkan warna kehitaman dan begitu juga bila direaksikan dengan
fruktosa warna tetap hitam,disebabkan karena glukosa bersifat dapat mereduksi
ion-ion logam yang membuat dapat terdapanya cermin perak pada dinding
tabung.fruktosa mengandung gugus keton yang dapat mereduksi ion logam.tollens
direaksikan dengan glukosa menghasilkan warna keabu-abuan.
3.Membedakan Fruktosa dan Glukosa
Glukosa apabila ditambahkan hcl pekat dan dipanaskan menghasilkan
larutan

kekuning-kuningan.

berfungsi

menghidrolisis

glukosa

menjadi

aldoheksosa. bila fruktosa ditambahkan hcl pekat menghaslkan warna kehitaman


kare na hcl disini berfungsi menghidrolisis fruktosa menjadi keton pentosa dan
pada saat dipanaskan fuktosa lebih lambat mendidih dibandingkan glukosa akibat

86

ketonnya. perbedaan warna yang terjadi disebabkan karena keduanya tidak


mempunyai gugus yang sama dimana glukosa mengandung gugus aldehid dan
fruktosa mengandung gugus keton sehingga warna yang ditimbulkan berbeda.
4.Hidrolisa Pati
Pati merupakan polisakarida yang melimpah.pati dipisahkan menjadi dua
fraksi utama berdasarkan kelarutan dalam air panas.larutan pati yang ditambahkan
dengan hcl pekat menghasilkan larutan yang berwarna bening dan endapan putih
dan setelah dipanaskan warnanya tetap bening kemudian dinetralkan dengan naoh
tidak terjadi perubahan.larutan tersebut dibagi dua tabung,tabung i ditambahkan iki warnanya tetap bening seperti warna semula dan tabung ii ditambahkan dengan
fehling kemudian dipanaskan akan menghasilkan larutan biru muda,ini
dikarenakan larutan pati terhidrolisis.pati(polisakarida) dapat terhidrolisis menjadi
dua stuan disakarida.warna biru timbul akibat molekul aminosa membentuk spiral
dan adanya interaksi antara keduanya.

87

BAB V
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari hasil percobaan adalah
sebagai berikut:
Karbohidrat adalah senyawa polisakarida yang mempunyai gugus
fungsional atau alkanon yang dalam kehidupan sehari-hari berfungsi
sebagai bahan makanan sekaligus sumbr energi bagi manusia dan hewan.
Dalam reaksi uji fehling,larutan akan membentuk endapan jika dalam
reaksi tersebut memiliki gugus fungsi aldehid dan keton yang berfungsi
mereduksi Cu.
Glukosa lebih cepat mendidih dibandingkan fruktosa disebabkan karena
keduanya mempunyai gugus fungsi yang berbeda.
Pada percobaan hidrolisis pati HCL berfungsi untuk menjaga agar PH
seimbang(netral).

88

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. Jamil., 1987, Kimia Organik, Depdikbud Unsyiah, Banda Aceh.


Hart, Haroal.,1987, Kimia Organik, Erlangga, Jakarta.
Pudjaatmaka, 1999, Kimia Organik, Terjemahan dari Organic Chemistry oleh
Fessenden, R.J. dan J.S. Fessenden, Erlangga, Jakarta

89

LEMBAR PENGESAHAN
MODUL 10

O
L
E
H

NAMA

: RADINAL (0708105010021)
INDRA (0708105010025)
MARLIAH (0708105010008)

JURUSAN

: ILMU KELAUTAN

DARUSSALAM, 4 APRIL 2008


PRAKTIKAN

ASISTEN

(NINONG SUDALI)

(KELOMPOK X)
90

ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan yang berjudul Protein dengan tujuan untuk
mempelajari sifat-sifat protein. Adapun prinsip percobaan ini adalah pada biuret
protein melarutkan Cu(OH)2 membentuk senyawa kompleks yang berwarna,
sedangkan uji xantoprotein didasarkan kepada adanya nitrasi inti benzene di
dalam molekul protein.

