Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TRANSFORMATOR

II.1

UMUM
Transformator merupakan suatu peralatan listrik elektromagnetik statis yang berfungsi

untuk memindahkan dan mengubah daya listrik dari suatu rangkaian listrik ke rangkaian
listrik lainnya,dengan frekuensi yang sama dan perbandingan transformasi tertentu melalui
suatu gandengan magnet dan bekerja berdasarkan prinsip induksi elektromagnetis,dimana
perbandingan tegangan antara sisi primer dan sisi sekunder berbanding lurus dengan
perbandingan jumlah lilitan dan berbanding terbalik dengan perbandingan arusnya.
Dalam bidang teknik listrik pemakaian transformator dikelompokkan menjadi:
1. Transformator daya
2. Transformator distribusi
3. Transformator pengukuran; yang terdiri dari transformator arus dan transformator
tegangan.

II.2

PRINSIP KERJA TRANSFORMATOR


Transformator terdiri atas dua buah kumparan (primer dan sekunder) yang bersifat

induktif. Kedua kumparan ini terpisah secara elektris namun berhubungan secara magnetis
melalui jalur yang memiliki reluktansi (reluctance) rendah. Apabila kumparan primer
dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik maka fluks bolak-balik akan muncul di
dalam inti yang dilaminasi, karena kumparan tersebut membentuk jaringan tertutup maka
mengalirlah arus primer. Akibat adanya fluks di kumparan primer maka di kumparan primer
terjadi induksi (self induction) dan terjadi pula induksi di kumparan sekunder karena
pengaruh induksi dari kumparan primer atau disebut sebagai induksi bersama (mutual

Universitas Sumatera Utara

induction) yang menyebabkan timbulnya fluks magnet di kumparan sekunder, maka


mengalirlah arus sekunder jika rangkaian sekunder di bebani, sehingga energi listrik dapat
ditransfer keseluruhan (secara magnetisasi)

e = (-) N
Dimana :

(Volt) ........................................ ( 2.1 )

e = gaya gerak listrik (Volt)


N = jumlah lilitan (turn)

= perubahan fluks magnet (weber/sec)


Perlu diingat bahwa hanya tegangan listrik arus bolak-balik yang dapat
ditransformasikan oleh transformator, sedangkan dalam bidang elektronika, transformator
digunakan sebagai gandengan impedansi antara sumber dan beban untuk menghambat arus
searah sambil tetap melakukan arus bolak-balik antara rangkaian.
Tujuan utama menggunakan inti pada transformator adalah untuk mengurangi
reluktansi (tahanan magnetis) dari rangkaian magnetis (common magnetic circuit).
II.2.1 Keadaan Transformator Tanpa Beban
Bila kumparan primer suatu transformator dihubungkan dengan sumber tegangan V1
yang sinusoidal, akan mengalirkan arus primer I0 yang juga sinusoidal dan dengan
menganggap belitan N1 reaktif murni. I0 akan tertinggal 900 dari V1. Arus primer I0
menimbulkan fluks () yang sefasa dan juga berbentuk sinusoidal.

I0
AC

V1

I2

m
N1

N2

V2

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.1 Transformator Dalam Keadaan Tanpa Beban

I1
I0
Im
Xm

Ic
Rc

V1

V2

Gambar 2.2 Rangkaian Ekivalen Transformator Dalam Keadaan Tanpa

I0

E1

V1

Beban
Gambar 2.3 Gambar Vektor Transformator Dalam Keadaan Tanpa Beban

V1

90o

I o, o

Gambar 2.4 Gambar Gelombang Io Tertinggal 90o Dari V1

Universitas Sumatera Utara

= max sin t (weber) .................................. ( 2.2 )

Fluks yang sinusoid ini akan menghasilkan tegangan induksi 1 (Hukum Faraday):

e1 = -N1

...................................... ( 2.3 )

e1 = -N1

.......................... ( 2.4 )

e1 = - N1

cos t (Volt) ....................... ( 2.5 )

e1 = N1 max sin (t 90) (tertinggal 90o dari ) ...... ( 2.6 )


