Anda di halaman 1dari 17

0 | Akselerasi Pembelajaran

AKSELERASI PEMBELAJARAN
Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan

Disusun oleh :
Anugrah (7116130006)
Yuren Sasiska Akmelia (7116130022)

S2 TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2014

1 | Akselerasi Pembelajaran

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah, makalah ini dapat diselesaikan


oleh kelompok kami sesuai dengan apa yang ditugaskan guna memenuhi salah satu
tugas mata kuliah jurusan S2 Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta.
Shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW.
Tersusunnya makalah ini berkat partisipasi banyak pihak yang telah banyak
membantu kelompok kami. Untuk itu, kelompok kami mengucapkan banyak terima
kasih kepada pihak yang terlibat baik secara langsung maupun secara tidak
langsung, yang telah banyak membantu demi tersusunnya makalah ini.
Harapan kelompok kami makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak,
khususnya bagi kelompok kami sendiri dan umumnya bagi para pembaca. Karena
dengan membaca makalah ini InsyaAllah akan mendapat banyak manfaat.
Kami menyadari dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan dan
kelemahan, oleh karena itu adanya kritik dan masukan dari berbagai pihak untuk
penyempurnaan makalah ini sangat kami nantikan. Semoga makalah ini bermanfaat,
dan menjadi amal saleh bagi kita semua.

Jakarta, Februari 2014

Penyusun

2 | Akselerasi Pembelajaran

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. 1


DAFTAR ISI .............................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 3
A. Latar Belakang .............................................................................................. 3
B. Ruang Lingkup Kajian ................................................................................... 4
C. Permasalahan ............................................................................................... 4
BAB II PERSPEKTIF DAN ORIENTASI BARU AKSELERASI
PEMBELAJARAN .......................................................................................... 5
A. Orientasi lama konsep akselerasi pembelajaran .......................................... 5
B. Orientasi baru konsep akselerasi pembelajaran ........................................... 6
BAB III KONSEP DAN IMPLEMENTASI AKSELERASI PEMBELAJARAN
DALAM PRAKTIK PENDIDIKAN ................................................................ 9
A. Implementasi pada kurikulum ....................................................................... 9
B. Implementasi pada pembelajaran ................................................................. 11
BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ......................................................... 16
A. Kesimpulan .................................................................................................... 16
B. Rekomendasi ................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 17

3 | Akselerasi Pembelajaran

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan aspek penting yang perlu dimiliki oleh setiap manusia,
karena pendidikan dapat menciptakan suatu perubahan baik pengetahuan, sikap,
maupun kompetensi dalam membentuk kepribadian seseorang. Pendidikan menurut
buku Dictionary of Education memiliki dua pengertian. Pertama, proses dimana
seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku
lainnya di masyarakat dimana mereka hidup. Kedua, proses sosial di mana orang
dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol. Sehingga
mereka memperoleh dan atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan
kemampuan individual yang optimal.
Sesuai dengan UU No. 20 tahun 2002 tentang sistem pendidikan nasional, yang
pada intinya memuat dua kegiatan utama yang harus dikembangkan dalam proses
pendidikan yaitu proses modernisasi dan proses sosialisasi. Proses modernisasi
mencakup kegiatan bidang pengajaran yang lebih mengacu pada pengembangan
kemampuan penalaran dan penguasaan sains dan teknologi. Sedangkan proses
sosialisasi mencakup kegiatan bidang pendidikan yang lebih memfokuskan pada
pengembangan perilaku dan sikap hidup siswa mengatur diri dengan kehidupan dan
budaya masyarakat lingkungannya, baik lokal, regional, nasional maupun global.
Untuk itulah perlu dikembangkan iklim belajar mengajar yang dapat menumbuhkan
rasa percaya diri dan perilaku yang kreatif, inovatif, dan keinginan untuk maju.
Jaminan pelayanan pendidikan bagi anak berbakat akademik atau intelektual
atau lazim disebut siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa
mulai tampak sejak diterbitkan Undang-undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, yang dinyatakan pada pasal 24 yaitu, setiap siswa pada
satuan pendidikan mempunyai hak-hak sebagai berikut: ayat (1) mendapatkan
perlakuan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya; ayat (2) mengikuti
program pendidikan yang bersangkutan atas dasar pendidikan berkelanjutan, baik
untuk mengembangkan kemampuan diri, maupun untuk memperoleh pengakuan