91

BAB I
PENDAHULUAN

1.3.Latar Belakang
Protein termasuk dalam kelompok senyawa terpenting dalam organisasi
hewan, sesuai dengan perannya ini, kata protein berasal dari kata yunani yaitu
proteios, yang artinya pertama, protein termasuk poliamida, dan hidrolisis
protein menghasilkan asam-asam amino.
O

( -NHCHC NHCHC- )
R

H2OH

kalor

H2NCHCO2H

+ H2NCHCO2H

dst

Asam amino yang terdapat dalam protein adalah -amino karboksilat.


Variasi dalam struktur monomer ini terjadi dalam rantai samping. Asam amino
adalah turunan asam alkanoat (asam karboksilat) yang satu atom hidrogennya
diganti dengan gugus amino. Umumnya gugus amino pada asam amino terikat
pada atom C yaitu C di sebelah gugus fungsi alkanoat. Protein sangat berguna
bagi tubuh manusia sebagai sumber energi.

1.4. Tujuan Percobaan

Untuk mempelajari sifat-sifat protein.

92

BAB II
DASAR TEORI

Protein makanan merupakan sumber dari kedua puluh asam amino yang
terdapat pada jaringan tubuh. Sembilan diantaranya (histidin, isoleusin, leusin,
lisin, metionin, fenilalanin, treonin, triptofan dan valin) merupakan asam amino
esensial, yaitu asam amino yang harus terdapat dalam makanan manusia karena
kecepatan sintesis rangka karbonnya dalam tubuh tidak secepat penggunaannya
(Olson, 1987).
Putih telur ayam telah sejak lama merupakan objek penelitian dengan
bertujuan bermacam-macam. Hal ini mungkin disebabkan karena terdapatnya
protein dengan sifat biokimia yang berbeda dalam jumlah yang tinggi, dan juga
hasil observasi bahwa salah satu protein tersebut, yaitu avidin, mampu untuk
mengikat (kompleks) vitamin B sehingga menimbulkan defisiensi pada hewan
percobaan. Protein lainnya dari putih telur yang mempunyai aktivitas antimikroba.
Putih telur jarang sekali dikonsumsi sendirian tanpa konsumsi kuning telur atau
makanan lain yang mengandung sejumlah biotin (Muchtadi, 1989).
Kata protein berasal dari bahasa Yunani, Proteis yang artinya Pertama.
Protein termasuk ke dalam senyawa terpenting pada organisme. Protein adalah
poliamida dan hidrolisis protein menghasilkan asam amina (Pudjaatmaka, 1999).

93

BAB III
METODELOGI PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan adalah Tabung Reaksi dan lampu
spiritus.
Sedangkan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Putih telur
(albumin), NH4OH, NaOH 0,5 M, CuSO4, AgNO3, Pb Asetat, HNO3 pekat, HgCl2,
asam salisilat, phenolphtalin, merah congo dan kertas lakmus.
3.2 Cara Kerja
1. Reaksi Warna Protein
a. Uji kantoprotein
Ditambahkan 5 tetes HNO3 pekat dalam 1 ml larutan albumin. Dipanaskan
sampai mendidih, dicatat warna yang terjadi, didinginkan tabung, lalu
ditambahkan NH4OH berlebihan dan amati.
b. Uji Biore
Ditambahkan 1 ml larutan NaOH 8 N kepada 1 ml air, lalu ditambahkan 1
ml larutan albumin. dikocok campuran kemudian
CuCO4 dan dikocok lagi dan diamati.

94

ditambahkan 2 tetes larutan

c. Uji Mollish
1 ml larutan albumin ditambahkan 5 tetes larutan naftol dan dikocok
campuran. ditambahkan perlahan lahan melalui dinding tabung 3 ml H2SO4 pekat
sehingga terbentuk 2 lapisan. diAmati lalu kocok lagi dan dicatat perubahan yang
terjadi. diPerhatian warna cincinya.
2. Reaksi Pengenapan Protein
a. Pengendapan oleh asam mineral
3 ml larutan albumin, ditambahkan dengan meneteskan HNO3 pekat,
dikocok dan dicatat hasilnya. diulangi percobaan dengan menggunakan HCl dan
H2SO4 pekat.
b. Pengendapan oleh reaksi alkaloid
2 ml larutan albumin, ditambahkan 6 tetes larutan asam pikrat, dikocok
dan amati apa yang terjadi.
c. Pengendapan oleh garam logam berat
1 ml larutan albumin, ditambahkan 1 tetes larutan Pb asetat, kocok dan
catat hasilnya. diulangi percobaan dengan menggunakan AgNO3 dan Hg Cl2.