Dimana :

e1 = gaya gerak listrik (Volt)


N1 = jumlah belitan di sisi primer (turn)
= kecepatan sudut putar (rad/sec)
= fluks magnetik (weber)

e1, e2

i
0

o
90

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.5 Gambar Gelombang

e1 Tertinggal 90o Dari

Harga efektif :

E1 =

......................................... ( 2.7 )

E1 =

....................................... ( 2.8 )

E1 =

................................ ( 2.9 )

E1 =

................................. (2.10)

E1 = 4,44 N1 f

(Volt) .......................... (2.11)

Pada rangkaian sekunder, fluks () bersama tadi juga menimbulkan :

e2 = - N2

...................................... (2.12)

e2 = N2 max cos t (Volt)


Harga efektifnya :
E2 = 4,44 N2f max (Volt) ............................. (2.13)
Sehingga perbandingan antara rangkaian primer dan sekunder adalah :

= a ................................... (2.14)

Dimana :
E1 = ggl induksi di sisi primer (Volt)
E2 = ggl induksi di sisi sekunder (Volt)
N1 = jumlah belitan sisi primer (turn)
N2 = jumlah belitan sisi sekunder (turn)

Universitas Sumatera Utara

a = faktor transformasi

II.2.2 Keadaan Transformator Berbeban


Apabila kumparan sekunder dihubungkan dengan beban ZL, I2 mengalir pada

kumparan sekunder, dimana I2 =

I1

AC

2
2

N2

N1

V1

I2

V2 Z L

Gambar 2.6 Transformator Dalam Keadaan Berbeban

X1

R1

R2

I1

V1

IC

RC

I0

I2

I'2

XM

X2

IM

ZL

V2

Gambar 2.7 Rangkaian Ekivalen Transformator Dalam Keadaan Berbeban


Arus beban I2 ini akan menimbulkan gaya gerak magnet (ggm) N2 I2 yang cenderung
menentang fluks () bersama yang telah ada akibat arus pemagnetan. Agar fluks bersama itu
tidak berubah nilainya, pada kumparan primer harus mengalir arus I2', yang menentang fluks
yang dibangkitkan oleh arus beban I2, hingga keseluruhan arus yang mengalir pada kumparan
primer menjadi:

Universitas Sumatera Utara

I1 = I0 + I2 (Ampere)................................( 2.15 )

Bila komponen arus rugi inti (Ic) diabaikan, maka I0 = Im , sehingga :


I1 = Im + I2 (Ampere)

......................... ( 2.16 )

Dimana:
I1

arus pada sisi primer (Ampere)

I'2

arus yg menghasilkan '2 (Ampere)

I0

arus penguat (Ampere)

Im

arus pemagnetan (Ampere)

Ic

arus rugi-rugi inti (Ampere)

Untuk menjaga agar fluks tetap tidak berubah sebesar ggm yang dihasilkan oleh arus
pemagnetan IM, maka berlaku hubungan :
N1 IM = N1 I1 N2 I2 ................................ ( 2.17 )
N1 IM = N1 (IM + I2) N2 I2 ........................... ( 2.18 )
N1 I2 = N2 I2 ...................................... ( 2.19 )

Karena IM dianggap kecil, maka I2 = I1. Sehingga :


N1 I1 = N2 I2....................................... ( 2.20 )

........................................ ( 2.21 )

Universitas Sumatera Utara

II.3

RUGI-RUGI PADA TRANSFORMATOR

Rugi Tembaga

Sumber

Rugi Tembaga

Kumparan
primer

Fluks
Bersama

Kumparan
Sekunder

Out
Put

Rugi Besi Histeresis


Dan Eddy Current

Gambar 2.8 Blok Diagram Rugi Rugi Pada Transformator

II.3.1 Rugi Tembaga ( Pcu )


Rugi yang disebabkan arus mengalir pada kawat tembaga yang terjadi pada kumparan
sekunder dapat ditulis sebagai berikut :
Pcu = I2 R (Watt) .................................. ( 2.22 )
Formula ini merupakan perhitungan untuk pendekatan. Karena arus beban berubah
ubah, rugi tembaga juga tidak konstan bergantung pada beban. Dan perlu diperhatikan pula
resistansi disini merupakan resistansi AC.