4 | Akselerasi Pembelajaran

tingkat pendidikan tertentu yang telah diberlakukan; dan ayat (6) menyelesaikan
program pendidikan lebih awal dari waktu yang telah ditentukan.
Esensi dari pendidikan kelas akselerasi pada dasarnya merupakan kelas
homogen yang siswanya berada pada rata-rata di atas siswa kelas paralelnya pada
jenis dan jenjang sekolah yang sama. Secara komprehensif ada empat kategori
yang dijadikan parameter dalam menyeleksi bagi siswa kelas akselerasi tersebut: (1)
IQ (Intellegence Quotient), yaitu kemampuan akademik dilihat dari nilai-nilai mata
pelajaran terutama bidang matematika, Sains dan Bahasa Inggris, yang mana
standar rata-ratanya ditetapkan lebih dari atau sama dengan 7,5. (2) EQ (Emotional
Quotient), atau kemampuan sosial dilihat dari kemampuan siswa untuk berempati
dengan orang lain, menunda rasa gembira, mengendalikan dorongan hati, sadar diri,
bertahan dan bergaul secara efektif dengan orang lain. (3) AQ (Adversity Quotient)
atau kemampuan beradaptasi terhadap situasi apapun dilihat dari ketegaran,
keuletan, serta sikap pantang menyerah serta confidence. (4) SQ (Spriritual
Quotient) atau kemampuan dalam mengembangkan ranah bathin dilihat dari
pengabdian diri terhadap sang Khalik, khususnya dalam beribadah.

B. Ruang Lingkup Kajian


Makalah ini menjelaskan

tentang

orientasi

lama

konsep

akselerasi

pembelajaran, orientasi baru konsep akselerasi pembelajaran, konsep dan


implementasi akselerasi pembelajaran pada kurikulum, konsep dan implementasi
akselerasi pembelajaran pada pembelajaran.
C. Permasalahan
Permasalahan yang diangkat pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana orientasi lama konsep akselerasi pembelajaran?
2. Bagaimana orientasi baru konsep akselerasi pembelajaran?
3. Bagaimana konsep dan implementasi akselerasi pembelajaran pada
kurikulum?
4. Bagaimana

konsep

pembelajaran?