3.Reaksi koogulasi protein


95

a. Koogulasi protein melalui pemanasan


Didihkan 3 ml larutan albumin dalam tabung reaksi dan dicatat

hasilnya.
3 ml larutan albumin dan diteteskan asam asetat encer sampai larutan

bereaksi asam. diuji dengan kertas lakmus dan dididihkan dan dicatat
hasilnya.

BAB IV

96

DATA HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Data hasil pengamatan


No
1

Reaksi kimia

Keterangan

Reaksi warna protein


** uji biuret

Larutan berwarna ungu dan


terbentuk endapan berwarna
biru.

albumin + naoh + air + cuso4


2

Reaksi pengendapan protein


** pengendapan oleh alkaloid

Larutan berwarna kuning dan


terbentuk endapan putih.

albumin + asam pikrat


** pengendapan oleh logam berat
albumin + pb asetat

Terbentuk endapan berwarna


putih dan larutan berwarna
putih.

4.2. Pembahasan
1) Reaksi warna protein
** Uji biuret
Pada percobaan ini, ketika albumin ditambahkan dengan naoh dan air serta
cuso4, terbentuk endapan berwarna biru dan larutan yang berwarna ungu. Hal ini
terjadi karena protein mengalami denaturasi. Adanya gumpalan biru itu karena
ikatan peptida yang ada pada protein. Semakin banyak ikaatan peptida yang
terbentuk (bergabungnya asam-asam amino) maka semakin banyak gumpalan
berwarna biru terbentuk.

97

2) Reaksi pengendapan protein


** Pengendapan oleh alkaloid
Pada percobaan ini, albumin yang ditambahkan dengan asam pikrat
menghasilkan larutan berwarna kuning dan endapan berwarna putih. Adanya
endapan ini karena terjadinya denaturasi yang penyababnya karena penambahan
senyawa organic yang berupa asam pikrat.
** Pengendapan oleh logam berat
Pada percobaan ini, albumin yang ditambahkan pb asetat terbentuk
endapan putih. Hal ini juga merupakan denaturasi protein yang disebabkan oleh
pengendapan logam berat, yaitu pb asetat.

BAB V
KESIMPULAN
98

1. Struktur protein setelah ditambahkan asam basa

COOH
H2N -C- H
R

COO+
H3N -C- H
R

2. Pada uji biuret, larutan berwarna ungu dan endapan berwarna biru ketika

albumin direaksikan dengan air dan cuso4 karena larutan tersebut


mengandung protein.
3. Pada pengendapan logam berat, terbentuk endapan putih karena pb asetat

direaksikan dengan albumin karena terjadinya denaturasi.


4. Albumin yang dipanaskan mengalami denaturasi karena pengaruh suhu yang

sangat tinggi.
5. Albumin dapat bersifat amfoter, yaitu dapat bersifat asam dan basa.
6. Suatu protein dipengaruhi oleh suhu yang tinggi, konsentrasi, katalisator.

DAFTAR PUSTAKA

99

Muchtadi, Deddy., 1989, Aspek Biokimia dan Gizi dalam Keamanan Pangan,
Institut Pertanian Bogor, Bogor.s
Olson, Robert E., 1987, Energi dan Zat-Zat Gizi, Gramedia, Jakarta.
Pudjaatmaka, 1999, Kimia Organik, Terjemahan dari Organic Chemistry oleh
Fessenden, R.J. dan J.S. Fessenden, Erlangga, Jakarta.

100

Anda mungkin juga menyukai