II.3.2 Rugi Besi ( Pi )


Rugi besi terdiri atas :
a) Rugi histerisis (Ph), yaitu rugi yang disebabkan fluks bolak balik pada inti besi
yang dinyatakan sebagai :

Universitas Sumatera Utara

Ph = kh f Bmaks1.6 (watt)............................ ( 2.23 )


Kh

= konstanta

Bmaks = Fluks maksimum (weber)


b) Rugi arus eddy (Pe) , yaitu rugi yang disebabkan arus pusar pada inti besi.

Dirumuskan sebagai :
Pe = ke f2 B2maks (Watt) ............................. ( 2.24 )
Kh

= konstanta

Bmaks = Fluks maksimum ( weber )


Jadi, rugi besi ( rugi inti ) adalah :
Pi = Ph + Pe (Watt)................................. ( 2.25 )

II.4

KONSTRUKSI TRANSFORMATOR
II.4.1 Konstruksi Transformator Tiga Phasa
Untuk mengurangi kerugian yang disebabkan oleh arus pusar di dalam inti, rangkaian

magnetik itu biasanya terdiri dari setumpuk laminasi tipis. Untuk konstruksi tipe inti dapat
dilihat pada Gambar 2.9.
R

T
PRIMER

SEKUNDER

Gambar 2.9 Konstruksi Transformator Tiga Fasa Tipe Inti

Universitas Sumatera Utara

Salah satu jenis konstruksi yang biasa dipergunakan yaitu tipe cangkang diperlihatkan pada
Gambar 2.10 :

r
PRIMER

SEKUNDER

Gambar 2.10 Transformator Tiga Fasa Tipe Cangkang


Dalam jenis inti (core type) kumparan dililitkan disekitar dua kaki inti magnetik
persegi. Dalam jenis cangkang (shell type) kumparan dililitkan sekitar kaki tengah dari inti
berkaki tiga dengan laminasi silikon-steel. Umumnya digunakan untuk transformator yang
bekerja pada frekuensi dibawah beberapa ratus Hz. Silikon-steel memiliki sifat-sifat yang
dikehendaki yaitu murah, rugi inti rendah dan permeabilitas tinggi pada rapat fluks tinggi.
Inti transformator yang dipergunakan dalam rangkaian komunikasi pada frekuensi tinggi dan
tingkat energi rendah, kadang-kadang dibuat dari campuran tepung ferromagnetik yang
dimanfaatkan sebagai permalloy.

Universitas Sumatera Utara

II.4.2 Hubungan Transformator Tiga Phasa


Secara umum ada 3 macam jenis hubungan pada transformator tiga phasa yaitu :
1. Hubungan Bintang (Y)
Hubungan bintang ialah hubungan transformator tiga fasa, dimana ujung-ujung awal atau
akhir lilitan disatukan. Titik dimana tempat penyatuan dari ujung-ujung lilitan merupakan titik netral.
Arus transformator tiga phasa dengan kumparan yang dihubungkan bintang yaitu; IA, IB, IC masingmasing berbeda 120.

A IA
IB
B

ZB
Z

N
IN

ZC
C

Gambar 2.11

IC

Transformator tiga phasa hubungan bintang.