dan

implementasi

akselerasi

pembelajaran

pada

5 | Akselerasi Pembelajaran

BAB II
PERSPEKTIF DAN ORIENTASI BARU AKSELERASI PEMBELAJARAN

A. Orientasi Lama Konsep Akselerasi Pembelajaran


Proses pembelajaran akselerasi merupakan suatu proses internalisasi
pengetahuan dalam diri individu. Aktivitas belajar akan berlangsung efektif apabila
siswa berada dalam keadaan positif dan bebas dari tekanan. Selama ini proses
belajar yang berlangsung di sekolah maupun pelatihan yang diselenggarakan
cenderung berlangsung dalam suasana yang monoton dan membosankan. Dalam
kondisi ini guru hanya menuangkan ilmu pengetahuan ke dalam kepala siswa yang
berlaku pasif yang dikenal dengan istilah pour and snoor. Materi yang diajarkan
hanya diceramahkan tanpa ada upaya untuk melibatkan potensi siswa untuk berpikir
dan memberikan respons terhadap pengetahuan yang ditransfer.
Selain itu proses belajar belajar yang berlangsung disekolah tidak
memberikan pengetahuan tentang manfaat pengetahuan yang dipelajari. Bahan
yang harus dipelajari hanya bersifat hafalan-hafalan yang maknanya seringkali tidak
dimengerti oleh siswa. Siswa tidak diajak memanfaatkan potensi yang dimiliki untuk
membangun pengetahuan yang mempunyai makna sesuai kebutuhan dan
kemampuan. Hal ini disebabkan karena materi pelajaran yang dipelajari seringkali
tidak dikaitkan dengan dunia dan lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang.
Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru pun seringkali tidak variatif
dan hanya merupakan ceramah yang panjang dan membosankan. Penggunaan
metode ceramah tidak selamanya buruk, tetapi ceramah bukan satu-satunya cara
yang dapat membuat proses pembelajaran berlangsung optimum. Guru perlu
memiliki kemampuan dalam menggunakan metode pembelajaran variatif yang lebih
banyak melibatkan siswa.
Guru seringkali menjadi satu-satunya sumber ilmu pengetahuan yang
menyuapi siswa yang hanya bersifat pasif. Dalam era perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang pesat seperti ini, guru seharusnya berperan
sebagai fasilitator yang membantu siswa memanfaatkan aneka sumber belajar yang
tersedia. Sedangkan yang terjadi adalah aktivitas pembelajaran yang terjadi di
sekolah cenderung memberikan beban belajar yang berlebihan sehingga membuat
siswa tidak memiliki waktu lagi untuk bermain. Hal itu juga disebabkan oleh guru
yang tidak mampu membuat proses belajar menjadi suatu proses yang

6 | Akselerasi Pembelajaran

menyenangkan sehingga dapat meningkatkan kegairahan siswa untuk menggali dan


membangun ilmu pengetahuan dalam dirinya. Hal ini jelas terlihat bahwa
pendekatan behavioristik lah yang telah mempengaruhi pendidikan saat ini karena
hanya bersifat mekanistik dan menekankan keterampilan sebagai salah satu tujuan
pembelajaran.
B. Orientasi Baru Konsep Akselerasi Pembelajaran
Dengan adanya pembelajaran yang membosankan dan monoton maka harus
ada perubahan yang perlu dilakukan mencakup pengayaan strategi dan metode
pembelajaran yang dapat menjadi praktik pembelajaran, dan menjadikan semua
proses pembelajaran yang menyenangkan dan dapat membuat semua siswa
berkreasi dengan pengetahuan yang di pelajarinya. Akselerasi pembelajaran
sebagai cara untuk menciptakan aktivitas belajar menjadi sebuah proses yang
menyenangkan. Akselerasi pembelajaran merupakan pendekatan belajar yang lebih
maju dari pada yang digunakan saat ini. Akselerasi pembelajaran berdasarkan riset
terakhir tentang perkembangan otak dan belajar. Saat ini akselerasi pembelajaran
dilaksanakan dengan memanfaatkan metode dan media yang bervariasi dan bersifat
terbuka serta fleksibel.
Akselerasi pembelajaran merupakan sebuah pendekatan alternatif yang
dapat

digunakan

untuk

mengatasi

masalah-masalah

yang

terkait

dengan

pembelajaran disekolah karena akselerasi didasari oleh beberapa faktor diantaranya


adalah: keterlibatan total individu akan meningkatkan hasil belajar, konsep mengenai
belajar bukan merupakan proses yang bersifat pasif dalam menyimpan pengetahuan
tetapi proses aktif menciptakan pengetahuan, kolaborasi diantara siswa akan
meningkatkan hasil belajar, dan juga peristiwa belajar yang menekankan pada
belajar aktivitas jauh lebih efektif dari pada belajar yang menekankan pada aktivitas
presentasi.
Akselerasi pembelajaran membuat proses pembelajaran menjadi lebih
fleksibel, menyenangkan, berpusat pada tujuan yang jelas, berpusat pada aktivitas,
menggunakan mental emosional dan berdasar pada hasil. Akselerasi pembelajaran
menggunakan strategi kognitif atau menggunakan prinsip konstruktivisme yang
menekankan perkembangan konsep dan pengertian serta pengetahuan yang
mendalam.
Terdapat beberapa pandangan dari segi psikologi behavioristik terhadap
akselerasi pembelajaran. Piaget, membedakan beberapa aspek kognitif yang
disebut fase sensor motor, pra-operasional konkrit dan operasional normal. Menurut

7 | Akselerasi Pembelajaran

Piaget, anak dapat berpikir logis bila dihadapkan dengan peristiwa yang konkrit,
akan tetapi ia tidak mampu memperlihatkan pikiran logis bila menghadapi masalah
yang

mengandung

unsur-unsur

simbolis.

Perbedaan

dalam

perkembangan

persiapan anak disebabkan oleh perbedaan dalam keterampilan intelektual yang


telah dipelajari sebelumnya. Dengan demikian perlulah dipenuhi prasyarat untuk
melaksanakan tugas atau memecahkan masalah tetentu. Pada prinsipnya seorang
anak kelas empat sedang dapat diajarkan berpikir abstrak asal ia menguasai
prasyarat-prasyarat untuk itu.
Selanjutnya Skinner berpandangan bahwa perilaku adalah gerakan dari suatu
organisme yang dikerangkanya diatur oleh kekuatan-kekuatan dari luar. Belajar
menurut Skinner merupakan perubahan respons dari orang yang belajar dan
perubahan itu disebabkan oleh proses pengkondisian. Kesimpulan itu didapatkan
dari analisis hasil-hasil eksperimen tentang perilaku, pada umumnya belajar
merupakan hasil proses penguatan. Perilaku dapat dibentuk dari usaha penguatan
yang sesuai. Dalam dunia pembelajaran, kegiatan pembentukan pengetahuan ini
melibatkan penguatan atas yang direncanakan. Skinner menyebutkan bahwa
setelah pembelajaran teori maka harus ada peraktikum sebagai penguatan.
Selain itu ada pula pandangan dari psikologi kognitif mengenai pembelajaran
akselerasi. Gagne menyebutkan terdapat sistematika lima jenis belajar yaitu
informasi verbal, kemahiran intelektual, belajar dibidang kognitif, pengaturan
kegiatan kognitif, keterampilan motorik, dan belajar dibidang sensorik. Sikap belajar
dibidang dinamik efektif psikologi kognitif merupakan salah satu cabang dari
psikologi umum dan mencakup studi ilmiah tentang gejala-gejala kehidupan mental
atau psikis sejauh berkaitan dengan cara manusia berpikir, seperti terwujud dalam
memperoleh

pengetahuan

mengolah

kesan-kesan

yang

masuk

melalui

penginderaan, menghadapi masalah problem untuk mencari suatu penyelesaian,


serta menggali dari ingatan pengetahuan dan prosedur kerja yang dibutuhkan dalam
menghadapi tuntutan hidup sehari-hari.
Psikolog kognitif Amerika serikat berpegang pada suatu kerangka teoritis
yang dikenal dengan nama pemrosesan informasi, yang didalamnya berpikir
digambarkan sebagai satu rangkaian kejadian atau peristiwa dalam otak yang
meliputi urutan langkah pengolahan informasi dari saat diterima sampai saat
dilepaskan lagi. Setiap langkah pengolahan merupakan suatu proses penanganan
informasi tersendiri, yang memegang peranan terbatas dalam keseluruhan proses
pengolahan informasi.

8 | Akselerasi Pembelajaran

9 | Akselerasi Pembelajaran

BAB III
KONSEP DAN IMPLEMENTASI AKSELERASI PEMBELAJARAN
DALAM PRAKTIK PENDIDIKAN

A. Implementasi pada Kurikulum


Kurikulum yang digunakan pada program akselerasi adalah kurikulum
Nasional dan muatan lokal, yang dimodifikasi dengan penekanan pada materi yang
esensi dan dikembangkan melalui sistem pembelajaran yang dapat memacu dan
mewadahi integrasi pengembangan spiritual, logika, etika, dan estetika serta
mengembangkan kemampuan berfikir holistik, kreatif, sistemik, linier, dan konvergen
utuk memenuhi tuntutan masa kini dan masa depan.
Akselerasi adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjalani
kurikulum yang ada dengan lebih cepat (Heward, 1996). Terdapat beberapa jenis
dari akselerasi, yaitu: Memasuki sekolah formal pada usia dini, Loncat kelas,
Mengikuti bidang studi tertentu di kelas yang lebih tinggi, Kurikulum yang dipadatkan
atau dipersingkat, Memasuki sekolah menengah atas dan universitas secara
bersamaan, dan atau Memasuki universitas lebih awal.
Dengan demikian kurikulum program akselerasi adalah kurikulum yang
diberlakukan untuk satuan pendidikan yang bersangkutan, sehingga lulusan
program akselerasi memiliki kualitas dan standar kompetensi yang sama dengan
lulusan program reguler. Perbedaannya hanya terletak pada waktu keseluruhan
yang ditempuh dalam menyelesaikan pendidikannya lebih cepat bila dibanding
dengan program reguler.
Kurikulum akselerasi ini dikembangkan secara diferensiatif. Artinya kurikulum
yang digunakan disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki oleh siswa.
Kurikulum program percepatan belajar atau akselerasi mencakup empat dimensi
dan satu sama lainnya tidak dapat dipisahkan. Dimensi itu adalah:
1. Dimensi Umum
Merupakan kurikulum inti yang memberikan keterampilan dasar pengetahuan,
pemahaman, nilai, dan sikap yang memungkinkan siswa dapat berfungsi
sesuai dengan tuntutan di masyarakat ataupun tantangan pada jenjang

10 | Akselerasi Pembelajaran

pendidikan yang lebih tinggi. Dimensi umum ini merupakan kurikulum inti
yang juga diberikan kepada siswa lain dalam jenjang pendidikan yang sama.
2. Dimensi Diferensiasi
Dimensi ini berkaitan dengan ciri khas perkembangan siswa yang mempunyai
kemampuan dan kecerdasan luar biasa, yang merupakan program khusus
dan pilihan terhadap bidang studi tertentu. Siswa dapat memilih bidang studi
yang diminatinya untuk dapat diketahui lebih luas dan mendalam.
3. Dimensi Non Akademis
Dimensi ini memberikan kesempatan siswa utuk belajar di luar kegiatan
sekolah formal melalui media lain seperti radio, televisi, internet, CD-Rom,
wawancara pakar,kunjungan ke museum dan sebagainya.
4. Dimensi Suasana Belajar
Pengalaman belajar yang dijabarkan dari lingkugan keluarga dan sekolah.
Iklim akademis, sistem ganjaran dan hukuman, hubugan antar siswa,
hubungan siswa dengan guru, antara guru dengan orang tua siswa,
hubungan siswa dengan orang tua merupakan unsur yang menentukan
lingkungan belajar.
Pengembangan kurikulum berdiferensiasi untuk program percepatan belajar
dapat dilakukan dengan melakukan modifikasi kurikulum nasional dan muatan lokal
dengan cara sebagai berikut:
Modifikasi alokasi waktu, yang disesuaikan kecepatan belajar bagi siswa yang
memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa
Modifikasi isi/materi, dipilih yang esensial
Modifikasi sarana-prasarana, yang disesuaikan dengan karakteristik siswa
yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa yakni senang
menemukan pengetahuan baru sendiri
Modifikasi lingkungan belajar yang memungkinkan siswa memiliki potensi
kecerdasan

dan

bakat

istimewa

dapat

memenuhi

kehausan

akan

pengetahuan
Modifikasi pengelolaan kelas, yang memungkinkan siswa dapat bekerja di
kelas, baik secara mandiri, berpasangan, maupun kelompok.
Pengembangan kurikulum program regular disekolah menjadi program
akselerasi merupakan salah satu pengembangan kurikulum sesuai dengan Hilda
taba

yang

mana

mendiagnosis

kebutuhan.

Kurikulum

program

akselerasi

mendiagnosis kebutuhan anak yang memiliki kecerdasan dan bakat istimewa.


Secara umum, penyelenggaraan program percepatan belajar bertujuan :

11 | Akselerasi Pembelajaran

1. Memberikan pelayanan terhadap siswa yang memiliki karakteristik khusus


dari aspek kognitif.
2. Memenuhi hak asasinya selaku siswa sesuai dengan kebutuhan pendidikan
dirinya.
3. Memenuhi minat intelektual dan perspektif masa depan siswa.
4. Menyiapkan siswa menjadi pemimpin masa depan.

Sementara itu, program percepatan belajar memiliki tujuan khusus, yaitu


menghargai siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa untuk
dapat menyelesaikan pendidikan lebih cepat. Selain itu program ini bisa memacu
kualitas/mutu siswa dalam meningkatkan kecerdasan intelektual, spiritual, dan
emosional secara berimbang. Dengan demikian, akan bisa meningkatkan efektivitas
dan efisiensi proses pembelajaran siswa.
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa, tujuan khusus dari kurikulum
akselerasi ini adalah untuk menyelesaikan pendidikan anak yang memiliki
kecerdasan dan bakat istimewa lebih cepat dari waktu yang seharusnya.

B. Implementasi pada Pembelajaran


Belajar akselerasi adalah belajar yang dilakukan dengan waktu yang lebih
pendek tanpa mengurangi materi yang seharusnya dipelajari. Jika pembelajaran
akselerasi berhasil dalam pelaksanaannya dimana tujuan yang diharapkan juga
tercapai maka diperoleh beberapa segi positif, yaitu : Siswa yang potensial dapat
menyelesaikan pendidikannya lebih cepat dari waktu biasanya, dan juga efisien
dalam waktu dan biaya.
Kelas akselerasi merupakan kelas percepatan pembelajaran yang disajikan
kepada siswa yang memiliki kemampuan lebih atau istimewa dengan materi-materi
atau kurikulum yang padat sehingga dalam waktu lebih pendek mereka dapat
menyelesaikan pendidikannya. Pembelajaran akselerasi adalah salah satu cara
belajar alamiah yang menggugah sepenuhnya kemampuan belajar para pembelajar,
membuat belajar lebih menyenangkan dan memuaskan serta memberikan
sumbangan

sepenuhnya

pada

kebahagiaan,

kecerdasan,

kompetensi

dan

keberhasilan. Belajar secara akseleratif memiliki karakteristik: Bersifat fleksibel,

12 | Akselerasi Pembelajaran

Suasana gembira, Menggunakan banyak jalan, Mementingkan tujuan, Melatih kerja


sama, Bersifat humanistik, Memfungsikan multi indrawi, Bersifat mengasuh, Lebih
mementingkan aktivitas, Berbagai aspek diperhatikan, dan Berdasarkan hasil.
Untuk mencapai keberhasilan belajar akselerasi ada beberapa prinsip yang
harus diperhatikan. Prinsip-prinsip belajar akselerasi menurut Dave Meier (Pusdiklat
Depdiknas, 2008) menulis beberapa prinsip pokok pembelajaran akselerasi, yaitu:
1. Adanya keterlibatan total pembelajaran dalam meningkatkan pembelajaran.
2. Belajar bukanlah mengumpulkan informasi secara pasif, melainkan
mnciptakan pengetahuan secara aktif.
3. Kerjasama di antara pembelajar sangat membantu meningkatkan hasil
belajar.
4. Belajar berpusat aktivitas sering lebih berhasil daripada belajar berpusat
presentasi.
5. Belajar berpusat aktivitas dapat dirancang dalam waktu yang jauh lebih
singkat daripada waktu yang diperlukan untuk merancang pembelajaran
dengan presentasi.
Akselerasi

pembelajaran

mengupayakan

proses

pembelajaran

yang

menerapkan strategi kognitif. Agar pembelajaran kognitif strategi betul-betul efektif


maka ada beberapa ketentuan yang harus diikuti oleh guru. Menurut prinsip
konstruktivisme, seorang pengajar atau guru berperan sebagai mediator dan
fasilitator yang membantu proses belajar siswa agar berjalan dengan baik. Fungsi
mediator dan fasilitator dapat dijabarkan dalam beberapa tugas sebagai berikut:
1. Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa bertanggung
jawab dalam membuat rancangan, proses, dan penelitian.
2. Menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang

merangsang

keingintahuan siswa.
3. Memonitor, mengevaluasi dan menunjukkan apakah pemikiran si siswa jalan
atau tidak.
Berdasarkan

paradigma

konstruktivisme,

guru

dituntut

untuk

dapat

menjalankan peran dengan sebaik-baiknya agar proses belajar berhasil secara


optimal. Peran guru dan tugas guru menurut paradigma konstruktivistik adalah untuk
lebih banyak berinteraksi dengan siswa. Selain itu guru harus lebih banyak
memberikan kesempatan untuk memecahkan masalah kepada siswa. Guru juga

13 | Akselerasi Pembelajaran

dituntut memberikan kesempatan kepada para siswa agar mereka belajar dengan
bekerja sama. Belajar bekerja sama dapat menguntungkan pembelajar karena
mereka dapat saling memberi dan menerima. Materi yang tidak dimengerti dengan
bekerja sama akan dapat dipecahkan. Untuk mendukung itu semua guru diharapkan
mengerti pengalaman belajar mana yang lebih sesuai dengan kebutuhan siswa dan
juga memiliki pemikiran yang fleksibel.
Manfaat akselerasi pembelajaran, Southern dan Jones (1991) dalam Reni
akbar dan Hawadi, menyebutkan beberapa keuntungan dari dijalankan proram
akselerasi bagi anak berbakat.
1. Meningkatkan efesiensi : Siswa yang telah siap dengan bahan-bahan
pengajaran dan menguasai kurikulum pada tingkat sebelumnya akan belajar
lebih baik dan lebih efisien.
2. Meningkatkan efektivitas : Siswa yang terikat belajar pada tingkat kelas yang
dipersiapkan

dan

menguasai

keterampilan-keterampilan

sebelumnya

merupakan siswa yang paling efektif.


3. Penghargaan : Siswa yang telah mampu mencapai tingkat tertentu
sepantasnya memperoleh penghargaan atas prestasi yang dicapainya.
4. Meningkatkan waktu untuk karier : Adanya pengurangan waktu belajar akan
meningkatkan produktivitas siswa, penghasilan, dan kehidupan pribadinya
pada waktu yang lain.
5. Membuka siswa pada kelompok barunya : Dengan program akselerasi, siswa
dimungkinkan untuk bergabung dengan siswa lain yang memiliki kemampuan
intelektual dan akademis yang sama.
6. Ekonomis : Keuntungan bagi sekolah ialah tidak perlu mengeluarkan banyak
biaya untuk mendidik guru khusus anak berbakat.
Kelemahan program akselerasi, Southern dan Jones (1991) dalam Reni akbar
dan Hawadi, menyebutkan empat hal yang berpotensi negative dalam proses
akselerasi bagi anak berbakat.
1. Segi akademik
a. Bahan ajar terlalu tinggi bagi siswa akseleran.
b. Bisa jadi kemampuan siswa akseleran yang terlihat melibihi teman
sebayanya hanya bersifat sementara.

14 | Akselerasi Pembelajaran

c. Meskipun memenuhi persyaratan dalam bidang akademis, siswa akseleran


kemungkinan imatur secara sosial, fisik dan emosional dalam tingkatan
kelas tertentu.
d. Proses akselerasi menyebabkan siswa akseleran terikat pada keputusan
karier lebih dini.
2. Segi penyesuaian sosial
a. Siswa akan didorong untuk berprestasi dalam bidang akademiknya
sehingga mereka kekurangan waktu beraktivitas dengan teman sebayanya.
b. Siswa akan kehilangan aktivitas sosial yang penting dalam usia
sebenarnya.
c. Siswa sekelasnya yang lebih tua kemungkinan akan menolaknya,
sementara itu siswa akseleran akan kehilangan waktu bermain dengan
teman sebayanya. Akibatnya, siswa akan mengalami kekurangan jumlah
dan frekuensi pertemuan dengan teman-temanya.
3. Berkurangnya kesempatan kegiatan ekstrakulikuler
Kebanyakan aktivitas ekstrakulikuler berkaitan erat dengan usia. Hal ini
menyebabkan siswa akseleran akan berhadapan dengan teman sekelasnya
yang tua dan tidak memberikan kesempatan.hal ini akan menyebabkan siswa
akan kehilangan kesempatan yang penting dan berharga di luar kurikulum
sekolah yang normal.
4. Penyesuaian emosional
a. Siswa akseleran pada akhirnya akan mengalami burn out di bawah
tekanan yang ada dan kemungkinan menjadi underachiever.
b. Siswa akseleran akan mudah frustasi dengan adanya tekanan dan
tuntutan berprestasi.
c. Adanya tekanan untuk berprestasi membuat siswa akseleran kehilangan
kesempatan untuk mengembangkan hobi.

15 | Akselerasi Pembelajaran

IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan
Pembelajaran akselerasi merupakan pendekatan alternatif yang dapat
digunakan untuk mengatasi masalah-masalah yang terkait dengan pembelajaran
disekolah. Oleh karena itu program akselerasi sudah dibagi ke dalam beberapa
bentuk, diantaranya : Memasuki sekolah formal pada usia dini, Loncat kelas,
Mengikuti bidang studi tertentu di kelas yang lebih tinggi, Kurikulum yang dipadatkan
atau dipersingkat, Memasuki sekolah menengah atas dan universitas secara
bersamaan, dan atau Memasuki universitas lebih awal.
Pemilihan siswa akseleran didasarkan pada empat kriteria yaitu IQ, EQ, AQ,
dan SQ. Hal ini ditujukan untuk memastikan siswa benar-benar sudah mampu untuk
menjalani pembelajaran akselerasi.
Pada orientasi lama, pembelajaran akselerasi dilakukan dengan menganut
paham behavioristik yang menekankan pada aktivitas belajar siswa dan berorientasi
penyelesaian beban belajar. Sedangkan pada orientasi baru, pembelajaran
akselerasi dilakukan dengan menganut paham kognitif yang menekankan pad
apembentukan konstuktivisme pengetahuan siswa, dan guru pun bersifat sebagai
pendamping dan fasilitastor.
B. Rekomendasi
Untuk meminimalisir dampak negatif bagi siswa yang ada pada program
pembelajaran akselerasi, perlu diadakan analisis kebutuhan secara mendalam
terhadap siswa. Selain itu program akselerasi akan lebih baik jika dijadikan sebagai
pengayaan materi bagi siswa dengan kemampuan akademik tertentu. Untuk
selanjutnya siswa akseleran diharapkan bisa membantu siswa reguler untuk
menguasai materi pelajaran.

16 | Akselerasi Pembelajaran

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Reni-Hawadi. 2004. Akselerasi: A-Z Informasi Program Percepatan Belajar


dan Anak Berbakat Intelektual). Jakarta: Grasindo Anggota Ikapi
Hamalik, Oemar. 2009. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT.
Remaja Rostakarya.
Khoiru Ahmadi, Iif. 2011. Pembelajaran Akselerasi. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
Russel, Lou. 2011. The accelerated learning fieldbook : Panduan belajar cepat untuk
pelajar dan umum. Bandung: Nusa Media.
Sanjaya, Wina. 2010. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Taba,Hilda. 1962. Curriculum development: theory and practice. New York: Harcourt
brace and word, Inc.

Anda mungkin juga menyukai