Anda di halaman 1dari 15

Etika kedokteran Pada

Fertilisasi Buatan Pada


Pasien INFERTILITAS

DIPANDANG DARI
SEGI :

Segi Medis
Tehnik Reproduksi Buatan adalah penanganan

terhadap gamet (ovum, sperma), atau embrio


(konsepsi) sebagai upaya untuk mendapatkan
kehamilan diluar cara alamiah, tidak termasuk
tindakan Cloning atau duplikasi manusia.

Segi hukum/legal
Tehnik Reproduksi Buatan/Inseminasi Buatan

di Indonesia diatur dalam :


Undang undang kesehatan no 23 tahun
1992
Keputusan Menteri Kesehatan no 72 /
Menkes / Per / II / 1999

1) Undang undang kesehatan no 23 tahun

1992
) Kehamilan diluar cara alami dapat
dilaksanakan sebagai upaya terakhir
) Upaya kehamilan diluar cara alami sebagai
mana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat
dilakukan oleh pasangan suami istri yang
sah dengan ketentuan

2) Keputusan

Menteri Kesehatan
Menkes / Per / II / 1999

) Pelayanan

no

72

teknologi buatan hanya dapat


dilakukan dengan sel telur dan sperma suami
yang bersangkutan
) Pelayanan reproduksi buatan merupakan bagian
dari pelayanan infertil

Segi Etik Kedokteran


Dari segi etika teknologi reproduksi buatan

belum tercantum secara eksplisit didalam


Buku Kode Etik Kedokteran Indonesia.

Segi Etik Kedokteran


Dari segi etika teknologi reproduksi buatan

belum tercantum secara eksplisit didalam


Buku Kode Etik Kedokteran Indonesia.

Didalam addendum 1 pada buku tersebut

dijelaskan beberapa revisi kode etik dari hasil


Mukernas Etik Kedokteran III bulan April 2002
yang pada hakekatnya:
Menolak
Menghimbau
Mendorong

Menurut

FIGO beberapa ketentuan etik


tentang teknik reproduksi buatan antara lain:
A. Preconceptional sex selection
B. Reproductive cloning
C. Therapeutic Cloning
D. Penelitian pada embrio manusia, sampai
dengan 14 hari pasca fertilisasi (preembrio)
tidak termasuk periode simpan beku, bila :

Dapat diterima apabila tujuannya bermanfaat

untuk kesehatan manusia


Harus mendapat izin khusus pada pemilik pra
embrio tersebut
Harus disyahkan oleh sebuah komisi khusus
Tidak boleh ditransfer kedalam uterus
Tidak untuk tujuan komersial

E. TIDAK ETIS untuk melakukan hal-hal

sebagai berikut :
Melakukan

penelitian, seperti kloning


setelah periode pre embrio (lebih dari 14
hari pasca fertilisasi).
Mendapatkan hybrid dengan fertilisasi
interspesies
Implantasi pre embrio ke dalam uterus
seperti spesies lain
Manipulasi genom pre embrio

Segi Agama
Dalam lokakarya dibuat oleh the International

Islamic center for population studies and


research di universitas Al azhar, Cairo, Mesir
Nopember
2000
membuat
beberapa
pernyataan antara lain :
a) fertilisasi in vitro diperbolehkan
b) Pre implantation genetik diagnose (PGD)
diperbolehkan
c) IVF pada wanita pasca menopause, dilarang
d) Transplantasi
uterus masih di dalam
pertimbangan

Menurut Fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang

bayi tabung/inseminasi buatan. Dewan Pimpinan


Majelis Ulama Indonesia memutuskan :
a. Bayi tabung harus berasal dari sperma dan ovum
dari pasutri yang sah
b. Bayi tabung dari pasangan suami-istri dengan
titipan rahim istri yang lain di HARAMKAN
c. Bayi tabung dari sperma yang dibekukan dari
suami yang telah meninggal dunia di HARAMKAN
d. Bayi tabung yang sperma dan ovumnya diambil
dari selain pasangan suami isteri di HARAMKAN

Human Right
Hak asasi manusia adalah hak yang melekat

pada manusia karena kelahirannya sebagai


manusia.
Tehnik reproduksi buatan ialah bagian dari
pengobatan masalah infertil

Anda mungkin juga menyukai