Dari gambar 2.11 diperoleh bahwa :


IA = IB = IC = IL.................................................................................(2.26)
IL = Iph..............................................................................................(2.27)
VAB = VBC = VCA = VL-L...................................................................(2.28)
VL-L =

Vph....................................................................................(2.29)

Dimana :
VL-L

= tegangan line to line (Volt)

Vph

= tegangan phasa (Volt)

Universitas Sumatera Utara

IL

= arus line (Ampere)

Iph

= arus phasa (Ampere)

2. Hubungan Segitiga/ Delta ()


Hubungan segitiga adalah suatu hubungan transformator tiga fasa, dimana cara
penyambungannya ialah ujung akhir lilitan fasa pertama disambung dengan ujung mula lilitan fasa
kedua, akhir fasa kedua dengan ujung mula fasa ketiga dan akhir fasa ketiga dengan ujung mula fasa
pertama. Tegangan transformator tiga phasa dengan kumparan yang dihubungkan segitiga yaitu; VA,
VB, VC masing-masing berbeda 120.

IA
IAB

ICA
IC
IB

IBC

Gambar 2.12 Transformator tiga phasa hubungan segitiga/delta.


Dari gambar 2.17 diperoleh bahwa :
IA = IB = IC = IL.........................................................................(2.30)
IL =

Iph.................................................................................(2.31)

VAB = VBC = VCA = VL-L..........................................................(2.32)


VL-L = Vph.................................................................................(2.33)

Dimana :
VL-L

= tegangan line to line (Volt)

Vph

= tegangan phasa (Volt)

IL

= arus line (Ampere)

Iph

= arus phasa (Ampere)

Universitas Sumatera Utara

3. Hubungan Zigzag

Transformator zigzag merupakan transformator dengan tujuan khusus. Salah satu


aplikasinya adalah menyediakan titik netral untuk sistem listrik yang tidak memiliki titik
netral. Pada transformator zigzag masingmasing lilitan tiga fasa dibagi menjadi dua bagian
dan masingmasing dihubungkan pada kaki yang berlainan.

Gambar 2.13 Transformator tiga phasa hubungan zig-zag.

Perbandingan Rugi-rugi untuk tiap kumparan yang terhubung Y, , Zig-zag adalah:

.................................(2.33)

................................(2.34)

................................(2.35)
Dimana :
iY

= arus pada kumparan yang terhubung Y

= hambatan jenis tembaga

Universitas Sumatera Utara

LY

= panjang kumparan yang terhubung Y

AY

= Luas penampang kumparan yang terhubung Y

= Luas penampang kumparan yang terhubung

AZZ

= Luas penampang kumparan yang terhubung Zig-zag

II.4.3 Jenis-Jenis Hubungan Transformator Tiga Phasa


Dalam pelaksanaanya, tiga buah lilitan phasa pada sisi primer dan sisi sekunder dapat
dihubungkan dalam bermacam-macam hubungan, seperti bintang dan segitiga, dengan
kombinasi Y-Y, Y-, -Y, -, bahkan untuk kasus tertentu liltan sekunder dapat
dihubungakan secara berliku-liku (zig-zag), sehingga diperoleh kombinasi -Z, dan Y-Z.
Hubungan zig-zag merupakan sambungan bintang istimewa, hubungan ini digunakan untuk
mengantisipasi kejadian yang mungkin terjadi apabila dihubungkan secara bintang dengan
beban phasanya tidak seimbang. Di bawah ini pembahasan hubungan transformator tiga
phasa secara umum :
1. Hubungan Wye-wye (Y-Y)

Pada hubungan bintang-bintang, rasio tegangan fasa-fasa (L-L) pada primer


dan sekunder adalah sama dengan rasio setiap trafo. Sehingga, tejadi pergeseran fasa sebesar
30 antara tegangan fasa-netral (L-N) dan tegangan fasa-fasa (L-L) pada sisi primer dan
sekundernya.
Hubungan bintang-bintang ini akan sangat baik hanya jika pada kondisi beban
seimbang. Karena, pada kondisi beban seimbang menyebabkan arus netral (IN) akan sama
dengan nol. Dan apabila terjadi kondisi tidak seimbang maka akan ada arus netral yang
kemudian dapat menyebabkan timbulnya rugi-rugi.

Universitas Sumatera Utara

Hubungan Y-Y pada transformator tiga phasa dapat dilihat pada Gambar 2.14. Pada hubungan Y-Y,
tegangan masing-masing primer phasa adalah :

................................................................................(2.36)

Tegangan phasa primer sebanding dengan tegangan phasa sekunder dan perbandingan
belitan transformator maka, perbandingan antara tegangan primer dengan tegangan sekunder pada
transformator hubungan Y-Y adalah :

......................................................................(2.37)

R
N1R

N2r

R
S

V2ph

N1S

V
h

1p

N1R

N1S

N2r

N2s

S
N2s

V1L V1ph

V2ph V2L

V2L

V1L
N1T

N2t
t

T
N1T

N2t

Gambar 2.14 Transformator 3 phasa hubungan Y-Y.

2. Hubungan Wye-delta (Y-)


Transformator hubungan Y-, digunakan pada saluran transmisi sebagai penaik tegangan.
Rasio antara sekunder dan primer tegangan fasa-fasa adalah 1/3 kali rasio setiap trafo. Terjadi

Universitas Sumatera Utara

sudut 30 antara tegangan fasa-fasa antara primer dan sekunder yang berarti bahwa trafo Y- tidak
bisa diparalelkan dengan trafo Y-Y atau trafo -. Hubungan transformator Y- dapat dilihat pada
Gambar 2.15. Pada hubungan ini tegangan kawat ke kawat primer sebanding dengan tegangan
), dan tegangan kawat ke kawat sekunder sama dengan tegangan

phasa primer (
phasa (

), sehingga diperoleh perbandingan tegangan pada hubungan Y- adalah :

...............................................................(2.38)
r

R
V1L

N1R

N2r V2ph

V2L

R
V1L

S
N1R

N2s

N2s

N2r
h

N1T

N1S
s
2p

V1

N2t

N1S

ph

V1ph

V2L
r

T
N1T

N2t

Gambar 2.15 Transformator 3 phasa hubungan Y-.


3. Hubungan Delta-wye (-Y)

Transformator hubungan -Y, digunakan untuk menurunkan tegangan dari tegangan


transmisi ke tegangan rendah. Transformator hubungan -Y dapat dilihat pada Gambar 2.16.
Pada hubungan -Y, tegangan kawat ke kawat primer sama dengan tegangan phasa primer
(

), dan tegangan sisi sekundernya (

), maka perbandingan tegangan

pada hubungan -Y adalah :

Universitas Sumatera Utara

............................................................................(2.39)

V1L

V1ph N1R

N2r

V2ph

V2L

s
V2L
r
1p

N1R
S

N1S

N2s

V1L

N1S

N1T

N2s

N2r

V2ph
N2t

T
t

N1T

N2t

Gambar 2.16 Transformator 3 phasa hubungan -Y.


4. Hubungan Delta - delta (-)
Pada transformator hubungan -, tegangan kawat ke kawat dan tegangan phasa sama
untuk sisi primer dan sekunder transformator (VRS = VST = VTR = VLN), maka perbandingan tegangannya
adalah :

...................................................................................(2.40)
Sedangkan arus pada transformator hubungan - adalah :
...............................................................................................(2.41)
Dimana :
IL

= arus line to line

IP

= arus phasa

Universitas Sumatera Utara

R
V1L

R
V2ph

1p
h

V1L

N1S

N1T

N2r V2ph

V2L

V2L

S
N1S

N2r

N1R

V1ph N1R

N2s

N2t
N2s

T
t

N1T

N2t

Gambar 2.17 Transformator 3 phasa hubungan -.

II.5

TRANSFORMATOR DISTRIBUSI
Transformator distribusi merupakan alat yang memegang peran penting dalam sistem

distribusi.Transformator distribusi mengubah tegangan menengah menjadi tegangan rendah.


.Transformator

distribusi

yang

umum digunakan

adalah transformator

step-down

20KV/400V. Tegangan fasa ke fasa sistem jaringan tegangan rendah adalah 380V. Karena
terjadi drop tegangan, maka pada rak tegangan rendah dibuat di atas 380V agar tegangan
pada ujung penerima tidak lebih kecil dari 380V.
Pada kumparan primer akan mengalir arus jika kumparan primer dihubungkan ke
sumber tegangan bolak-balik, sehingga pada inti tansformator yang terbuat dari bahan
ferromagnet akan terbentuk sejumlah garis-garis gaya magnet (fluks = ).Karena arus yang
mengalir merupakan arus bolak-balik, maka fluks yang terbentuk pada inti akan mempunyai
arah dan jumlah yang berubah-ubah. Jika arus yang mengalir berbentuk sinusoidal, maka

Universitas Sumatera Utara

fluks yang terjadi akan berbentuk sinusoidal pula. Karena fluks tersebut mengalir melalui inti
yang mana pada inti tersebut terdapat belitan primer dan sekunder, maka pada belitan primer
dan sekunder tersebut akan timbul ggl (gaya gerak listrik) induksi, tetapi arah ggl induksi
primer berlawanan dengan arah ggl induksi sekunder. Sedangkan frekuensi masing-masing
tegangan sama dengan frekuensi sumbernya.

FUSE CUT OUT


CROSS ARM

JTR

LIGHTNING ARRESTER
CROSS ARM

TRAFO DISTRIBUSI
MERK

KABEL OUTGOING

KABEL INCOMING

L.V.C

Gambar 2.18 trafo distribusi.

Universitas Sumatera Utara

II.6 PERHITUNGAN ARUS BEBAN PENUH,ARUS HUBUNG SINGKAT DAN


LOSSES AKIBAT ADANYA ARUS NETRAL PADA PENGHANTAR NETRAL
TRANSFORMATOR DISTRIBUSI

II.6.1.Perhitungan Arus Beban Penuh Dan Arus Hubung Singkat.


Telah diketahui bahwa daya transformator distribusi bila ditinjau dari sisi
tegangan tinggi (primer) dapat dirumuskan sebagai berikut:

S=

V I.................... ........................................................... ...(2.41)

Dimana :
S = daya transformator (kVA)
V = teganagan sisi primer transformator ( kV)
I = arus jala-jala (A)
Dengan demikian,untuk menghitung arus beban penuh (full load) dapat menggunakan
rumus:

IFL =

.................................................................................(2.42)

Dimana:
IFL = arus beban penuh (A)
S = daya transformator (kVA)
V = tegangan sisi sekunder transformator (kV)
Sedangkan untuk menghitung arus hubung singkat pada transformator digunakan
rumus:

Universitas Sumatera Utara

ISC =

...............................................................................(2.43)

Dimana
ISC = arus hubung singkat (A)
S

= daya transformator (kVA)

= tegangan sisi sekunder transformator (kV)

%Z = persen impedansi transformator

II.6.2 Perhitungan losses (rugi-rugi) Akibat Adanya Arus Netral Pada


Penghantar netral.
Sebagai akibat dari ketidakseimbangan beban antara tiap-tiap fasa pada sisi sekunder
trafo (fasa R,fasa S, fasa T) mengalirlah arus di netral trafo.Arus yang mengalir pada
penghantar netral trafo ini menyebabkan losses (rugi-rugi).Dan losses pada penghantral netral
dapat dirumuskan sebagai berikut :
PN = IN 2 RN...............................................................................................(2.44)
Dimana:
PN = losses pada penghantar netral trafo(Watt)
IN = arus yang mengalir pada netral trafo(A)

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai